Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN CYSTOMA

OVARII

OLEH :

NAMA : ZAKINUL RAHMAT

NPM : 081.02.0873

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM


2019
LAPORAN PENDAHULUAN
(CYSTOMA OVARII)

A. Definisi

 Cystoma ovarri simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan halus,

biasanya bertungkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar.(Ilmu

kandungan)

 Cystoma ovarri adalah katub tertutup yang normal / abnormal, berlais jaringan

eitel dan mengandung cairan/bahan setengah padat pada ovarium (Kapita Selekta

Kedokteran, 2000)

 Kista adalah pembesaran suatu organ yang di dalam berisi cairan seperti balon

yang berisi air. Pada wanita organ yang paling sering terjadi Kista adalah indung

telur. Tidak ada keterkaitan apakah indung telur kiri atau kanan. Pada kebanyakan

kasus justru tak memerlukan operasi.

 Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga

seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)

B. Sifat Kista

1. Kista Fisiologis

Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal normal saja.

Sasuai suklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang,

dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 5 cm,

dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan
hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak

berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista

tersebut mengalami pembesaran atau tidak.

Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi

karena dia masih mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa ada kista,

jangan takut dulu, karena mungkin kistanya bersifat fisiologis. Biasanya kista

fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat haid.

2. Kista Patologis (Kanker Ovarium)

Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker

ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi.

Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa

gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga

60-70% pasien dating pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent

killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.

Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative cepat, yang kadang

tidak disadari si penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala

seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa aalnya agak sulit dilakukan.

Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang

terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika

sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses

laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di bagian perut penderita.


Setelah di angkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk mengetahui

apakah kista itu akan muncul kembali atau tidak.

Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak

dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar.

Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas. Sayangnya sampai saat ini,

belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut.Kista ganas yang

mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak

teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal

memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.

C. Jenis Kista

Jenis kista indung telur meliputi:

1. Kista Fungsional.

Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti

terpuntir/ pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada

kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bilan.

2. Kista Dermoid.

Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi

beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua

indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista

terpuntir/ pecah.

3. Kista Cokelat. (Edometrioma)


Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan

terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi

melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid,

lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan

menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu

rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.

4. Kistadenoma.

Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini

juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya

akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat

menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama

pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.

Contoh Kistadenoma;

1. Kistadenoma ovarii serosum.

Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya unilokuler, bila multilokuler

perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar

kista musinosum.

Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal,

dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma ovarii

musinosum.

2. Kistadenoma ovarii musinosum.

Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari teratoma, pendapat

lain mengemukakan kista ini berasal dari epitel germinatifum atau mempunyai
asal yang sama dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler, biasanya

unilatelar dapat tumbuh menjadi sangat bersar.

Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif

sehingga timbul pelekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal.

Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus

bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.

Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista tanpa pungsi terlebih dahulu dengan

atau tanpa salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista.

D. Tanda dan Gejala

1. Nyeri tekan pada perut baghian bawah

2. Perubahan pola eliminasi urin

3. Pembesaran jaringan ovarium

4. Kadang disertai pola menstruasi

5. Kadang disertai oedem

6. Cemas
E. Patofisiologi
Patogenesis :

Neoplastik
- Genetik Non Neoplastik
- Bahan - Peradang
karsinogik an

Pertumbuhan abnormal di sel ovarium

Menekan
Membentuk kista ovarium jaringan sekitar
ovarium blader,
usus
Menginvasi jaringan Bendungan darah dalam kista
sekitar ovarium

Nekrosis hemoragik dalam tumor


Perdarahan 1. Ganggua
n pola
Robekan dinding kista eliminasi
Resti kekurangan vol cairan 2. Obstipasi
3. Peting

Implantasi sel kista pada peritonium Peradangan skunder


peritonium
Perlekatan pada rongga perut
(pseudomiksoma peritoni) ileus, inisiasi
usus, divertikuli usus Resti Hipertermi

Obstruksi usus

Perubahan pola elminasi

F. Pemeriksaan Penunjang

1. USG

Hasil : Terdapat masa / benjolan di ovarium


2. Foto Rontgen

Hasil : Terjdi pembesaran ovarium, terdapat perdarahan

3. Pemeriksaan Mikroskopik

Hasil : Dinding kista dilapisi oleh epitel, sitoplasma eosinofil dan inti sel yang

besar dan berwarna gelap

G. Penatalaksanaan

Operatif dilakukan salfingo – ovarektomi (pengangkatan ovarium dan tuba falopi)

