Anda di halaman 1dari 39

D.

Kondisi Tanah

1. Deskripsi Tanah Desa Pliwetan Kecamatan Palang Kabupaten Tuban

Dalam kehidupan sehari-hari pasti selalu bersentuhan dengan tanah. Tanah

merupakan benda alam di permukaan bumi yang di atasnya kita dapat hidup, bekerja,

membuat rumah dan sebagainya. Tanah pun dapat ditanami dengan tanam-tanaman, atau

menggembala hewan ternak (Djoehana Setjamidjala dan Ignatius Wirasmoko, 1994 : 1).

Tanah diartikan sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil

pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organic dan organisme (vegetasi atau

hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Selain itu dalam tanah terdapat pula udara

dan air (Sarwono Hardjowigeno, 2007 : 1).

Tanah adalah kumpulan benda alam dipermukaan bumi, setempat-setempat

dimodifikasi ataupun dibuat oleh manusia dari bahan bumi, mengandung gejala-gejala

kehidupan dan menopang atau mampu menopang pertumbuhan tanaman diluar rumah.

Tanah meliputi horizon-horizon tanah yang terletak diatas bahan batuan dan terbentuk

sebagai hasil interaksi sepanjang waktu dari iklim, organisme hidup, bahan induk dan

relief. Pada umumnya, kearah bawah, tanah beralih ke batuan yang keras atau kebahan

bumi (yang tidak keras) yang tidak mengandung akar, tanaman, hewan, atau tanda-tanda

kegiatan biologi lain (Sarwono Hardjowigeno, 1993 : 4).

Tanah terdapat dimana-mana, tetapi kepentingan orang terhadap tanah berbeda-

beda, tanah selain untuk menopang kehidupan tanaman juga digunakan untuk aktivitas

dalam memenuhi kehidupan seperti menopang bangunan, pertanian, tambak garam dan

lain-lain.
Berdasarkan peta tanah semi detail skala 1: 50000 tahun 1995 Puslitang Bogor

diketahui bahwa desa peliwetan mempunyai jenis tanah Alluvium Marin (halus) (Lihat

Peta 4).
Berdasarkan Peta Tanah Semi Detail (Peta 4) tersebut diketahui bahwa jenis tanah

di wilayah penelitian terdapat tanah:

a. Seri Kompleks Randuboto Singkapan Terumbu Karang dengan Family Typic

Halaquepts yaitu sangat halus, campuran, isohipertermik. Berdasarkan Soil Analysis

Read (SAR) ≥13 (kejenuhan Na ≥ 15%) pada setengah atau lebih dari lapisan 50cm

teratas. (Sarwono Hardjowigeno, 1993:110)

Tanah yang mempunyai epipedon histic atau pada lapisan diantara kedalaman

40cm dan 50cm memiliki kondisi akuik selama kondisi waktu pada tahun-tahun normal

atau telah didrainase, dan matriks dibawah epipedon atau didalam 50cm dari

permukaan tanah mineral berkroma 2 atau kurang serta tidak terdapat bahan sulfidik.

Tanah ini mempunyai satu horizon atau lebih dengan ketebalan total 25cm atau lebih

didalam 50cm dari permukaan tanah mineral yang mempunyai presentase natrium

dapat-tukar (ESP) sebesar 15% atau lebih (SAR) sebesar 13 atau lebih, dan terdapat

penurunan nilai ESP (SAR) dibawah 50cm seiring dengan bertambahnya kedalaman

(http://bbsdlp.litbang.deptan.geo.id//, 21-09-2012, 14 : 30).

b. Seri Kompleks Betiring kranji, singkapan batu gamping dengan Family Fluventik

Ustropepts. Dengan kejenuhan basa (pH7) pada kedalaman antara 25cm-1m lebih dari

50% - regim kelembaban tanah ustik, berlembung-kasar diatas berliat, campuran,


isohiperthermik dan Lithic Ustorthents yaitu skeletal-berliat, campuran (kalkareus),

isoperthermik, rezim kelembaban tanah ustik. (Sarwono Hardjowigeno, 1993 : 111).

2. Deskripsi Sifat Fisik Tanah di Lapangan

Deskripsi sifat fisik tanah di lapangan dilakukan pada 7 (tujuh) titik sampel yang

didasarkan pada perubahan relief khususnya perubahan kelerengan. Sebaran titik sampel

pengamatan lapangan dapat dilihat pada Peta 5 . Adapun uraian tentang deskripsi sifat fisik

tanah di lapangan sebagai berikut:

a. Warna Tanah

Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut (Sarwono

Hardjowigeno, 2007 : 37).

Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna baku yang terdapat

dalam buku Munsell Soil Color Chart. Dalam warna baku ini warna disusun oleh tiga

variable yaitu: hue, value, dan crhoma. Hue adalah warna spectrum yang dominan

sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukan gelap terangnya warna,

sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukan kemurnian atau

kekuatan dari warna spectrum (Hue). Warna tanah dicatat dengan menggunakan notasi

dalam buku Munsell tersebut, misalnya 7,5YR 5/4 (Coklat). Ini berarti warna tanah

mempunyai hue =7,5YR, value = 5, chroma = 4, yang secara keseluruhan disebut

berwarna coklat.
Bila di dalam tanah terdapat lebih dari satu warna, maka semua warna harus disebutkan

dengan menyebutkan pula warna yang dominan. Warna tanah akan berbeda bila tanah

basah, lembab atau kering, sehinggga dalam menentukan warna tanah perlu dicatat
apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab atau kering (Sarwono

Hardjowigeno, 2007:39).

Warna tanah ditentukan dalam keadaan lembab, keadaan kering dan mungkin

dalam keadaan basah (misalnya di daerah sawah, pasang surut) sedapat mungkin

ditentukan langsung di lapangan (Tricahyono, 2011 : 13).

Pengamatan warna tanah menggunakan munsel soil color chart dapat dilihat

pada gambar 2. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh

perbedaan kandungan bahan organik tanah. Makin tinggi kandungan bahan organik,

warna tanah semakin gelap.

Gambar 2. Pengamatan Warna Tanah dengan


Menggunakan Munsell Soil Color Chart
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan diketahui bahwa tanah Desa Pliwetan

sebagian besar memiliki warna baku Hue. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan

pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7
Hasil Pengamatan Warna Tanah di Desa Pinggirpapas
Titik Warna
Lokasi Sampel
Sampel Tanah
Dusun Ageng Hue 2,5 YR
1
(07 03’47,29”LS & 113 52’26,80”BT)
o o
5/0 = Abu-abu
Tambak Garam Hue 2,5YR
2
(07 04’11,71”LS & 113 52’55,80”BT)
o o
2,5/0
Hue 5 YR 5/6
Tambak Garam
3 = Merah
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
kekuningan
Tambak Garam terletak
4 Hue 10 YR 6/3
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Hue 10 YR 4/4
Tambak Garam terletak
5 = Coklat gelap
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
kekuningan
Hue 10 YR 4/2
Tambak Garam terletak
6 = Coklat gelap
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
keabu-abuan
Hue 7,5 YR
Tambak Garam terletak
7 3/0 = Abu-abu
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
sangat gelap
(Sumber: Data Primer 2018)

Hasil pengamatan dilapangan diketahui bahwa warna tanah di Desa

Pinggirpapas dari 7 titik sampel berbeda-beda ditentukan dengan menggunakan warna-

warna baku yang terdapat dalam buku Munsell Soil Color Chart. Dapat dilihat pada

titik sampel 1 dengan warna tanah Hue 2,5YR 5/0 = abu - abu, titik sampel 2 dengan

warna tanah Hue 2,5YR 2,5/0 = abu-abu gelap, titik sampel 3 dengan warna tanah Hue

5YR 5/6 = Merah kekuningan, titik sampel 4 dengan warna tanah Hue 10YR 4/4 =

coklat gelap kekuningan, titik sampel 5 dengan warna tanah Hue Hue 10 YR 4/4 =
Coklat gelap kekuningan, titik sampel ke 6 dengan warna tanah Hue Hue 10 YR 4/2 =

Coklat gelap keabu-abuan, titik sampel ke 7 dengan warna tanah Hue Hue 7,5 YR 3/0

= Abu-abu sangat gelap

b. Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah faktor penghambat yang berada di dalam lahan. Secara

umum dikatakan bahwa semakin kasar tekstur tanahnya semakin rendah kemampuan

lahannya (Djoehana Setjamidjaja, 1994 : 5). Tekstur tanah berhubungan erat dengan

plastisitas, permeabilitas, mudak tidaknya diolah, kesuburan dan produktivitas tanah

pada daerah geografis tertentu (Djoehana Setjamidjaja dan Ignatius Wirasmoko, 1994

: 41).

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<

2mm). bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm sampai lebih kecil dari pedon

disebut fragmen batuan (rock fragmen) atau bahan kasar (kerikil sampai batu). Bahan-

bahan tanah yang lebih halus (< 2 mm) disebut fraksi tanah halus (fine earth fraction)

dan dapat dibedakan menjadi : pasir (2mm - 50µm), debu (50µm - 2µm), liat (kurang

dari 2µ) (Sarwono Hardjowigeno, 1995 : 39-40).

Untuk mengetahui tekstur tanah yang terdapat di Desa Pliwetan, pemberian

kelas tekstur tanah di lapangan dilakukan dengan metode uji rasa rabaan

(Purwowidodo, 2003 : 55). Metode ini menetapkan kelas tekstur tanah berdasarkan

hasil pemberian sensasi-sensasi (berwujud rasa, rasa kasar agak jelas, agak

melekat,dapat di buat bola mudah hancur) yang dapat dirasakan oleh jari- jari tangan
(ibu jari, telunjuk, dan jari tengah) sebagai akibat prilaku pisahan-pisahan tanahnya.

(Lihat Gambar 3)

Gambar 3. Teknik Penentuan Tekstur Tanah

Hasil pengamatan tekstur tanah di lapangan di Desa Pliwetan dapat dilihat pada

tabel 4.8.

Tabel 4.8
Hasil Pengamatan Tekstur Tanah di Desa Pinggirpapas
Titik Tekstur
Sampel Lokasi Sampel
Tanah
Dusun Ageng Geluh
1
(07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
2
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
3
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
4
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
5
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
6
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT) Berlempung
Tambak Garam Geluh
7
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT) Berlempung
(Sumber : Data Primer 2018)

Hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa tekstur tanah di Desa

Pinggirppas sebagian besar adalah Geluh berlempung, yang berarti jenis tekstur tanah

ini sulit untuk tererosi.

c. Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan

struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat satu sama lain oleh suatu

perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain (Sarwono

Hardjowigeno, 1995 : 44). Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan pengikatan

partikel-partikel tanah satu sama lain. Pengikatan partikel tanah itu berwujud sebagai

agregat tanah yang terbentuk dengan sendirinya tanpa sebab dari luar (Tricahyono,

2012 : 14).

Struktur tanah adalah istilah untuk menunjukan pada penomena penyusanan

jarak-jarak primer tanah untuk membentuk panduan jarah tanah (jarak-jarak sekunder

tanah), paduan jarah tersebut memiliki bentuk, ukuran dan mutu yang beraneka

(Purwowidodo, 2003 : 58), sedangkan menurut Setjamidjaja dan Wirasmoko struktur

tanah ialah tersusunnya butir-butir atau fraksi-fraksi dalam segumpal tanah (1994 : 42).

Dengan demikian struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-partikel primer

tanah (lempung, pasir, dan liat) secara alami menjadi berbagai kelompok partikel yang

satu sama yang lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya serta di batasi oleh bidang-

bidang.
Pada struktur tanah di kenal empat bentuk utama dalam pembentukan struktur

tanah seperti, lempeng/keeping, prisma, gumpal/kubus membulat dan speheproidal. Ke

empat bentuk utama struktur ini akhirnya menghasilkan tujuh tipe struktur yaitu keping

(platy), prisma (prismatic), tiang (kolumnar), sudut (angukar blocky), gumpal (sub

angular blocky), remah (crumb) dan butir (Setjamidjaja dan Wirasmoko, 1994 : 43).

Pengamatan struktur tanah di lapangan dilakukan dengan cara memperhatikan bentuk

struktur tanah pada segumpal tanah. (Lihat Gambar 4)

Gambar 4. Pengamatan Struktur Tanah di Lapangan

Hasil penelitian di Desa Pinggirpapas, menunjukan struktur tanah memiliki tipe

kubus membulat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9
Hasil Pengamatan Struktur Tanah di Desa Pliwetan
Titik Struktur
Lokasi Sampel
Sampel Tanah
Dusun Ageng Kubus
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
2
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
3
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
4
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
5
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
6
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT) Membulat
Tambak Garam Kubus
7
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT) Membulat
(Sumber : Data Primer 2018)

Hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa struktur tanah jenis ini

merupakan struktur tanah yang sulit untuk tererosi.

d. Konsistensi Tanah

Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau

daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan

tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya

pencangkulan, pembajakan, dan sebagainya. Tanah-tanah yang mempunyai

konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.

Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka

penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut

(Sarwono Hardjowigeno, 2007 : 46)

Konsisitensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel

tanah dan ketahanan (resistensi masa terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan

berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Pengamatan konsistensi

dilapangan ialah dengan cara memijit tanah basah, lembab dan kering diantara

telunjuk dan ibu jari (Tricahyono, 2012 : 16).


Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsistensi adalah tekstur,

struktur, jumlah dan jenis koloid liat, kandungan bahan organik, dan kandungan air.

Dengan berkurangnya kandungan air, umumnya tanah akan kehilangan sifat melekat

(stickiness) dan plastisitasnya (plasticity), kemudian menjadi gembur (friable) atau

lunak (soft) serta pada akhirnya menjadi keras (hard) bila kering. Dari beberapa faktor,

kandungan air merupakan faktor yang terpenting. Oleh karena itu, konsistensi tanah

ditentukan dalam tiga keadaan yaitu keadaan basah, lembab dan kering.

Konsistensi sangat penting dalam fisika tanah dan digunakan untuk berbagai

tujuan, diantaranya :

1. Untuk mendapatkan kriteria sifat fisika tanah untuk keperluan klasifikasi tanah

(Atterberg)

2. Sebagai indeks untuk klarifikasi tanah (Terzaghi, 1926)

3. Sebagai indeks yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat akumulasi di dalam

profil tanah (Russel, 1926)

4. Dapat digunakan dalam hubungannya dengan pengelolahan tanah dan dalam

merancang alat-alat pertanian (Nichols,et al, 1930).

1) Konsistensi Tanah Basah

Konsistensi basah adalah keadaan dimana kandungan air dalam masa tanah

berada pada atau melebihi kapasitas lapang. Pada penentuan konsistensi dalam

keadaan basah perlu ditentukan kelekatan (stickiness) dan plastisitas (plasticity)

nya. Kelekatan adalah sifat tanah untuk melekat atau menempel pada benda-benda

yang mengenainya, sedangkan plastisitas adalah sifat tanah untuk dengan mudah
diubah-ubah bentuknya (Djoehana Setjamidjaja dan Ignatius Wirasmoko, 1994 :

50-51).

Cara penentuan kelekatan adalah dengan memijat dengan ibu jari dan

telunjuk atau dengan memerah. Kelekatan tanah digolongkan menjadi : (a) tidak

melekat (non-sticky), yaitu bila tidak ada tanah yang tertinggal pada jari atau

telapak tangan; (b) sedikit melekat (slightly sticky) yaitu bila tanah tertinggal pada

salah satu jari; (c) melekat (sticky) yaitu bila tanah tertinggal pada kedua jari atau

telapak tangan; dan (d) sangat melekat (very sticky) yaitu bila tanah sukar

dilepaskan dari kedua jari. (Lihat Gambar 5)

Gambar 5. Teknik Penentuan Konsistensi


Tanah Basah

Cara penentuan plastisitas adalah dengan dispirid antara ibu jari dengan

telunjuk. Plastisitas tanah digolongkan menjadi (a) tidak plastis (non plastic) yaitu

bila tanah tidak dapat membentuk gelintir dan massa tanah mudah merubah bentuk,

(b) sedikit plastis (slightly plastic) yaitu bila tanah dapat membentuk gelintir tetapi

massa tanah mudah berubah bentuk, (c) plastis (plastic) yaitu bila tanah dapat
membentuk gelintir dan massa tanah sukar berubah bentuk, dan (d) sangat plastis

(very plastic) yaitu bila tanah berbentuk gelintir dan tahan terhadap tekanan.

Berdasarkan hasil pengamatan tanah di Desa Pinggirpapas diketahui bahwa

sebagian besar konsistensi tanah basahnya agak lekat (Slighly Sticky). Hasil

pengamatan konsistensi tanah basah dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10
Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah Basah di Desa Pinggirpapas
Konsistensi
Titik Sampel Lokasi Sampel
Tanah Basah
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) Agak Lekat

Tambak Garam
2 Agak Lekat
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT)
Tambak Garam
3 Agak Lekat
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
Tambak Garam
4 Agak Lekat
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Tambak Garam
5 Agak Lekat
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
Tambak Garam
6 Agak Lekat
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
Tambak Garam
7 Agak Lekat
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2018)

Hasil pengamatan di lapangan dapat dilihat menunjukan bahwa konsistensi

tanah basah di Desa Pinggipapas adalah agak lekat (Slighly stickly), yang berarti

tanah sulit untuk erosi..

2) Konsistensi Tanah Lembab

Keadaan tanah lembab adalah keadaan dimana kandungan air mendekati

kapasitas lapang. Untuk menilai derajat kegemburan tanah dipilah menjadi lepas,
sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, sangat teguh sekali (Sarwono

Hardjowigeno, 2007:48). Keadaan lembab adalah keadaan dimana kandungan air

di dalam massa akan menentukan konsisitensi tanah tersebut (Djoehana

Setjamidjaja dan Ignatius Wirasmoko, 1994 : 51)

Konsistensi tanah dalam keadaan lembab dibedakan menjadi (a) lepas

(loose) yaitu tidak ada adhesi butir-butir tanah, (b) sangat gembur (very friable)

yaitu jika dipijit mudah hancur, (c) gembur (friable) yaitu jika dipijit kuat baru

hancur, (d) teguh (firm) yaitu dipijit sukar hancur, (e) sangat teguh (very firm)

yaitujika ditekan kuat yang menyakitkan baru bisa hancur, serta (f) luar biasa teguh

(extremely firm) yaitu pijitan yang sangat kuat baru menghancurkan (Tricahyono,

2012 : 17). Cara menentukan konsistensi tanah lembab. (Lihat gambar 6)

Gambar 6. Pengamatan Konsistensi Tanah Lembab

Hasil pengamatan konsistensi tanah dalam keadaan lembab di Desa

Pinggirpapas dapat dilihat dari tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11
Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah Lembab di Desa Pinggirpapas
Konsistensi
Titik Sampel Lokasi Sampel
Tanah Lembab
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & Teguh
113o52’26,80”BT)

Tambak Garam
2 (07o04’11,71”LS & Teguh
113o52’55,80”BT)
Tambak Garam
3 (07o04’31,83”LS & Teguh
113o52’43,45”BT)
Tambak Garam
4 (07o04’54,64”LS & Teguh
113o52’17,46”BT)
Tambak Garam
5 (07o03’44,54”LS & Teguh
113o52’17,24”BT)
Tambak Garam
6 (07o04’01,15”LS & Teguh
113o52’09,57”BT)
Tambak Garam
7 (07o04’18,98”LS & Teguh
113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2018)

Hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa konsistensi tanah

lembab di Desa Pinggirpapas adalah teguh (dipijit sukar hancur), yang berati tanah

sulit tererosi.

e. Kelembaban Tanah

Kelembaban tanah sangat penting untuk bukan hanya untuk tanaman tetapi juga

untuk kehidupan makhluk hidup lainnya. Tanah diantara keadaan basah dan keadaan

kering merupakan tanah lembab.


Dalam penentuan kelembaban tanah digunakan alat yang biasa disebut dengan

Soil Tester. Teknik yang digunakan yaitu dengan cara menancapkan Soil Tester di

tanah yang akan diamati. Kemudian, tekan agak lama tombol putih yang berada di

samping Soil Tester. Tunggu jarum pada alat benar-benar tidak bergerak lagi. Setelah

itu, akan terlihat angka yang ditunjukkan oleh jarum kelembaban tanah yang sedang

diamati (Lihat Gambar 8).

Gambar 8. Pengamatan Kelembaban Tanah

Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukan bahwa kelembaban tanah di

Desa Pinggirpapas berkisar antara 60%-65%. Hal ini sangat di pengaruhi oleh jenis

tanah, lapisan tanah, iklim, suhu dan kandungan air yang yang ada dalam tanah itu

sendiri. Demikian pula dengan tekstur dapat di tentukan dengan membandingkan

kandungan fraksi pasir, lempung dan liat yang terdapat dalam tubuh tanah. Hal

tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.13 berikut :


Tabel 4.13
Hasil Pengamatan Kelembaban Tanah di Desa Pliwetan
Titik Kelembaban
Lokasi Sampel
Sampel Tanah
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) 82%

Tambak Garam
2 100%
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT)
Tambak Garam
3 100%
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
Tambak Garam
4 100%
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Tambak Garam
5 98%
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
Tambak Garam
6 78%
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
Tambak Garam
7 80%
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2012)

f. Erodibilitas (Keremahan) Tanah

Erodibilitas tanah merupakan uji tingkat keremahan yang dimiliki oleh tanah.

Dalam pengamatannya dilakukan dengan dua metode yaitu metode Crumb Test dan

metode Pinhole Test.

1) Metode Crumb Test

Pada hakekatnya, metode crumb test adalah menguji keremahan terhadap

gumpalan tanah alami (berupa agregat) yang ditenggelamkan dalam air untuk

mengetahui tingkat keremahan tanah yang diamati dengan menunggu beberapa

kurang lebih 5 menit.

Alat-alat :

Gelas ukurr 150cc, 2buah


Bahan:

Gumpal tanah alami/agregat tanah

Prosedur Kerja

1. Menyiapkan 2 gelas piala masing-masing berukuran 150cc.

2. Di isi air murni (3/4 dari volume gelas), dapat pula diisi air sumur yang jernih

yang ada di sumur.

3. Kemudian mengambil 2 buah gumpal tanah berdiameter ±2cm dari contoh

tanah yang hendak diselidiki, misalnya contoh tanah pada saat pengambilan

tanah.

4. Menenggelamkan gumpal tanah alami tadi, kedalam masing-masing gelas ukur

5. Mengamati perubahan gumpal tanah akibat penenggelaman setelah 5-10 menit.

6. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar. (Lihat Gambar 9)

Gambar 9. Uji Erodibilitas


dengan Metode Crumb Test
Dari hasil pengamatan keremahan tanah di Desa Pinggirpapas dengan

menggunakan metode crumb test, yang menunjukkan bahwa tanahnya termasuk ke

dalam kelas 1 (tidak berubah, ikatan partikel tanah masih utuh).

