Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh :
Uripah
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yangditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun, yang dilakukanmelalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa pembelajaran seni rupa pada anak usia dini diperlukan?
2. Apakah peranan seni rupa bagi anak usia dini?
3. Pengertian seni musik untuk anak usia dini !
4. Manfaat pendidikan seni musik untuk anak usia dinidari segi
psikologi !
5. Sejarah singkat sinichi suzuki !
6. Metode pendidikan seni musik menurut sinichi suzuki!
BAB II
b. Melukis
Kegiatan melukis juga merupakan kegiatan yang
menyenangkan untuk anak-anak usia dini. Menyapukan sebuah
kuas besar yang penuh cat di atas sehelai kertas sangat
menggairahkan danmenyenangkan, kemudian seiring dengan
kesenangan sensual mereka anak-anak dapat mengendalikan diri
terhadap bahan-bahan seni merek.
c. Tanah Liat
Tidak kalah dengan kegiatan yang lain, kegiatan dengan
menggunakan tanah liat sangat disukai anak-anak. Dengan
menggunakan tanah liat anak bisa membuat berbagai macam
bentuk. Anak-anak tidak pernah bosan dengan bahan yang basah.
Lengket dan bisa dibentuk sesuai dengan keinginan mereka.
Mereka suka menyentuh tanah liat untuk merasakan sensualitasnya.
d. Menjiplak
Kegaitan menjiplak sangat disukai anak-anak karena sangat
mudah dan hasilnya bagus menyerupai apa yang dijipla. Anak-
anak biasanya suka menjiplak dengan menggunakan koin.
Baisanya koin merupakan favorit mereka. Dengan menggunakan
kertas dan krayon mereka akan mendapatkan hasil yang bagus.
e. Kolase
Dalam pengertian yang paling sederhana adalah
penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang datar.
Namun kolase bisa dikembangkan dengan cara jangan dibatasi
dalam mengembangkan kreasinya. Anak diberi kebebasan dalam
memilih dann kemudian mengatur potongan bentuk-bentuk dari
kertas, kain, bahan-bahan bertekstur, dan lain-lain, meletakkan dan
melekatkan pada tempat yang ia suka.
f. Finger Painting
Finger painting adalah melukis dengan jari menggunakan
beberapa warna dan hasilnya merupakan suatu bentuk gambar.
Melukis dengan jari sebaiknya dilakukan anak dengan berdiri agar
anak lebih leluasa melakukan gerakan-gerakan tangan dan jari,
baik dengan tangan kiri maupun tangan kanan. Agar anak merasa
lebih bebas tidak takut kotor melakukan finger painting maka
sebelum kegiatan anak mengenakan celemek lebih dulu.
1. Ki Hajar Dewantara
Beliau mengemukakan bahwa pendidikan musik yang dilandasi
oleh musik bangsanya selain musik bangsa lain diharapkan mampu
membentuk manusia yang berbudi luhur. Kehalusan rasa
digunakan sebagai pelita untuk mempertajam pemikiran dan
menyelaraskan tindakan, baik tindakannya sebagai individu
maupun sebagai bagian dari masyarakat.
1. Ritme
Ritme yang dimainkan seharusnya tidak terlalu menyentak-nyentak.
Lagu-lagu yang dimainkan sebaiknya dengan tempo 2/4 atau 4/4, karena
jenis inilah yang palingmudah merangsang gerak tubuh dan aktivitas
(berjalan, berbaris, bertepuk tangan,dan lainnya).
2. Melodi
Melodi yang digunakan sederhana, indah, mudah untuk diikuti,
lembut (tidak terlalu melompat-lompat) dan banyak pengulangan.
3. Harmoni
Musik anak usia dini sebaiknya menggunakan akord-akord dasar saja,
dan nada yang digunakan adalah nada-nada mayor.
