Kondisi Tanah
merupakan benda alam di permukaan bumi yang di atasnya kita dapat hidup, bekerja,
membuat rumah dan sebagainya. Tanah pun dapat ditanami dengan tanam-tanaman, atau
menggembala hewan ternak (Djoehana Setjamidjala dan Ignatius Wirasmoko, 1994 : 1).
Tanah diartikan sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil
pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organic dan organisme (vegetasi atau
hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Selain itu dalam tanah terdapat pula udara
dimodifikasi ataupun dibuat oleh manusia dari bahan bumi, mengandung gejala-gejala
kehidupan dan menopang atau mampu menopang pertumbuhan tanaman diluar rumah.
Tanah meliputi horizon-horizon tanah yang terletak diatas bahan batuan dan terbentuk
sebagai hasil interaksi sepanjang waktu dari iklim, organisme hidup, bahan induk dan
relief. Pada umumnya, kearah bawah, tanah beralih ke batuan yang keras atau kebahan
bumi (yang tidak keras) yang tidak mengandung akar, tanaman, hewan, atau tanda-tanda
beda, tanah selain untuk menopang kehidupan tanaman juga digunakan untuk aktivitas
dalam memenuhi kehidupan seperti menopang bangunan, pertanian, tambak garam dan
lain-lain.
Berdasarkan peta tanah semi detail skala 1: 50000 tahun 1995 Puslitang Bogor
diketahui bahwa desa peliwetan mempunyai jenis tanah Alluvium Marin (halus) (Lihat
Peta 4).
Berdasarkan Peta Tanah Semi Detail (Peta 4) tersebut diketahui bahwa jenis tanah
Read (SAR) ≥13 (kejenuhan Na ≥ 15%) pada setengah atau lebih dari lapisan 50cm
Tanah yang mempunyai epipedon histic atau pada lapisan diantara kedalaman
40cm dan 50cm memiliki kondisi akuik selama kondisi waktu pada tahun-tahun normal
atau telah didrainase, dan matriks dibawah epipedon atau didalam 50cm dari
permukaan tanah mineral berkroma 2 atau kurang serta tidak terdapat bahan sulfidik.
Tanah ini mempunyai satu horizon atau lebih dengan ketebalan total 25cm atau lebih
didalam 50cm dari permukaan tanah mineral yang mempunyai presentase natrium
dapat-tukar (ESP) sebesar 15% atau lebih (SAR) sebesar 13 atau lebih, dan terdapat
penurunan nilai ESP (SAR) dibawah 50cm seiring dengan bertambahnya kedalaman
b. Seri Kompleks Betiring kranji, singkapan batu gamping dengan Family Fluventik
Ustropepts. Dengan kejenuhan basa (pH7) pada kedalaman antara 25cm-1m lebih dari
Deskripsi sifat fisik tanah di lapangan dilakukan pada 7 (tujuh) titik sampel yang
didasarkan pada perubahan relief khususnya perubahan kelerengan. Sebaran titik sampel
pengamatan lapangan dapat dilihat pada Peta 5 . Adapun uraian tentang deskripsi sifat fisik
a. Warna Tanah
Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut (Sarwono
dalam buku Munsell Soil Color Chart. Dalam warna baku ini warna disusun oleh tiga
variable yaitu: hue, value, dan crhoma. Hue adalah warna spectrum yang dominan
sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukan kemurnian atau
kekuatan dari warna spectrum (Hue). Warna tanah dicatat dengan menggunakan notasi
dalam buku Munsell tersebut, misalnya 7,5YR 5/4 (Coklat). Ini berarti warna tanah
berwarna coklat.
Bila di dalam tanah terdapat lebih dari satu warna, maka semua warna harus disebutkan
dengan menyebutkan pula warna yang dominan. Warna tanah akan berbeda bila tanah
basah, lembab atau kering, sehinggga dalam menentukan warna tanah perlu dicatat
apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab atau kering (Sarwono
Hardjowigeno, 2007:39).
Warna tanah ditentukan dalam keadaan lembab, keadaan kering dan mungkin
dalam keadaan basah (misalnya di daerah sawah, pasang surut) sedapat mungkin
Pengamatan warna tanah menggunakan munsel soil color chart dapat dilihat
perbedaan kandungan bahan organik tanah. Makin tinggi kandungan bahan organik,
sebagian besar memiliki warna baku Hue. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan
Tabel 4.7
Hasil Pengamatan Warna Tanah di Desa Pinggirpapas
Titik Warna
Lokasi Sampel
Sampel Tanah
Dusun Ageng Hue 2,5 YR
1
(07 03’47,29”LS & 113 52’26,80”BT)
o o
5/0 = Abu-abu
Tambak Garam Hue 2,5YR
2
(07 04’11,71”LS & 113 52’55,80”BT)
o o
2,5/0
Hue 5 YR 5/6
Tambak Garam
3 = Merah
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
kekuningan
Tambak Garam terletak
4 Hue 10 YR 6/3
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Hue 10 YR 4/4
Tambak Garam terletak
5 = Coklat gelap
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
kekuningan
Hue 10 YR 4/2
Tambak Garam terletak
6 = Coklat gelap
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
keabu-abuan
Hue 7,5 YR
Tambak Garam terletak
7 3/0 = Abu-abu
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
sangat gelap
(Sumber: Data Primer 2018)
warna baku yang terdapat dalam buku Munsell Soil Color Chart. Dapat dilihat pada
titik sampel 1 dengan warna tanah Hue 2,5YR 5/0 = abu - abu, titik sampel 2 dengan
warna tanah Hue 2,5YR 2,5/0 = abu-abu gelap, titik sampel 3 dengan warna tanah Hue
5YR 5/6 = Merah kekuningan, titik sampel 4 dengan warna tanah Hue 10YR 4/4 =
coklat gelap kekuningan, titik sampel 5 dengan warna tanah Hue Hue 10 YR 4/4 =
Coklat gelap kekuningan, titik sampel ke 6 dengan warna tanah Hue Hue 10 YR 4/2 =
Coklat gelap keabu-abuan, titik sampel ke 7 dengan warna tanah Hue Hue 7,5 YR 3/0
b. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah faktor penghambat yang berada di dalam lahan. Secara
umum dikatakan bahwa semakin kasar tekstur tanahnya semakin rendah kemampuan
lahannya (Djoehana Setjamidjaja, 1994 : 5). Tekstur tanah berhubungan erat dengan
pada daerah geografis tertentu (Djoehana Setjamidjaja dan Ignatius Wirasmoko, 1994
: 41).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<
2mm). bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm sampai lebih kecil dari pedon
disebut fragmen batuan (rock fragmen) atau bahan kasar (kerikil sampai batu). Bahan-
bahan tanah yang lebih halus (< 2 mm) disebut fraksi tanah halus (fine earth fraction)
dan dapat dibedakan menjadi : pasir (2mm - 50µm), debu (50µm - 2µm), liat (kurang
kelas tekstur tanah di lapangan dilakukan dengan metode uji rasa rabaan
(Purwowidodo, 2003 : 55). Metode ini menetapkan kelas tekstur tanah berdasarkan
hasil pemberian sensasi-sensasi (berwujud rasa, rasa kasar agak jelas, agak
melekat,dapat di buat bola mudah hancur) yang dapat dirasakan oleh jari- jari tangan
(ibu jari, telunjuk, dan jari tengah) sebagai akibat prilaku pisahan-pisahan tanahnya.
(Lihat Gambar 3)
Hasil pengamatan tekstur tanah di lapangan di Desa Pliwetan dapat dilihat pada
tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Pengamatan Tekstur Tanah di Desa Pinggirpapas
Titik Tekstur
Sampel Lokasi Sampel
Tanah
Dusun Ageng Geluh
1
(07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
2
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
3
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
4
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
5
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
6
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
7
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT) Berlempung
(Sumber : Data Primer 2018)
Pinggirppas sebagian besar adalah Geluh berlempung, yang berarti jenis tekstur tanah
c. Struktur Tanah
struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat satu sama lain oleh suatu
partikel-partikel tanah satu sama lain. Pengikatan partikel tanah itu berwujud sebagai
agregat tanah yang terbentuk dengan sendirinya tanpa sebab dari luar (Tricahyono,
2012 : 14).
jarak-jarak primer tanah untuk membentuk panduan jarah tanah (jarak-jarak sekunder
tanah), paduan jarah tersebut memiliki bentuk, ukuran dan mutu yang beraneka
tanah ialah tersusunnya butir-butir atau fraksi-fraksi dalam segumpal tanah (1994 : 42).
Dengan demikian struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-partikel primer
tanah (lempung, pasir, dan liat) secara alami menjadi berbagai kelompok partikel yang
satu sama yang lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya serta di batasi oleh bidang-
bidang.
Pada struktur tanah di kenal empat bentuk utama dalam pembentukan struktur
empat bentuk utama struktur ini akhirnya menghasilkan tujuh tipe struktur yaitu keping
(platy), prisma (prismatic), tiang (kolumnar), sudut (angukar blocky), gumpal (sub
angular blocky), remah (crumb) dan butir (Setjamidjaja dan Wirasmoko, 1994 : 43).
kubus membulat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9
Hasil Pengamatan Struktur Tanah di Desa Pliwetan
Titik Struktur
Lokasi Sampel
Sampel Tanah
Dusun Ageng Kubus
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
2
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
3
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
4
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
5
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
6
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
7
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT) Membulat
(Sumber : Data Primer 2018)
Hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa struktur tanah jenis ini
d. Konsistensi Tanah
daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan
tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya
konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka
tanah dan ketahanan (resistensi masa terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan
dilapangan ialah dengan cara memijit tanah basah, lembab dan kering diantara
struktur, jumlah dan jenis koloid liat, kandungan bahan organik, dan kandungan air.
Dengan berkurangnya kandungan air, umumnya tanah akan kehilangan sifat melekat
lunak (soft) serta pada akhirnya menjadi keras (hard) bila kering. Dari beberapa faktor,
kandungan air merupakan faktor yang terpenting. Oleh karena itu, konsistensi tanah
ditentukan dalam tiga keadaan yaitu keadaan basah, lembab dan kering.
Konsistensi sangat penting dalam fisika tanah dan digunakan untuk berbagai
tujuan, diantaranya :
1. Untuk mendapatkan kriteria sifat fisika tanah untuk keperluan klasifikasi tanah
(Atterberg)
3. Sebagai indeks yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat akumulasi di dalam
Konsistensi basah adalah keadaan dimana kandungan air dalam masa tanah
berada pada atau melebihi kapasitas lapang. Pada penentuan konsistensi dalam
nya. Kelekatan adalah sifat tanah untuk melekat atau menempel pada benda-benda
yang mengenainya, sedangkan plastisitas adalah sifat tanah untuk dengan mudah
diubah-ubah bentuknya (Djoehana Setjamidjaja dan Ignatius Wirasmoko, 1994 :
50-51).
Cara penentuan kelekatan adalah dengan memijat dengan ibu jari dan
telunjuk atau dengan memerah. Kelekatan tanah digolongkan menjadi : (a) tidak
melekat (non-sticky), yaitu bila tidak ada tanah yang tertinggal pada jari atau
telapak tangan; (b) sedikit melekat (slightly sticky) yaitu bila tanah tertinggal pada
salah satu jari; (c) melekat (sticky) yaitu bila tanah tertinggal pada kedua jari atau
telapak tangan; dan (d) sangat melekat (very sticky) yaitu bila tanah sukar
Cara penentuan plastisitas adalah dengan dispirid antara ibu jari dengan
telunjuk. Plastisitas tanah digolongkan menjadi (a) tidak plastis (non plastic) yaitu
bila tanah tidak dapat membentuk gelintir dan massa tanah mudah merubah bentuk,
(b) sedikit plastis (slightly plastic) yaitu bila tanah dapat membentuk gelintir tetapi
massa tanah mudah berubah bentuk, (c) plastis (plastic) yaitu bila tanah dapat
membentuk gelintir dan massa tanah sukar berubah bentuk, dan (d) sangat plastis
(very plastic) yaitu bila tanah berbentuk gelintir dan tahan terhadap tekanan.
sebagian besar konsistensi tanah basahnya agak lekat (Slighly Sticky). Hasil
pengamatan konsistensi tanah basah dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.10
Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah Basah di Desa Pinggirpapas
Konsistensi
Titik Sampel Lokasi Sampel
Tanah Basah
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) Agak Lekat
Tambak Garam
2 Agak Lekat
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT)
Tambak Garam
3 Agak Lekat
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
Tambak Garam
4 Agak Lekat
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Tambak Garam
5 Agak Lekat
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
Tambak Garam
6 Agak Lekat
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
Tambak Garam
7 Agak Lekat
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2018)
tanah basah di Desa Pinggipapas adalah agak lekat (Slighly stickly), yang berarti
kapasitas lapang. Untuk menilai derajat kegemburan tanah dipilah menjadi lepas,
sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, sangat teguh sekali (Sarwono
(loose) yaitu tidak ada adhesi butir-butir tanah, (b) sangat gembur (very friable)
yaitu jika dipijit mudah hancur, (c) gembur (friable) yaitu jika dipijit kuat baru
hancur, (d) teguh (firm) yaitu dipijit sukar hancur, (e) sangat teguh (very firm)
yaitujika ditekan kuat yang menyakitkan baru bisa hancur, serta (f) luar biasa teguh
(extremely firm) yaitu pijitan yang sangat kuat baru menghancurkan (Tricahyono,
Tabel 4.11
Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah Lembab di Desa Pinggirpapas
Konsistensi
Titik Sampel Lokasi Sampel
Tanah Lembab
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & Teguh
113o52’26,80”BT)
Tambak Garam
2 (07o04’11,71”LS & Teguh
113o52’55,80”BT)
Tambak Garam
3 (07o04’31,83”LS & Teguh
113o52’43,45”BT)
Tambak Garam
4 (07o04’54,64”LS & Teguh
113o52’17,46”BT)
Tambak Garam
5 (07o03’44,54”LS & Teguh
113o52’17,24”BT)
Tambak Garam
6 (07o04’01,15”LS & Teguh
113o52’09,57”BT)
Tambak Garam
7 (07o04’18,98”LS & Teguh
113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2018)
lembab di Desa Pinggirpapas adalah teguh (dipijit sukar hancur), yang berati tanah
sulit tererosi.
e. Kelembaban Tanah
Kelembaban tanah sangat penting untuk bukan hanya untuk tanaman tetapi juga
untuk kehidupan makhluk hidup lainnya. Tanah diantara keadaan basah dan keadaan
Soil Tester. Teknik yang digunakan yaitu dengan cara menancapkan Soil Tester di
tanah yang akan diamati. Kemudian, tekan agak lama tombol putih yang berada di
samping Soil Tester. Tunggu jarum pada alat benar-benar tidak bergerak lagi. Setelah
itu, akan terlihat angka yang ditunjukkan oleh jarum kelembaban tanah yang sedang
Desa Pinggirpapas berkisar antara 60%-65%. Hal ini sangat di pengaruhi oleh jenis
tanah, lapisan tanah, iklim, suhu dan kandungan air yang yang ada dalam tanah itu
kandungan fraksi pasir, lempung dan liat yang terdapat dalam tubuh tanah. Hal
Tambak Garam
2 100%
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT)
Tambak Garam
3 100%
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
Tambak Garam
4 100%
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Tambak Garam
5 98%
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
Tambak Garam
6 78%
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
Tambak Garam
7 80%
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2012)
Erodibilitas tanah merupakan uji tingkat keremahan yang dimiliki oleh tanah.