Masalah Keperawatan

1. Pre Operasi

a. Nyeri

b. Cemas

c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan

d. Perubahan pola eliminasi feses

2. Post Operasi

a. Nyeri

b. Resiko Infeksi

c. Resti kekurangan volume cairan


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KISTA OVARIUM

A. Pengkajian
a. Riwayat penyakit dahulu, pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya?
b. Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota keluarga dengan riwayat penyakit
yang sama atau dengan kanker yang lain?
c. Wanita dengan faktor resiko, lingkungan, gaya hidup tidak sehat, kebiasaan
menggunakan talk pada vagina, obat-obatan perangsang ovulasi, obat-obatan
pelangsing tubuh yang menyebabkan deuretik?
d. Riwayat ginekologi, usia menarche, keluhan saat haid, siklus haid dan lamanya,
penggunaan kontrasepsi.
e. Respon psikososial klien:
- kecemasan
- ketakutan
- harga diri rendah
f. Data dasar pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
- Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas, berkeringat malam.
- Kelemahan atau keletihan.
- Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).
2) Sirkulasi.
- Palpilasi, nyeri dada, perubahan tekanan darah.

3) Integritas ego
- Faktor stres ( pekerjaan, keuangan, perubahan peran ), cara mengatasi
stres ( keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain-lain ).
- Masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan, bentuk tubuh.
- Menyangkal, menarik diri, marah.
4) Eliminasi.
- Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri pada defekasi.
- Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering
berkemih.
- Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.
5) Makanan / cairan
- Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet
- Anorexsia, mual-muntah.
- Intoleransi makanan.
- Perubahan berat badan.
- Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
6) Neurosensori
- Pusing, sinkope
7) Nyeri
- Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat).
g. Pemeriksaan fisik head to toe
1. Abdoment dan pelvis
- Inspeksi
Adanya penonjolan, penderita tampak sakit, mual, muntah, aktivitas
berkurang
- Auskultasi
Bising usus
- Palpasi
Nyeri tekan, nyeri lepas, gejala infeksi (peningkatan suhu tubuh). Diameter
tumor, massa dapat digerakkan atau tidak, unilateral atau multi, asites ada
atau tidak, konsistensi padat atau lunak.
1. Genetalia
- Pendarahan fangsun mixsi/ defekasi.
Diagnosa Yang Mungkin Muncul

1. Nyeri berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor.

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan

penatalaksanaannya.

3. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg

kurang adequat.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

H. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor

Tujuan: Setelah diberi tindakan keperawatan nyeri berkurang sampai hilang sama sekali

Kriteria hasil : 1. Melaporkan penghilangan nyeri maksimal

2. menunjukan ekspresi wajah rileks

Intervensi :

a. Kaji tingkat dan intensitas nyeri

(R/ mengidentifikasi lingkup masalah)

b. Atur posisi senyaman mungkin

(R/ Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri)

c. Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesic

(R/menghilangkan rasa nyeri)


d. Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi (Merelaksasi otot – otot tubuh).

2. anxietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan

penatalaksanaannya.

Tujuan : Setelah 1 X 24 Jam diberi tindakan, gangguan rasa nyaman (cemas)

berkurang.

Kriteria hasil : 1. memahami dan mendiskusikan rasa takut

2. menunjukkan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas ke v

tingkat yang dapat diatasi

Intervensi :

a. Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien

(R/ mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan

selanjutnya )

b. Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan

penyakitnya

(R/ Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu

tentang keadaan dirinya )

c. Bina hubungan yang terapeutik dengan klien

(R/ Hubungan yang terapeutuk dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.

3. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg kurang

adequat.

Tujuan : Selama dalam perawatan, infeksi luka operasi tidak terjadi

Kriteria hasil : 1. tidak menunjukan tanda-tanda infeksi


a. Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya

(R/ Deteksi dini tentang terjadinya infeksi yang lebih berat )

b. Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan antiseptic

(R. menekan sekecil mungkin sumber penularan eksterna )

c. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika

(Membunuh mikro organisme secara rasional )


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa keperawatan. Ed.8. EGC. Jakarta

Marylynn. E.Doengus. (2000). Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku


kedokteran,
Jakarta.

Sylvia Anderson. (2000). Patofisiologo penyakit, edisi 4, penerbit EGC buku kedokteran,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai