Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk menghasilkan logam dari bijihnya, diperlukan suatu proses ekstraksi metalurgi.
Karena di alam bijih logam umumnya dalam bentuk oksida dan sulfida, maka untuk
menghasilkan logam diperlukan reaksi reduksi dan oksidasi. Pada proses metalurgi juga
terdapat sifat fisika dan kimia. Dasar Fisika Kimia Metalurgi dapat didefinisikan juga yaitu
sebagai ilmu dan teknologi untuk memperoleh sampai pengolahan logam yang mencakup
tahapan dari pengolahan bijih mineral, pemerolehan (ekstraksi) logam, sampai ke
pengolahannya untuk menyesuaikan sifat-sifat dan perilakunya sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam pemakaian untuk pembuatan produk rekayasa tertentu.
Berdasarkan tahapan rangkaian kegiatannya, metalurgi dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu metalurgi ekstraksi dan metalurgi fisika. Metalurgi ekstraksi yang banyak melibatkan
proses-proses kimia, baik yang temperatur rendah dengan cara pelindian maupun pada
temperatur tinggi dengan cara proses peleburan utuk menghasilkan logam dengan kemurnian
tertentu, dinamakan juga metalurgi kimia. Meskipun sesungguhnya metalurgi kimia itu
sendiri mempunyai pengertian yang luas, antara lain mencakup juga pemaduan logam denagn
logam lain atau logam dengan bahan bukan logam. Beberapa aspek perusakan logam (korosi)
dan cara-cara penanggulangannya, pelapisan logam secara elektrolit, dan lain-lain. Adapun
proses-proses dariekstraksi metalurgi / ekstraksi logam itu sendiri antara lain adalah
pyrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur tinggi), hydrometallurgy
(proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif rendah dengan cara pelindian
dengan media cairan), dan electrometalurgy (proses ekstraksi yang melibatkan penerapan
prinsip elektrokimia, baik pada temperatur rendah maupun pada temperatur tinggi).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik logam/ore yang digunakan dalam ekstraksi metalurgi?
2. Bagaimana processing pada ekstraksi metalurgi?
3. Apa saja legalitas yang mengatur tentang ektraksi metalurgi?
4. Bagaimana prinsip hukum termodinamika dalam ekstraksi metalurgi?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik logam/ore yang digunakan dalam ekstraksi
metalurg.
2. Untuk mengetahui processing pada ekstraksi metalurgi.
3. Untuk mengetahui legalitas-legalitas yang mengatur tentang ektraksi metalurgi.
4. Untuk mengetahui prinsip hukum termodinamika dalam ekstraksi metalurgi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Logam/Ore pada Ektraksi Metalurgi


Dalam proses ekstraksi logam, ada satu atau lebih dari tiga tipe metalurgi berikut yang
digunakan: (1) Pirometalurgi, yaitu proses yang menggunakan panas, (2) Elektrometalurgi,
yaitu proses yang menggunakan langkah elektrokimia, dan (3) Hidrometalurgi, yaitu proses
yang bergantung pada larutan kimia logam. Secara umum, proses ekstraksi dan pemanfaatan
logam dimulai dengan penambangan.
Penambangan adalah proses atau kegiatan untuk mengambil bijih mineral langsung dari
tempat asalnya. Penambangan bisa dilakukan secara tradisional seperti yang terdapat di
beberapa daerah di Indonesia, atau bisa dilakukan dalam skala besar seperti yang dilakukan
perusahaan-perusahaan penambangan semacam Aneka Tambang dan PT Timah. Hasil dari
proses penambangan ini adalah bijih-bijih mineral yang di dalamnya terkandung unsur-unsur
logam yang akan diproses nantinya, misalnya hematit yang dapat diolah menjadi besi.
Dalam bijih-bijih mineral, terkandung mineral-mineral yang dibutuhkan dan juga zat-
zat yang tidak bernilai komersil seperti pasir, batu, serta tanah liat yang menempel pada
mineral-mineral tersebut. Mineral sendiri didefinisikan sebagai kristal padat anorganik yang
eksis di alam secara alami dan bersifat homogen. Oleh karena itu, hal yang perlu dilakukan
selanjutnya adalah memisahkan mineral-mineral ini dari zat-zat non-komersil.
Proses pemisahan mineral banyak memanfaatkan perbedaan sifat fisik atau perbedaan
sifat kimia dari mineral dengan zat non-komersil. Contohnya, untuk mineral magnetit (
) yang bersifat magnet, pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan magnet untuk
menarik mineral dan meninggalkan zat-zat non-komersil. Sementara itu, untuk mineral-
mineral dengan perbedaan kerapatan terhadap zat-zat non-komersil yang cukup besar, proses
pemisahan dapat dilakukan dengan cyclone separator. Pada cyclone separator, pemisahan
terjadi dengan menggunakan udara tekanan tinggi melalui bijih-bijih mineral yang telah
dihancurkan sebelumnya. Zat-zat non komersil akan terangkat dan dibuang keluar dari
tabung, sedangkan mineral-mineral yang berat akan terjatuh.