Tabel 4.14
Tabel Pengamatan Metode Crumb Test
Titik
Lokasi Sampel Metode Crumb Test
Sampel
Dusun Ageng Kelas 1. Gumpal tidak
1 (07o03’47,29”LS & berubah , ikatan tanah
113o52’26,80”BT) partikel masih utuh
Kelas 1. Gumpal tanah
Tambak Garam
tidak berubah , ikatan
2 (07o04’11,71”LS &
tanah partikel masih
113o52’55,80”BT)
utuh
Kelas 1. Gumpal tanah
Tambak Garam
tidak berubah , ikatan
3 (07o04’31,83”LS &
tanah partikel masih
113o52’43,45”BT)
utuh
Kelas 1. Gumpal tanah
Tambak Garam
tidak berubah , ikatan
4 (07o04’54,64”LS &
tanah partikel masih
113o52’17,46”BT)
utuh
Kelas 1. Gumpal
Tambak Garam tidak berubah , ikatan
5 (07o03’44,54”LS & tanah partikel masih
113o52’17,24”BT) utuh

Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tidak


6 (07o04’01,15”LS & berubah , ikatan tanah
113o52’09,57”BT) partikel masih utuh

Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tidak


7 (07o04’18,98”LS & berubah , ikatan tanah
113o51’32,58”BT) partikel masih utuh

(Sumber : Data Primer Tahun 2018)


Hal ini berarti bahwa tanah di Desa Pinggirpapas tingkat keremahannya

rendah dan sulit tererosi masuk dalam kategori Kelas 1.

2) Metode Pinhole Test

Pada prinsipnya test ini dilakukan terhadap bola tanah berlubang yang

kemudian melalui lubang tersebut dialirkan air.

Alat-alat:

- Gelas ukur

- Botol pemancar air/gelas ukur

- Penusuk untuk melubangi ±1mm

Bahan

Gumpalan Tanah

Prosedur Kerja

1. Membuat gumpalan tanah (tanah dicampur dengan air) pada titik lekat.

2. Selanjutnya dari gumpalan tanah tersebut, penggumpal gumpalkan dalam

tangan sampai membentuk bola tanah yang kompak.

3. Menusukan bola tanah tadi pada dengan alat penusuk, hingga tanah tersebut

berlubang tusuk ±1mm.

4. Mengalirkan air sebanyak 50cc (dengan botol pemancar atau dengan gelas

ukur) melalui lubang bola tanah. Dan airnya ditampung dalam gelas piala

150cc. (Lihat Gambar 10)


Gambar 10. Pengamatan Keremahan Tanah
dengan Metode Pinhole Test

Hasil pengamatan keremahan tanah dengan metode pinhole test di Desa

Pliwetan sebagai berikut :

Tabel 4.15
Tabel Pengamatan Metode Pinhole Test
Titik
Lokasi Sampel Metode Pinhole Test
Sampel
Dusun Ageng Kelas 1. Gumpal tidak berubah
1 (07o03’47,29”LS & , ikatan tanah partikel masih
113o52’26,80”BT) utuh
Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tanah tidak
2 (07o04’11,71”LS & berubah , ikatan tanah partikel
113o52’55,80”BT) masih utuh
Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tanah tidak
3 (07o04’31,83”LS & berubah , ikatan tanah partikel
113o52’43,45”BT) masih utuh
Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tanah tidak
4 (07o04’54,64”LS & berubah , ikatan tanah partikel
113o52’17,46”BT) masih utuh
Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tidak
5 (07o03’44,54”LS & berubah , ikatan tanah partikel
113o52’17,24”BT) masih utuh

Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tidak berubah


6 (07o04’01,15”LS & , ikatan tanah partikel masih
113o52’09,57”BT) utuh

Tambak Garam Kelas 1. Gumpal tidak berubah


7 (07o04’18,98”LS & , ikatan tanah partikel masih
113o51’32,58”BT) utuh

(Sumber :Data Primer Tahun 2012)

Hal ini berarti bahwa tanah di Desa Pinggirpapas masuk kedalam Kelas 1

sulit tererosi, karena air pada gelas ukur tidak mengalami kekeruhan dan tidak ada

erosi pada lubang tanah.

3) Permeabilitas Tanah Metode Inverse Augerhole

Permeabelitas yaitu suatu sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu zat

cair melalui suatu media yang berpori-pori dan disebut pula konduktivitas

hidraulika atau kemapuan dari tanah untuk melewatkan udara dan air. Dalam hal

ini cairan adalah air dan media berpori adalah tanah itu sendiri. Permeabelitas ini

ada dua macam, yaitu permeabilitas pada tanah jenuh air dan permeabilitas pada

tanah tidak jenuh air. Yang dimaksud dengan permeabilitas jenuh adalah laju

gerakan air dalam tanah pada keadaan seluruh pori-pori tanah tersebut diisi air,
sedangkan bila tidak seluruhnya diisi air tapi sebagian terisi oleh udara disebut

permeabilitas tidak jenuh (E. Saifuddin Sarief, 1986 : 73)

Pengukuran koefisien permeabilitas tanah metode inferset augerhole

dilakukan diatas water table. Langkah-langkah pengukurannya sebagai berikut :

a) Membuat lubang di tanah dengan bor tanah sampai kedalaman tertentu.

b) Memasang pipa pada lubang tanah, membuat titik standart di permukaan tanah,

dan memasang pelampung dengan meteran pengukur.

c) Pada lubang tanah yang telah dipasang pipa diisi air dan diukur kedalamannya

dari titik standart [h1(ti)]

d) Air dalam lubang akan meresap masuk ke dalam tanah dan pada setiap waktu

tertentu (ti) diukur kedalamannya.