4. Tempo
Tempo yang digunakan sebaiknya sedang saja, sehingga mereka
tidak menyanyi dengan nada yang terlalu panjang atau kehilangan minat
jika mendengarkannya. Selain itu juga tidak terlalu cepat sehingga mereka
tidak dapat mengikuti dengan baik ketika menyanyi atau mendengarkan.
5. Syair
Lagu untuk usia ini sebaiknya menggunakan syair kata-kata yang
dapat mengkomunikasikan bidang pengalaman mereka. Kata-katanya juga
harus mudah diucapkan, dibangun dengan huruf-huruf vokal,
sederhana, dan diulang-ulang.
C. Manfaat Pendidikan Seni Musik untuk Anak Usia Dini dari Segi
Psikologis
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kita semua gemar bermain terutama saat kita masih kanak-kanak.
Bermain adalah aktifitas yang khas, berbeda dengan bukan bermain, dalam
hal ini adalah bekerja atau aktifitas lain yang serius fungsional dan selalu
dilakukan dalam rangka suatu hasil. Bermain tidak memperdulikan hasil
akhir tetapi yang lebih penting disini adalah proses bermain itu sendiri.
Bermain selalu menyenangkan dan tidak pernah menjadi beban. Bila anak
sudah menganggap bermain sebagai suatu beban, artinya yang ia lakukan
bukanlah bermain.
Orang dewasa mengenal kegiatan “bekerja” selain kegiatan
“bermain”. Kendati bukan bekerja mempunyai fungsi tersendiri sebagai
bagian dari keseimbangan kehidupannya. Anak-anak dilain pihak, hanya
mengenal kegiatan bermain. Hal ini disebabkan perbendaharaan antara
kegiatan bekerja dan bermain pada masa kanak-kanak masih amat tipis.
Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan.
Apabila kita ingin memahami pengertian bermain, kita perhatikan
saja wajah anak-anak bila wajah mereka menampilkan percikan air muka
yang cerah dan berseri-seri, itulah bermain. Namun bila wajah mereka
muram dan cemberut maka itu bukan lagi bermain. Dengan ketrampilan
dan kemampuannya yang masih serba terbatas anak melakukan aktivitas
bermain (justru) untuk mendapatkan informasi tentang dunia sekitarnya
serta tentang siapa dirinya. Bermain memungkinkan anak-anak
mengeksplorasi berbagai pengalaman dalam berbagai situasi dan sudut
kehidupan. Dengan demikian, kegiatan bermain merupakan bagian yang
penting dalam proses tumbuh kembangnya disemua bidang kehidupan
diantaranya mencakup fisik, intelektual, emosi, sosial.
Kegiatan bermain memberi anak pengalaman berhadapan dengan
masalah-masalah dan menganggapnya sebagai tantangan-tantangan yang
menggairahkan. Dengan demikian diharapkan, kelak ia tumbuh menjadi
orang dewasa yang optimistic dan kreatif dalam menghadapi kendala-
kendala kehidupan. Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang
sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yangsehat selalu
mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa
anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan sakit,
jasmaniah maupun rohaniah.
Para ahli berkesimpulan bahwa anak adalah makhluk yang aktif
dan dinamis. Kebutuhan-kebuthan jasmaniah dan rohaniahnya anak yang
mendasari sebagian besar dipenuhi melalui bermain (kelompok) bermain
sendiri maupun itu merupakan kebutuhan anak. Bermain bagi anak adalah
mutlak diperlukan untuk mengembangkan daya cipta, imajinasi, perasaan,
kemauan, motivasi, dalam suasana riang gembira.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, dalam makalah ini penulis
menentukan rumusan masalah sebagai berikut :
KAJIAN TEORI
A. Hakekat Bermain
a. Definisi Bermain
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian
para ahli, bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :
i. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-
potensi yang ada padanya.
ii. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang
seutuhnya, baik fisik, intelektual bahasa dan perilaku
(psiksososial serta emosional)
iii. Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya
sehingga terlatih dengan baik.
iv. Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu
lebih mendalam lagi.