Konversi menjadi senyawa lain


Setelah dipisahkan dari zat-zat non-komersil, mineral-mineral hasil pengolahan tersebut
kemudian dikumpulkan. Proses selanjutnya adalah mengubah mineral-mineral ini menjadi
unsur murni. Perlu satu atau beberapa tahap agar mineral benar-benar bisa diambil unsur
3
logam murni yang dibutuhkan. Kebanyakan logam-logam di alam dalam bentuk mineralnya
membentuk senyawa dengan unsur-unsur non-logam. Contohnya adalah timbal ( ) yang
terdapat dalam bentuk mineral Galena ( ), kemudian ada pula besi ( ) yang terdapat di
alam dalam bentuk mineral-mineral seperti Magnetit ( ) dan Hematit ( ).

Mineral-mineral yang ada di alam ini biasanya diubah dulu menjadi senyawa yang lain.
Senyawa hasil konversi ini pada dasarnya memiliki sifat lebih mudah untuk direduksi, atau
lebih bebas dari senyawa-senyawa pengotor. Biasanya konversi yang dilakukan adalah
konversi menjadi bentuk oksida karena oksida lebih mudah direduksi. Sebagai contohnya,
karbonat ( ) diubah dengan pemanasan menjadi kalsium oksida ( ).

Konversi menjadi unsur


Setelah mineral dikonversi menjadi senyawa yang lebih mudah diproses, tahap
selanjutnya adalah mengubah senyawa tersebut menjadi unsur logam yang dibutuhkan.
Metode yang lazim digunakan adalah reaksi reduksi-oksidasi. Metode ini menggunakan dasar
tingkat potensial reduksi dari logam dengan zat lain. Dalam metode ini, senyawa logam
direaksikan langsung dengan agen pereduksi (potensial reduksi lebih rendah) sehingga
menghasilkan logam murni. Beberapa agen pereduksi yang umum adalah karbon dan
hidrogen.
Dalam proses menggunakan karbon, karbon biasanya dihadirkan dalam bentuk kokas
(residu dari pembakaran tidak sempurna batubara) atau arang. Oksida logam dilebur
menggunakan panas bersama karbon untuk membebaskan logamnya. Setelah logam
diperoleh melalui proses ini, selanjutnya logam dikondensasi dan dipadatkan.
Reduksi dengan hidrogen dilakukan pada oksida logam yang reduksi dengan karbon
justru menghasilkan karbida logam yang cenderung sulit untuk dikonversi lebih lanjut.
Logam-logam jenis ini biasanya adalah logam pada grup 6B dan 7B.

4
Selain karbon dan hidrogen, proses konversi senyawa menjadi unsurnya juga dapat
dilakukan dengan menggunakan logam yang lebih aktif. Logam yang lebih aktif adalah
logam yang memiliki potensial reduksi lebih rendah daripada logam dalam senyawa yang
akan dikonversi seperti pada reaksi untuk menghasilkan krom ( ) berikut ini:

Selain dengan cara reduksi-oksidasi tersebut, juga dapat dilakukan cara reduksi-
oksidasi elektrokimia. Dalam metode ini, mineral diubah menjadi elemen di dalam sebuah sel
elektrolisis yang telah didesain secara khusus. Terkadang, mineral murni dalam bentuk
lelehan halida atau oksidanya digunakan untuk menghindari reaksi samping yang tidak
diinginkan. Logam akan diproduksi dari proses reduksi di katoda. Selain itu, sebuah separator
juga digunakan dalam sel untuk mencegah rekombinasi. Metode ini digunakan dengan
mempertimbangkan biaya prosesnya, terutama listrik yang digunakan. Voltase dan arus yang
diperlukan bergantung pada potensial elektrokimia dari mineral yang dikonversi.

Pemurnian
Proses konversi dari mineral ke logam seringkali masih mengandung zat-zat pengotor
yang mempengaruhi kemurnian dari logam itu sendiri. Oleh karena itu, setelah proses
konversi, dilakukan proses pemurnian. Beberapa proses pemurnian yang terkenal
adalah electrorefining, zone refining, dan destilasi.
Dalam electrorefining, logam yang tidak murni dijadikan sebagai anode dan sampel
dari logam yang telah murni digunakan sebagai katoda pada sebuah sel elektrolisis. Nantinya
logam yang tidak murni ini perlahan akan berpindah ke katode dan menempel pada logam
yang telah murni. Proses destilasi digunakan untuk logam yang memiliki titik didih yang
relatif rendah seperti Zink dan air raksa (Hg).
Pada proses zone refining, pengotor dihilangkan dari batangan logam yang tidak murni
dengan mengkonsentrasikan pengotor-pengotor tersebut pada zona lelehan sedangkan logam
yang telah dimurnikan direkristalisasi pada zona yang lain. Metaloid yang digunakan dalam
semikonduktor elektronik seperti silikon (Si) dan germanium, harus dimurnikan dengan
proses ini sehingga didapatkan kemurnian yang sangat tinggi.
Pemurnian adalah proses final dari rangkaian proses ekstraksi logam. Namun, saat ini
kebanyakan logam yang ada adalah paduan logam sehingga setelah dimurnikan biasanya
logam-logam murni ini akan digabungkan dengan logam lainnya untuk membentuk suatu
paduan logam yang disebut alloy.

5
B. Processing dalam Ekstraksi Metalurgi
Tahapan Metalurgi meliputi:
1. Ore presing, mineral procesing, unit operation, Pengolahan Bahan Galian
Contoh unit operation : jigging, tabling, magnetic separation, electrostatic separation,
flotasi, sluicing, humpreying, hms, hls.
2. Ekstraksi metal, unit processing
Contoh unit procesing: leaching, smelting, converting, electrolisis, retorting, fire
refining, electro refening, electro winning.
Secara umum proses Metalurgi Ekstraksi dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Pirometalurgi
Proses pirometalurgi merupakan pengambilan logam dari bijihnya dengan
menggunakan temperatur tinggi dimana terjadi reaksi kimia antara fase gas, solid
(padat) ,dan cair. Proses pirometalurgi yang melibatkan fase gas dan padat disebut
calcining dan rosting. Sedangkan proses yang menghasilkan fase cair disebut smelting.
Suhu yang dicapai pada proses pirometalurgi ada yang hanya 50º - 250º C (proses
Mond untuk pemurnian nikel), tetapi ada yang mencapai 2.000º C (proses pembuatan
paduan baja). Yang umum dipakai hanya berkisar 500º - 1.600º C ; pada suhu tersebut
kebanyakan metal atau paduan metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-kadang
dalam fase gas. Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi
agar dapat mengurangi pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat juga
dilakukan dengan memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik (exothermic).
Proses pirometalurgi terbagi atas 5 proses, yaitu :
1) Drying (Pengeringan) Adalah proses pemindahan panas kelembapan cairan dari
material. Pengeringan biasanya sering terjadi oleh kontak padatan lembap dengan
pembakaran gas yang panas oleh pembakaran bahan bakar fosil. Pada beberapa
kasus, panas pada pengeringan bisa disediakan oleh udara panas gas yang secara
tidak langsung memanaskan. Biasanya suhu pengeringan di atur pada nilai diatas
titik didih air sekitar 120ºC.pada kasus tertentu, seperti pengeringan air garam yang
dapat larut, suhu pengeringan yang lebih tinggi diperlukan.
2) Calcining (Kalsinasi) adalah dekomposisi panas material. Contohnya dekomposisi
hydrate seperti ferric Hidroksida menjadi ferric oksida dan uap air atau
dekomposisi kalsium karbonat menjadi kalsium oksida dan karbon diosida dan atau
besi karbonat menjadi besi oksida.Proses kalsinasi membawa dalam variasi
tungku/furnace termasuk shaft furnace, rotary kilns dan fluidized bed reactor.
6
3) Roasting (Pemanggangan) Adalah pemanasan dengan kelebihan udara dimana
udara dihembuskan pada bijih yang dipanaskan disertai penambahan regen kimia
dan pemanasan ini tidak mencapai titik leleh (didih).
Jenis-jenis roasting, yaitu :
a) Oksida Roasting. Biasanya dilakukan terhadap mineral-mineral sulfida pada
temperatur tinggi (direduksi langsung). Pada temperatur rendah, sulfida logam
dapat direduksi dengan Carbon membentuk CS dan CS2 dan tidak dapat
direduksi langsung karena sulfida logam-logam lebih stabil
b) Reduksi Roasting. Adalah suatu proses pemanggangan dimana suatu oksida
mengalami proses reduksi oleh suatu reduktor gas yang dimaksudkan untuk
menurunkan derajat oksidasi suatu logam. Peristiwa reduksi ini tidak dapat
tercapai untuk suatu oksida yang sangat stabil.
c) Chlor Roasting Dalam proses ini, bijih/konsentrat dipanggang bersama senyawa
klorida (CaCl2,NaCl) atau dengan gas Cl2. Tujuan chlor roasting adalah :
menghasilkan senyawa klorida logam dalam air (di ekstraksi) dan menghasilkan
senyawa klorida logam-logam yang mudah menguap agar dapat dipisahkan dari
mineral-mineral pengganggu (Metalurgi Halida).
d) Fluor Roasting Pemanggangan ini menggunakan reagent F2.
e) Yodium Roasting Pemanggangan ini menggunakan reagent I2.
4) Smelting Adalah proses peleburan logam pada temperatur tinggi sehingga logam,
leleh dan mecair setelah mencapai titik didihnya. Dalam pemakaian oven yang
perlu diperhatikan, yaitu :
a) Ketahanan mekanis dari feeding
b) Kemurnian dari bahan bakar.
Smelting terbagi beberapa jenis, yaitu :
a) Reduksi smelting
b) Oksidasi smelting
c) Netral smelting
d) Sementasi smelting
e) Sulfida smelting
f) Presipitasi smelting
g) Flash smelting (peleburan semprot)
h) Ekstraksi timbal dan seng secara simultan.

