Anda di halaman 1dari 15

Makalah Studi Kasus Clinical Reasoning Pada Klien Dengan Gangguan Sistem

Endokrin “Diabetes Melitus Tipe II”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan


Dewasa

Dosen pembimbing:
Ns. Niken Safitri Dyan K, M.Si.Med

Kelompok 11 (A16 – 2)

Dita Ria Oktaviani 22020116120004


Niken Saraswati 22020116120035
Haura Labibah Salsabil S. 22020116140123
Septeana Tria Adin Adila 22020116140066
Niswatul Imtinan F 22020116140055
Safitri Eriva M. 22020016120007
Alma Savera 22020016130059
Laura Ligianta 22020116140111
Indah Septiani 22020116120027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
A. Tinjauan Kasus

Seorang laki-laki berusia 54 tahun, dibawa kerumah sakit oleh istrinya karena
terjatuh di kamar mandi setlah bangun tidur pada pagi hari. Hasil anamnesa
didapatkan bahwa pasien menderita DM tipe 2 sejak 11 tahun yang lalu. Istri
pasien menyatakan bahwa beberapa minggu ini pasien sering terlihat gemetar dan
mengeluh mudah lapar terutama pada pagi hari. Kodisi tersebut akan membaik
atau bahkan hilang setelah sarapan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien
berkeringat dingin. Hasil pemeriksaan HbA1C adalah 9,2%.

B. Data yang Ada


Data Objektif Data Subjektif

 Usia klien 54 tahun  Istri klien mengatakan bahwa


 Klien berkeringat dingin klien menderita DM tipe II sejak
 Hasil HbA1C adalah 9,2% 11 tahun yang lalu.
 Istri klien menyatakan bahwa
beberapa minggu ini klien
sering terlihat gemetar dan
mengeluh mudah lapar saat pagi
hari
 Istri klien menyatakan bahwa
klien jatuh dikamar mandi
setelah bangun tidur dipagi hari

C. Data yang Perlu Dikaji


1. Informasi saat ini
a Posisi saat jatuh
b Waktu saat jatuh
c Penyebab jatuh
d Dampak setelah jatuh
e Pelayanan kesehatan yang sudah dilakukan
f Riwayat kesehatan sebelumnya
2. Informasi baru
a Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, suhu,
pemeriksaan konjungtiva, dan tekanan nadi.
b Pemeriksaan fisik
c Pemeriksan kebutuhan dasar manusia
d Pemeriksaan diagnostik

D. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

No Analisa Data Etiologi Problem Diagnosa

1. DO: Asupan diet Resiko Resiko


 Klien berkeringat kurang ketidakstabilan ketidakstabilan
dingin kadar glukosa kadar glukosa
 Hasil HbA1C darah (00179) darah b.d asupan
adalah 9,2% diet kurang
(00179)

DS:

 Istri klien
mengatakan
bahwa klien
menderita DM
tipe II sejak 11
tahun yang lalu.
 Istri klien
menyatakan
bahwa beberapa
minggu ini klien
sering terlihat
gemetar dan
mengeluh mudah
lapar saat pagi
hari
2. DO: Perubahan Risiko jatuh Risiko jatuh b.d
 Usia klien 54 kadar gula (00155) perubahan kadar
tahun darah gula darah
 Hasil HbA1C (00155)
adalah 9,2%
DS:

 Istri klien
menyatakan
bahwa klien jatuh
dikamar mandi
setelah bangun
tidur dipagi hari
3. DO: Kurang Resiko cedera Resiko cedera
 Usia klien 54 sumber (00035) b.d kurang
tahun nutrisi sumber nutrisi
 Hasil HbA1C (00035)
adalah 9,2%
DS:

 Istri klien
menyatakan
bahwa klien jatuh
dikamar mandi
setelah bangun
tidur dipagi hari
 Istri klien
mengatakan
bahwa klien
menderita DM
tipe II sejak 11
tahun yang lalu.
E. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
No. Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan

1. 11 Juni Resiko Setelah dilakukan intervensi, resiko Manajemen Hipoglikemia (2130)