B. Karakteristik Bermain Anak
Karakteristik bermain anak antara lain :
Bermain relatif bebas dari aturan-aturan, kecuali anak-anak
membuat aturan mereka sendiri.
Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan
nyata (bermain drama)
Bermain lebih memfokuskanpada kegiatan atau perbuatan dari
pada hasil akhir produknya.
Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak-anak.
C. Tujuan Bermain atau Permainan
Tujuan dari bermain atau permainan antara lain :
Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggung jawab dalam
kehidupan sehari-hari
Melatih sikap ramah, suka bekerja sama menunjukkan kepedulian
Menanamkan budi pekerti yang baik
Melatih anak untuk berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang
besar
Melatih anak untuk mencintai lingkungan dan ciptaan Tuhan
Melatih anak untuk mengeri berbagai konsep moral yang
mendasar, seperti salah, benar, jujur, adil dan fair
D. Manfaat Bermain Bagi Anak
Manfaat bermain bagi anak antara lain :
Bermain bermanfat mencerdaskan otak
Bermain bermanfaat mengasah panca indra
Bermain bermanfaat sebagai media terapi
Bermain memacu kreatifitas
Bermain bermanfaat untuk melatih empati
Bermain itu melakukan penemuan
E. Pendapat Pakar Tentang Permainan
a. Aristoteles
Berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk
bermain dengan apa yang mereka tekuni dewasa nanti. Pendidikan
untuk anak perlu disesuaikan dengan minat serta tahap
perkembangan anak.
b. Frohel (abad 18)
Menekankan pentingnya bermain dalam belajar.
Menurutnya kegiatan bermain dan mainan yang dinikmati anak
dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan
pengetahuan mereka.
c. Joan Freman dan Utami Menandar (1995)
Menyebutkan bahwa pada umumnya bermain merupakan
suatu aktivitas yang membantu anak untuk mencapai
perkembangan yang utuh, baik fisik, sosial, moral dan emosional.
d. Montessori (1961)
Menggambarkan jika ketika anak bermain, dan berada
dalam situasi keserasian, akan merekontroksi sebuah kreativitas.
e. Sigmund Freud
Freud memandang bermain sama seperti fantasi atau
lamunan. Melaluio bermain ataupun fantasi, seseorang dapat
memproyeksikan harapan maupun konflik pribadi. Denagn
demikian bermain mempunyai efek katarsis yaitu anak dapat
mengambil peran aktif sebagai pemasaran dalam memindahkan
perasaan negatif ke objek atau orang pengganti..
Freud memandang bermain sebagai cara yang digunakan anak
untuk mengatasi masalah, memanfaatkan bermain sebagai alat
diagnosa terhadap masalah dan sarana mengobati jiwa anak yang
dimanifestasikan dalam terapi bermain.
f. Frank dan Theresia Caplan,
enam belas hakikat bermain
i. Membantu pertumbuhan anak
ii. Merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
iii. Memberikan kebebasan anak untuk bertindak
iv. Memberikan dunia khayal yang disukai anak
v. Mempunyai unsur berpetualang didalamnya
vi. Meletakkan dasar pengembangan bahasa
vii. Mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan
hubungan antar pribadi
viii. Memberikan kesempatan-kesempatan untuk menguasai diri
secara fisik
ix. Memperluas minat dan pemusatan perhatian
x. Merupakan cara untuk menyelidiki sesuatu
xi. Merupakan cara untuk mempelajari peran orang dewasa
xii. Merupakan dinamis untuk belajar
xiii. Menjernihkan pemikiran anak
xiv. Dapat distruktur secara akademis
g. Singer
Bermain, teutama bermain imajinatif sebagai kekuatan
positif untuk perkembangan manusia, bermain memberikan suatu
cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya
perangsangan (stimulasi) baik dari luar maupun dari dalam yaitu
aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan
merekam pengalaman-pengalaman.