7
b. Elektrometalurgi
Proses elektrometalurgi merupakan proses ekstraksi dan pemurnian yang
melibatkan energi listrik sebagai dasar dalam proses ekstraksi. Elektrometalurgi
melibatkan prinsip elektrolisis dan elektrokimia. Proses yang paling umum dalam
elektrometalurgi adalah electrowinning dan electro-refining. Tujuan dari proses ini
adalah untuk mengendapkan logam dari suatu larutan sebagai hasil pelindian. Prinsip
elektrometalurgy ini adalah suatu elektrolisa dimana penggunaan tenaga listrik untuk
mengendapkan suatu metal atau logam pada salah satu elektrodanya. Proses
elektrometalurgi terdiri atas lima macam, yaitu :
1) Suatu elektrolisa di dalam larutan air, terbagi atas:
a) Elektrowinning, merupakan tahap pemerolehan kembali suatu logam dari
larutannya dengan menggunakan arus listrik yang diberikan dari luar. Logam
yang dihasilkan murni, maka pengendapan dengan cara ini lebih disukai.
b) Elektrorefining, untuk mengekstraksi logam-logam sehingga diperoleh logam
dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
c) Elektrodissolution
2) Elektrolisa di dalam larutan garam. Biasanya digunakan untuk mengekstraksi
logam-logam yang sangat reaktif, seperti Al dan Mg.
3) Elektrolisa di dalam larutan zat organik.
4) Elektroplating dan Anodisasi.
5) Korosi logam dan teknik penanggulangannya.
Yang banyak digunakan pada elektrolisa metal adalah elektrolisa dalam larutan air
dan elektrolisa dalam larutan garam, sedangkan elektrolisa dalam larutan zat organik
sedikit sekali digunakan.
Pekerjaan di dalam elektrolisa dilakukan dengan arah arus DC, dimana daerah
elektrolisa positif disebut anoda, sedangkan daerah elektrolisa negative disebut katoda.
Banyaknya penempelan logam pada plat katoda adalah berbanding lurus dengan
elektrisitet pada larutan.
Sifat Proses Elektro Metalurgy, yaitu:
1) Pada daerah katoda (reduksi), yang lebih mulia mengalami pengendapan.
2) Pada anoda (oksidasi), yang kurang mulia tidak mengalami pengendapan.
3) Jika tidak terjadi keseimbangan, maka reaksi akan terjadi sebaliknya.

8
c. Hidrometalurgi
Secara harfiah hidrometalurgi dapat diartikan sebagai cara pengolahan logam dari
batuan atau bijihnya dengan menggunakan pelarut berair (aqueous solution). Atau
secara detilnya proses Hydrometalurgi adalah suatu proses atau suatu pekerjaan dalam
metalurgy, dimana dilakukan pemakaian suatu zat kimia yang cair untuk dapat
melarutkan suatu partikel tertentu. Hidrometalurgi dapat juga diartikan sebagai proses
ekstraksi metal dengan larutan reagen encer (< 1 gram/mol) dan pada suhu < 100º C.
Reaksi kimia yang dipilih biasanya yang sangat selektif. Artinya hanya metal yang
diinginkan saja yang akan bereaksi (larut) dan kemudian dipisahkan dari material yang
tak diinginkan.
Saat ini hidrometalurgi adalah teknik metalurgi yang paling banyak mendapat
perhatian peneliti. Hal ini terlihat dari banyaknya publikasi ilmiah semisal jurnal kimia
berskala internasional yang membahas pereduksian logam secara hidrometalurgi.
Logam-logam yang banyak mendapat perhatian adalah nikel (Ni), magnesium (Mg), besi
(Fe) dan mangan (Mn). Hidrometalurgi memberikan beberapa keuntungan:
1) Bijih tidak harus dipekatkan, melainkan hanya harus dihancurkan menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil.
2) Pemakaian batubara dan kokas pada pemanggangan bijih dan sekaligus sebagai
reduktor dalam jumlah besar dapat dihilangkan.
3) Polusi atmosfer oleh hasil samping pirometalurgi sebagai belerang dioksida,
arsenik (III) oksida, dan debu tungku dapat dihindarkan.
4) Untuk bijih-bijih peringkat rendah (low grade), metode ini lebih efektif.
5) Suhu prosesnya relatif lebih rendah.
6) Reagen yang digunakan relatif murah dan mudah didapatkan.
7) Produk yang dihasilkan memilki struktur nanometer dengan kemurnian yang
tinggi.
Pada prinsipnya hidrometalurgi melewati beberapa proses yang dapat
disederhanakan tergantung pada logam yang ingin dimurnikan. Salah satu yang saat ini
banyak mendapat perhatian adalah logam mangan dikarenakan aplikasinya yang terus
berkembang terutama sebagai material sel katodik pada baterai isi ulang. Baterial ion
litium konvensional telah lama dikenal dan diketahui memiliki kapasitas penyimpanan
energi yang cukup besar. Namum jika katodanya dilapisi lagi dengan logam mangan
oksida maka kapasitas penyimpanan energi baterai tersebut menjadi jauh lebih besar.

9
Kondisi yang baik untuk hidrometalurgi adalah :
1) Metal yang diinginkan harus mudah larut dalam reagen yang murah.
2) Metal yang larut tersebut harus dapat “diambil” dari larutannya dengan mudah dan
murah.
3) Unsur atau metal lain yang ikut larut harus mudah dipisahkan pada proses
berikutnya.
4) Mineral-mineral pengganggu (gangue minerals) jangan terlalu banyak menyerap
5) (bereaksi) dengan zat pelarut yang dipakai.
6) Zat pelarutnya harus dapat “diperoleh kembali” untuk didaur ulang. Zat yang
diumpankan (yang dilarutkan) jangan banyak mengandung lempung (clay
minerals), karena akan sulit memisahkannya.
7) Zat yang diumpankan harus porous atau punya permukaan kontak yang luas agar
mudah (cepat) bereaksi pada suhu rendah.
8) Zat pelarutnya sebaiknya tidak korosif dan tidak beracun (non-corrosive and non-
toxic), jadi tidak membahayakan alat dan operator.
Secara garis besar, proses hidrometalurgi terdiri dari tiga tahapan yaitu:
1) Leaching atau pengikisan logam dari batuan dengan bantuan reduktan organik.
Prosesnya yaitu dengan cara menguraikan bijih logam dalam larutan air atau
pelarut lainnya.
2) Pemekatan larutan hasil leaching dan pemurniannya.
3) Recovery yaitu pengambilan logam dari larutan hasil leaching. Leaching adalah
proses pelarutan selektif dimana hanya logam-logam tertentu yang dapat larut.
Reduktan yang dipilih diusahakan tidak berbahaya bagi lingkungan, baik reduktan
itu sendiri maupun produk hasil oksidasinya. Kebanyakan reduktan yang digunakan
adalah kelompok monomer karbohidrat, turunan aldehid dan keton karena punya gugus
fungsi yang mudah teroksidasi. Contohnya adalah proses reduksi mangan dengan
adanya glukosa sebagai reduktan.
Larutan hasil leaching tersebut kemudian dipekatkan dan dimurnikan. Ada tiga
proses pemurnian yang umum digunakan yaitu evaporasi, ekstraksi pelarut dan
presipitasi (pengendapan). Di antara ketiganya, presipitasi adalah yang paling mudah
dilakukan, juga lebih cepat.

