Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan


eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang
(Carpenito, 1999).

Sedangkan menurut anatominya, patella adalah tempurung lutut. Dari


pengertian ini dapat disimpulkan bahwa fraktur patella merupakan suatu
gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang terjadi
pada tempurung lutut. Fraktur patella adalah diskontinuitas patella karena
trauma.

2.2 Etiologi

Fraktur patella dapat disebabkan oleh tekanan langsung atau tidak


langsung. Jatuh terpeleset misalnya dapat menyebabkan terjadinya
kontraksi dari quadriceps femoris sebagai upaya untuk mempertahankan
keseimbangan sehingga memungkinkan terjadinya fraktur. Kegagalan dari
Os patella menahan beban tarikan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
fraktur transverse patella yang berhubungan dengan robeknya retinaculum
medial dan lateral. Benturan langsung pada patella dapat menyebabkan
terjadinya fraktur longitudinal, stellata atau cominuted.
2.3. Patofisiologi

2.3.1 Trauma Langsung

a. Disebabkan karena penderita jatuh dalam posisi lutut flexi dimana


patella terbentur dengan lantai atau kecelakaan lalu lintas.

b. Disebabkan karena diatas patella hanya terdapat subcutis dan cutis,


sehingga dengan benturan tersebut tulang patella mudah patah.

c. Biasanya jenis patahannya comminutiva (stelata), pada jenis patah ini


biasanya medial dan lateral quadriceps expansion tidak ikut robek, hal ini
menyebabkan penderita masih dapat melakukan extensi lutut melawan
grafitasi.

d. Pada trauma langsung biasanya pasien sangat berpotensi mengalami


jenis fraktur terbuka, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya
jenis fraktur tertutup.

2.3.2 Trauma Tidak Langsung


a. Disebabkan karena tarikan yang sangat kuat dan otot quadriceps yang
membentuk musculotendineus melekat pada patella, sering terjadi
pada penderita yang jatuh dengan tungkai bawah menyentuh tanah
terlebih dahulu dan otot quadriceps kontraksi secara keras untuk
mempertahankan kesetabilan lutut.
b. Biasanya garis patahannya transversal avulse ujung atas atau ujung
bawah dan patella.
c. Fraktur patella transversa dapat disebabkan oleh pukulan lutut atau
kontraksi mendadak quadriceps (misalnya bila tergelincir mencegah
untuk jatuh kebelakang ). Fragmen proksimal ditarik ke superior
dengan tendo quadriceps dan fragmen distal tetap dengan ligamentum
patella.
d. Pada trauma tidak langsung biasanya pasien sangat berpotensi
mengalami jenis fraktur tertutup, tetapi tidak menutup kemungkinan
untuk terjadinya jenis fraktur terbuka.

2.4 Manifestasi Klinis

1. Pembengkakan pada patella.


2. Nyeri
3. Hilangnya fungsi mobilisasi
4. Deformitas
5. Krepitasi
6. Perubahan warna local pada kulit
7. Jika diraba, maka akan terdapat ruang pada fragmen patella
8. Klien tidak dapat melakukan ekstensi anggota gerak bawah.

2.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan ronten : menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma
2. Scan tulang ,tomograf, scan CT/ MRI : memperlihatkan fraktur juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Anteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai
4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal
setelah trauma
5. Kretinin : trauma otot meningkatnya beban kratinin untuk klirens ginjal
6. Pofil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah , tranfusi
multiple atau cidera hati
2.6 Penatalaksanaan

1. Mobilisasi segera fraktur minimal dan penyangga fraktur yang memadai saat
pemindahan dan merubah posisi merupakan upaya yang dapat mengurangi
insiden emboli lemak
2. Karena emboli lemak merupakan penyeban utama kematian pasien fratur
dukungan pernafasan dilakukan dengan oksigen yang diberikan dengan
konsentrasi tinggi.
3. Obat vaksoaktif untuk mendukung fungsi kardiovaskuler diberikan untuk
mencegah hipotensi, syok, dan edema paru interstisial.
4. Pencatatan masukan dan haluaran yang akurat memungkinkan terapi
penggantian cairan yang memadai.
5. Morfin dapat diresepkan untuk mengurangi nyeri dan ansietas pasien yang di
pasang ventilator.
6. Untuk mengatasi rasa takut di berikan penenang.
7. Respon pasien terhadap terapi di pantau ketat.

Anda mungkin juga menyukai