e) Menghitung tinggi permukaan air [h1(ti)] pada setiap waktu tertentu (ti), yaitu

h1(ti) = D1 – h1(ti), dengan D1 = kedalaman lubang bor dari titik standart.

f) Membuat grafik dalam kertas semi logaritma hubungan antara (ti) dengan h1(ti)

+ (r/2), dengan r = jari-jari lubang bor.

g) Menghitung koefisien permeabilitas (K) dengan rumus: (Lihat Gambar 11)

𝑟 𝑟
𝑙𝑜𝑔 [ℎ (𝑡𝑖 ) + 2] − log[ℎ(𝑡𝑛 ) + 2]
𝐾 = 1,15 𝑟
tn − ti

(Sumber : ILRI, 1974)


Gambar 11. Pengamatan Permeabilitas Tanah dengan
Metode Augerhole

Hasil pengamatan permeabilitas tanah di Desa Pinggirpapas berkisar antara

0 cm/menit sampai dengan 0,130 cm/menit. Dari 7 titik pengamatan, dihasilkan

permeabilitas tanah rata-rata 0,004 cm/menit, menunjukkan bahwa daya serap yang

terjadi adalah sedang. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16
Hasil Pengamatan Koefisien Permeabilitas Tanah
Di Desa Pliwetan
Koefisien
Titik
Lokasi Sampel Permeabilitas
Sampel
Tanah
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) 0,130 cm/detik

Tambak Garam
2 -
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT)
Tambak Garam
3 0,051 cm/detik
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
4 Tambak Garam 0,004 cm/detik
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Tambak Garam
5 -
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
Tambak Garam
6 0 cm/detik
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
Tambak Garam
7 0,001 cm/detik
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2018)

Dari hasil pengamatan permeabilitas tanah dengan menggunakan metode

inverse augerhole yang menujukan bahwa tanah di Desa Pinggirpapas

permeabilitasnya lambat. Dengan permeabilitas tanah yang lambat menyebabkan

air tergenang dan sulit untuk meresap ke dalam tanah, air yang tergenang

memperoleh penyinaran matahari yang lebih lama sehingga mempermudah untuk

proses pembuatan garam.

3. Deskripsi Sifat Kimia Tanah di Lapangan

a. pH (Derajat Kemasaman)

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang

dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion

hidrogen H+ didalam tanah makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam

tanah tersebut. Untuk menyeragamkan pengertian sifat reaksi tersebut dinilai

berdasarkan konsentrasi ion H+ dan dengan istilah pH. Bila konsentrasi H+ di dalam

larutan tanah adalah 0,00001 atau 10-5 maka pH tanah tersebut adalah –log 10-5 = 5.

Dalam penentuan pH tanah digunakan alat yang biasa disebut dengan Soil

Tester. Teknik pengukuran dilakukan dengan cara menancapkan Soil Tester di tanah

yang akan diamati. Tunggu sampai jarum pada alat sampai jarum benar-benar tidak
bergerak lagi. Setelah itu, akan terlihat angka yang ditunjukkan oleh jarum pH tanah

yang sedang diamati. (Lihat Gambar 12)

Gambar 12. Pengamatan dan Pengukuran


pH (Derajat Keasaman)

Suatu tanah disebut masam bila pH-nya kurang dari 7, dinyatakan netral bila

sama dengan 7, dan dinyatakan basa bila lebih dari 7. Kemasaman tanah menyatakan

keadaan kandungan ion- ion hydrogen bebas dalam larutan tanah, dan reaksi tanah

adalah kemasaman yang dinyatakan dengan nilai pH. Kisaran pH tanah dapat dibatasi

pada dua nilai ekstrim. Pada tanah mineral kisaran pH berada pada nilai pH=3,5 hingga

10,0 atau lebih, sedangkan untuk tanah organik (gambut) nilai pH dapat kurang dari

3,0; sebaliknya tanah alkalis dapat memiliki pH lebih dari 11,0. Faktor- factor yang

dapat mempengaruhi menonjol terhadap pH tanah adalah : kejenuhan basa, sifat misel

(koloid), dan macam kation yang terjerat (Sarwono Hardjowigeno, 2007: 60-61).
Berdasarkan hasil pengamatan pH tanah yang ada dibeberapa titik pengamatan

di Desa Pinggirpapas berkisar antara 6,3-6,8. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.17

berikut :

Tabel 4.17
Hasil Pengamatan Keasaman Tanah (pH) di Desa Pliwetan
Titik Keasaman
Lokasi Sampel
Sampel Tanah (Ph)
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) 6,3

Tambak Garam
2 6,8
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT)
Tambak Garam
3 6,6
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
Tambak Garam
4 6,6
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Tambak Garam
5 6,6
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
Tambak Garam
6 6,6
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
Tambak Garam
7 6,8
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2018)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pH tanah di Desa Pinggiraas berkisar

antara 6,3-6,8. Hal tersebut berarti bahwa, reaksi pH tanah di Desa Pliwetan adalah

agak netral. Maka, unsur hara tersedia cukup banyak (optimal).

b. Kandungan Ca Lepas

Ca lepas ini berfungsi untuk mengatur keasaman tanah dan dalam tubuh

tanaman, penting bagi pertumbuhan akar tanaman serta pertumbuhan daun dan dapat

menetralisasikan akumulasi racun dalam tubuh tanaman (Rusmunandar, 1993: 78).