10
Sedangkan untuk mineral processing sendiri memiliki unit-unit operasi pemrosesan
mineral,beberapa diantaranya sebagai berikut.
a. Penumbukan (comminution)
Penumbukan merupakan operasi pertama dalam pemrosesan mineral. Mineral yang
diambil dari alam direduksi ukuranya dengan berbagai cara agar ukuranya sesuai dan
lebih mudah untuk diproses dalam proses-proses ekstraktif selanjutnya. Cara yang
paling umum adalah dengan dihancurkan (crushing) dan digiling (grinding). Reduksi
ukuran partikel dilakukan dengan tiga jenis kekuatan: kompresi, impak, dan atrisi.
Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses PBG yang
bertujuan untuk :
1) Membebaskan / meliberasi mineral berharga dari material pengotornya.
2) Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
proses berikutnya.
3) Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat lain,
misalnya reagen flotasi.
b. Sizing
Sizing merupakan proses utama dalam pemisahan partikel yang menggunakan
dasarperbedaan ukuran partikel. Salah satu prosesnya yaitu screening, yaitu dengan
caramelewatkan partikel melewati penyaring. Proses screening ini bias dilakukan
secara statis (hanya partikel yang bergerak) ataupun dinamis dengan penambahan
goncangan.
c. Concentration
Concentration adalah proses peningkatan konsentrasi kandungan logam agar
menjadi layak untuk dilakukan proses ekstraksi logam. Proses dan metodenya sangat
bervariasi tergantung dari sifat fisika dan kimia dari mineral tersebut.
d. Gravity Separation
Gravity Separation merupakan proses pemisahan mineral berdasarkan berdaan
gravitasispesifik dari setiap mineral yang berbeda. Pemisahanya dilakukan cara
menggunakan mediatertentu seperti fluida kental maupun media buatan seperti spiral
separators.
e. Flotasi buih (Froth flotation)
Flotasi buih merupakan proses yang penting dalam peningkatan konsentrasi
mineral. Proses ini dapat digunakan untuk memisahkan dua partikel yang berbeda dan
dilakukan berdasarkan reaksi kimia permukaan dari partikel.
11
Tahapan proses (process aims) pada metalurgi ekstraktif adalah :
a. Pemisahan (separation), yaitu pembuangan unsur, campuran atau material yang tidak
diinginkan dari bijih (sumber metal )
b. Pembentukan campuran (compound foramtion), yaitu cara memproduksi material yang
secara struktur dan sifat-sifat kimianya berbeda dari bijihnya (sumbernya).
c. Pengambilan/produksi metal (metal production), yaitu cara-cara memperoleh metal
yang belum murni.
d. Pemurnian metal (metal purification), yaitu pembersihan, metal yang belum murni
(membuang unsur-unsur pengotor dari metal yang belum murni), sehingga diperoleh
metal murni.

C. Hukum Termodinamika
1. Pengertian Termodinamika
Ilmu ini menggambarkan usaha untuk mengubah kalor (perpindahan energi yang
disebabkan perbedaan suhu) menjadi energi serta sifat-sifat pendukungnya. Termodinamika
berhubungan erat dengan fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses.
Selain itu, Termodinamika juga berhubungan dengan mekanika statik. Cabang ilmu
Fisika ini mempelajari suatu pertukaran energi dalam bentuk kalor dan kerja, sistem
pembatas dan lingkungan. Aplikasi dan penerapan Termodinamika bisa terjadi pada tubuh
manusia, peristiwa meniup kopi panas, perkakas elektronik, Refrigerator, mobil, pembangkit
listrik dan industri, adalah peristiwa Termodinamika yang paling dekat dengan kehidupan
sehari-hari.

2. Hukum Dasar Termodinamika


a) Hukum Pertama Termodinamika
Hukum yang sama juga terkait dengan kasus kekekalan energi. Hukum ini
menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup, sama
dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang
dilakukan terhadap sistem. Hukum ini dapat diuraikan menjadi beberapa proses, yaitu
proses dengan Isokhorik, Isotermik, Isobarik, dan juga adiabatik.
b) Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Tidak ada bunyi untuk
hukum kedua termodinamika yang ada hanyalah pernyataan kenyataan eksperimental
yang dikeluarkan oleh kelvin-plank dan clausius.
12
Pernyataan clausius: tidak mungkin suatu sistem apapun bekerja sedemikian rupa
sehingga hasil satu-satunya adalah perpindahan energi sebagai panas dari sistem
dengan temperatur tertentu ke sistem dengan temperatur yang lebih tinggi.
Pernyataan kelvin-planck: tidak mungkin suatu sistem beroperasi dalam siklus
termodinamika dan memberikan sejumlah netto kerja kesekeliling sambil menerima
energi panas dari satu reservoir termal.(sumber Fundamentals of engineering
thermodynamics (Moran J., Shapiro N.M. – 6th ed. – 2007 – Wiley).
Total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat
seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya hal ini disebut
dengan prinsip kenaikan entropi” merupakan korolari dari kedua pernyataan diatas
(analisis Hukum kedua termodinamika untuk proses dengan menggunakan sifat
entropi)(sumber Fundamentals of engineering thermodynamics (Moran J., Shapiro
N.M. – 6th ed. – 2007 – Wiley).
c) Hukum ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua
proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini
juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol
absolut bernilai nol.

3. Penerapan Hukum Termodinamika Dalam Ekstraksi Metalurgi


Termodinamika proses metalurgi termasuk Termodinamika metalurgi dan berbagai
proses metalurgi terkait interaksi antara sistem. Untuk pembuatan baja, yang terlibat
termasuk sistem terak metalurgi, baja cair, tahan api, fluks metalurgi dan gas, dan
pendinginan yang dihasilkan inklusi baja cair. Untuk proses metalurgi, termasuk pembakaran,
meniup oksidasi, pemurnian oksidasi dan terak - baja antara berbagai reaksi. Ketika
mempelajari blast furnace, sistem metalurgi diperluas untuk bijih besi, kokas dan besi cair,
proses metalurgi meningkatkan solusi kue, sintering, sistem pelletizing, mengurangi
peleburan dan slag - beberapa reaksi antara besi. Ketika mempelajari metalurgi non-ferrous,
sistem metalurgi meleleh diperluas untuk matte, terak kuning, garam cair, dan garam dan
sistem pelarut organik dan resin pertukaran ion, proses pemanggangan metalurgi Sejalan
meningkat, membuat matte peleburan, klorida, pencucian, curah hujan , elektrolisis, ekstraksi
pelarut dan pertukaran ion. Jelas, studi tentang sistem yang kompleks termodinamika

13
metalurgi dan berbagai proses metalurgi interaksi antara sistem yang relevan adalah tugas
kompleks sangat sulit.
Dari sudut pandang termodinamika, isi metalurgi termodinamika hukum aksi massa
dapat dibagi lagi, energi bebas, entalpi, entropi, aktivitas, persamaan Gibbs-Duhem,
kelarutan, koefisien partisi, diagram fasa dan sebagainya. Pirometalurgi, entalpi bebas -
diagram suhu (juga dikenal sebagai potensi diagram oksigen atau Elligham-Richard-son
gambar) menunjukkan serangkaian senyawa logam entalpi bebas standar dan ketergantungan
suhu, yang dapat menambah stabilitas relatif berbeda membuat perbandingan kuantitatif, dan
digunakan untuk menghitung konstanta kesetimbangan untuk reaksi metalurgi. Untuk
hidrometalurgi, diagram Potensi-pH (juga dikenal sebagai diagram Pourbaix) menunjukkan
berbagai logam padat dan terlarut dalam larutan senyawa dari kesetimbangan termodinamika,
dapat memberikan gas fase keseimbangan zat terlarut. Angka pada logam bawah mengingat
kondisi pencucian atau erosi memiliki referensi tertentu dan nilai aplikasi.
Penerapan dalam reaksi metalurgi dapat dilakukan untuk membuat lebih lengkap dan
dilakukan, dari sudut pandang termodinamika pandang dapat menggunakan metode berikut:
a) Pilih kondisi reaksi yang sesuai, entalpi bebas standar variabel menjadi lebih negatif
sejauh mungkin,
b) Meningkatkan reaksi kegiatan substansi,
c) Mengurangi aktivitas dari produk reaksi. Tugas Metalurgi pekerja adalah untuk berlatih
dalam penggunaan pandai produksi prinsip-prinsip ini dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan tertentu.
Di Hall (CMHall) aluminium metode elektrolit ditemukan sebelum Cowles bersaudara
(Cowles) lebih dulu menemukan metode pengurangan karbon untuk mempersiapkan paduan
tembaga, pada penerapan termodinamika metalurgi atas. Tinggi karbon ferrochrome
peleburan baja karbon sebagai bahan baku, dan didasarkan pada termodinamika metalurgi,
suhu digunakan untuk meningkatkan metalurgi bertiup argon dicampur dengan oksigen untuk
mencapai, dalam kondisi seperti itu, karbon dapat teroksidasi prioritas kromium. Selain itu,
metode pengurangan hidrometalurgi hidrogen tekanan tinggi diterapkan pada praktek
produksi termodinamika metalurgi.

14
D. Legalitas Mengenai Ekstraksi Metalurgi
“Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) adalah izin yang diberikan untuk melakukan
kegiatan usaha jasa pertambangan”.
Bagi para pelaku usaha yang ingin memiliki perusahaan yang bergerak dibidang jasa
pertambangan di Indonesia saat ini, sebaiknya perlu mengerti hal-hal apa saja yang menjadi
poin penting, khususnya aspek legalitas terkait bidang usaha Jasa Pertambangan setelah
adanya ketentuan baru di bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.
Pemerintah melalui Kementrian Energi Dan Sumber Daya Masnusia telah
menerbitakan Peraturan baru Nomor 34 Tahun 2017 tentang Perizinan Di Bidang
Pertambangan Mineral dan Batubara (“Permen ESDM No.34/2017”). Permen ESDM
No.34/2017 menggantikan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 24
tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral Dan
Batubara (Permen ESDM No.24/2012) telah dinyatakan dicabut dan telah dinyatakan tidak
berlaku.
Permen No.24/2012 ini dahulunya sebagai dasar hukum untuk diterbitkannya Surat
Keterangan Terdaftar (SKT) Jasa Pertambangan. SKT inilah yang menjadi legalitas izin
Usaha yang diberikan kepada Perusahaan Usaha Jasa Pertambangan Non Inti yang
melakukan kegiatan secara terus-menerus di lokasi tambang, salah satunya misalnya pada
bidang usaha jasa konsultasi manajemen dll.
Namun, dengan pemberlakuan Permen ESDM No.34/2017 maka SKT Jasa
Pertambangan sebagai legalitas untuk kegiatan usaha jasa pertambangan non inti sudah
dinyatakan tidak berlaku karena bidang usaha jasa pertambangan non inti sudah dihapus.
Permen ESDM No.34/2017 juga mengatur perubahan mengenai bidang usaha tertentu
yang dapat memiliki IUJP, yang mana bidang usaha tersebut hanya terbatas pada kegiatan
jasa penunjang tertentu saja.
Dengan adanya Undang Undang No.4 tahun 2009 tentang Mineral dan
Batubara, Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, serta Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Minaral No. 07 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah
Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral.
Implementasi UU No.4 tahun 2009 pasal 95 huruf c, ”Pemegang IUP dan
IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara,
Pasal 102.”Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber
15
daya mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara, Pasal 103 ayat
(1),”Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan
pemurnian hasil penambangan di dalam negeri, serta, Pasal 170,” Pemegang
kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi
wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam pasal 103 ayat(1),
selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak di Undang-Undang ini di Undangkan.
Maka untuk menerapkan peraturan perundang-undangan tersebut, maka
ekstraksi metalurgi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan nilai tambah dari
sumber daya mineral dengan membangun smelter-smelter di perusahaan.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Proses pemisahan mineral banyak memanfaatkan perbedaan sifat fisik atau
perbedaan sifat kimia dari mineral dengan zat non-komersil. Contohnya, untuk
mineral magnetit yang bersifat magnet, pemisahan dapat dilakukan dengan
menggunakan magnet untuk menarik mineral dan meninggalkan zat-zat non-
komersil.
2. Pengolahan Bahan Galian termasuk dalam kategori metalurgi ekstraksi. Metalurgi
ekstraksi ini mencakup proses dan metode dari pengekstraksian logam dari tambang
mineral di alam. Yaitu seperti pemurnian mineral, pemisahan, proses-proses kimia,
dan ekstraksi logam murni dari paduanya.
3. Implementasi UU No.4 tahun 2009 pasal 95 huruf c,”Pemegang IUP dan
IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara,
Pasal 102.”Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya
mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara.
4. Dari sudut pandang termodinamika, isi metalurgi termodinamika hukum aksi massa
dapat dibagi lagi, energi bebas, entalpi, entropi, aktivitas, persamaan Gibbs-Duhem,
kelarutan, koefisien partisi, diagram fasa dan sebagainya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fadillah, Muhammad. 2014. “Hukum 1 Termodinamika”. (online). www.academia.edu.


Kuzvart, M., 1984. Industrial Minerals And Rocks, Development in Economic Geology 18,
Elsevier, Amsterdam (1986-1990). Pengembangn Kapasitas Nasional Sektor Industri.
Departemen Perindustrian.
Smallman, R.E. 1991. Metalurgi Fisik Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

18

Anda mungkin juga menyukai