Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

SEJARAH DEFINISI RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah

Model-model pembelajaran AUD

Dosen Pengampu :

Di Susun Oleh :

Uripah

Fakultas Tarbiyah Prodi PIAUD Institut Agama Islam ( BBC )

2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yangditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun, yang dilakukanmelalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa pembelajaran seni rupa pada anak usia dini diperlukan?
2. Apakah peranan seni rupa bagi anak usia dini?
3. Pengertian seni musik untuk anak usia dini !
4. Manfaat pendidikan seni musik untuk anak usia dinidari segi
psikologi !
5. Sejarah singkat sinichi suzuki !
6. Metode pendidikan seni musik menurut sinichi suzuki!
BAB II

PENTINGNYA SENI RUPA BAGI ANAK USIA DINI

Menurut para ahli kwalitas emosional sangatlah penting bagi suatu


keberhasilan. Kemampuan mengenali perasaannya sendiri, sewaktu
perasaan atau emosi itu muncul dan ia mampu mengenali emosinya sendiri
apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka dan
mampu untuk mengambil keputusan. Kemampuan mengelola emosi
merupakan kemampuan seorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri,
sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya
secara wajar.

Menurut Evelyn Pitcher (1982)Mengatakan kemampuan membina


hubungan bersosialisasi, sama artinya dengankemampuan mengelola
emosi orang lain. Dengan seni rupa akan membantu anak-anak untuk
mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulansosial
perkembangan terhadap emosional mereka. Anak-anak dengan
kemampuanini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul.
Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi
dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.Pengajaran seni rupa
menyajikan obyek-obyek dari pengalaman internaldan eksternal bagi anak.
Dari pengalaman-pengalaman tersebut anak dapatmemotivasi dirinya,
pengalaman eksternal didapatkan oleh peranan dari luar,sedangkan
pengalaman internal ingin menggambar dengan baik.Penguasaan guru
tentang wawasan tugas perkembangan seni rupa jugasangat membantu
dalam membuat perencanaan program kegiatan belajar bagi anak agar tiap
anak dapat menjalani hidup dalam masa kanak-kanak dan menyiapkan diri
untuk menjadi orang dewasa yang berguna bagi pribadi dan anggota
masyarakat. Berbagai hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengembangkan anak agar dapat berkembang menjadi pribadi yang
mandiri sebagai berikut:

a. Membantu masing-masing anak dapat merasa aman dan bahagia dalam


lingkungan baru di sekolah.
b. Membimbing dan mendorong anak untuk mengembangkan bakat dan
aspek-aspek kepribadiannya yang mengacu pada bermacam-macam
peran seseorang dalam masyarakat.
c. Membantu mengembangkan motorik halus dan kasar melalui
perencanaan,pembimbingan dan penyediaan sarana penunjang yang
memadai.
d. Membantu mengembangkan kemampuan dalam kaidah pemahaman
lingkungan fisik dan mengendalikannya dengan cara membangkitkan
rasa ingin tahu, berpikir, menalar, mengumpulkan dan menggunakan
informasi tentang lingkungan fisik yang di peroleh.

Tiap kesempatan perlu dimanfaatkan oleh guru untuk membantu


perkembangan penggunaan bahasa dan pemahaman bicara anak atau
orang lain.

Membantu anak untuk merasakan pengalaman yangdiperoleh dari


lingkungan yang baik bagi diri mereka. Melalui perencanaan
pengembangan bagi guru akan mampu menggerakkan anak agar
menumbuhkan berpikir, menalar, mampu menarik kesimpulan dan
membuat generalisasi.

1. VARIASI DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA


Dari berbagai kegiatan berkarya seni rupa dalam pembelajaran
anak usiadini bisa dilakukan pada saat anak: menggambar, melukis,
mencetak, menjiplak kolase, tanah liat dan finger painting.
a. Menggambar
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara
manusiamengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-
perasaannya. Dengan kata laingambar merupakan salah satu bentuk
bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat di lihat
berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar.
Tahap mencoret sembarangan ( 2 – 3 tahun)Pada tahap ini
anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknyasehingga
coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu
seperti benang kusut
Tahap mencoret terkendali ( 2 – 3 tahun )Pada tahap ini
anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakantangan
dengan hasil goresannya.Maka berubahlah goresan menjadi garis
panjang kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga ( 3,5 – 4 tahun)Pada tahap ini pergelangan
tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai
gerakan tangan sehingga hasilgoresannya pun sudah lebih
teratur.Media yang digunakan untuk menggambar yaitu : kapur
arang, pensil, tinta, pensil warna, krayon dll.
i. Tujuan menggambar bagi anak :
1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk
mengespresikan diri.
2. Mengembangkan daya kreativitas
3. Mengembangkan kemampuan berbahasa
4. Mengembangkan citra anak.

Menggambar adalah media yang paling ekspretif. Yang


dengan langsung dapat mengekspresikan gagasan dari dalam diri
seorang anak.

Kapanpun pensil dan kertas tersedia secara otomatis anak-


anak akan menggambar. Anak yang kreatif dan suka
mengekspresikan gagasan dari dalam dirinya akan menghabiskan
waktu berjam-jam sepulang sekolah untuk menggambar di rumah.

b. Melukis
Kegiatan melukis juga merupakan kegiatan yang
menyenangkan untuk anak-anak usia dini. Menyapukan sebuah
kuas besar yang penuh cat di atas sehelai kertas sangat
menggairahkan danmenyenangkan, kemudian seiring dengan
kesenangan sensual mereka anak-anak dapat mengendalikan diri
terhadap bahan-bahan seni merek.

c. Tanah Liat
Tidak kalah dengan kegiatan yang lain, kegiatan dengan
menggunakan tanah liat sangat disukai anak-anak. Dengan
menggunakan tanah liat anak bisa membuat berbagai macam
bentuk. Anak-anak tidak pernah bosan dengan bahan yang basah.
Lengket dan bisa dibentuk sesuai dengan keinginan mereka.
Mereka suka menyentuh tanah liat untuk merasakan sensualitasnya.

d. Menjiplak
Kegaitan menjiplak sangat disukai anak-anak karena sangat
mudah dan hasilnya bagus menyerupai apa yang dijipla. Anak-
anak biasanya suka menjiplak dengan menggunakan koin.
Baisanya koin merupakan favorit mereka. Dengan menggunakan
kertas dan krayon mereka akan mendapatkan hasil yang bagus.
e. Kolase
Dalam pengertian yang paling sederhana adalah
penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang datar.
Namun kolase bisa dikembangkan dengan cara jangan dibatasi
dalam mengembangkan kreasinya. Anak diberi kebebasan dalam
memilih dann kemudian mengatur potongan bentuk-bentuk dari
kertas, kain, bahan-bahan bertekstur, dan lain-lain, meletakkan dan
melekatkan pada tempat yang ia suka.

f. Finger Painting
Finger painting adalah melukis dengan jari menggunakan
beberapa warna dan hasilnya merupakan suatu bentuk gambar.
Melukis dengan jari sebaiknya dilakukan anak dengan berdiri agar
anak lebih leluasa melakukan gerakan-gerakan tangan dan jari,
baik dengan tangan kiri maupun tangan kanan. Agar anak merasa
lebih bebas tidak takut kotor melakukan finger painting maka
sebelum kegiatan anak mengenakan celemek lebih dulu.

2. YANG BERPERAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA


Bagi pendidikan seni rupa, peranan sekolah adalah memberikan
fasilitas berbentuk prasarana, sarana, bahan dan bimbingan untuk tempat
berlatih berkarya dan mengukur kemampuan. Anak dilatih menghadapi
tantangan dalam mengolah bahan Menyesuaikan pendapat dan
pemahaman mengenai berkarya seni melalui diskusi dengan guru dan
temannya. Termasuk mengukur kemampuan dan bakatnya melalui ujian
atau mengikuti perlombaan.
Selain dari peranan guru dan sekolah haruslah ada upaya-upaya
untuk meningkatkan pembelajaran seni rupa pada anak usia dini yaitu :
a. Dengan memperkenalkan tentang seni rupa pada anak sejak
dini.
b. Memberikan pengarahan dan motivasi kepada anak bahwa seni
rupa itu menyenangkan.
c. Memberitahu kepada anak bahwa melalui kegiatan seni rupa
mereka dapat menyalurkan ekspresi serta pengalamannya.
BAB II

Pendidikan Seni Musik untuk Anak Usia Dini

Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang memberikan


kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif
untuk pengembangan kepribadian siswa dan memberikan sikap-sikap atau
emosional yang seimbang.

Menurut Sudarsono: Seni musik adalah ungkapan rasa indah


manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat dalam wujud
nada-nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta
mempunyai bentuk dalam ruang dan waktu, yang dikenal oleh diri sendiri
atau manusia lain dalam lingkungan hidupnya sehingga dapat
dimengerti dan dinikmati.

Pendidikan seni musik di PAUD dapat dijadikan sebagai salah satu


jalan efektif dalam mengembangkan talenta anak dan membina anak usia
dini agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya,
pendidikan seni musik dijadikan sarana ekspresi, imajinasi, kreativitas dan
apresiasi musik anak.. Konsep dasar pendidikan seni musik bagi anak
meliputi kemampuan fisik, bahasa, sosial, emosional, kognitif. Tujuannya
adalah lebih membantu anak untuk mampu mengungkapkan apa yang
anak ketahui dan rasakan melalui seni. Pendidikan seni musik penting
dilaksanakan di PAUD karena melalui pendidikan musik dapat
mengembangkan dan meningkatkan kualitas anak didik dalam
pendewasaan. Pengertian ini didukung oleh pendapat, yaitu:

1. Ki Hajar Dewantara
Beliau mengemukakan bahwa pendidikan musik yang dilandasi
oleh musik bangsanya selain musik bangsa lain diharapkan mampu
membentuk manusia yang berbudi luhur. Kehalusan rasa
digunakan sebagai pelita untuk mempertajam pemikiran dan
menyelaraskan tindakan, baik tindakannya sebagai individu
maupun sebagai bagian dari masyarakat.

2. Menurut Music Education as an Asestic Education


Pendidikan musik bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan seseorang untuk merespon kualitas estetis yang
terdapat dalam suatu karya.
3. Menurut Praxis philoshopy
Menurut Praxis philoshopy memiliki makna membantu
manusia mengembangkan kemampuannya untuk memperoleh
pengetahuan, berkembang, memiliki harga diri dan identitas diri
serta memiliki kepekaan sosial terhadap keragaman budaya.

