Anda di halaman 1dari 5

SEMINAR AKUNTANSI

“ Outline Proposal ”
Analisis Persepsi Pegawai Pemerintahan Terhadap Penerapan Akuntansi Berbasis
Akrual

DISUSUN OLEH:

A Tenri Dettya Uleng Pangerang A31113523

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016
1. Judul

“Analisis Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual Dalam Pemerintahan Untuk


Meningkatkan Akuntabilitas dan Transparansi Laporan Keuangan Tanpa Adanya
Peraturan Yang Mengikat”

2. Latar Belakang Masalah

Dalam Kondisi pemerintahan saat ini pelaporan keuangan merupakan media


komunikasi penting bagi organisasi sektor publik. Dimana dalam pelaporan keuangan
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh pemerintah sebagai wujud
pertanggungjawaban atas anggaran dan pengalokasian sumber daya yang digunakan
(Damayanti, 2012). Hal ini menyebabkan laporn keuangan secara spesifik harus mampu
mencermintan kualitas kinerja pemerintah dalam menyelenggarakan tata kelola
pemerintahan yang bersifat baik, contohnya dalam hal peningkatan profesionalisme
dalam penggunaan sumber daya yang dipercayakan oleh masyarakat, pelayanan jasa
kepada publik secara prima, dan praktik bebas dari kolusi dan nepotisme.
Dengan adanya kondisi peranan laporan keuangan sebagai alat akuntabilitas
kepada publik telah mendirong pemerintah untuk selalu konsisten dalam memberikan
informasi akuntabilitas keuangan yang trasparan dan dapat di percaya. Akuntabilitas
adalah “amanah” berarti pemangku kekuasaan adalah mereka yang terpercaya dan
bertanggung jawab dalam mengelola sumberdaya publik yang diberikan. Lemahnya
akuntabilitas mengindikasikan lemahnya sistem, yang berdampak pada pembudayaan
korupsi sistematik. Selain itu pelaporan keuangan mempunyai tujuan umum yang
berkaitan dengan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk
memprediksi bersarnya sumber daya ekonomi yang dibutuhkan untuk operasi
berkelanjutan.
Untuk saat ini implementasi berbasis akrual pada sektor pablik banyak diminati
untuk di teliti karena basis akrual ini masih tergolong baru. Akuntansi akrual sendiri
merupakan konsep yang sangat popular digunakan di sektor swasta, karena akuntansi
akrual dianggap memberikan benefit yang besar kepada penggunanya. Akuntansi akrual
memberikan informasi yang lebih bisa diandalkan karena mampu memberikan informasi
tentang kewajiban dan hak yang akan diterima di masa depan sehingga keputusan
ekonomi dapat diambil lebih baik. Akuntansi akrual telah menjadi asumsi dasar dalam
kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Basis akrual menjelaskan bahwa transaksi yang
mempengaruhi keuangan perusahaan dicatat pada saat terjadi bukan didasarkan pada saat
menerima atau mengeluarkan uang (Kieso et al, 2011:51). Contoh lain adalah Ikatan
Akuntan Indonesia (2009:5) melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1
(Revisi 2009) paragraf 21 mewajibkan perusahaan untuk menyusun laporan keuangan
atas dasar akrual. Adanya regulasi ini menjelaskan bagaimana krusialnya konsep
akuntansi akrual di sektor bisnis.
Disatu sisi basis akrual merupakan salah satu konsep penting yang dihadapi oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintah Indonesia mengingat dengan dikeluarkannya PP
No 71 Tahun 2010 yang mengharuskan pada tahun 2015 sektor pablik terutama di
instansi pemerintahan sudah harus menerapkan pencatatan basis akrual secara

2
keseluruhan. Konsep akuntansi akrual ini sendiri masih diperdebatkan karena banyak
yang berfikir bahwa publik dan sektor swasta harus memiliki sistem yang berbeda karena
memiliki karakteristik yang berbeda. Beberapa kritik lain mengatakan bahwa akuntansi
akrual merupakan usaha untuk membuat sektor publik menjadi institusi yang neoliberal.
Selain itu argumen bahwa akuntansi akrual dapat memberikan akuntabilitas yang lebih
baik juga mendapatkan tantangan dari beberapa ahli yang menyatakan bahwa tidak
semua sektor publik cocok dengan akuntansi akrual dan justru akuntansi akrual sendiri
yang mengaburkan informasi akuntabilitas.

Beberapa argumen di atas memberikan keraguan terhadap konsep akuntansi


akrual sendiri. Keraguan ini hadir karena anggapan bahwa ketika sektor publik
mengadopsi teknik-teknik yang ada di sektor swasta maka sektor publik akan berfikir
seperti sektor swasta. Perubahan pola berfikir sektor publik ini sangat ditakuti karena
secara prinsip sektor publik dan swasta tidak sama. Ditambah lagi dalam
implementasinya masih terdapat kesenjangan antara aturan yang diberikan oleh
pemerintah untuk memberikan laporan keuangan berbasis akrual dengan aturan yang
mengatur pelanggaran bagi pemerintahan yang tidak menerapkan pencatatan basis akrual.
Sampai saat ini pemerintah yang tidak menerapkan pencatatan laporan keuangan berbasis
akrual hanya mendapatkan disclimer dari Badan Pemeriksa Keuangan yang mengatakan
bahwa laporan keuangan pemerintah tersebut tidak bisa diyakini. Adanya kesenjangan
ada aturan yang diwajibkan oleh pemerintah daerah daerah dengan aturan yang mengikat
apabila adanya pemerintah yang tidak menjalankan sesuai dengan aturan yang diterapkan
menjadi alasan utama mengapa riset ini dilakukan.

3. Rumusan Masalah
 Bagaimana makna akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah.
 Bagaimana penerapkan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah.
 Bagaimana akuntansi berbasis akrual dapat dapat meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi pada pemerintah daerah.

4. Tujuan Penelitian
 Untuk mengetahui makna akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah
 Untuk mengetahui penerapkan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah.
 Untuk mengetahui akuntansi berbasis akrual dapat dapat meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi pada pemerintah daerah.

5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu penelitian oleh
Rafika Ewid Bahar (2015) dengan judul “ Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual:
Mampukah Meningkatkan Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Pelaporan Keuangan?
(Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Semarang). Penelitian ini dilakukan untuk

3
memahami secara mendalam pada setting penelitian dan berusaha mengungkapkan secara
apa adanya. Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memahami makna akuntansi berbasis akrual pada Pemerintah Kota Semarang dan
menginterpretasi mengenai pemahaman informan tentang esensi basis akrual
accounting.
2. Menginterpretasi kesuksesan Pemerintah Kota Semarang dalam menerapkan
akuntansi berbasis akrual.
3. Menganalisis basis akrual accounting dalam meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi di Pemerintah Kota Semarang.

Penelitian oleh Andi Faradillah (2013) yang berudul “ Analisis Kesiapan


Pemerintah Daerah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (Peraturan
Pemerintah Nomer 71 Tahun 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan
pemerintah Kota Makassar dalam menerapkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

Sofia Dora (2014) yang berjudul “Analisis Kesiapan Pemerintah Dalam


Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual (Studi Kasus BPKD kota
Medan). Dimana tujuan penelitianya untuk mengetahui kesiapan Pemerintah Kota
Medan yang diindikasikan dengan komitmen, SDM, Infrastruktur dan sistem informasi
dalam menerapkan SAP Berbasis Akrual. Mengetahui kendala yang dihadapi Pemerintah
Kota Medan dalam implementasi PP No 71 Tahun 2010, tentang Penerapan SAP
Berbasis Akrual. Dan untuk mengetahui model strategis akselerasi Pemerintah Kota
Medan dalam implementasi PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP Berbasis Akrual.

6. Teori

Akuntansi Pemerintahan

Akuntansi Pemerintahan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang baru
brkembang di Indonesia akhir-akhir ini. Perkembangan akuntansi pemerintahan secara
umum di seluruh Negara juga sudah berkembang meskipun tidak sepesat perkembangan
akuntansi bisnis. Pengertian akuntansi pemerintahan tidak terlepas dari pengertian
akuntansi secara umum. Menurut Bahtiar Arif, Muchlis,dan Iskandar, Akuntansi
Pemerintahan dapat di definisikan menjadi: Suatu aktivitas pemberian jasa untuk
menyediakan informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran suatu transaksi keuangan pemerintah serta penafsiran
atas laporan keuangan tertentu. Jenis yang di catat di dalam akuntansi pemerintahan
adalah transaksi keuangan pemerintah yang sebagian akan memiliki karakteristik
tersendiri yang membedakannya dengan transaksi dalam akuntansi bisnis.

Standar Akuntansi Pemerintahan

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,


SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat

4
dan pemerintah daerah wajib menerapkan SAP. Selain itu, diharapkan adanya upaya
pengharmonisan berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dengan SAP. Menurut PP No.24 Tahun 2005 Standar Akuntansi Pemerintahan Adalah:
“Prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian SAP merupakan persyaratan
yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan
keuangan di Indonesia”. Menurut PP No. 24 Tahun 2005 Tentang SAP, Ruang Lingkup
SAP disajikan sebagai berikut:

1. SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat,daerah


dan satuan organisasi di lingkup pemerintah pusat/daerah, jika menurut
peaturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan.
2. Keterbatasab dari penerapan SAP akan dinyatakan secara ekslisit pada
setiap standar yang di terbitkan.

7. Lokasi dan Obyek Penelitian

8. Metode Analisis

Anda mungkin juga menyukai