Dalam pengamatannya dilakukan dengan dua metode yaitu metode Crumb Test dan
gumpalan tanah alami (berupa agregat) yang ditenggelamkan dalam air untuk
Alat-alat :
Prosedur Kerja
2. Di isi air murni (3/4 dari volume gelas), dapat pula diisi air sumur yang jernih
tanah yang hendak diselidiki, misalnya contoh tanah pada saat pengambilan
tanah.
Tabel 4.14
Tabel Pengamatan Metode Crumb Test
Titik
Lokasi Sampel Metode Crumb Test
Sampel
Dusun Ageng Kelas 1. Gumpal tidak
1 (07o03’47,29”LS & berubah , ikatan tanah
113o52’26,80”BT) partikel masih utuh
Kelas 1. Gumpal tanah
Tambak Garam
tidak berubah , ikatan
2 (07o04’11,71”LS &
tanah partikel masih
113o52’55,80”BT)
utuh
Kelas 1. Gumpal tanah
Tambak Garam
tidak berubah , ikatan
3 (07o04’31,83”LS &
tanah partikel masih
113o52’43,45”BT)
utuh
Kelas 1. Gumpal tanah
Tambak Garam
tidak berubah , ikatan
4 (07o04’54,64”LS &
tanah partikel masih
113o52’17,46”BT)
utuh
Kelas 1. Gumpal
Tambak Garam tidak berubah , ikatan
5 (07o03’44,54”LS & tanah partikel masih
113o52’17,24”BT) utuh
Pada prinsipnya test ini dilakukan terhadap bola tanah berlubang yang
Alat-alat:
- Gelas ukur
Bahan
Gumpalan Tanah
Prosedur Kerja
1. Membuat gumpalan tanah (tanah dicampur dengan air) pada titik lekat.
3. Menusukan bola tanah tadi pada dengan alat penusuk, hingga tanah tersebut
4. Mengalirkan air sebanyak 50cc (dengan botol pemancar atau dengan gelas
ukur) melalui lubang bola tanah. Dan airnya ditampung dalam gelas piala
Tabel 4.15
Tabel Pengamatan Metode Pinhole Test
Titik
Lokasi Sampel Metode Pinhole Test
Sampel
Dusun Ageng Kelas 1. Gumpal tidak berubah
1 (07o03’47,29”LS & , ikatan tanah partikel masih
113o52’26,80”BT) utuh
Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tanah tidak
2 (07o04’11,71”LS & berubah , ikatan tanah partikel
113o52’55,80”BT) masih utuh
Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tanah tidak
3 (07o04’31,83”LS & berubah , ikatan tanah partikel
113o52’43,45”BT) masih utuh
Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tanah tidak
4 (07o04’54,64”LS & berubah , ikatan tanah partikel
113o52’17,46”BT) masih utuh
Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tidak
5 (07o03’44,54”LS & berubah , ikatan tanah partikel
113o52’17,24”BT) masih utuh
Hal ini berarti bahwa tanah di Desa Pinggirpapas masuk kedalam Kelas 1
sulit tererosi, karena air pada gelas ukur tidak mengalami kekeruhan dan tidak ada
Permeabelitas yaitu suatu sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu zat
cair melalui suatu media yang berpori-pori dan disebut pula konduktivitas
hidraulika atau kemapuan dari tanah untuk melewatkan udara dan air. Dalam hal
ini cairan adalah air dan media berpori adalah tanah itu sendiri. Permeabelitas ini
ada dua macam, yaitu permeabilitas pada tanah jenuh air dan permeabilitas pada
tanah tidak jenuh air. Yang dimaksud dengan permeabilitas jenuh adalah laju
gerakan air dalam tanah pada keadaan seluruh pori-pori tanah tersebut diisi air,
sedangkan bila tidak seluruhnya diisi air tapi sebagian terisi oleh udara disebut
b) Memasang pipa pada lubang tanah, membuat titik standart di permukaan tanah,
c) Pada lubang tanah yang telah dipasang pipa diisi air dan diukur kedalamannya
d) Air dalam lubang akan meresap masuk ke dalam tanah dan pada setiap waktu
e) Menghitung tinggi permukaan air [h1(ti)] pada setiap waktu tertentu (ti), yaitu
f) Membuat grafik dalam kertas semi logaritma hubungan antara (ti) dengan h1(ti)
𝑟 𝑟
𝑙𝑜𝑔 [ℎ (𝑡𝑖 ) + 2] − log[ℎ(𝑡𝑛 ) + 2]
𝐾 = 1,15 𝑟
tn − ti
permeabilitas tanah rata-rata 0,004 cm/menit, menunjukkan bahwa daya serap yang
terjadi adalah sedang. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16
Hasil Pengamatan Koefisien Permeabilitas Tanah
Di Desa Pliwetan
Koefisien
Titik
Lokasi Sampel Permeabilitas
Sampel
Tanah
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) 0,130 cm/detik
Tambak Garam
2 -
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT)
Tambak Garam
3 0,051 cm/detik
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
4 Tambak Garam 0,004 cm/detik
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Tambak Garam
5 -
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
Tambak Garam
6 0 cm/detik
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
Tambak Garam
7 0,001 cm/detik
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2018)
air tergenang dan sulit untuk meresap ke dalam tanah, air yang tergenang
a. pH (Derajat Kemasaman)
hidrogen H+ didalam tanah makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam
berdasarkan konsentrasi ion H+ dan dengan istilah pH. Bila konsentrasi H+ di dalam
larutan tanah adalah 0,00001 atau 10-5 maka pH tanah tersebut adalah –log 10-5 = 5.
Dalam penentuan pH tanah digunakan alat yang biasa disebut dengan Soil
Tester. Teknik pengukuran dilakukan dengan cara menancapkan Soil Tester di tanah
yang akan diamati. Tunggu sampai jarum pada alat sampai jarum benar-benar tidak
bergerak lagi. Setelah itu, akan terlihat angka yang ditunjukkan oleh jarum pH tanah
Suatu tanah disebut masam bila pH-nya kurang dari 7, dinyatakan netral bila
sama dengan 7, dan dinyatakan basa bila lebih dari 7. Kemasaman tanah menyatakan
keadaan kandungan ion- ion hydrogen bebas dalam larutan tanah, dan reaksi tanah
adalah kemasaman yang dinyatakan dengan nilai pH. Kisaran pH tanah dapat dibatasi
pada dua nilai ekstrim. Pada tanah mineral kisaran pH berada pada nilai pH=3,5 hingga
10,0 atau lebih, sedangkan untuk tanah organik (gambut) nilai pH dapat kurang dari
3,0; sebaliknya tanah alkalis dapat memiliki pH lebih dari 11,0. Faktor- factor yang
dapat mempengaruhi menonjol terhadap pH tanah adalah : kejenuhan basa, sifat misel
(koloid), dan macam kation yang terjerat (Sarwono Hardjowigeno, 2007: 60-61).
Berdasarkan hasil pengamatan pH tanah yang ada dibeberapa titik pengamatan
di Desa Pinggirpapas berkisar antara 6,3-6,8. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.17
berikut :
Tabel 4.17
Hasil Pengamatan Keasaman Tanah (pH) di Desa Pliwetan
Titik Keasaman
Lokasi Sampel
Sampel Tanah (Ph)
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) 6,3
Tambak Garam
2 6,8
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT)
Tambak Garam
3 6,6
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
Tambak Garam
4 6,6
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Tambak Garam
5 6,6
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
Tambak Garam
6 6,6
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
Tambak Garam
7 6,8
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2018)
antara 6,3-6,8. Hal tersebut berarti bahwa, reaksi pH tanah di Desa Pliwetan adalah
b. Kandungan Ca Lepas
Ca lepas ini berfungsi untuk mengatur keasaman tanah dan dalam tubuh
tanaman, penting bagi pertumbuhan akar tanaman serta pertumbuhan daun dan dapat
kadar Ca secara kuantitatif. Dalam hal ini hanya menentukan sedikit atau banyaknya
kandungan kapur (Ca lepas). Penentuan Ca lepas dilakukan dengan cara meneteskan
cairan HCl pada masa tanah yang akan di teliti. Bila pada tanah yang diteteskan cairan
HCl bereaksi dengan adanya buih atau gemericik berarti menunjukan adanya
kandungan kapur (hanya secara kualitatif). Kadar kandungan kapur dibedakan menjadi
banyak, sedang dan sedikit ditentukan oleh banyaknya buih yang dihasilkan dari reaksi
tidak banyak mengandung Calsium (Ca) dan sangat terkait dengan asal Ca dalam tanah
adalah dari mineral primer (misalnya mineral plagioklas, karbonat Ca Co3 (kalsit) dan
mempengaruhi hasil garam yang dihasilkan. Dengan pengujian tes kimia membuktikan
bahwa garam mengandung unsur Ca di dalamnya, karena unsur Ca terlarut dalam air
asin sebagai bahan baku garam. Tanah yang digunakan sebagai wadah pembuatan
garam mengandung banyak Ca maka kandungan garam akan terdapat unsur Ca.