Semua anak mempunyai kecerdasan musikal, seperti yang


dinyatakan Garner dalam Teori Multiple Intelegence. Dalam menerapkan
pendidikan musik di PAUD, idealnya kegiatan yang bisa dilakukan seperti
bernyanyi, mendengarkan dan bermain musik. Melalui kegiatan tersebut
merupakan cara yang baik dan benar untuk mempertajam kemampuan,
menyimak, mengembangkan dan mendorong bakat vokal, ritmis dan
kegiatan musikal anak. Penerapan pendidikan dasar seni bagi anak
khususnya adalah sebagai berikut:

1) Belajar melalui bermain; kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat


disenangi oleh anak
2) Belajar melalui observasi; dalam kegiatan ini, anak menyukai hal yang
baru, seperti: anak gemar mengamati segala sesuatu yang terdapat
disekitarnya atau hal yang dilihatnya maupun didengarnya dari televisi,
video, radio ataupun rekaman bunyi serta rekaman gambar.
3) Belajar melalui eksplorasi; anak ingin mencoba-coba hal yang baru
dengan tidak dapat berdiam diri dengan cara mengutak atik yang ada
disekitarnya. Contoh Memukul alat musik.
4) Belajar melalui imitasi; dalam kegiatan ini, anak gemar menirukan
berbagai bunyi dan suara yang didengarnya. Setahap demi setahap
peniruan bertambah sempurna melalui usaha penyesuaian, hingga
anak dapat menyuarakan nada dengan tepat.
5) Belajar melalui seni; banyak pengalaman diperoleh anak ketika
kegiatan ini berlangsung. Contohnya, melalui nyanyian anak mudah
mengingat syair lagu dari beberapa lagu yang dinyanyikan.

Pembelajaran musik di PAUD harus dirancang agar anak tidak merasa


terbebani dalam mencapai tugas perkembangannya, karena pada
hakikatnya anak usia dini bermain sambil belajar. Karakteristik musik
untuk anak usia dini adalah musik yang memiliki struktur dan irama yang
sederhana, tetapi relatif konstan merupakan musik yang baik bagianak-
anak. Struktur sederhana musik dapat dibentuk dengan penyusunan lagu
dalam batas satu oktaf.
Adapun irama musik yang baik bagi anak-anak umumnya berada pada
rentang irama sedang, tidak terlalu cepat, dan tidak pula terlalu lambat.
Musik untuk anak tidak dapat dipilih begitu saja. Tentu saja ada kriteria
yang harus dipenuhi agar tidak salah dalam memilih musik untuk anak,
sehingga musik tersebut tidaksekedar menghibur tetapi mendidik. Berikut
kriteria pemilihan musik untuk anak usia dini:

1. Ritme
Ritme yang dimainkan seharusnya tidak terlalu menyentak-nyentak.
Lagu-lagu yang dimainkan sebaiknya dengan tempo 2/4 atau 4/4, karena
jenis inilah yang palingmudah merangsang gerak tubuh dan aktivitas
(berjalan, berbaris, bertepuk tangan,dan lainnya).
2. Melodi
Melodi yang digunakan sederhana, indah, mudah untuk diikuti,
lembut (tidak terlalu melompat-lompat) dan banyak pengulangan.
3. Harmoni
Musik anak usia dini sebaiknya menggunakan akord-akord dasar saja,
dan nada yang digunakan adalah nada-nada mayor.
4. Tempo
Tempo yang digunakan sebaiknya sedang saja, sehingga mereka
tidak menyanyi dengan nada yang terlalu panjang atau kehilangan minat
jika mendengarkannya. Selain itu juga tidak terlalu cepat sehingga mereka
tidak dapat mengikuti dengan baik ketika menyanyi atau mendengarkan.
5. Syair
Lagu untuk usia ini sebaiknya menggunakan syair kata-kata yang
dapat mengkomunikasikan bidang pengalaman mereka. Kata-katanya juga
harus mudah diucapkan, dibangun dengan huruf-huruf vokal,
sederhana, dan diulang-ulang.

C. Manfaat Pendidikan Seni Musik untuk Anak Usia Dini dari Segi
Psikologis

Psikologi musik dianggap baik sebagai cabang musikologi dan


bentuk studi psikologi komplementer. Ini menguji pengaruh musik pada
orang, pada kedua tingkat individu dan sosial. Sekarang secara formal
belajar di beberapa universitas. psikologi musik telah menjadi cabang ilmu
yang menarik, masih relatif baru dalam pengujian dan dampaknya.

Psikologi musik adalah bidang yang luas, menggabungkan elemen-


elemen ilmu pengetahuan musik tradisional dengan studi psikologi
diterapkan, antrapologi budaya dan studi tentang kognisi, antara disiplin
ilmu lainnya.

Musik tercipta karena seseorang yang mempunyai bakat tertentu


dalam mengekpresikan ide yang bisa muncul secara seketika atau melalui
perencanaan. Sebagaimana manusia menggunakann kata-kata untuk
mentransfer suatu konsep. Dia juga menggunakan komposisi suar untuk
mengungkpkan perasaan batinnya. Seperti halnya ragam seni lain, musik
merupakan refleksi perasaan suatu individu atau masyarakat.

Psikologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku


manusia diliahat dari berbagai sudut, terutama kondisi kejiwaan. Yang
perlu diketahui adalah, musik sangat berpengaruh dengan kondisi psikolog
manusia. Percaya atau tidak, orang yang gemar mendengarkan musik akan
mempunyai taraf hidup yang lebih nyaman dan tenang, serta terhindar dari
perasaan depresi dan strees.

Pendidikan seni musik dalam pendidikan anak usia dini


memberikan manfaat yang begitu besar dalam menunjang pertumbuhan
dan perkembangan anak, dari sikap, pengetahuan dan keterampilannya.
Dari segi psikologis manfaat pendidikan seni musik untuk anak usia dini,
diantara adalah:

a. Manfaat musik membantu anak lebih peka terhadap lingkungan


Menurut Dra Linda Primana, “musik bukan hanya berpengaruh
pada kecerdasan anak melainkan juga dampak psikologisnya, terlebih jika
anak mampu memainkan alat musik sendiri.” Dalam bermain musik anak
dapat melakukannya sendiri atau bisa dilakukan bersamaan dengan
temannya yang lain. Melalui kegiatan tersebut akan tumbuh sikap saling
menghargai dan belajar bekerjasama.
b. Manfaat musik membantu anak menjadi percaya diri.
Ciri anak yang memiliki percaya diri yang tinggi adalah menyukai
tantangan baru, mandiri, dan merasa bangga pada kemampuan yang
mereka miliki. Melalui pendidikan seni musik anak belajar bagaimana cara
memainkan alat musik. Dalam pelaksanaannya anak sering diminta untuk
tampil memainkan alat musik pada kegiatan pagelaran seni. Hal itu
membantu membangun rasa percaya diri anak untuk tampil di depan
umum dan rasa percaya diri anak dalam melakukan sesuatu yang dia
kuasai.
c. Manfaat musik dan perkembangan kognitif dan emosi
Kognitif diartikan sebagai proses dan prosedur untuk mencapai
pengetahuan yang mencakup aktivitas mental seperti mengingat,
memecahkan masalah, mencipta dan berfantasi. Penelitian menunjukan
bahwa musik dapat memberikan rangsangan segala aspek perkembangan
kognitif dan kecerdasan emosional.
Aktivitas kognitif melibatkan kemampuan-kemampuan visual,
auditif dan sentuhan juga diperkuat melalui aktivitas gerak. Gallahue,
mengatakan, kemampuan-kemampuan seperti ini makin dioptimalkan
melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik. Rithme, melodi,
dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk
meningkatkan kemampuan belajar anak.
Pendidikan seni musik harus diberikan sedini mungkin untuk
memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan
otak kanannya. Bila mereka mampu menggunakan fungsi kedua belahan
otaknya secara seimbang, maka apabila mereka dewasa akan menjadi
manusia yang berpikir logis dan intutif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan
tajam perasaannya. Sehingga diharapkan ketika dalam menetukan sikap
maupun keputusan terhadap suatu masalah, dia tidak hanya menggunakan
logika saja, melainkan diimbangi dengan perasaan, agar lebih bijaksana
dalam menjalani kehidupan.
Musik digambarkan sebagai salah satu “bentuk murni” ekspresi
emosi. Proses mendengar musik merupakan salah satu bentuk komunikasi
afektif dan memberikan pengalaman emosional. Musik mengandung
berbagai contour, spacing, variasi intensitas yang luas, sesuai dengan
komponen-komponen emosi manusia.
Musik dan kecerdasan emosi, Stenberg dan Salovery
mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
mengenali emosi diri, yang merupakan kemampuan seseorang dalam
mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan emosi itu muncul, dan ia
mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan.
Kepekaan itu sendiri akan muncul melalui pengalaman yang diperoleh dari
menghayati musik. Seseorang yang memilki kepekaan terhadap dirinya
sendiri maka ia akan dapat mengambil keputusan secara mantap.
d. Manfaat pendidikan seni musik terhadap perkembangan intelektual anak
Banyak pakar dan pendidik telah mengadakan penelitian untuk
melihat sejauh mana manfaat/efek yang fositif dari musik. Fakta yang
didapatkan bahwa musik yang berirama tenang dan mengalun lembut
lembut dipercaya dapat memberi efek yang baik untuk anak-anak.
Pada tahun pertama kelahiran bayi, otak bayi berkembang sangat
pesat. Peranan suara musik pada tahapan ini sebagai stimultan untuk
perkembangan intelektual mereka. Dalam otaknya terdapat reseptor sinyal
yang dapat mengenali musik. Dalam pendidikan musik untuk anak usia
dini, ada tiga unsur keseimbangan yang dapat mempertajam kecerdasan
mereka, yaitu: melodi, ritme, dan timbre. Unsur musik yang dapat
berpengaruh dalam perkembangan intelektual anak adalah musik yang
mengandung nada pendek dan penjang nilai ketukannya, tinggi rendahnya
nada, dan dinamika. Ketertarikan anak pada musik yang berawal dari
mendengarkan, dengan mendengarkan musik akan melatih fungsi otak
anak yang berhubungan dengan daya nalar dan intelektual anak. Jadi
dengan pendidikan seni musik akan mengoptimalkan perkembangan
intelektual anak.
e. Musik dalam mempengaruhi kesehatan mental
Musik memiliki banyak manfaat kesehatan bagi manusia dan dapat
memberi kekuatan mentalitas yang baik bagi pendengarnya. Orang yang
mendegarkan musik, akan memiliki mental yang kuat, emosi yang tenang,
hidup lebih nyaman dan santai serta menjadikan hidup mereka lebih
percaya diri dengan mengembangnya intelektual serta pengetahuan bagi
mereka.