Pengamatan kandungan Ca lepasdilakukan secara kualitatif atau tidak diketahui

kadar Ca secara kuantitatif. Dalam hal ini hanya menentukan sedikit atau banyaknya

kandungan kapur (Ca lepas). Penentuan Ca lepas dilakukan dengan cara meneteskan

cairan HCl pada masa tanah yang akan di teliti. Bila pada tanah yang diteteskan cairan

HCl bereaksi dengan adanya buih atau gemericik berarti menunjukan adanya

kandungan kapur (hanya secara kualitatif). Kadar kandungan kapur dibedakan menjadi

banyak, sedang dan sedikit ditentukan oleh banyaknya buih yang dihasilkan dari reaksi

tanah yang telah di teteskan cairan HCl. (Lihat Gambar 13)

Gambar 13. Pengukuran Ca Lepas Tanah


dengan Cairan HCl

Hasil pengamatan tanah di Desa Pliwetan sebagian besar kandungan Ca

lepasnya tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :


Tabel 4.18
Hasil Pengamatan Kandungan Ca Lepas Tanah
di Desa Pliwetan
Titik Kandungan
Lokasi Sampel
Sampel Ca Lepas
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) Tidak Ada

Tambak Garam Tidak Ada


2
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT)
Tambak Garam Tidak Ada
3
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
Tambak Garam Tidak Ada
4
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Tambak Garam Tidak Ada
5
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
Tambak Garam Tidak Ada
6
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
Tambak Garam Tidak Ada
7
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2018)

Hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa tanah di Desa Pinggirpapas

tidak banyak mengandung Calsium (Ca) dan sangat terkait dengan asal Ca dalam tanah

adalah dari mineral primer (misalnya mineral plagioklas, karbonat Ca Co3 (kalsit) dan

CaMg (CO3)2 (dolomit), garam-garam sederhana: CaSO4 (gypsum) dan Ca fosfat

(Sarwono Hardjowigeno, 2007:89). Jika kandungan Ca (Calsium) dalam tanah akan

mempengaruhi hasil garam yang dihasilkan. Dengan pengujian tes kimia membuktikan

bahwa garam mengandung unsur Ca di dalamnya, karena unsur Ca terlarut dalam air

asin sebagai bahan baku garam. Tanah yang digunakan sebagai wadah pembuatan

garam mengandung banyak Ca maka kandungan garam akan terdapat unsur Ca.
4. Deskripsi Sifat Biologis Tanah di Lapangan

a. Kandungan Bahan Organik Tanah

Setelah tanaman dapat hidup di atas lapukan batuan, maka mulailah proses

pembentukan profil tanah. Sisa tanaman atau binatang mula-mula tetap berada di atas

(disebut horizon O) atau di dalam tanah. Setelah sisa-sisa organisme ini tercampur

dengan bagian mineral tanah akibat kegiatan organisme ini tercampur dengan bagian-

bagian mineral tanah akibat kegiatan organisme hidup maka awal dari pembentukan

horizon-horizon tanah terjadi. Tanah lapisan atas ini menjadi warna lebih gelap dan

terbentuk struktur tanah yang lebih stabil sebagai pengaruh dari bahan organik tersebut

(disebut horizon A). (Sarwono Hardjowigeno, 1987 : 24)

Bahan organik di bedakan menjadikan tiga kelas, sedang, banyak dan sedikit.

Semakin banya kandungan organik yang terdapat di tanah, maka akan semakin baik

pula kualitas tanah tersebut dan sebaliknya, semakin sedikit kandungan organik di

dalam tanah maka menurun pula kualitas tanahnya. Penentuan kandungan bahan

organik dilakukan secara kualitatif. Adapun teknik yang digunakan untuk mengetahui

kandungan bahan organik yang ada pada tanah yaitu dengan cara mengambil sedikit

gumpalan tanah dan diletakkan dalam cawan kemudian diteteskan zat kimia H2O2.

Pengamatan dilakukan dengan melihat reaksinya, apabila terdapat banyak percikan

busa hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut banyak mengandung bahan organik,

begitu pula sebaliknya. (Lihat Gambar 14). Berdasarkan hasil pengamatan dapat
dikemukakan bahwa keadaan tanah di Desa Pliwetan sebagian besar banyak

mengandung bahan organik.

Gambar 14. Pengamatan Kandungan Bahan Organik


pada Tanah dengan Cairan H2O2
Dari hasil pengamatan kandungan bahan organik tanah di Desa Pinggirpapas,

terdapat banyak kandungan bahan organik. Akan tetapi ada pula yang sedikit

mengandung bahan organik. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 4.19 berikut :

Tabel 4.19
Hasil Pengamatan Kandungan Bahan Organik Tanah
di Desa Pliwetan
Bahan
Titik
Lokasi Sampel Organik
Sampel
Tanah
Dusun Ageng
1 (07o03’47,29”LS & 113o52’26,80”BT) Sedang

Tambak Garam Sedang


2
(07o04’11,71”LS & 113o52’55,80”BT)
Tambak Garam Sedang
3
(07o04’31,83”LS & 113o52’43,45”BT)
Tambak Garam Sedang
4
(07o04’54,64”LS & 113o52’17,46”BT)
Tambak Garam Sedang
5
(07o03’44,54”LS & 113o52’17,24”BT)
Tambak Garam
6 Banyak
(07o04’01,15”LS & 113o52’09,57”BT)
Tambak Garam
7 Banyak
(07o04’18,98”LS & 113o51’32,58”BT)
(Sumber : Data Primer 2018)

Hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa sebagian besar tanah di Desa

Pinggirpapas berada dalam kategori sedang yang terdapat mengandung bahan organik.