4. Deskripsi Sifat Biologis Tanah di Lapangan
Setelah tanaman dapat hidup di atas lapukan batuan, maka mulailah proses
pembentukan profil tanah. Sisa tanaman atau binatang mula-mula tetap berada di atas
(disebut horizon O) atau di dalam tanah. Setelah sisa-sisa organisme ini tercampur
dengan bagian mineral tanah akibat kegiatan organisme ini tercampur dengan bagian-
bagian mineral tanah akibat kegiatan organisme hidup maka awal dari pembentukan
horizon-horizon tanah terjadi. Tanah lapisan atas ini menjadi warna lebih gelap dan
terbentuk struktur tanah yang lebih stabil sebagai pengaruh dari bahan organik tersebut
Bahan organik di bedakan menjadikan tiga kelas, sedang, banyak dan sedikit.
Semakin banya kandungan organik yang terdapat di tanah, maka akan semakin baik
pula kualitas tanah tersebut dan sebaliknya, semakin sedikit kandungan organik di
dalam tanah maka menurun pula kualitas tanahnya. Penentuan kandungan bahan
organik dilakukan secara kualitatif. Adapun teknik yang digunakan untuk mengetahui
kandungan bahan organik yang ada pada tanah yaitu dengan cara mengambil sedikit
gumpalan tanah dan diletakkan dalam cawan kemudian diteteskan zat kimia H2O2.
busa hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut banyak mengandung bahan organik,
begitu pula sebaliknya. (Lihat Gambar 14). Berdasarkan hasil pengamatan dapat
dikemukakan bahwa keadaan tanah di Desa Pliwetan sebagian besar banyak
terdapat banyak kandungan bahan organik. Akan tetapi ada pula yang sedikit
mengandung bahan organik. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 4.19 berikut :
Tabel 4.19
Hasil Pengamatan Kandungan Bahan Organik Tanah
di Desa Pliwetan
Bahan
Titik
Lokasi Sampel Organik
Sampel
Tanah
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) Sedang
Pinggirpapas berada dalam kategori sedang yang terdapat mengandung bahan organik.
b. Krotovinas
Krotovinas adalah lubang-lubang dalam suatu horison tanah yang diisi oleh
diamati dengan mata telanjang salah satu caranya adalah memperhatikan lubang-
lubang kecil diarea pengamatan tanah. Lubang-lubang pada tanah menunjukan adanya
jasat hidup tanah. Jasad hidup tanah ini dapat dibagi dalam dua golongan yaitu hewan
dan tumbuhan. Dari 7 lokasi sampel daerah pengamatan, tidak ditemukan adanya
krotovinas.
c. Perakaran
Akar agak halus: diameter <1mm, akar-akar halus: diameter 1-2mm, akar-akar
Hal ini menunjukan bahwa diameter perakaran yang ada di Desa Pinggirpapas
a. Penggunaan Lahan
Secara sederhana lahan diartikan sebagai tempat atau wilayah yang mempunyai
satuan luas, merupakan wadah bagi kehidupan. Lahan pertanian dapat diartikan sebagai
wilayah atau tempat berusaha tani. Secara ilmiah lahan didefinisikan sebagai
lingkungan fisik yang terdiri atas tanah, relief, iklim, air dan vegetasi serta benda-benda
yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan itu
Komponen utama dari lahan adalah tanah yang merupakan bagian terpenting
dari lahan pertanian. Tanah, udara, dan air di dalam lahan bersama-sama dengan
kandungan bahan organik dan sifat-sifat tanah lainnya akan menentukan kualitas lahan
pertanian. Penggunaan lahan adalah bentuk suatu kegiatan manusia terhadap lahan
termasuk didalamnya keadaan ilmiah yang belum terpengaruh oleh kegiatan manusia
(Kormono Mangunkardjo, 1995). Berikut ini tabel 4.20 penggunaan lahan di Desa
Tabel 4.20
Penggunaan Lahan di Desa Pinggirpapas Tahun 2018
Lahan Luas (ha) Persentase (%)
Pemukiman 11,0 82,7
Pemakaman Umum 0,6 4,5
Tambak 0,7 5,3
Luas Prasarana Umum Lainnya 0,8 6,0
Fasilitas Ekonomi 0,2 1,5
Jumlah 13,3 100,00
(Sumber : Data Monografi Desa Pliwetan 2012)
Dari tabel di atas, secara umum lahan yang ada di Desa Pliwetan digunakan
sebagai lahan permukiman dengan luas 11,0 ha (82,7%). Sedangkan lahan yang
digunakan untuk pemakaman umum memiliki luas 0,6 ha (4,5%), perkantoran 0,7 ha
(5,3%), prasarana umum 0,8 ha (6,0%) dan fasilitas ekonomi 0,2 ha (1,5%).
b. Vegetasi
Vegetasi adalah tanaman hidup yang menutupi suatu wilayah, lebih luas dari
flora yang merujuk pada komposisi spesies. Vegetasi lebih mendekati ke komunitas
Vegetasi yang ada di Desa Pliwetan didominasi oleh vegetasi alami dan
vegetasi budidaya. Yang dimaksud dengan vegetasi alami adalah vegetasi yang tumbuh
tanpa campur tangan manusia, tumbuh dengan sendirinya. Sedangkan yang dimaksud
dengan vegetasi budidaya adalah vegetasi tumbuh dan berkembang karena ditanam
dengan campur tangan manusia. Jenis tanaman pekarangan ialah pohon jambu, bunga
dan tumbuhan jenis obat-obatan. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.21 berikut:
Tabel 4.21
Hasil Pengamatan Vegetasi Di Desa Pliwetan
Jenis Vegetasi
Titik
Lokasi Sampel Vegetasi Vegetasi
Sampel
Alami Budidaya
RT 04 RW 03 Pohon jambu,
1 _
terletak pada 275 dari bunga, dan
kota Tuban (06° tumbuhan jenis
54’10,12” LS & 112° obat-obatan
10’18,74” BT) (tanaman
pekarangan)
Pohon jambu,
bunga, tumbuhan
RT 01 RW 03
jenis obat-obatan,
terletak pada 295 dari
pohon siapi-api.
2 kota Tuban (06° _
(Tanaman
54’10,6” LS & 112°
pekarangan dan
10’25” BT)
tanaman
mangrove)
RT 02 RW 02
terletak pada 330 dari Rumput-
3 kota Tuban (06° rumputan, Mangrove, api-api
54’18,9” LS & 112° semak
10’20,1” BT)
Pohon jambu,
RT 01 RW 01
bunga, dan
terletak pada 310 dari
tumbuhan jenis
4 kota Tuban (06° _
obat-obatan.
54’18,1” LS & 112°
(Tanaman
10’13,2” BT)
pekarangan)
(Sumber : Data Primer 2012)
Hasil pengamatan di lapangan dapat dilihat bahwa jenis vegetasi yang ada di
Desa Pliwetan adalah vegetasi alami dan vegetasi budidaya. (Lihat Gambar)
1) Tanaman Pekarangan
Gambar 15. Salah Satu Jenis Tanaman Pekarangan
2) Tanaman Semak