2019 ketidakstabilan ketidakstabilan gula darah klien
1. Monitor kadar glukosa darah
kadar glukosa darah menurun dengan kriteria hasil:
sesuai dengan indikasi
b.d asupan diet
Kadar Glukosa Darah (2300) 2. Monitor tanda gejala
kurang (00179)
hipoglikemia (misalnya
1. Dalam kisaran waktu 1 x 24 jam
gemetar, sempoyongan,
kadar glukosa pasien berubah
berkeringat, jantung berdebar-
dari skala 1 menjadi skala 5
debar, kecemasan, iritabel,
(deviasi berat dari kisaran normal
tidak sabaran, takikardi,
menjadi tidak ada deviasi dari
palpitasi, menggigil, lapar,
kisaran normal).
kelelahan, kelemahan, pingsan,
2. Dalam kisaran waktu 2 – 3 bulan
pandangan kabur, dll)
ke depan diharapkan HbA1C
3. Berikan glukosa secara
pasien berubah dari skala 1
intravena sesuai indikasi
menjadi skala 5 (deviasi berat
dari kisaran normal menjadi 4. Instruksikan pasien untuk
tidak ada deviasi dari kisaran selalu patuh terhadap dietnya
normal) dan terapi insulin
5. Kolaborasi dengan pasien dan
Keparahan Hipoglikemi (2113)
tim perawatan diabetesnya jika

1. Dalam kisaran waktu 1 jam diperlukan perubahan terapi

gemetar yang dialami pasien insulin (missal terapi insulin

berkurang dari skala 3 menjadi lebih dari 1x/hari)

skala 5 (sedang menjadi tidak 6. Modifikasi target kadar glukosa

ada) darah untuk mencegah

2. Dalam kisaran waktu 1 jam hipoglikemik terjadi.

berkeringat yang dialasmi pasien


berkurang dari skala 1 menjadi Diit (Misnadiarly, 2006):
skala 5 (berat menjadi tidak ada) 1. Hindari biskuit, produk lain

3. Dalam kisaran waktu 1 jam sebagai cemilan pada saat

kelaparan yang dialami pasien makan

berkurang dari skala 1 menjadi 2. Makan dengan waktu teratur

skala 5 (berat menjadi tidak ada) 3. Hindari makanan manis dan


gorengan
4. Dalam kisaran waktu 1 x 24 jam 4. Tingkatkan asupan sayuran
kelemahan yang dialami pasien sebanyak 2 kali setiap makan
berkurang dari skala 1 menjadi 5. Minum air atau minuman bebas
skala 5 (berat menjadi tidak ada) gula
6. Makan daging dan kacang-
Pengetahuan: Diet yang Disarankan
kacangan dengan porsi kecil
(1802)

1. Dalam kisaran waktu 2 x 24 jam


pengetahuan pasien mengenai
diet yang dianjurkan meningkat
dari skala 2 menjadi skala 5
(pengetahuan terbatas menjadi
sangat banyak)
2. Dalam kisaran waktu 2 x 24 jam
pengetahuan pasien mengenai
manfaat diet yang dianjurkan
meningkat dari skala 2 menjadi
skala 5 (pengetahuan terbatas
menjadi sangat banyak)
Status Nutrisi: Pengukuran Biokimia
(1005)