Musik akan bermanfaat bagi siapa saja yang mndengarkannya,


entah itu anak-anak, orang dewasa maupun tua, bahkan dalam proses
perkembangan janin dan bayi. Musik juga sangat bermanfaat bagi mereka.

Jenis-jenis musik yang digunakan untuk terapi:

 Musik bertema melankolis dalam kondisi normal bisa mengurangi rasa


sakit dan nyeri. Sementara didengar saat sedih, bisa mempermudah bagi
seseorang untuk menhahan rasa duka.
 Musik bertema trance adalah jenis musik yang mengandung ungkapan rasa
ceria yang luar biasa. Jenis musik semacam itu cocok untuk
menyembuhkan orang mengalami tekanan mental atau stres.
 Musik yang berirama melow dan melankolis merupakan jenis musik yang
menyayat perasaan. Musik semacam itu bisa menurunkan asupan sejumlah
komposisi kimia dalam otak
 Musik yang bernada ceria dengan sentuhan irama yang menenangkan.
Musik seperti ini bisa meningkatkan gairah hidup dan menimbulkan
perasaan positif. Sehingga bisa meningkatkan daya kerja. Jenis musik ini
juga sangat bermanfaat untuk membangkitkan semangat dan kecerian
dikalangan anak-anak ataupun remaja
 Musik bertema semangat merupakan jenis musik yang bisa
membangkitkan reaksi kuat dan cepat yang disertai dengan tanggapan
psiologis. Jenis musik ini sangat diminati kalangan muda. Jika
dimanfaatkan seraca tepat, jenis musik ini bisa berdampak positif dan
meningkatkan semangat.
 Musik relaksasi. Musik ini bernuansa lembut, monoton,dan datar.
Kelembutan musiknya itu bisa memenangkan perasaan dan emosi manusia.
Musik jenis ini dimanfaatkan untuk memingkatkan konsentrasi dan
menyeimbangkan emosi .
D. Sejarah Singkat Shinichi Suzuki
Shinichi Suzuki lahir di Nagoya 17 Oktober 1898. Shinichi Suzuki
merupakan salah satu dari dua belas anak, Shinichi menghabiskan masa
kecilnya bekerja di pabrik biola ayahnya (saat ini Suzuki Violin Co, Ltd),
Dr Shinichi Suzuki adalah pendiri gerakan pendidikan musik di
seluruh dunia dikenal sebagai Metode Suzuki. Terinspirasi oleh rekaman
oleh Mischa Elman dari Ave Maria, Suzuki mulai mengajar dirinya untuk
bermain biola. Selama beberapa tahun berikutnya, ia mendedikasikan
dirinya untuk mempelajari instrumen dan kemudian, pada usia 22, pergi ke
Berlin untuk belajar dengan pemain biola terkenal, Karl Klinger. Di sinilah
di Jerman bahwa Suzuki menjadi teman dari Albert Einstein dan melalui
dia, terkait dengan banyak seniman terkemuka di dunia dan pemikir.
Suzuki bertemu dan menikah Waltraud Prange, sebuah konser soprano dan
mereka kembali ke Jepang pada tahun 1928 di mana ia mulai mengajar
dan tampil bersama Quartet Suzuki. Suzuki menulis sejumlah buku pendek
tentang metode dan kehidupannya. Beberapa di antaranya
diterjemahkan dari bahasa Jepang ke bahasa Inggris oleh istri Jermannya,
Waltraud Suzuki, termasuk:
 Nurtured by Love
 Ability Development from Age Zero
 Man and Talent: Search into the Unknown
 Where Love is Deep

` Dan beliau meninggal di Matsumoto 26 Januari 1998 (umur 99).

E. Metode Pendidikan Seni Musik menurut Sinichi Suzuki

Metode Suzuki merupakan metode pembelajaran musik bagi anak-


anak yang menggunakan pendekatan pembelajaran bahasa ibu. Shinichi
Suzuki menjelaskan bahwa metode ini merupakan pendidikan
pengembangan bakat berbasis pendekatan “pembelajaran bahasa ibu”.
Metode ini meyakini bahwa bakat sesungguhnya dapat ‘diciptakan’
melalui proses pembelajaran. Setiap manusia dilahirkan dengan potensi
yang tinggi dan mereka memiliki hak untuk berkembang secara maksimal
dan berproses alami seperti halnya seorang anak mempelajari bahasa
ibunya.

Supaya dapat berkembang dengan maksimal dan berproses secara


alami seperti halnya anak mempelajari bahasa ibunya, maka dalam
mempelajari musik anak-anak haruslah melakukan teknik-teknik belajar
secara sistematis, yaitu : 1) mendengarkan musik; 2) menyanyikan atau
menirukan; 3) mengulangi musik yang didengar secara terus menerus; dan
4) menyempurnakannya. Metode pembelajaran ini mempesyaratkan
pemilihan lagu yang bekualitas dari aspek jenis maupun isinya, serta harus
sesuai dengan karakter dan psikologi perkembangan anak.

Suzuki mengembangkan ide-ide melalui keyakinan yang kuat


dalam gagasan "Pendidikan Talent", sebuah metode pengajaran yang
dikembangkannya. Pada 1958 Nasional Festival, Suzuki mengatakan,
"Meskipun masih dalam tahap percobaan, Pendidikan Talent telah
menyadari bahwa semua anak di dunia menunjukkan kapasitas indah
mereka dengan berbicara dan memahami mereka bahasa ibuu , sehingga
menampilkan kekuatan asli dari pikiran manusia. Apakah tidak mungkin
bahwa metode ini bahasa ibu memegang kunci untuk pembangunan
manusia

Pendidikan Talent telah menerapkan metode ini untuk pengajaran


musik: anak, diambil tanpa bakat sebelumnya atau tes kecerdasan apapun,
hampir tanpa kecuali membuat kemajuan besar ini. tidak berarti bahwa
semua orang bisa mencapai tingkat yang sama prestasi. Namun, setiap
individu pasti bisa mencapai setara dengan bahasanya mahir di bidang lain
"(Kendall, 1966). Seperti banyak otodidak guru, Suzuki mengembangkan
teori-teori tentang pendidikan anak usia dini dari pengalaman pribadi dan
bukti anekdot daripada penelitian ilmiah atau eksperimen terkontrol.
Tujuan Pendidikan Seni Musik Anak Usia Dini
DAFTAR PUSTAKA

Gunara, S. (2009). Manfaat pendidikan musik bagi anak. [Online]. Tersedia


di:http://dikmusik.wordpress.com/2009/02/19/manfaat-pendidikan-musik-bagi-
anak/. Diakses 02 Desember 2014.

Gunarto. 2009.Pengaruh musik terhadap perkembangan anak. [Online]. Tersedia


di:http://herugunarto.blogspot.com/2009/05/pengruh-musik-terhadap-
perkembangan.html. Diakses 02 Desember 2014.

Simananjuntak, L. (2013). Manfaat musik bagi anak. [Online]. Tersedia


di:http://maulinalin.blogspot.com/2013/06/manfaat-musik-bagi-anak.html.
Diakses 02 Desember 2014.

Nuy. (2011). Pendidikan Seni Musik. [Online]. Tersedia : http://nuy-


acbt.blogspot.com/2011/11/pendidikan-seni-musik.html. Diakses 02 Desember
2014.

-----. (2010). Pengertian Psikologi Musik.[Online]. Tersedia : http://psikologi-


musik-remaja.blogspot.com/2010/10/pengertian-psikologi-musik.html?m. Diakses
02 Desember 2014.

----.(2011). Hubungan Musik dengan Psikologi Manusia. [Online].


Tersedia : www.gelombangotak.com/hubungan_musik_dengan_psikologi_manus
ia.html. Diakses 02 Desember 2014.
MAKALAH
BERMAIN DAN
PERMAINAN ANAK
USIA DINI
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Kita semua gemar bermain terutama saat kita masih kanak-kanak.
Bermain adalah aktifitas yang khas, berbeda dengan bukan bermain, dalam
hal ini adalah bekerja atau aktifitas lain yang serius fungsional dan selalu
dilakukan dalam rangka suatu hasil. Bermain tidak memperdulikan hasil
akhir tetapi yang lebih penting disini adalah proses bermain itu sendiri.
Bermain selalu menyenangkan dan tidak pernah menjadi beban. Bila anak
sudah menganggap bermain sebagai suatu beban, artinya yang ia lakukan
bukanlah bermain.
Orang dewasa mengenal kegiatan “bekerja” selain kegiatan
“bermain”. Kendati bukan bekerja mempunyai fungsi tersendiri sebagai
bagian dari keseimbangan kehidupannya. Anak-anak dilain pihak, hanya
mengenal kegiatan bermain. Hal ini disebabkan perbendaharaan antara
kegiatan bekerja dan bermain pada masa kanak-kanak masih amat tipis.
Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan.
Apabila kita ingin memahami pengertian bermain, kita perhatikan
saja wajah anak-anak bila wajah mereka menampilkan percikan air muka
yang cerah dan berseri-seri, itulah bermain. Namun bila wajah mereka
muram dan cemberut maka itu bukan lagi bermain. Dengan ketrampilan
dan kemampuannya yang masih serba terbatas anak melakukan aktivitas
bermain (justru) untuk mendapatkan informasi tentang dunia sekitarnya
serta tentang siapa dirinya. Bermain memungkinkan anak-anak
mengeksplorasi berbagai pengalaman dalam berbagai situasi dan sudut
kehidupan. Dengan demikian, kegiatan bermain merupakan bagian yang
penting dalam proses tumbuh kembangnya disemua bidang kehidupan
diantaranya mencakup fisik, intelektual, emosi, sosial.
Kegiatan bermain memberi anak pengalaman berhadapan dengan
masalah-masalah dan menganggapnya sebagai tantangan-tantangan yang
menggairahkan. Dengan demikian diharapkan, kelak ia tumbuh menjadi
orang dewasa yang optimistic dan kreatif dalam menghadapi kendala-
kendala kehidupan. Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang
sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yangsehat selalu
mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa
anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan sakit,
jasmaniah maupun rohaniah.
Para ahli berkesimpulan bahwa anak adalah makhluk yang aktif
dan dinamis. Kebutuhan-kebuthan jasmaniah dan rohaniahnya anak yang
mendasari sebagian besar dipenuhi melalui bermain (kelompok) bermain
sendiri maupun itu merupakan kebutuhan anak. Bermain bagi anak adalah
mutlak diperlukan untuk mengembangkan daya cipta, imajinasi, perasaan,
kemauan, motivasi, dalam suasana riang gembira.

b. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, dalam makalah ini penulis
menentukan rumusan masalah sebagai berikut :

a. “Apakah permainan bebas dan terpimpin sudah dilakukan di


PAUD / TK mengikuti aturan ada ?”

c. Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk tugas mata kuliah
Pengembangan Peserta Didik.

d. Manfaat Pembuatan Makalah


Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah :
Bagi mahasiswa, makalah ini diharapkan dapat memberikan
pengalaman dalam meningkatkan ketrampilan membuat makalah dan
bertambah wawasan tentang berbagai permainan.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakekat Bermain
a. Definisi Bermain
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian
para ahli, bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :
i. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-
potensi yang ada padanya.
ii. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang
seutuhnya, baik fisik, intelektual bahasa dan perilaku
(psiksososial serta emosional)
iii. Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya
sehingga terlatih dengan baik.
iv. Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu
lebih mendalam lagi.
B. Karakteristik Bermain Anak
Karakteristik bermain anak antara lain :
 Bermain relatif bebas dari aturan-aturan, kecuali anak-anak
membuat aturan mereka sendiri.
 Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan
nyata (bermain drama)
 Bermain lebih memfokuskanpada kegiatan atau perbuatan dari
pada hasil akhir produknya.
 Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak-anak.
C. Tujuan Bermain atau Permainan
Tujuan dari bermain atau permainan antara lain :
 Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggung jawab dalam
kehidupan sehari-hari
 Melatih sikap ramah, suka bekerja sama menunjukkan kepedulian
 Menanamkan budi pekerti yang baik
 Melatih anak untuk berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang
besar
 Melatih anak untuk mencintai lingkungan dan ciptaan Tuhan
 Melatih anak untuk mengeri berbagai konsep moral yang
mendasar, seperti salah, benar, jujur, adil dan fair
D. Manfaat Bermain Bagi Anak
Manfaat bermain bagi anak antara lain :
 Bermain bermanfat mencerdaskan otak
 Bermain bermanfaat mengasah panca indra
 Bermain bermanfaat sebagai media terapi
 Bermain memacu kreatifitas
 Bermain bermanfaat untuk melatih empati
 Bermain itu melakukan penemuan
E. Pendapat Pakar Tentang Permainan
a. Aristoteles
Berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk
bermain dengan apa yang mereka tekuni dewasa nanti. Pendidikan
untuk anak perlu disesuaikan dengan minat serta tahap
perkembangan anak.
b. Frohel (abad 18)
Menekankan pentingnya bermain dalam belajar.
Menurutnya kegiatan bermain dan mainan yang dinikmati anak
dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan
pengetahuan mereka.
c. Joan Freman dan Utami Menandar (1995)
Menyebutkan bahwa pada umumnya bermain merupakan
suatu aktivitas yang membantu anak untuk mencapai
perkembangan yang utuh, baik fisik, sosial, moral dan emosional.
d. Montessori (1961)
Menggambarkan jika ketika anak bermain, dan berada
dalam situasi keserasian, akan merekontroksi sebuah kreativitas.
e. Sigmund Freud
Freud memandang bermain sama seperti fantasi atau
lamunan. Melaluio bermain ataupun fantasi, seseorang dapat
memproyeksikan harapan maupun konflik pribadi. Denagn
demikian bermain mempunyai efek katarsis yaitu anak dapat
mengambil peran aktif sebagai pemasaran dalam memindahkan
perasaan negatif ke objek atau orang pengganti..
Freud memandang bermain sebagai cara yang digunakan anak
untuk mengatasi masalah, memanfaatkan bermain sebagai alat
diagnosa terhadap masalah dan sarana mengobati jiwa anak yang
dimanifestasikan dalam terapi bermain.
f. Frank dan Theresia Caplan,
enam belas hakikat bermain
i. Membantu pertumbuhan anak
ii. Merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
iii. Memberikan kebebasan anak untuk bertindak
iv. Memberikan dunia khayal yang disukai anak
v. Mempunyai unsur berpetualang didalamnya
vi. Meletakkan dasar pengembangan bahasa
vii. Mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan
hubungan antar pribadi
viii. Memberikan kesempatan-kesempatan untuk menguasai diri
secara fisik
ix. Memperluas minat dan pemusatan perhatian
x. Merupakan cara untuk menyelidiki sesuatu
xi. Merupakan cara untuk mempelajari peran orang dewasa
xii. Merupakan dinamis untuk belajar
xiii. Menjernihkan pemikiran anak
xiv. Dapat distruktur secara akademis
g. Singer
Bermain, teutama bermain imajinatif sebagai kekuatan
positif untuk perkembangan manusia, bermain memberikan suatu
cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya
perangsangan (stimulasi) baik dari luar maupun dari dalam yaitu
aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan
merekam pengalaman-pengalaman.
BAB III
RAGAM PERMAINAN ANAK

Aktivitas bermain merupakan suatu rangkaian usaha kegiatan di


PAUD. Kegiatan yang dilakukan membutuhkan pengaturan lingkungan
bermain dan belajar serta alat-alat permaianan yang dibutuhkan. Di PAUD
dikenal dua kategori bermain, yaitu bermain bebas dan bermain terpimpin.

A. Bermain Bebas
Dalam permainan bebas anak boleh memilih sendiri kegiatan yang
diinginkannya serta alat-alat yang ingin digunakannya. Bermain bebas
merupakan bentuk bermain aktif baik dengan alat maupun tanpa alat,
didalam maupun diluar ruangan. Saat bermain bebas anak-anak
membutuhkan tempat, waktu, peralatan bermain, serta kebebasan.
Kebebasan yang diberikan adalah kebebsana yang tertib, yaitu
kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan tersebut diarahkan
pada tumbuhnya disiplin diri secara bertahap.
Tugas guru dalam kegiatan bermain bebas adalah melakukan
observasi terhadap anak-anak dan mendorong atau memotivasi anak
untuk lebih aktif bermain. Adapun contoh-contoh aktifitas bermain
bebas baik didalam maupun diluar ruangan :
 Didalam Ruangan
a. Bermain Balok
Saat bermain balok anak-anak bebas mengeluarkan
dan menggunakan imajinasi serta keinginannya untuk
menemukan agar dapat bermain dengan kreatif.
Di PAUD hendaknya disediakan beberapa set dan
jenis balok, seperti balok-balok ukuran besar, ukuran kecil
dan balok yang dapat dimainkan dimeja (table blocks),
Balok meja biasanya terdiri dari balok-balok bujur sangkar
berwarna atau polos, yang dapat dimainkan secara
individual atau berpasangan sambil duduk mengelilingi
meja. Dapat pula ditambahkan bentuk-bentuk lain untuk
lebih menstimulasi daya cipta dan daya eksplorasi anak.
b. Bermain Alat Manipulatif
Alat manipulatif adalah semua alat permainan yang
kecil dan dapat diletakkan diatas meja sehingga membuat
anak terampil bekerja dan mengembangkan daya pikirnya.
Berbagai macam alat permainan manipulatif adalah
papan hitung, puzzle, mozaik, balok ukur, menara gelang,
papan jahit, lotto, manik-manik, roncean, biji-bijian, tutup
botol, sendok es krim, benda-benda plastik.

 Diluar Ruangan
Halaman sekolah adalah tempat yang menyenangkan bagi
anak-anak. Mereka dapat bersosialisasi serta mengembangkan
fisiknya baik dengan berlari maupun dengan memainkan alat
lain yang disediakan seperti : ayunan, papan jungkit, papan
luncur, palang bertingkat, jembatan goyang, jaring-jaring laba-
laba dan lain-lain.
Ketika anak-anak bermain diluar, pengawasan oleh guru
sangat diperlukan. Dibutuhkan kerjasama guru dalam
mengawasi anak-anak saat bermain yang juga disesuaikan
dengan luasnya area bermain.
Kegiatan ini merupakan pembuka kegiatan fisik yang menarik
dan mempunyai banyak manfaat, antara lain :
 Dapat dipindah-pindahkan
 Tidak terlalu berat
 Menarik untuk anak-anak yang tidak berani memulai
sesuatu
 Membantu anak-anak belajar dimana memulai kegiatan
dan bagaimana merencanakan gerakannya secara
berurutan
 Memberi kesadaran akan ruang bagi tubuh anak sendiri
 Mendorong anak mengambil resiko
 Membantu guru mengenali anak-anak yang
memerlukan lebih banyak kesempatan untuk memanjat,
menyeimbangkan serta mengembangkan ketrampilan
dalam program motorik telah disusun.
B. Bermain Terpimpin
Dalam kegiatan bermain terpimpin anak tidak bebas, melainkan
terikat pada peraturan permainan atau kegiatan tertentu. Biasanya
permainan dan alat permainan diciptakan ileh guru sendiri. Oleh karena itu
gru TK / PAUD harus kreatif mencipta (permainan dan alat) agar kegiatan
pembelajaran tidak membosankan serta anak dan guru tidak mengalami
kejenuhan.
Aktifitas permainan terpimpin yang dapat membentu guru
mencipta permainan, antar lain sebagai berikut :
 Permainan dalam lingkaran
 Permainan dengan alat
 Permainan tanpa alat
 Permainan dengan angka
 Permainan dengan nyanyian
 Permainan bentuk lomba
 Permainan mengasah panca indra

Dasar pemikiran yang melandasi permainan yang baik dan sehat


bagi perkembangan anak, yaitu berikut ini :

 Permainan yang dirancang dengan baik dapat menjadi sarana


pengembangan kemampuan anak
 Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pengalaman
yang sehat dan bersifat positif
 Anak-anak merupakan unsur terpenting dalam setiap permainan
anak.
 Anak memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi
 Perilaku bermain dapat mempengaruhi pandangan anak
mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekelilingnya
 Aktivitas bermain perlu dievaluasi secara berkala untuk melihat
dampaknya bagi perkembangan anak (baik positif maupun
negatif)
Contoh aktifitas bermain terpimpin :
A. Permainan dalam lingkaran
a. Sapu tangan dan bola
Bola yang digunakan adalah bola besar (ukuran bola
kaki)
i. Anak-anak berdiri dalam lingkaran dengan jarak
sekitar 1 meter
ii. Bola dioperkan dari satu anak kepada anak lainnya
yang berada dalam lingkaran
iii. Anak yang berada diluar lingkaran berusaha
menyentuh bola dengan sapu tangan yang
dipegangnya, namun tidak boleh menyentuh anak-
anak yang mengoperkan bola
iv. Anak yang mengoperkan bola berusaha agar bola
yang dipegangnya tidak dapat disentuh saputangan
sehingga suasana menjadi riuh.
v. Anak yang bolanya disentuh saputangan (ketika
dipegang atau sedang dioper ) atau anak yang tidak
dapat menangkap bola yang dioper kepadanya harus
keluar dari lingkaran dan menggantikan anak yang
memegang saputangan.
vi. Guru bertindak sebagai pemimpin di tengah
lingkaran.
B. Permainan dengan alat
a. Mana Sepatuku
i. Alat yang digunakan adalah sepatu anak-anak dan
guru
ii. Semua sepatu dicampur dan diaduk-aduk dan
diletakkan diujung ruangan. Diujung lainnya dibuat
garis memanjang.
iii. Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok, kemudian
tiap kelompok berbaris diatas garis
iv. Dengan adanya aba-aba guru anak terdepan berlari
kearah sepatu berada, mencari dan memakai
sepatunya
v. Demikian seterusnya sampai anak terakhir memakai
sepatunya
vi. Kelompok yang anggotanya terakhirnya selesai labih
dulu memakai sepatu adalah kelompok yang menang.
vii. Sepatu dapat ditambahkan dengan sepatu anak-anak
yang menonton. Guru selalu mengumpulkan
kembali sepatu yang bertebaran ketika anak mencari
sepatunya.
C. Permainan tanpa alat
a. Kata polisi
i. anak-anak duduk dalam lingkaran menghadap ke
tengah
ii. Ditengah berdiri seorang anak menjadi pemimpin
iii. Anak tersebut memberi perintah kepada anak lain
yang harus di laksanakan perintah tersebut didahului
dengan “kata polisi”. Misalnya, “kata polisi tepuk
tangan 3 kali”
iv. Bila pemimpin hanya mengatakan “tepuk tangan 3
kali” anak-anak tidak boleh mengikutinya
v. Bila ada yang melakukan perintah tersebut dia harus
keluar dari lingkaran atau anak yang tidak
melakukan perintah sesuai aba-aba atau salah
melakukan “kata polisi” juga harus keluar dari
lingkaran.
vi. Begitu seterusnya sampai anak-anak habis
vii. Kata polisi dapat diganti dengan “kata bu guru” atau
“kata ayah” sesuai kesepakatan bersama.
D. Permainan dengan angka
a. Berbasis menurut angka
b. Permainan ini dimainkan sekurang-kurangnya 10
anak
c. Alat yang digunakan adalah kartu angka (1-10)
d. 10 anak maju masuk ke dalam lingkaran yang sudah
disiapkan
e. Guru menebarkan kartu angka secara tertutup dilanta
f. Setelah anak mendengar aba-aba, anak-anak
mengambil satu kartu angka, kemudian mulai
mengatur barisan berderet ke samping sesuai urutan
angka dalam kartu yang didapatnya
g. Kerjasama antar peserta sangat diperlukan untuk
dapat menyelesaikan tugas dengan baik
h. Agar ada tantangan dapat dimainkan oleh 2 dan atau
3 kelompok sekaligus dan guru harus
mempersiapkan beberapa set kartu angka. Kelompok
yang lebih cepat menyusun barisan dengan urutan
yang benar merupakan kelompok pemenang.
E. Permainan dengan nyanyian
a. Bermain sepatu
b. Anak-anak melepas sepatu dan duduk dilantai
membentuk lingkaran menghadap ke dalam dengan
jarak 1,5 m
c. Setiap anak meletakkan sepatunya dihadapannya.
Salah satu anak sepatunya diganti sepatu guru
d. Dengan aba-aba guru, anak-anak mulai menyanyi
dengan tempo biasa sambil menggeser sepatumya
mengikuti irama lagu. Setelah lagu berakhir sepatu
juga berhenti (satu putaran, lagu dinyanyikan 2 kali)
e. Anak yang mendapat sepatu guru didepannya harus
berhenti bermain
f. Permainan dilanjutkan sampai hanya tertinggal satu
pemain lagi. Makin sedikit jumlah pemain, lagu
makin dipercepat.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa permainan merupakan hal yang harus diajarkan kepada
anak karena permainan merupakan dunia anak yang dapat menunjang pada
kehidupannya di masa depan karena di dalam permainan itu sendiri
terdapat proses belajar
B. Saran
Disarankan kepada penulis selanjutnya untuk memperkaya lagi
bahan rujukan yang digunakan untuk memperluas cakrawala ilmu yang di
dapat juga untuk memperkaya materi yang bisa di pelajari
DAFTAR PUSTAKA

Csikszentmihalyi, m., 1996, Creativity. Harper Collins Publisher, Inc: New York

Hurlock, E. B., 1980. Psikologi perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan ), edisi kelima.Penerbit Erlangga : Jakarta

Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak jilid 1 ( Edisi 6 ). Penerbit Erlangga:


Jakarta
MAKALAH
KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN
BERMAIN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia sejak
lahir hingga 8 tahun. Batasan usia 0-8 tahun merupakan batasan usia
yangmengacu pada konsep DAP (Developmentally Aprropriate Practices
yaituacuan Pendidikan Anak !sia Dini (PA!D yang diterbitkan oleh
asaosiasi PAUD di Amerika. Dalam DAP sudah dikembangkan
kurikulum" kegiatan pembelajaran" dan assessment atau penilaian yang
disesuaikan dengan perkembangan anak berdasarkan usia dan kebutuhan
individunya. Berdasar pada karakteristik usia tersebut" anak usia dini
dibagi menjadi :
usia 0-1 tahun merupakan masa bayi"
Usia 1-3 tahun merupakan masa Toddler ( BATITA ),
Usia 6 tahun merupakan masa prasekolah
Usia 6-8 tahun merupakan masa SD kelas awal.
Anak usia dini memiliki proses pertumbuhan dan perkembangan
yang bersifat unik. secara fisik pertumbuhan anak usia dini sangat pesat. &
tinggi badan dan berat badan anak bertambah cukup pesat" dibanding
dengan pertumbuhan pada usia di atasnya. Begitu pula pertumbuhan otak
anak" otak sebagai pusat koordinasi berbagai kemampuan manusia tumpuh
sangat pesat pada anak usia dini. Pada usia , tahun pertumbuhan otak anak
sudah mendekati 80% sempurna. Pemberian stimulasi pendidikan pada
saat pertumbuhan fisik anak yang pesat dan otak sedang tumbuh dan
mengalami kelenturan atau pada usia kematangannya akan mendapat hasil
yangmaksimal dibandingkan pada usia sebelum dan sesudahnya. Dengan
demikian sebagai pendidik perlu memahami kapan munculnya masa peka
atau usiakematangan anak tersebut.
Di samping pertumbuhan" perkembangan anak usia dinipun
muncul dengan pesat. Berbagai macam aspek yang berkembang
seringdikelompokkan sebagai perkembangan fisik (motorik halus dan
kasar)"inteligensi (daya pikir dan daya cipta)" bahasa (kosa kata"
komuikasi)" social-emosional (sikap" kebiasaan" perilaku" moral). Pada
usia dini perkembanga nmasing-masing aspek memiliki karakteistik
khusus yang berbeda pada usia-usia tertentu. Pemberian stimulasi yang
sesuai dengan karakteristik perkembangan anak akan menjadikan berbagai
aspek perkembangan anak berkembang maksimal.
Dalam penyelenggaraan pendidikan berbagai metode dapat
dilakukan misalnya belajar melalui bermain. Dengan bermain" anak
dapatmengembangkan berbagai aspek dalam pertumbuhan dan
perkembangan tersebut. Pesatnya anak dalam mempelajari segala hal dapat
dimanfaatkan. pendidik dengan sebuah permainan
Bermain adalah hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai
utama dan hakiki pada masa pra sekolah. Kegiatan bermain bagi anak usia
dini adalah sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan
kepibadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar mengisi waktu,
tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan bermain pada
anak pra sekolah mempunyai nilai positif terhadap perkembangan
kepibadiannya
Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk
mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain,
anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak
mendapatkan kepuasan dalambermain, yang berarti mengemabngkan
dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar
dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan
lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.
Dalam kenyataan sekaran ini sering dijumpai bahwa kreativitas
anak tanpa disadari telah terpasung di tengah kesibukan orang tua. Namun
kegiatan bermain bebas sering menjadi kunci pembuka bagi gudang-
gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia. Bermain bagi anak
berguna untuk menjelajahi dunianya, dan mengembangkan kompetensinya
dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas
anak.Fungsi bermain bagi anak usia dini dapat dijadikan intervensi yang
jika dilaksanakn dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa
alat akan sangat membantu perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan
afektif pada umumnya, dan mengembangkan daya kreativitas anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangdi atas, makarumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hakekat bermain bagi anak ?
2. Bagaimana perkembangan fase bermain pada anak ?
3. Bagaimana Karakteristik pada anak ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Hakikat bermain bagi anak
2. Perkembangan fase bermain pada anak
3. Bagaimana Karakteristik pada anak
BAB II
KARAKTERISTIK BERMAIN

1. Pengertian Bermain
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari
karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah bermain
( Mayesty, 1990 : 196-197 ), Anak usia dini tidak membedakan antara
bermain belajar dan bekerja. Anak –anak umum nya menikmati permainan
dan akan terus melakukan dimanapun mereka berada dan memiliki
kesempatan untuk bermain.
Piaget dalam mayesti ( 1990: 42 ) mengatakan bahwa bermain
adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan akan
menimbulkan kesenangan. Kepuasan bagi diri sendiri. Sedangkan parten
dalam. Dockett dan Fleer ( 2000:14 ) memandang bahwa bermain adalah
sebagai sarana sosialisasi di harapkan melalui bermain dapat memberi
kesempatan anak untuk bereksplorasi. Menentukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan ( Yuliani Nuraini
Sujiono, 2009:144-145 ).
Emmy Budiati ( 2008 ). Bermain merupakan kebutuhan bagi anak,
karena melalui bermain anak akan merasa senang. Dan bermain adalah
suatu kebutuhan yang sudah ada dalam diri anak. Dalam redaksi yang lain
dijelaskan bahwa bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk
bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka
mengenal dunia. Bermain tidak sedkedar mengisi waktu tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya makanan, cinta kasih ( Soetjiningsih, 1995 ).
Tentang bermain, Hurlock ( 1999 ) menyatakan setiap kegiatn yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan
hasil akhir. Dengan demikian anak dapat mempelajari berbagai
keterampilan dengan senang hati. Tanpa merasa dipaksa ataupun terpaksa
ketika kegiatan bermain
Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan
ketrampilan dan kecerdasan anak agar lebih siap menuju pendidikan
selanjutnya. Kecerdasan anak tidak hanya ditentukan oleh skor tunggal
yang di ungkap melalui tes intelegensi saja akan tetapi anak juga memiliki
sejumlah kecerdasan yang berwujud keterampilan dan kemampuan.
Frobel menggap jika bermain sebagai kegiatan yang mempunyai
nilai praktis. Artinya, bermain sebagai media untuk meningkatkan
ketrampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Bermain juga berfungsi
sebagai sarana refresing untuk memulihkan tenaga seseorang setelah lelah
bekerja dan dihinggap rasa jenuh ( Iva Noorlaila, 2010:35-37 )
Jadi jika sejak awal perkembangannya anak dikondisikan pada
bidang. Yang diminatinya . maka anak akan semakin meningkat
pengetahuannya akan bidang yang ditekuni kelak. Sedangkan Frobel
berdasarkan pengalamannya sebagai pengajar, lebih menekankan
pentingnya bermain dalam belajar, dia menyadari bahwa kegiatan bermain
maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik
perhatian kepada anak dan mampu untuk mengembangkan pengetahuan
mereka.

