Makalah Lab
Makalah Lab
Dosen pembimbing:
Ns. Niken Safitri Dyan K, M.Si.Med
Kelompok 11 (A16 – 2)
Seorang laki-laki berusia 54 tahun, dibawa kerumah sakit oleh istrinya karena
terjatuh di kamar mandi setlah bangun tidur pada pagi hari. Hasil anamnesa
didapatkan bahwa pasien menderita DM tipe 2 sejak 11 tahun yang lalu. Istri
pasien menyatakan bahwa beberapa minggu ini pasien sering terlihat gemetar dan
mengeluh mudah lapar terutama pada pagi hari. Kodisi tersebut akan membaik
atau bahkan hilang setelah sarapan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien
berkeringat dingin. Hasil pemeriksaan HbA1C adalah 9,2%.
DS:
Istri klien
mengatakan
bahwa klien
menderita DM
tipe II sejak 11
tahun yang lalu.
Istri klien
menyatakan
bahwa beberapa
minggu ini klien
sering terlihat
gemetar dan
mengeluh mudah
lapar saat pagi
hari
2. DO: Perubahan Risiko jatuh Risiko jatuh b.d
Usia klien 54 kadar gula (00155) perubahan kadar
tahun darah gula darah
Hasil HbA1C (00155)
adalah 9,2%
DS:
Istri klien
menyatakan
bahwa klien jatuh
dikamar mandi
setelah bangun
tidur dipagi hari
3. DO: Kurang Resiko cedera Resiko cedera
Usia klien 54 sumber (00035) b.d kurang
tahun nutrisi sumber nutrisi
Hasil HbA1C (00035)
adalah 9,2%
DS:
Istri klien
menyatakan
bahwa klien jatuh
dikamar mandi
setelah bangun
tidur dipagi hari
Istri klien
mengatakan
bahwa klien
menderita DM
tipe II sejak 11
tahun yang lalu.
E. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No. Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
G. Pembahasan
1. Klien merupakan seorang laki-laki berusia 54 tahun dengan riwayat DM tipe 2
sejak 11 tahun yang lalu
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis secara drastic pada
usia 40 tahun. Penurunan ini akan beresiko pada menurunya fungsi pancreas
dalam memproduksi insulin (Riyadi & Sukarmin, 2008). Sedangkan
menurut penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Setyorogo
menyatakan bahwa usia < 45 tahun memiliki resiko rendah terjadinya
diabetes mellitus, sedangkan usia > 45 tahun memiliki resiko tinggi
terhadap terjadinya diabetes mellitus (Trisnawati & Setyorogo, 2013)
Pada klien dengan usia 54 tahun dan memiliki riwayat DM tipe 2 sejak 11
tahun dapat disimpulkan bahwa klien memiliki resiko tinggi terhadap DM
dan berbagai komplikasinya. Mulai dari komplikasi akut berupa reaksi
hipoglikemi dan koma diabetic serta komplikasi kronik berupa penyerangan
pada organ-organ ditubuh.
2. Klien dibawa ke Rumah Sakit karena terjatuh di kamar mandi setelah bangun
tidur di pagi hari. Beberapa minggu terakhir, klien terlihat sering gemetar dan
mengeluh mudah lapar di pagi hari serta berkeringat dingin.
Kemungkinan alasan klien jatuh adalah karena klien belum sarapan. Hal
ini diperkuat dengan data pada kasus yang menyatakan bahwa kondisi klien
membaik setelah sarapan.
Tanda gejala yang muncul pada klien mengarah pada tanda dan gejala
reaksi hipoglikemik. Hal ini dikarenakan tidak adanya intake glukosa yang
cukup ke dalam tubuh. Hal in sebagai dampak dari rendahnya kadar insulin
ataupun kondisi resistensi insulin sehingga fungsi insulin dalam sirkulasi
tubuh akan menurun dan mengakibatkan sel-sel tidak memperoleh asupan
glukosa yang adekuat. Jika kondisi tersebut disertai dengan menurunya
kadar glukosa darah dibawah 60 mg/dl maka akan berakibat pada
rendahnya produksi energy yang kemudian muncul kelemahan fisik,
mudah lelah, dan mengantuk (Cryer, 2010).
Mekanisme yang terjadi pada kondisi hipoglikemi adalah tubuh akan
mensekresi hormone ephinefrine, norephinerfrine, glucagon, kortisol, dan
growth hormone (Hillson, 2002). Pelepasan hormone ephinefrine inilah
yang menyebabkan respon takikardia, palpitasi, tremor, serta keluarnya
keringat dingin.
3. Hasil pemeriksaan HbA1C pada klien adalah 9,2 %
Pemeriksaan HbA1C merupakan cara yang paling akurat untuk
menentukan tingginya kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir. HbA1c
juga merupakan pemeriksaan tunggal terbaik untuk menilai resiko
terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh tingginya kadar gula
darah (Utomo, Wungouw, & Marunduh, 2015).
Menurut Harefa, HbA1C Standardization 2011, hasil pemeriksaan tersebut
dikategorikan sebagai kontrol glikemik buruk yang artinya selama 2 – 3
bulan terakhir, klien memiliki control yang buruk pada kadar gula darahnya
(Smeltzer & Bare, 2002). Hal ini dapat disebabkan oleh buruknya pola
makan klien, ketidakpatuhan dalam manajemen pengobatan diabetes,
aktivitas yang dilakukan klien, dan lain sebagainya.
H. Kesimpulan
Klien merupakan seorang penderita DM tipe 2 sejak 11 tahun yang lalu dan
saat ini mengalami komplikasi akut dari diabetes mellitus berupa reaksi
hipoglikemi. Hal ini ditandai dengan klien mengalami gemetar, mudah lapar, dan
berkeringat dingin. Reaksi hipoglikemi yang terjadi pada pasien disebabkan oleh
kurangnya asupan makanan pada klien dan mengalami kelemahan hingga
menyebabkan ia terjatuh di kamar mandi setelah bangun tidur di pagi hari.
Sedangkan hasil HbA1C 9,2 % pada klien menandakan selama 2 – 3 bulan terakhir
klien memiliki control glikemik yang buruk. Diagnosa keperawatan yang muncul
pada klien adalah resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d asupan diet kurang
dan risiko jatuh b.d kurang sumber nutrisi. Diagnosa utama yang diangkat adalah
resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d asupan diet kurang.
Daftar Pustaka
Cryer, P. E. (2010). Textbook of diabetes (4th ed). The Atrium, Southern Gate,
Chichester, West Sussex: Willey-Blackwell.
Hillson, R. (2002). Practical diabetes care (2th ed). Oxford University Press.
Riyadi, S., & Sukarmin. (2008). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
eksokrin & endokrin pada pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedan Brunner
dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Trisnawati, K. S., & Setyorogo, S. (2013). Faktor risiko kejadian diabetes meliitus tipe
2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Jurnal Ilmia Kesehatan,
5(1), 6-11.
Utomo, M. R., Wungouw, H., & Marunduh, S. (2015). Kadar HbA1C pada pasien
diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota
Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm), 3(1).