1. Dalam kisaran waktu 1 x 24 jam


kadar glukosa pasien berubah
dari skala 1 menjadi skala 5
(sangat menyimpang dari rentang
normal menjadi tidak
menyimpang dari rentang
normal).
2. 11 Juni Risiko jatuh b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Keselamatan
2019 perubahan kadar keperawatan, resiko cedera pasien Lingkungan (6486)
gula darah (00155) berkurang dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi hal-hal yang
Kejadian Jatuh (0035) membahayakan di lingkungan
(fisik, kimia dan biologi)
1. Dalam rentang waktu 3 x 24 jam
2. Modifikasi lingkungan untuk
jatuh saat berdiri yang dialami
meminimalkan bahan
pasien menurun dari skala 4
berbahaya
menjadi skala 5 (1-3x menjadi 3. Lakukan skrining terhadap
tidak ada) bahan yang membahayakan
2. Dalam kisaran waktu 3 x 24 jam lingkungan (misal benda tajam)
jatuh saat berjalan yang dialami 4. Sediakan alat untuk beradaptasi
pasien menurun dari skala 4 (misal kursi untuk pijakan dan
menjadi skala 5 (1-3x menjadi pegangan tangan)
tidak ada) 5. Bantu pasien saat melakukan
perpindahan ke lingkungan
yang lebih aman (mempunyai
asisten rumah tangga).
3. 11 Juni Resiko cedera b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Keselamatan
2019 kurang sumber keperawatan, resiko cedera pasien Lingkungan (6486)
nutrisi (00035) berkurang dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi hal-hal yang
Kejadian Jatuh (0035) membahayakan di lingkungan
(fisik, kimia dan biologi)
1. Dalam rentang waktu 3 x 24 jam
2. Modifikasi lingkungan untuk
jatuh saat berdiri yang dialami
meminimalkan bahan
pasien menurun dari skala 4
berbahaya
menjadi skala 5 (1-3x menjadi
tidak ada)
2. Dalam kisaran waktu 3 x 24 jam 3. Lakukan skrining terhadap
jatuh saat berjalan yang dialami bahan yang membahayakan
pasien menurun dari skala 4 lingkungan (missal benda
menjadi skala 5 (1-3x menjadi tajam)
tidak ada) 4. Sediakan alat untuk beradaptasi
(misal kursi untuk pijakan dan
pegangan tangan)
5. Bantu pasien saat melakukan
perpindahan ke lingkungan
yang lebih aman (mempunyai
asisten rumah tangga).
F. Hal yang Perlu Dievaluasi dalam Implementasi Asuhan Keperawatan
1. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Asupan Diet Kurang (00179)
Indikator evaluasi:
a. Kadar glukosa darah puasa menjadi normal dengan kisaran 72-126 mg/dl
b. HbA1C menjadi normal dengan rentang 4-6%
c. Tidak menunjukkan tanda-tanda hipoglikemia
d. Pengetahuan terkait penyakit, aktivitas, dan diet disarankan meningkat
2. Resiko Jatuh b.d Penurunan Kadar Gula darah (00155)
Indikator evaluasi:
a. Frekuensi jatuh pasien menjadi tidak pernah
3. Resiko Cedera b.d Kurang Sumber Nutrisi (00035)
Indikator evaluasi:
a. Frekuensi jatuh pasien menjadi tidak pernah