2. Prinsip dan Tujuan Bermain


Pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara
perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini. Artinya bahwa
tumbuh kembang anak akan optimal melalui bermain yang kreatif,
interaktif dan terintregrasi dengan lingkungan bermain anak.
Untuk mendukung hal tersebut seorang anak mampu melakukan
pembelajaran yang situsinya merupakan khayalan anak tersebut atau yang
bisa di sebut dengan bermain sosiodrama, bermain pura-pura atau bermain
drama
Beberapa tujuan bermain dan permainan anak sebagai berikut :
 Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggung jawab dalam
kehidupan sehari-hari
 Melatih sikap ramah dan suka bekerja sama dengan teman,
menunjukkan kepedulian
 Menanamkan budi pekerti yang baik.
 Melatih anak untuk berani dan menantang ingin mempunyai
rasa ingin tahu yg besar
 Melatih anak untuk men yayangi dan mencintai lingkungan dan
ciptaan tuhan
 Melatih anak untuk mencari berbagai konsep moral yang
mendasar seperti,salah,benar,jujur, adil dan fair.

3. Fungsi dan Manfaat Bermain


Pada awal abad yang lalu, Sigmund Freud sudah mengemukakan
bahwa kegiatan bermain memungkinkan tersalurnya doromgan-dorongan
instingtual anak dalam meringankan snak pada beban mental. Kegiatan
bermain merupakan sarana yang aman yang dapat digunakan untuk
mengulang ulang pelaksanakan dorongan-dorongan itu dan juga reaksi-
reaksi mental yang mendasari.
Wolfgang dan Wolfgang ( 1999:32-37 ) berpendapat bahwa
terdapat sejumlah nilai-nilai dalam bermain ( the value of play ) yaitu
bermain dapat mengembangkan keterampilan sosial, emosional, kognitif.
Dalam pembelajaran terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak
dalam perkembangan anak. Sehingga dapat diidentifikasikan bahwa fungsi
bermain antara lain :
a. Berfungsi untuk mencerdaskan otot pikiran.
b. Berfungsi untuk mengasah panca indra.
c. Berfungsi sebagai media terapi.
d. Berfungsi untuk memacu kreatifitas.
e. Berfungsi untuk melatih intelektual.
f. Berfungsi untuk menemukan sesuatu yang baru.
g. Berfungsi untuk melatih empati
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh seorang anak melalui bermain
antara lain
a. Aspek fisik, dengan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan
yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, akan membuat tubuh
anak menjadi sehat.
b. Aspek perkembangan motorik kasar dan halus. Hal ini untuk
meningkatkan keterampilan anak.
c. Aspek sosial. Anak belajar berpisah dengan ibu dan pengasuh. Anak
belajar menjalin hubungan dengan teman sebaya, belajar berbagi hak
mempertahankan hubungan, perkembangan bahasa dan bermain peran
sosial.
d. Aspek bahasa. Anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk
berani bicara. Hal ini penting bagi kemampuan anak dalam
berkomunikasi dan memperluas pergaulannya.
e. Aspek emosi dan kepribadian melalui bermain. Anak dapat
melepaskan ketegangan yang dialaminya. Dengan bermain
berkelompok. Anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya
tentang kelebihan yang dimiliki sehingga dapat membantu
perbentukan konsep diri yang positif. Mempunyai rasa percaya diri dan
harga diri.
f. Aspek kognisi. Pengetahuan yang didapat akan bertambah luas dan
daya nalar juga bertambah luas. Dengan mempunyai kreatifitas
g. Aspek ketajaman panca indra. Dengan bermain anak dapat lebih peka
pada hal-hal yang berlangsung di lingkungan sekitarnya.
h. Aspek perkembangan kreatifitas. Kegiatan ini menyangkut
kemampuan melihat sebanyak mungkin alternatif jawaban
kemampuan divergen ini yang mendasri kemampuan kreativitas
seseorang.
i. Terapi melalui kegiatan bermain anak dapat mengunah emosi negative
menjadi positif dan lebih menyenangkan.

4. Perkembangan fase bermain


Beberapa hal untuk mengetahui tentang proses perkembangan
adalah proses pertumbuhan anak berlangsung secara teratur, saling terkait
dan berkesinambungan. Secara umum karakteristik perkembangan anak
adalah pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara bersamaan dan
berkorelasi. Sebagai contoh ; pertumbuhan anak serat syaraf otak dan akan
disertai oleh perubahan fungsi dari suatu perkembangan intelegensianya.
Pembangunan ini memiliki pola yang teratur dan urutan.
Pertumbuhan dan perkembagan pada tahap awal akan menentukan
tahap berikutnya dari pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai contoh ;
sebelum anak bisa berjalan ,ia harus mampu bangun pertama
Dalam bermain anak belajar untuk berinteraksi dengan lingkungan
dan orang yang ada di sekitarnya. Dari interaksi dengan lingkungan dan
orang di sekitarnya maka kemampuan untuk bersosialisasi anak pun akan
semakin bertambah dan berkembang pada usia 2 hingga 5 tahun. Anak
memiliki perkembangan bermain dengan teman bermain ya
Berikut ini ada enam tahapan perkembangan bermainpada anak
menurut parten dan Rogers dalam Dockett dan Fleer ( 1992 : 62 )

1. Unoccupied atau tidak menetap


Anak hanya melihat anak yang lain lagi bermain akan tetapi anak
tidak ikut bermain. Anak pada tahap ini hanya mengamati sekeliling
dan berjalan jalan. Tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang lgi
bermain.
2. Unlooker atau penonton
Pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk bermain akan tetapi
anak sudah
memulai untuk mendekat dan bertanya pada teman yang sedang
bermain dan anak sudah mulai muncul ketertarikan untuk bermain
setelah mengamati anak mampu mengubah caranya untuk bermain.
3. Solitary independent play atau bermain sendiri
Tahap ini anak sudah mulai untuk bermain akan tetapi seorang
anak bermain sendiri dengan mainnya. Terkadang anak berbicara
dengan temannya yang sedang bermain. Tetapi tidak terlibat dengan
permainan anak lain
4. Parallel activiti atau kegiatan pararel
Anak sudah mulai bermain dengan anak yang lainnya dan anak
cenderung menggunakan alat yang ada di sekililingnya. Pada tahap ini,
anak juga tidak mempengaruhi dalam bermain dengan permainannya
anak masih senang memanipulasi benda dari pada bermain dengan
anak lain. Dalam tahap ini biasanya anak memainkan alat permainan
yang sama dengan anak yang lainnya. Apa yang dilakukan anak yang
satu tidak mempengaruhi anak yang lainnya.
5. Associative play atau bermain dengan teman
Pada tahap terjadi interaksi yang lebih komplek pada anak. Terjadi
tukar menukar mainan antara anak yang satu dengan yang lainnya dan
cara bermain anak sudah saling mengingatkan. Meskipun anak dalam
satu kelompok melakukan kegiatan yang sama, tidak terdapat aturan
yang mengikat dan belum memiliki tujuan yang khusus atau belum
terjadi diskusi untuk mencapai satu tujuan yang sama seperti
menyusun bangunan –bangun yang bermacam-macam akan tetapi
masing anak dapat sewaktu-waktu meninggalkagunan terbuat dengan
semaunya tidak terikat untuk merusaknya kembali.
6. Cooperative or organized supplementary play atau kerja sama dalam
bermain
Saat anak bermain bersama dan lebih terorganisir dan masing-
masing menjalankan sesuai dengan job yang sudah mereka dapat yang
saling mempengaruhi satu sama yang lain. Anak bekerja sama engan
anak yang lainnya untuk membangun sesuatu terjadi persaingan
membentuk permainan drama dan biasanya terpengaru oleh anak yang
memimpin permainan.
Dari keenam tahap di atas tampak bahwa dalam suatu permainan
timbul rasa ingin tahu rasa ingin berinteraksi dan rasa untuk bersosialiasi
dengan anak lainnya. Bermain juga mengalami perkembangan
kemampuan yang berbeda bagi masing-masing anak yaitu sesuai dengan
usia antara lain dari umur 0-2,1-2,2-3,3-4,4-5,5-7 dan 7 keatas