BAB III
RAGAM PERMAINAN ANAK
A. Bermain Bebas
Dalam permainan bebas anak boleh memilih sendiri kegiatan yang
diinginkannya serta alat-alat yang ingin digunakannya. Bermain bebas
merupakan bentuk bermain aktif baik dengan alat maupun tanpa alat,
didalam maupun diluar ruangan. Saat bermain bebas anak-anak
membutuhkan tempat, waktu, peralatan bermain, serta kebebasan.
Kebebasan yang diberikan adalah kebebsana yang tertib, yaitu
kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan tersebut diarahkan
pada tumbuhnya disiplin diri secara bertahap.
Tugas guru dalam kegiatan bermain bebas adalah melakukan
observasi terhadap anak-anak dan mendorong atau memotivasi anak
untuk lebih aktif bermain. Adapun contoh-contoh aktifitas bermain
bebas baik didalam maupun diluar ruangan :
Didalam Ruangan
a. Bermain Balok
Saat bermain balok anak-anak bebas mengeluarkan
dan menggunakan imajinasi serta keinginannya untuk
menemukan agar dapat bermain dengan kreatif.
Di PAUD hendaknya disediakan beberapa set dan
jenis balok, seperti balok-balok ukuran besar, ukuran kecil
dan balok yang dapat dimainkan dimeja (table blocks),
Balok meja biasanya terdiri dari balok-balok bujur sangkar
berwarna atau polos, yang dapat dimainkan secara
individual atau berpasangan sambil duduk mengelilingi
meja. Dapat pula ditambahkan bentuk-bentuk lain untuk
lebih menstimulasi daya cipta dan daya eksplorasi anak.
b. Bermain Alat Manipulatif
Alat manipulatif adalah semua alat permainan yang
kecil dan dapat diletakkan diatas meja sehingga membuat
anak terampil bekerja dan mengembangkan daya pikirnya.
Berbagai macam alat permainan manipulatif adalah
papan hitung, puzzle, mozaik, balok ukur, menara gelang,
papan jahit, lotto, manik-manik, roncean, biji-bijian, tutup
botol, sendok es krim, benda-benda plastik.
Diluar Ruangan
Halaman sekolah adalah tempat yang menyenangkan bagi
anak-anak. Mereka dapat bersosialisasi serta mengembangkan
fisiknya baik dengan berlari maupun dengan memainkan alat
lain yang disediakan seperti : ayunan, papan jungkit, papan
luncur, palang bertingkat, jembatan goyang, jaring-jaring laba-
laba dan lain-lain.
Ketika anak-anak bermain diluar, pengawasan oleh guru
sangat diperlukan. Dibutuhkan kerjasama guru dalam
mengawasi anak-anak saat bermain yang juga disesuaikan
dengan luasnya area bermain.
Kegiatan ini merupakan pembuka kegiatan fisik yang menarik
dan mempunyai banyak manfaat, antara lain :
Dapat dipindah-pindahkan
Tidak terlalu berat
Menarik untuk anak-anak yang tidak berani memulai
sesuatu
Membantu anak-anak belajar dimana memulai kegiatan
dan bagaimana merencanakan gerakannya secara
berurutan
Memberi kesadaran akan ruang bagi tubuh anak sendiri
Mendorong anak mengambil resiko
Membantu guru mengenali anak-anak yang
memerlukan lebih banyak kesempatan untuk memanjat,
menyeimbangkan serta mengembangkan ketrampilan
dalam program motorik telah disusun.
B. Bermain Terpimpin
Dalam kegiatan bermain terpimpin anak tidak bebas, melainkan
terikat pada peraturan permainan atau kegiatan tertentu. Biasanya
permainan dan alat permainan diciptakan ileh guru sendiri. Oleh karena itu
gru TK / PAUD harus kreatif mencipta (permainan dan alat) agar kegiatan
pembelajaran tidak membosankan serta anak dan guru tidak mengalami
kejenuhan.
Aktifitas permainan terpimpin yang dapat membentu guru
mencipta permainan, antar lain sebagai berikut :
Permainan dalam lingkaran
Permainan dengan alat
Permainan tanpa alat
Permainan dengan angka
Permainan dengan nyanyian
Permainan bentuk lomba
Permainan mengasah panca indra
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa permainan merupakan hal yang harus diajarkan kepada
anak karena permainan merupakan dunia anak yang dapat menunjang pada
kehidupannya di masa depan karena di dalam permainan itu sendiri
terdapat proses belajar
B. Saran
Disarankan kepada penulis selanjutnya untuk memperkaya lagi
bahan rujukan yang digunakan untuk memperluas cakrawala ilmu yang di
dapat juga untuk memperkaya materi yang bisa di pelajari
DAFTAR PUSTAKA
Csikszentmihalyi, m., 1996, Creativity. Harper Collins Publisher, Inc: New York
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangdi atas, makarumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hakekat bermain bagi anak ?
2. Bagaimana perkembangan fase bermain pada anak ?
3. Bagaimana Karakteristik pada anak ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Hakikat bermain bagi anak
2. Perkembangan fase bermain pada anak
3. Bagaimana Karakteristik pada anak
BAB II
KARAKTERISTIK BERMAIN
1. Pengertian Bermain
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari
karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah bermain
( Mayesty, 1990 : 196-197 ), Anak usia dini tidak membedakan antara
bermain belajar dan bekerja. Anak –anak umum nya menikmati permainan
dan akan terus melakukan dimanapun mereka berada dan memiliki
kesempatan untuk bermain.
Piaget dalam mayesti ( 1990: 42 ) mengatakan bahwa bermain
adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan akan
menimbulkan kesenangan. Kepuasan bagi diri sendiri. Sedangkan parten
dalam. Dockett dan Fleer ( 2000:14 ) memandang bahwa bermain adalah
sebagai sarana sosialisasi di harapkan melalui bermain dapat memberi
kesempatan anak untuk bereksplorasi. Menentukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan ( Yuliani Nuraini
Sujiono, 2009:144-145 ).
Emmy Budiati ( 2008 ). Bermain merupakan kebutuhan bagi anak,
karena melalui bermain anak akan merasa senang. Dan bermain adalah
suatu kebutuhan yang sudah ada dalam diri anak. Dalam redaksi yang lain
dijelaskan bahwa bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk
bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka
mengenal dunia. Bermain tidak sedkedar mengisi waktu tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya makanan, cinta kasih ( Soetjiningsih, 1995 ).
Tentang bermain, Hurlock ( 1999 ) menyatakan setiap kegiatn yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan
hasil akhir. Dengan demikian anak dapat mempelajari berbagai
keterampilan dengan senang hati. Tanpa merasa dipaksa ataupun terpaksa
ketika kegiatan bermain
Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan
ketrampilan dan kecerdasan anak agar lebih siap menuju pendidikan
selanjutnya. Kecerdasan anak tidak hanya ditentukan oleh skor tunggal
yang di ungkap melalui tes intelegensi saja akan tetapi anak juga memiliki
sejumlah kecerdasan yang berwujud keterampilan dan kemampuan.
Frobel menggap jika bermain sebagai kegiatan yang mempunyai
nilai praktis. Artinya, bermain sebagai media untuk meningkatkan
ketrampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Bermain juga berfungsi
sebagai sarana refresing untuk memulihkan tenaga seseorang setelah lelah
bekerja dan dihinggap rasa jenuh ( Iva Noorlaila, 2010:35-37 )
Jadi jika sejak awal perkembangannya anak dikondisikan pada
bidang. Yang diminatinya . maka anak akan semakin meningkat
pengetahuannya akan bidang yang ditekuni kelak. Sedangkan Frobel
berdasarkan pengalamannya sebagai pengajar, lebih menekankan
pentingnya bermain dalam belajar, dia menyadari bahwa kegiatan bermain
maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik
perhatian kepada anak dan mampu untuk mengembangkan pengetahuan
mereka.
5. KARAKTERISTIK BERMAIN
Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan sekaligus
memiliki unsur pendidikan bagi anak. Sejalan dengan definisi sederhana
ini, bermain memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
1) Motivasional. Bermain dilakukan atas motivasi intrinsik dari seorang
anak atau berdasarkan keinginan sendiri serta untuk kepentingan.
2) Emosional. Bermain adalah kegiatan yang melibatkan emosi-emosi
positif pada diri seorang anak. Hal ini tercermin seperti ketika
meluncur dari tempat yang tinggi secara berulang-ulang tanpa rasa
takut
3) Fleksibilitas. Kegiatan bermain biasanya ditandai dengan mudahnya
melakukan permainan yang berbeda-beda atau beralih dari satu
permainan ke permainan dengan menyenangkan.
4) Enjoyable. Aktivitas bermain lebih mengutamakan poses bermain,
tanpa memperhatikan hasil akhir dari bermain. Anak bermain dengan
tanpa harus memperhatikan prestasi apa yang akan didapat apabila ia
dapat melakukan hal tersebut. Mereka cenderung terpusat pada proses
bermain, seperti anak bisa memasang gambar sesuai dengan bentuknya.
5) Terbuka. Anak bebas memilih permainan atas kehendaknya tanpa ada
yang menyuruh atau memaksa. Ketika seorang anak menyusun balok
akan disebut bermain seandainya aktivitas tersebut atas kehendak
sendiri tanpa ada yang menyuruh atau memaksa
6) Imajinatif. Bermain mempunyai daya imajinasi yang tinggi. Seorang
anak yang mempunyai daya imajinasi tinggi akan memungkinkan anak
bereksperimen pada hal-hal yang baru. Biasanya realitas internal lebih
diutamakan dari pada realitas eksternal. Karena anak memberikan
makna baru terhadap obyek yang dimainkan, dan mengabaikan
keadaan obyek yang sesunggunya. Misalnya anak yang pura-pura
membakar sate tapi yang sebenarnya hanya mengipasi kepingan
gambar yang berbentuk ayam, sapi, kuda, bebek, atau menggap guling
sebagai eekor kuda.
7) Bebas. Bermain bebas dari aturan-aturan yang di tetapkan dari luar dan
hanya menuntut keterlibatan aktif dari sang anak.
8) Dimensional. Bermain mempunyai batasan tertentu. Tanpa
mengabaikan kebebasan dalam bermain. Bermain memiliki dimensi
sebagai barometer sejauh mana aktivitas yang dilakukan anak bisa
dikategorikan ke dalam aktivitas bermain atau bukan aktivitas bermain.
Seandainya aktivitas tersebut dianggap bukan aktivitas bermain lagi.
Biasanya anak tidak lagi bisa menikmati aktivitas yang dilakukan.
Bermain harus dilakukan berdasarkan keinginan sendiri tanpa dad
paksaan dari orang lain. Sehingga anak bermain tanpa ada rasa takut untuk
melakukan aktivitas bermain apapun dan melakukan aktivitas-aktivitas
berain berbeda-beda setiap saat dan berganti-ganti secara fleksible
karakteristik bermain anak akan menentukan perkembangan anak di masa
datang.
Dalam bermain. Anak-anak harus mempunyai batsan dengan tidak
mengabaikan kebebasan pada anak untuk bermain. Bermain bukan bekerja
tapi bermain adalah berpura-pura. Bermain juga bukan satu kegiatan yang
sungguh-sungguh, dan juga bukan melakukan kegiatan yang produktif.
Namun demikian dalam bermain anak-anak akan mengalami atau
melakukan hal-hal yang produktif. Mereka juga dapat membentuk duniana
sendiri sehingga sering kali dianggap nyata. Itulah ajaibnya dunia anak-
anak.