G. Pembahasan
1. Klien merupakan seorang laki-laki berusia 54 tahun dengan riwayat DM tipe 2
sejak 11 tahun yang lalu
 Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis secara drastic pada
usia 40 tahun. Penurunan ini akan beresiko pada menurunya fungsi pancreas
dalam memproduksi insulin (Riyadi & Sukarmin, 2008). Sedangkan
menurut penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Setyorogo
menyatakan bahwa usia < 45 tahun memiliki resiko rendah terjadinya
diabetes mellitus, sedangkan usia > 45 tahun memiliki resiko tinggi
terhadap terjadinya diabetes mellitus (Trisnawati & Setyorogo, 2013)
 Pada klien dengan usia 54 tahun dan memiliki riwayat DM tipe 2 sejak 11
tahun dapat disimpulkan bahwa klien memiliki resiko tinggi terhadap DM
dan berbagai komplikasinya. Mulai dari komplikasi akut berupa reaksi
hipoglikemi dan koma diabetic serta komplikasi kronik berupa penyerangan
pada organ-organ ditubuh.
2. Klien dibawa ke Rumah Sakit karena terjatuh di kamar mandi setelah bangun
tidur di pagi hari. Beberapa minggu terakhir, klien terlihat sering gemetar dan
mengeluh mudah lapar di pagi hari serta berkeringat dingin.
 Kemungkinan alasan klien jatuh adalah karena klien belum sarapan. Hal
ini diperkuat dengan data pada kasus yang menyatakan bahwa kondisi klien
membaik setelah sarapan.
 Tanda gejala yang muncul pada klien mengarah pada tanda dan gejala
reaksi hipoglikemik. Hal ini dikarenakan tidak adanya intake glukosa yang
cukup ke dalam tubuh. Hal in sebagai dampak dari rendahnya kadar insulin
ataupun kondisi resistensi insulin sehingga fungsi insulin dalam sirkulasi
tubuh akan menurun dan mengakibatkan sel-sel tidak memperoleh asupan
glukosa yang adekuat. Jika kondisi tersebut disertai dengan menurunya
kadar glukosa darah dibawah 60 mg/dl maka akan berakibat pada
rendahnya produksi energy yang kemudian muncul kelemahan fisik,
mudah lelah, dan mengantuk (Cryer, 2010).
 Mekanisme yang terjadi pada kondisi hipoglikemi adalah tubuh akan
mensekresi hormone ephinefrine, norephinerfrine, glucagon, kortisol, dan
growth hormone (Hillson, 2002). Pelepasan hormone ephinefrine inilah
yang menyebabkan respon takikardia, palpitasi, tremor, serta keluarnya
keringat dingin.
3. Hasil pemeriksaan HbA1C pada klien adalah 9,2 %
 Pemeriksaan HbA1C merupakan cara yang paling akurat untuk
menentukan tingginya kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir. HbA1c
juga merupakan pemeriksaan tunggal terbaik untuk menilai resiko
terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh tingginya kadar gula
darah (Utomo, Wungouw, & Marunduh, 2015).
 Menurut Harefa, HbA1C Standardization 2011, hasil pemeriksaan tersebut
dikategorikan sebagai kontrol glikemik buruk yang artinya selama 2 – 3
bulan terakhir, klien memiliki control yang buruk pada kadar gula darahnya
(Smeltzer & Bare, 2002). Hal ini dapat disebabkan oleh buruknya pola
makan klien, ketidakpatuhan dalam manajemen pengobatan diabetes,
aktivitas yang dilakukan klien, dan lain sebagainya.

H. Kesimpulan

Klien merupakan seorang penderita DM tipe 2 sejak 11 tahun yang lalu dan
saat ini mengalami komplikasi akut dari diabetes mellitus berupa reaksi
hipoglikemi. Hal ini ditandai dengan klien mengalami gemetar, mudah lapar, dan
berkeringat dingin. Reaksi hipoglikemi yang terjadi pada pasien disebabkan oleh
kurangnya asupan makanan pada klien dan mengalami kelemahan hingga
menyebabkan ia terjatuh di kamar mandi setelah bangun tidur di pagi hari.
Sedangkan hasil HbA1C 9,2 % pada klien menandakan selama 2 – 3 bulan terakhir
klien memiliki control glikemik yang buruk. Diagnosa keperawatan yang muncul
pada klien adalah resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d asupan diet kurang
dan risiko jatuh b.d kurang sumber nutrisi. Diagnosa utama yang diangkat adalah
resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d asupan diet kurang.
Daftar Pustaka
Cryer, P. E. (2010). Textbook of diabetes (4th ed). The Atrium, Southern Gate,
Chichester, West Sussex: Willey-Blackwell.

Hillson, R. (2002). Practical diabetes care (2th ed). Oxford University Press.

Misnadiarly. (2006). Diabetes melitus: gangren, ulcer, infeksi. Jakarta: Pustaka


Populer Obor.

Riyadi, S., & Sukarmin. (2008). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
eksokrin & endokrin pada pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedan Brunner
dan Suddarth. Jakarta: EGC.

Trisnawati, K. S., & Setyorogo, S. (2013). Faktor risiko kejadian diabetes meliitus tipe
2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Jurnal Ilmia Kesehatan,
5(1), 6-11.

Utomo, M. R., Wungouw, H., & Marunduh, S. (2015). Kadar HbA1C pada pasien
diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota
Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm), 3(1).

Anda mungkin juga menyukai