5. KARAKTERISTIK BERMAIN
Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan sekaligus
memiliki unsur pendidikan bagi anak. Sejalan dengan definisi sederhana
ini, bermain memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
1) Motivasional. Bermain dilakukan atas motivasi intrinsik dari seorang
anak atau berdasarkan keinginan sendiri serta untuk kepentingan.
2) Emosional. Bermain adalah kegiatan yang melibatkan emosi-emosi
positif pada diri seorang anak. Hal ini tercermin seperti ketika
meluncur dari tempat yang tinggi secara berulang-ulang tanpa rasa
takut
3) Fleksibilitas. Kegiatan bermain biasanya ditandai dengan mudahnya
melakukan permainan yang berbeda-beda atau beralih dari satu
permainan ke permainan dengan menyenangkan.
4) Enjoyable. Aktivitas bermain lebih mengutamakan poses bermain,
tanpa memperhatikan hasil akhir dari bermain. Anak bermain dengan
tanpa harus memperhatikan prestasi apa yang akan didapat apabila ia
dapat melakukan hal tersebut. Mereka cenderung terpusat pada proses
bermain, seperti anak bisa memasang gambar sesuai dengan bentuknya.
5) Terbuka. Anak bebas memilih permainan atas kehendaknya tanpa ada
yang menyuruh atau memaksa. Ketika seorang anak menyusun balok
akan disebut bermain seandainya aktivitas tersebut atas kehendak
sendiri tanpa ada yang menyuruh atau memaksa
6) Imajinatif. Bermain mempunyai daya imajinasi yang tinggi. Seorang
anak yang mempunyai daya imajinasi tinggi akan memungkinkan anak
bereksperimen pada hal-hal yang baru. Biasanya realitas internal lebih
diutamakan dari pada realitas eksternal. Karena anak memberikan
makna baru terhadap obyek yang dimainkan, dan mengabaikan
keadaan obyek yang sesunggunya. Misalnya anak yang pura-pura
membakar sate tapi yang sebenarnya hanya mengipasi kepingan
gambar yang berbentuk ayam, sapi, kuda, bebek, atau menggap guling
sebagai eekor kuda.
7) Bebas. Bermain bebas dari aturan-aturan yang di tetapkan dari luar dan
hanya menuntut keterlibatan aktif dari sang anak.
8) Dimensional. Bermain mempunyai batasan tertentu. Tanpa
mengabaikan kebebasan dalam bermain. Bermain memiliki dimensi
sebagai barometer sejauh mana aktivitas yang dilakukan anak bisa
dikategorikan ke dalam aktivitas bermain atau bukan aktivitas bermain.
Seandainya aktivitas tersebut dianggap bukan aktivitas bermain lagi.
Biasanya anak tidak lagi bisa menikmati aktivitas yang dilakukan.
Bermain harus dilakukan berdasarkan keinginan sendiri tanpa dad
paksaan dari orang lain. Sehingga anak bermain tanpa ada rasa takut untuk
melakukan aktivitas bermain apapun dan melakukan aktivitas-aktivitas
berain berbeda-beda setiap saat dan berganti-ganti secara fleksible
karakteristik bermain anak akan menentukan perkembangan anak di masa
datang.
Dalam bermain. Anak-anak harus mempunyai batsan dengan tidak
mengabaikan kebebasan pada anak untuk bermain. Bermain bukan bekerja
tapi bermain adalah berpura-pura. Bermain juga bukan satu kegiatan yang
sungguh-sungguh, dan juga bukan melakukan kegiatan yang produktif.
Namun demikian dalam bermain anak-anak akan mengalami atau
melakukan hal-hal yang produktif. Mereka juga dapat membentuk duniana
sendiri sehingga sering kali dianggap nyata. Itulah ajaibnya dunia anak-
anak.
Sejalan dengan pendapat diatas. Dockett dan Fleer ( 2000 )
menyatakan bahwa suatu aktivitas dikatakan bermain jika ia memiliki
karakteristik sebagai berikut.
a) Simbolik. Bermain pada dasarnya adalah aktivita yang dilakukan anak
untuk mengemukakan berbagai ide dan gagasannya ke dalam bentuk-
bentuk simbolik yang mewakili berbagai benda. Orang atau pun
aktivitas yang di ketahuinya. Karakteristik ini terlihat ketika anak
memainkan balok yang di ibaratkan sebagai kereta api. Anak berperan
sebagai seorang ibu yang sedang memasak, bahkan sebagai ibu dari
boneka yang di anggap sebagai anaknya.
b) Bermakna. Bermain pada hakikatnya adalah kegiatan memainkan
berbagai pengalaman, keterampilan, dan pemahaman yang dapat
dilakukannya sejalan dengan apa yang telah diketahui anak.
c) Aktif. Kegiatan bermain adalah kegiatan aktif yang dilakukan anak
dengan melibatkan berbagai jenis aktivitas baik fisik, psikis, maupun
imajinasinya
d) Menyenangkan. Bermain adalah segala sesuatu yang dilakukan yang
dapat memberikan rasa senang, kegembiraan, dan keceriaan pada anak
memberikan rasa senang, kegembiraan, dan keceriaan pada anak.
e) Motivasional. Bermain adalah segala jenis kegiatan yang dilakukan
atas dasar dorongan dari dalam diri anak sehingga anak melakukannya
dengan penuh semangat.
f) Beraturan. Segala bentuk permainan memiliki aturan-aturan, baik
dalam hal waktu, lingkungan, maupun peralatanya. Hal inilah yang
menyebabkan anak dapat melakukan berbagai jenis permainan jika
waktunya ada. Lingkungannya mendukung, dan peralatannya tersedia.
g) Bererisode. Layaknya sebuah cerita bermain pun memiliki tahapan
yakni tahapan awal, tengah, dan akhir dalam satu tema tertentu yang
dipilih anak. Jika sebuah permainan telah memasuki tahap akhir,
biasanya anak akan memainkan permainan baru.
Seluruh karakteristik tersebut berhubungan dengan bermain. Walaupun
dalam kenyataanya tidak semua karakteristik berada pada satu permainan
yang sama. Namun demikian perlu dicatat bbahwa seluruh karakteristik
tersebut bukanlah seperangkat aksi yang dapat membuat sesuatu dikatakan
bermain. Bruner menyatakan bahwa karakteristik utama dai bermain
bukanlah terletak pada isinya melainkan pada jenisnya. Bermain adalah
sebuah pendekataan untuk beraksi, bukan bentuk sebuah aktivitas.
A. Anak Usia Dini
Pada umunya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak adalah
masa terpanjang dalam rentang kehidupan seseorang, saat individu
dimana relatif tidak berdaya dan tergantung dengan orang lain.
Menurut Hurlock (1980), masa kanak-kanak di mulai setelah bayi
yang penuh dengan ketergantungan, yaitu kira-kira usia 2 tahun
sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira 13 tahun untuk
wanita dan 14 tahun untuk laki-laki. Masa kanak-kanak di bagi lagi
menjadi dua periode yang erbeda, yaitu awal dan akhir masa kanak-
kanak. Periode awal berlangsung dari umur 2-6 tahun, dan periode
akhir pada masa usia 6 sampaitiba saatnya anak matang secara seksual.
Garis pemisah ini pnting, khususnya digunakan untuk anak-anak yang
sebelum mencapai wajib belajar diperlakukan sangat berbeda dari
anak yang sudah masuk sekolah. Sedangkan para pendidik menyebut
sebagai tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia pra sekolah,
demikian halnya menurut Mönks, dan Haditono (2004) disebut
sebagai anak pra sekolah.
Anak pada usia dini sebagai usia dimana anak belum memasuki
suatu lembaga pendidikan formal, seperti Sekolah Dasar (SD), dan
biasanya mereka tetap tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan dalam
bentuk berbagai lembaga pendidikan pra sekolah seperti kelompok
bermain, taman kanak-kanak atau taman penitipan anak
Menurut Setiawan (2002), yang mengacu pada teori Piaget, anak
usia dini dapat di katakan sebagai usia yang belum dapat di tuntut
untuk berpikir secara logis, yang di tandai dengan pemikiran sebagai
berikut :
 Berpikir secara konkrit, dimana anak belum daat memahami atau
memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak (seperti cinta dan
keadailan)
 Realisme, yaitu kecenderungan yang kuat untuk menanggapi
segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata
 Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut
pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari si
lain
 Kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak mudah
menerima sesuatu yang majemuk
 Animisme, yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua
objek yang ada dilingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan
sebagaimana yang dimiliki anak
 Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan dirinya
pada satu aspek dari suatu situasi

Anak usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi yang sangat


kaya dan imajinasi ini yang sering dikatakan sebagai awal munculnya
bibit kreativitas pada anak.

Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia
2 – 6 tahun, yang berada pada tahap perkembangan awal masa kanak-
kanak, yang memiliki karakteristik berpikir konkrit, realisme,
sederhana, animism, sentrasi, dan memiliki daya imajinasi yang kaya
MAKALAH
KREATIVITAS ANAK USIA
DINI DALAM BERMAIN
BAB I

PENDAHULUAN

1. Pengertian Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak,
sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf
Yunani, Plato, merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat
pentingnya nilai praktis dari bermain. Anak-anak akan lebih mudah
mempelajari aritmatika melalui situasi bermain. Bermain dapat digunakan
sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu
pada anak. Istilah bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan,
dan dapat mengembangkan imajinasi anak
Menurut Singer (dalam Kusantanti, 2004) mengemukakan bahwa
bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya,
mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan
mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki
kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.
Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan
dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima
pengertian bermain :
 Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
 Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
 Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas
dipilih oleh anak
 Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
 Memilikii hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang
bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,
perkembangan sosial dan sebagainya

Banyak konsep dasar yang dapat dipelajari anak memalui aktivitas


bemain. Pada usia prasekolah, anak perlu menguasai berbagai konsep
dasar tentang warna, ukuran, bentuk, arah, besaran, dan sebagainya.
Konsep dasar ini akan lebih mudah diperoleh anak melalui kegiatan
bermain.

Bermain, jika ditinjau dari sumber kegembiraannya di bagi menjadi


dua, yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Sedangkan jika ditinau dari
aktivitasnya, bermain dapat dibagi menjadi empat, yaitu bermain fisik,
bermain kreatif, bermain imajinatif, dan bermain manipulatif. Jenis
bermain tersebut juga merupakan ciri bermain pada anak usia pra sekolah
dengan menekankan permainan dengan alat (balok, bola, dan sebagainya)
dan drama.

2. Tahapan Perkembangan Bermain


a. Piaget
Pada umumnya para ahli hanya membedakan atau
mengkatergorikan kegiatan bermain tanpa secara jelas
mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi
tingkatan perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan
lainnya.
Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai
berikut:
1) Permainan Sensori Motorik (± 3/4 bulan – ½ tahun)
Bermain diambil pada periode perkembangan kognitif
sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang belum dapat
dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya
merupakan kelanjutankenikmatan yang diperoleh seperti
kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi merupakan
pengulangan dari hal-hal sebelumnya dan disebut reproductive
assimilation.
2) Permainan Simbolik (± 2-7 tahun)
Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan
pada usia 2-7 tahun ditandai dengan bermain khayal dan
bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya
dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan
dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan sebagainya .
Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu
memperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah
dijawab anak akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan
berbagai simbol atau representasi benda lain. Misalnya sapu
sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan lain-lain.
Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan
mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal
yang berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam
kegiatan bermainnya.
3) Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8-11 tahun)
Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam
kegiatan games with rules dimana kegiatan anak lebih banyak
dikendalikan oleh peraturan permainan.
4) Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun
keatas)
Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah
olahraga. Kegiatan bermain ini menyenangkan dan dinikmati
anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan
diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan
yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak senang
melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang
sebaik-baiknya.