Sejalan dengan pendapat diatas. Dockett dan Fleer ( 2000 )
menyatakan bahwa suatu aktivitas dikatakan bermain jika ia memiliki
karakteristik sebagai berikut.
a) Simbolik. Bermain pada dasarnya adalah aktivita yang dilakukan anak
untuk mengemukakan berbagai ide dan gagasannya ke dalam bentuk-
bentuk simbolik yang mewakili berbagai benda. Orang atau pun
aktivitas yang di ketahuinya. Karakteristik ini terlihat ketika anak
memainkan balok yang di ibaratkan sebagai kereta api. Anak berperan
sebagai seorang ibu yang sedang memasak, bahkan sebagai ibu dari
boneka yang di anggap sebagai anaknya.
b) Bermakna. Bermain pada hakikatnya adalah kegiatan memainkan
berbagai pengalaman, keterampilan, dan pemahaman yang dapat
dilakukannya sejalan dengan apa yang telah diketahui anak.
c) Aktif. Kegiatan bermain adalah kegiatan aktif yang dilakukan anak
dengan melibatkan berbagai jenis aktivitas baik fisik, psikis, maupun
imajinasinya
d) Menyenangkan. Bermain adalah segala sesuatu yang dilakukan yang
dapat memberikan rasa senang, kegembiraan, dan keceriaan pada anak
memberikan rasa senang, kegembiraan, dan keceriaan pada anak.
e) Motivasional. Bermain adalah segala jenis kegiatan yang dilakukan
atas dasar dorongan dari dalam diri anak sehingga anak melakukannya
dengan penuh semangat.
f) Beraturan. Segala bentuk permainan memiliki aturan-aturan, baik
dalam hal waktu, lingkungan, maupun peralatanya. Hal inilah yang
menyebabkan anak dapat melakukan berbagai jenis permainan jika
waktunya ada. Lingkungannya mendukung, dan peralatannya tersedia.
g) Bererisode. Layaknya sebuah cerita bermain pun memiliki tahapan
yakni tahapan awal, tengah, dan akhir dalam satu tema tertentu yang
dipilih anak. Jika sebuah permainan telah memasuki tahap akhir,
biasanya anak akan memainkan permainan baru.
Seluruh karakteristik tersebut berhubungan dengan bermain. Walaupun
dalam kenyataanya tidak semua karakteristik berada pada satu permainan
yang sama. Namun demikian perlu dicatat bbahwa seluruh karakteristik
tersebut bukanlah seperangkat aksi yang dapat membuat sesuatu dikatakan
bermain. Bruner menyatakan bahwa karakteristik utama dai bermain
bukanlah terletak pada isinya melainkan pada jenisnya. Bermain adalah
sebuah pendekataan untuk beraksi, bukan bentuk sebuah aktivitas.
A. Anak Usia Dini
Pada umunya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak adalah
masa terpanjang dalam rentang kehidupan seseorang, saat individu
dimana relatif tidak berdaya dan tergantung dengan orang lain.
Menurut Hurlock (1980), masa kanak-kanak di mulai setelah bayi
yang penuh dengan ketergantungan, yaitu kira-kira usia 2 tahun
sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira 13 tahun untuk
wanita dan 14 tahun untuk laki-laki. Masa kanak-kanak di bagi lagi
menjadi dua periode yang erbeda, yaitu awal dan akhir masa kanak-
kanak. Periode awal berlangsung dari umur 2-6 tahun, dan periode
akhir pada masa usia 6 sampaitiba saatnya anak matang secara seksual.
Garis pemisah ini pnting, khususnya digunakan untuk anak-anak yang
sebelum mencapai wajib belajar diperlakukan sangat berbeda dari
anak yang sudah masuk sekolah. Sedangkan para pendidik menyebut
sebagai tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia pra sekolah,
demikian halnya menurut Mönks, dan Haditono (2004) disebut
sebagai anak pra sekolah.
Anak pada usia dini sebagai usia dimana anak belum memasuki
suatu lembaga pendidikan formal, seperti Sekolah Dasar (SD), dan
biasanya mereka tetap tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan dalam
bentuk berbagai lembaga pendidikan pra sekolah seperti kelompok
bermain, taman kanak-kanak atau taman penitipan anak
Menurut Setiawan (2002), yang mengacu pada teori Piaget, anak
usia dini dapat di katakan sebagai usia yang belum dapat di tuntut
untuk berpikir secara logis, yang di tandai dengan pemikiran sebagai
berikut :
Berpikir secara konkrit, dimana anak belum daat memahami atau
memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak (seperti cinta dan
keadailan)
Realisme, yaitu kecenderungan yang kuat untuk menanggapi
segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata
Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut
pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari si
lain
Kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak mudah
menerima sesuatu yang majemuk
Animisme, yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua
objek yang ada dilingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan
sebagaimana yang dimiliki anak
Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan dirinya
pada satu aspek dari suatu situasi
Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia
2 – 6 tahun, yang berada pada tahap perkembangan awal masa kanak-
kanak, yang memiliki karakteristik berpikir konkrit, realisme,
sederhana, animism, sentrasi, dan memiliki daya imajinasi yang kaya
MAKALAH
KREATIVITAS ANAK USIA
DINI DALAM BERMAIN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak,
sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf
Yunani, Plato, merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat
pentingnya nilai praktis dari bermain. Anak-anak akan lebih mudah
mempelajari aritmatika melalui situasi bermain. Bermain dapat digunakan
sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu
pada anak. Istilah bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan,
dan dapat mengembangkan imajinasi anak
Menurut Singer (dalam Kusantanti, 2004) mengemukakan bahwa
bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya,
mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan
mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki
kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.
Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan
dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima
pengertian bermain :
Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas
dipilih oleh anak
Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
Memilikii hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang
bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,
perkembangan sosial dan sebagainya
b. Hurlock
Adapun tahapan perkembangan bermain mrnurut Hurlock
adalah sebagai berikut:
1) Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)
Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain,
mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya
lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak
sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan
mengamati setiap benda yang diraihnya.
2) Tahapan Mainan (Toy stage)
Tahap ini mencapai puncknya pada usia 5-6 tahun. Antara
2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat
permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah,
anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain
dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain
seperti layaknya teman bermainnya.
3) Tahap Bermain (Play stage)
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke
sekolah dasar. Pada masa ini jenis permainan anak semakin
bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan
yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga
dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang
dewasa.
4) Tahap Melamun (Daydream stage)
Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa
pubertas, dimana anak mulai kurang berminat terhadap
kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai
menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal.
Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari
orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain.
3. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan yang sangat
khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara tuntas.
Kreativitas dapat didefinisikan dalam beranekaragam pernyataan
tergantung siapa dan bagaimana menyorotinya. Istilah kreativitas
dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang
istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara-
cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan
orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan
Menurut Solso (Csikszentmihalyi,1996) kreativitas adalah aktivitas
kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah
atau situasi. Drevdal (dalam Hurlock, 1999) menjelaskan kreativitas
sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi,
produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan
sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Kreativitas ini dapat berupa
kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya
perangkuman, mungkin mencakup pembentukan polapola baru dan
gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya serta
pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup
pembentukan korelasi baru. Bentuk-bentuk kreativitas mungkin
berupa produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin juga
bersifat prosedural atau metodologis. Jadi menurut ahli ini, kreativitas
merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya merupakan pembentukan
kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman
sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat. Munandar
(1995) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk
membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan,
informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya
menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau suatu
kombinasi baru berdasarkan unsurunsur yang telah ada sebelumnya
menjadi sesuatu yang bermakna atau bermanfaat.
PENUTUP
Jakarta