Hal ini akan berpengaruh pada kesuburan tanah.

b. Krotovinas

Krotovinas adalah lubang-lubang dalam suatu horison tanah yang diisi oleh

bahan-bahan diatasnya atau dibawahnya (Tricahyono, 2012 : 20). Krotovinas dapat

diamati dengan mata telanjang salah satu caranya adalah memperhatikan lubang-

lubang kecil diarea pengamatan tanah. Lubang-lubang pada tanah menunjukan adanya

jasat hidup tanah. Jasad hidup tanah ini dapat dibagi dalam dua golongan yaitu hewan

dan tumbuhan. Dari 7 lokasi sampel daerah pengamatan, tidak ditemukan adanya

krotovinas.

c. Perakaran

Didalam pengamatan ini kita membedakan selain banyaknya juga besarnya

akar. Ukuran besarnya akan dapat dibedakan antara lain:

Akar agak halus: diameter <1mm, akar-akar halus: diameter 1-2mm, akar-akar

sedang: diameter 2-5mm dan akar-akar besar: berdiameter >5mm.


Mikrosida (fungsi akar) merupakan simbol mutualis antara beberapa fungsi

dengan akar tumbuh-tumbuhan. Desa Pinggirpapas dijumpai vegetasi tanaman

pekarangan, semak, bakau dan mangrove.

Hal ini menunjukan bahwa diameter perakaran yang ada di Desa Pinggirpapas

adalah antara 3mm-5mm dengan jumlah perakaran yang sedang.

5. Penggunaan Lahan dan Vegetasi

a. Penggunaan Lahan

Secara sederhana lahan diartikan sebagai tempat atau wilayah yang mempunyai

satuan luas, merupakan wadah bagi kehidupan. Lahan pertanian dapat diartikan sebagai

wilayah atau tempat berusaha tani. Secara ilmiah lahan didefinisikan sebagai

lingkungan fisik yang terdiri atas tanah, relief, iklim, air dan vegetasi serta benda-benda

yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan itu

Djoehana Setjamidjaja dan Ignatius Wirasmoko, 1994 : 12).

Komponen utama dari lahan adalah tanah yang merupakan bagian terpenting

dari lahan pertanian. Tanah, udara, dan air di dalam lahan bersama-sama dengan

kandungan bahan organik dan sifat-sifat tanah lainnya akan menentukan kualitas lahan

pertanian. Penggunaan lahan adalah bentuk suatu kegiatan manusia terhadap lahan

termasuk didalamnya keadaan ilmiah yang belum terpengaruh oleh kegiatan manusia

(Kormono Mangunkardjo, 1995). Berikut ini tabel 4.20 penggunaan lahan di Desa

Pinggirpapas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep :

Tabel 4.20
Penggunaan Lahan di Desa Pinggirpapas Tahun 2018
Lahan Luas (ha) Persentase (%)
Pemukiman 11,0 82,7
Pemakaman Umum 0,6 4,5
Tambak 0,7 5,3
Luas Prasarana Umum Lainnya 0,8 6,0
Fasilitas Ekonomi 0,2 1,5
Jumlah 13,3 100,00
(Sumber : Data Monografi Desa Pliwetan 2012)

Dari tabel di atas, secara umum lahan yang ada di Desa Pliwetan digunakan

sebagai lahan permukiman dengan luas 11,0 ha (82,7%). Sedangkan lahan yang

digunakan untuk pemakaman umum memiliki luas 0,6 ha (4,5%), perkantoran 0,7 ha

(5,3%), prasarana umum 0,8 ha (6,0%) dan fasilitas ekonomi 0,2 ha (1,5%).

b. Vegetasi

Vegetasi adalah tanaman hidup yang menutupi suatu wilayah, lebih luas dari

flora yang merujuk pada komposisi spesies. Vegetasi lebih mendekati ke komunitas

tanaman namun seringkali untuk skala yang lebih luas.

(www.siej.or.id/?w=glosary&abj=v, 21-09-2012, 21 : 26 WIB).

Vegetasi yang ada di Desa Pliwetan didominasi oleh vegetasi alami dan

vegetasi budidaya. Yang dimaksud dengan vegetasi alami adalah vegetasi yang tumbuh

tanpa campur tangan manusia, tumbuh dengan sendirinya. Sedangkan yang dimaksud

dengan vegetasi budidaya adalah vegetasi tumbuh dan berkembang karena ditanam

dengan campur tangan manusia. Jenis tanaman pekarangan ialah pohon jambu, bunga

dan tumbuhan jenis obat-obatan. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.21 berikut:

Tabel 4.21
Hasil Pengamatan Vegetasi Di Desa Pliwetan
Jenis Vegetasi
Titik
Lokasi Sampel Vegetasi Vegetasi
Sampel
Alami Budidaya
RT 04 RW 03 Pohon jambu,
1 _
terletak pada 275 dari bunga, dan
kota Tuban (06° tumbuhan jenis
54’10,12” LS & 112° obat-obatan
10’18,74” BT) (tanaman
pekarangan)
Pohon jambu,
bunga, tumbuhan
RT 01 RW 03
jenis obat-obatan,
terletak pada 295 dari
pohon siapi-api.
2 kota Tuban (06° _
(Tanaman
54’10,6” LS & 112°
pekarangan dan
10’25” BT)
tanaman
mangrove)
RT 02 RW 02
terletak pada 330 dari Rumput-
3 kota Tuban (06° rumputan, Mangrove, api-api
54’18,9” LS & 112° semak
10’20,1” BT)
Pohon jambu,
RT 01 RW 01
bunga, dan
terletak pada 310 dari
tumbuhan jenis
4 kota Tuban (06° _
obat-obatan.
54’18,1” LS & 112°
(Tanaman
10’13,2” BT)
pekarangan)
(Sumber : Data Primer 2012)

Hasil pengamatan di lapangan dapat dilihat bahwa jenis vegetasi yang ada di

Desa Pliwetan adalah vegetasi alami dan vegetasi budidaya. (Lihat Gambar)

1) Tanaman Pekarangan
Gambar 15. Salah Satu Jenis Tanaman Pekarangan

2) Tanaman Semak

Gambar 16. Jenis Tanaman Mangrove


Gambar 17. Jenis Tanaman yang Berada
di Sekitar Tambak

Anda mungkin juga menyukai