Jika dilihat tahapan perkembangan bermain Piaget maka


dapat disimpulkan bahwa bermain yang tadinya dilakukan untuk
keenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk hasil tertantu
seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.

b. Hurlock
Adapun tahapan perkembangan bermain mrnurut Hurlock
adalah sebagai berikut:
1) Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)
Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain,
mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya
lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak
sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan
mengamati setiap benda yang diraihnya.
2) Tahapan Mainan (Toy stage)
Tahap ini mencapai puncknya pada usia 5-6 tahun. Antara
2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat
permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah,
anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain
dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain
seperti layaknya teman bermainnya.
3) Tahap Bermain (Play stage)
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke
sekolah dasar. Pada masa ini jenis permainan anak semakin
bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan
yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga
dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang
dewasa.
4) Tahap Melamun (Daydream stage)
Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa
pubertas, dimana anak mulai kurang berminat terhadap
kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai
menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal.
Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari
orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain.

Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain


merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan
spontan, dan perasaan gembira, tidak memiliki tujuan ekstrinsik,
melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan
hal-hal diluar bermain(seperti perkembangan kreativitas), dan
merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, serta
memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya
tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang
sesuia dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun
psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.

3. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan yang sangat
khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara tuntas.
Kreativitas dapat didefinisikan dalam beranekaragam pernyataan
tergantung siapa dan bagaimana menyorotinya. Istilah kreativitas
dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang
istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara-
cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan
orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan
Menurut Solso (Csikszentmihalyi,1996) kreativitas adalah aktivitas
kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah
atau situasi. Drevdal (dalam Hurlock, 1999) menjelaskan kreativitas
sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi,
produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan
sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Kreativitas ini dapat berupa
kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya
perangkuman, mungkin mencakup pembentukan polapola baru dan
gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya serta
pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup
pembentukan korelasi baru. Bentuk-bentuk kreativitas mungkin
berupa produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin juga
bersifat prosedural atau metodologis. Jadi menurut ahli ini, kreativitas
merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya merupakan pembentukan
kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman
sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat. Munandar
(1995) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk
membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan,
informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya
menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau suatu
kombinasi baru berdasarkan unsurunsur yang telah ada sebelumnya
menjadi sesuatu yang bermakna atau bermanfaat.

b. Komponen Pokok Kreativitas


Suharnan (dalam Nursisto, 1999) mengatakan bahwa terdapat
beberapa komponen pokok dalam kreativitas yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
 Aktifitas berpikir, kreativitas selalu melibatkan proses berpikir
di dalam diri seseorang. Aktifitas ini merupakan suatu proses
mental yang tidak tampak oleh orang lain, dan hanya dirasakan
oleh orang yang bersangkutan. Aktifitas ini bersifat kompleks,
karena melibatkan sejumlah kemampuan kognitif seperti
persepsi, atensi, ingatan, imajeri, penalaran, imajinasi,
pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
 Menemukan atau menciptakan sesuatu yang mencakup
kemampuan menghubungkan dua gagasan atau lebih yang
semula tampak tidak berhubungan, kemampuan mengubah
pandangan yang ada dan menggantikannya dengan cara pandang
lain yang baru, dan kemampuan menciptakan suatu kombinasi
baru berdasarkan konsep-konsep yang telah ada dalam pikiran.
Aktifitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses
imajinasi yaitu kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau
situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang baru diharapkan
muncul.
 Sifat baru atau orisinal. Umumnya kreativitas dilihat dari adanya
suatu produk baru. Produk ini biasanya akan dianggap sebagai
karya kreativitas bila belum pernah diciptakan sebelumnya,
bersifat luar biasa, dan dapat dinikmati oleh masyarakat.
Menurut Feldman (dalam Semiawan dkk, 1984). sifat baru yang
dimiliki oleh kreativitas memiliki ciri sebagai berikut:
i. Produk yang memiliki sifat baru sama sekali, dan belum
pernah ada sebelumnya.
ii. Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil
kombinasi beberapa produk yang sudah ada sebelumnya.
iii. Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil
pembaharuan (inovasi) dan pengembangan (evolusi)
dari hal yang sudah ada.
 Produk yang berguna atau bernilai, suatu karya yang dihasilkan
dari proses kreatif harus memiliki kegunaan tertentu, seperti
lebih enak, lebih mudah dipakai, mempermudah, memperlancar,
mendorong, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi
hambatan, dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih
banyak.

Mencermati uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen


pokok kreativitas adalah; 1) aktifitas berpikir, yaitu proses mental yang
hanya dapat dirasakan oleh individu yang bersangkutan, 2) menemukan
atau menciptakan, yaitu aktivitas yang bertujuan untuk menemukan
sesuatu atau menciptakan hal-hal baru, 3) baru atau orisinal, suatu karya
yang di hasilkan dari kreativitas harus mengandung komponen yang baru
dalam satu atau beberapa hal dan, 4) berguna atau bernilai, yaitu karya
yang dihasilkan dari kreativitas harus memiliki kegunaan atau manfaat
tertentu.

4. Bermain dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini


Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan
spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada
anak. Begitu pula dalam suasana bermain aktif, dimana anak memperoleh
kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa
ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui
khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal
ini memungkinkan anak untuk mengembangkan pearasaan bebas secara
psikologis.
Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang
penting bagi tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya,
dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat di evaluasi, akan merasa
aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan
untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian
berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak.
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk
mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat berekperimen dengan
gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain atau
tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan
unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas
memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan
penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan
pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini,
karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat
membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa
bahagia dan puas.
Bermain memberikan keseempatan pada anak untuk
mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan
untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu
dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara
berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu
yang lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara.Selain itu
bermain memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir dan
bertindak imajinatif, serta penuh daya khayal yang erat hubungannya
dengan perkembangan kreativitas anak. Berbagai bentuk bermain yang
dapat membantu mengembangkan kreativitas, antara lain:
 Mendongeng
 Menggambar
 Bermain alat musik sederhana
 Bermain dengan lilin atau malam
 Permainan tulisan tempel
 Permainan dengan balok
 Berolahraga
5. Komputer, Video game dan Alat Permainan Elektronik
Alat permainan yang ada saat ini tidak hanya terbatas pada alat
permainan tradisional, tetapi dengan semakin majunya ilmu pengetahuan,
semakin canggih pula alat permainan yang digunakan oleh anak-anak.
Kebanyakan alat permainan yang canggih bersifat otomatis, dan
menggunakan tombol seperti komputer, video game, dan juga game
online, yaitu sebuah permainan yang memungkinkan pemain yang saling
bertanding berada pada belahan dunia manapun, dengan bantuan akses
interne,serta beberapa alat permainan elektronik lainnya. Beberapa
permainan bersifat adu tangkas, beberapa yang lain merupakan pelajaran.
Sebenarnya yang dipacu alat permainan elektronik adalah
kemampuan anak untuk bereaksi cepat, penerapan strategi, dan dengan
latihan yang terus menerus, sehungga anak akan menjadi tangkas. Tetapi
permainan yang ada pada komputer maunpun video game terkadang
kurang mampu mengasah kemampuan pemecahan masalah, mengingat
anak tidak belajar untuk sampai kepada jawaban yang benar melalui
proses-proses yang harus dilaluinya. Terkadang anak hanya menekan
tombol saja untuk mendapatkan jawaban yang benar, ini bukanlah
meruakan gambaran kondisi yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-
hari.
Komputer dan video game sering membatasi interaksi anak dengan
orang lain. Walaupun permainan dimainkan berdua dengan anak lain,
tetapi anak lebih berinteraksi dengan komputer atau video game dan
bukanlah dengan teman sepermainannya. Tema permainan yang ada di
komputer atau video game beberapa diantaranya bersifat agresif, seperti
tembak menembak, kejar-kejaran, dan sebagainya. Imajinasi anak
memang dapat masuk kedalam permainan tersebut, namun imajinasi
yang dibangun, bukanlah hasil ciptaannya. Jadi kurang mendukung
pengemabngan kreativitas anak
Mengingat pesonanya yang begitu besar, komputer dan video game
bisa mempengaruhi jadwal kegiatan anak sehari-hari. Namun dibalik
kesemuanya, ada beberapa nilai positif dari komputer dan video game,
diantaranya dapat mengembangkan koordinasi tangan, mata, kemampuan
berpikir cepat, karena anak dirangsang untuk melihat dan langsung
bereaksi dengan menekan tombol-tombol yang tepat. Selain itu beberapa
orang ercaya bahwa alat permainan ini bia meningkatkan rentang
konsentrasi anak.
Orang tua dan guru perlu menimbang berbagai dampak yang
mungkin muncul terhadap anak bila bermain komputer dan video game,
dengan mencoba mengurangi dampak negatifnya, seperti pengaruhnya
terhadap kesehatan, kurang interaktifnya anak dengan lingkungannya,
kemungkinana terhambatnya pengembangan berpikir kreatif, dan
sebagainya. Selanjutnya menitik beratkan pada pengaruh positifnya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran


Bermain merupakan salah satu hak asasi manusia, begitu juga pada
anak usia dini. Ada banyak manfaat yang didaptkan dari kegiatan bermain,
salah satunya adalah pengemangan kreativitas. Bermain dalam bentuk
apapun, baik aktif maupun pasif, baik dengan alat maupun tanpa alat dapat
menunjang ktreativitas anak dalam berbagai taraf. Disini peran orang tua
dan guru pembimbing untuk dapat menjadi fasilitator pengembangan
kreativitas anak, dengan memfasilitasi anak agar dapat bermain dengan
cara dan alat yang tepat sesuai dengan bakat, minat, perkembangan, dan
kebutuhan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Csikszentmihalyi, M., 1996, Creativity. Harper Collins Publisher, Inc :


New York

Hurlock, E. B., 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan


Sepanjang

Rentang Kehidupan), edisi kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta

Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Penerbit


Erlangga :

Jakarta

Mönks, F.J, Knoers, A.M.P dan Haditono, S.R. 2004. Psikologi


Perkembangan

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University


Press: Yogyakarta

Munandar, S.C.U.,1995. Pengembangan Kreativitaas Anak Berbakat.


Rineka Cipta

kerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan :


Jakarta

Mulyadi, S., 2004. Bermain dan Kreativitas(Upaya Mengembangkan


Kreativitas

Anak Melalui Kegiatan Bermain). Papas Sinar Sinanti : Jakarta

Nursisto. 1999.Kiat Menggali Kreativitas. Mitra Gama Media :


Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai