HARI PURWANTO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
HARI PURWANTO
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
iii
TESIS
HARI PURWANTO
Menyetujui
Komisi Penasehat,
Prof. Dr. Ir. Sitti Bulkis, MS Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, MS
Ketua Anggota
Yang menyatakan,
HARI PURWANTO
v
PRAKATA
ini yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
penyelesaian tesis ini dan hanya karena bantuan dari berbagai pihak
maka penyusunan tesis ini dapat selesai tepat pada waktunya. Dari hati
Prof. Dr. Ir. Sitti Bulkis, MS selaku Ketua Komisi Penasihat dan Prof. Dr.
ini. Tim Komisi Penguji Dr. Ir. A. Nixia Tenriawaru, SP, M.Si., Dr. Muh.
Hatta Jamil, SP, MS., dan Dr. Ir. Djunaedi Muhidong, M.Sc yang telah
memberikan kritik dan saran demi perbaikan tesis ini. Ucapan terima kasih
Hasanuddin.
vi
Marwah, Ibu Ning, Ibu Warni, Ibu Asma dan Ibu Risma atas segala
Hasanuddin.
wawasan dan cara berfikir yang dapat menjadi bekal bagi penulis
Hadri, Pak Kris, Pak Adi, Pak Tahir, Pak Aan, Pak Agus, Pak Sa’di,
vii
11. Semua pihak yang namanya tidak tercantum tetapi telah banyak
HARI PURWANTO
viii
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
PRAKATA …………………………………………………………… v
ABSTRACT …………………………………………………………. ix
BAB I. PENDAHULUAN
G. Pemasaran ……………………………………....……... 17
J. Kebijakan Pembangunan.............................................. 30
Kakao ......................................................................... 55
A. Kesimpulan................................................................ 108
DAFTAR TABEL
Nomor halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan kontribusi 20% dari 844.626 ton produksi kakao nasional pada
tahun 2010. Luwu Raya yang meliputi Kota Palopo, Kabupaten Luwu,
Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu
Sulawesi Selatan Tahun 2010 sebesar 172.083 ton dan diprediksi akan
biji, hal ini menyebabkan nilai tambah dari produk kakao tidak bisa
kakao. Selain itu dalam kurun waktu terakhir ini, permasalahan utama
difermentasi.
produk setengah jadi hingga produk jadi berupa cokelat batangan dan
diproses untuk makanan dan minuman cokelat di industri ini adalah biji
meningkatkan nilai tambah dari biji kakao. Nilai tambah ini akan diperoleh
dari dua sumber, pertama dari selisih positif dari harga biji kakao
fermentasi yang akan dinikmati langsung oleh petani kakao dan kedua
pengolahan kakao, baik produk setengah jadi berupa lemak kakao dan
bubuk kakao maupun berupa pasta dan pasta mix, akan mendorong
cokelat.
3
peluang yang cukup besar selain karena potensi produksi kakao yang
baru yang mengolah kakao menjadi produk cokelat tidak lepas dari
hasil yang maksimal dalam proses pembinaan maka proses pembinaan ini
yang cukup besar. Jika industri kecil mendapat perhatian khusus dengan
dan industri kecil sejak lama, misalnya dengan pemberian bantuan bagi
5
industri kecil agar dapat mencapai suatu kondisi ideal tertentu yang
industri disesuaikan dengan kondisi industri kecil dan menengah saat ini.
Dalam hal ini terdapat tiga jenis industri kecil dan menengah, antara lain:
dalam struktur industri yang efisien dan yang terakhir adalah industri kecil
sendiri.
Hal ini agar kebijakan yang dihasilkan dapat sesuai dengan kondisi riil
B. Rumusan Masalah
pemerintah dibutuhkan.
Luwu Raya?
C. Tujuan Penelitian
8
Raya.
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari aspek pasar, aspek teknis dan aspek finansial. Hasilnya menunjukkan
industri.
perusahaan cokelat, studi kasus pada KUB Sibali Resoe Luwu Utara oleh
depan perusahaan ini mempunyai prospek cerah dan strategi yang harus
mengubah barang dasar menjadi barang setengah jadi atau barang jadi,
atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi
yang mempunyai nilai tambah dalam bentuk barang jadi dan barang
11
C. Pengembangan Industri
hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih baik. Dengan kata
lain pengembangan industri ini merupakan satu fungsi dari tujuan pokok
sumber daya lain. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk
semakin bertambah.
D. Industri Kecil
rakyat yang berskala kecil dan memenuhi criteria kekayaan bersih dan
1. Memiliki kekayaan bersih dan total aset paling banyak Rp. 200
juta
4. Berdiri sendiri
regional.
E. Bahan Baku
persediaan bahan baku harus diisi, dan berapa besar pesanan harus
tersedianya sumber daya yang tepat dalam kuantitas dan kualitas yang
tepat.
baku di suatu perusahaan perlu diatur karena jika terlalu banyak bahan
usaha, akan tetapi jika bahan baku didatangkan dalam jumlah yang
perusahaan.
F. Proses Produksi
industri yang bertujuan mengubah bahan baku menjadi barang jadi atau
volume atau jumlah produk yang akan dihasilkan, (2) kualitas produk yang
ditetapkan tipe proses produksi yang paling cocok untuk setiap situasi
standar.
16
proses.
G. Pemasaran
strategi pemasaran yang baik posisi perusahaan menjadi kuat dan patut
pemasaran yang diarahkan pada pasar sasaran yang dipilih. (Peter dan
Olson, 1999)
alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut sebagai empat P
a) Produk
yang khusus, unik, dan spesial agar tidak bersaing dengan usaha
suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba maupun tidak dapat
nilai jual yang lebih baik dibandingkan produk tanpa merek. Merek
b) Harga
c) Promosi
d) Saluran Distribusi
1. Produsen – Konsumen
distribusi langsung.
toko-toko kecil.
(Tukiman, 2010)
perbedaan antara tenaga kerja yang satu dengan tenaga kerja lainnya.
Masalah penting yang dihadapi oleh industri kecil dalam hal sumber
daya manusia adalah masih rendahnya kualitas SDM yang dimiliki baik
turun temurun. Keterbatasan SDM industri kecil baik dari segi pendidikan
yang dihasilkannya.
mandiri dilakukan oleh semua pihak yang terkait baik di pusat maupun di
3. Aspek Pemasaran
informasi atau persuasi satu atau dua arah yang dibuat untuk
bisnis lainnya.
4. Aspek Permodalan
J. Kebijakan Pembangunan
30
penting seperti visi dan misi pembangunan, kondisi dan potensi daerah,
oleh masyarakat.
pemerintah terkait maupun oleh pihak swasta dan masyarakat umum atau
waktunya atau berusaha melalui aktifitas tertentu baik secara fisik maupun
kuantitatif.
yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan
K. Kerangka Pemikiran
dengan kontribusi 20% dari 844.626 ton produksi kakao nasional pada
sebagai bahan baku atau biji kering (70 persen) dan hanya 30 persen
yang diproses oleh industri lokal menjadi produk kakao. Produk olahan
Wilayah Luwu raya yang kemudian dikelola oleh KUB Sibali Resoe.
yang dihadapi bisa teratasi sehingga industri kecil bisa berkembang dan
hidup mandiri
Pembinaan dan
Pengembangan:
a. Permodalan
b. Produksi
c. SDM
d. Pemasaran
Industri
Pengolahan Kakao
BAB III
METODE PENELITIAN
dapat dideskripsikan secara lebih rinci, lebih jelas terutama yang berkaitan
36
B. Peran Peneliti
studi dokumen.
informan.
Usaha Bersama (KUB) Sibali Resoe Masamba, KUB Madani Palopo dan
37
Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data
Primer Informan:
Industri kecil
Dinas Perindag
kabupaten/Kota
dan propinsi
2.Untuk mengkaji kondisi Permodalan (Dana, Primer Informan:
dan permasalahan- Peralatan) Industri kecil
permasalahan yang Proses produksi
dialami industri kecil
pengolahan kakao di (bahan baku, kualitas
Luwu Raya. produk,
pengembangan
38
produk)
Pemasaran (Pangsa
pasar, promosi,
kemasan, merk)
SDM (pendidikan,
pengetahuan produksi)
3. Untuk merumuskan Program/kegiatan Sekunder Dokumen:
alternatif kebijakan Hasil analisis tujuan
pembinaan dan 1 dan 2
pengembangan industri
kecil pengolahan kakao
di Luwu Raya.
E. Teknik Pengumpulan Data
berikut :
Bersama (KUB) Sibali Resoe di Kab. Luwu Utara, KUB Madani di Kota
produk jadi. Peneliti akan menyusun data hasil observasi dalam bentuk
pemasaran produk.
3. Dokumentasi
Makassar).
F. Penentuan Informan
40
tujuan penelitian.
3. Pimpinan Koptan Bina Harapan Kab. Luwu, Bapak Muh Natsir Rauf
Sulawesi Selatan
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul,
lain.
temuan tersebut.
I. Definisi Operasional
baku biji kakao menjadi produk setengah jadi (lemak kakao, bubuk
cokelat)
fermentasi.
BAB IV
Sulawesi Selatan. Wilayah Luwu Raya memiliki total luas wilayah sebesar
menjadi kota otonom dan terakhir pada tahun 2003 Kabupaten Luwu
saat ini wilayah Luwu Raya terdiri dari empat kabupaten atau kota yaitu
Luwu Timur.
1. Kabupaten Luwu
demikian posisi Kabupaten Luwu berada pada bagian Utara dan Timur
lebih 326 km dari kota Makassar. Daerah Kabupaten Luwu terbagi dua
Walmas).
Luwu berada di ketinggian 100 m keatas. Luas wilayah yang berada diatas
100 m tercatat sekitar 71,70 persen, sisanya sekitar 28,30 persen wilayah
atau sekitar 15,59 persen dari luas Kabupaten Luwu, menyusul kemudian
masing sekitar 301,00 km2 dan 259,77 km2 atau 10,03 persen dan 8,66
Kecamatan Belopa Utara dengan luas kurang lebih 34,73 km2 atau hanya
2. Kota Palopo
sampai 300 meter di atas permukaan laut. Kota Palopo yang merupakan
persegi atau sama dengan 0,39% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan. Dengan potensi luas wilayah seperti itu, oleh Pemerintah Kota
Kelurahan.
selebihnya sekitar 12,39% yang terletak diatas ketinggian lebih dari 1000
sebagai titik simpul jalur transportasi darat dan laut poros Trans Sulawesi.
47
Pada posisi ini Kota Palopo menjadi slah satu jalur distribusi barang jalur
jalur transportasi laut Kota Palopo sudah menjadi salah satu pelabuhan
sepanjang jalur jalan Trans Sulawesi, dan sedikit menyebar pada arah
kawasan yang menjadi pusat kegiatan dan cukup padat adalah di sekitar
yang basah dengan kondisi tanah genangan dan pasang-surut air laut.
Secara garis besar keadaan topografis Kota Palopo ini terdiri dari 3
Statistik Kota Palopo sebanyak 149.419 jiwa terdiri dari 73.249 jiwa laki-
Kabupaten Luwu Utara terletak antara 010 53’ 19” - 020 55’36”
Lintang Selatan dan 1190 47’ 46” – 1200 37’ 44” Bujur Timur, yang
Kabupaten Tana Toraja di sebelah barat, dan Kabupaten Luwu dan Teluk
440 km dari Kota Makassar. Luas wilayah Kabupaten Luwu Utara tercatat
Kabupaten Luwu Utara terbagi atas 11 kecamatan dengan 169 desa yang
semuanya merupakan desa definitif. Dari 169 desa tersebut 8 desa sudah
yang terluas dengan luas 2.109,19 km2 atau 28,11 % dari total wilayah
paling jauh dari Ibukota Kabupaten Luwu Utara, yakni berjarak 198 Km.
Urutan kedua adalah Kecamatan Rampi (21 %) dan yang paling sempit
03’ 25’’ LS dan 119o 28’ 56’’ - 121 o 47’ 27’’ BT, yang beribukota di Malili
ekonomis karena sumber daya alam yang tersedia pada daerah dan
wilayah tersebut.
50
berkisar antara 2.800 s/d 3.980 mm/tahun dengan distribusi bulanan yag
komoditas pertanian.
setara dengan 60.000 - 120.000 ton setiap tahun. Ini adalah pasar
2010) adalah sekitar 800.000 ton, dan 75 persen dihasilkan dari Sulawesi.
sisanya dihasilkan oleh perkebunan swasta sekitar 1.050 ton atau hanya
dihadapi petani kakao seperti hama dan penyakit, pohon-pohon tua dan
manajemen pertanian yang tidak tepat oleh petani, produksi pada tahun
adalah sekitar 110.000 ton yang melibatkan lebih dari 279.000 petani.
Raya meliputi Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu, Kota Palopo dan
Kabupaten Luwu Timur. Wilayah ini menyumbang sekitar 50% dari total
utama pendapatan bagi sebagian besar petani, dengan luas rata-rata satu
Data produksi kakao di Wilayah Luwu Raya disajikan pada table 4.1.
atau biji kering (70 persen) dan hanya 30 persen yang diproses oleh
52
industri lokal menjadi produk kakao. Produk olahan kakao terdiri dari pasta
kualitas yang lebih baik daripada yang diproduksi secara lokal. Ini adalah
Tabel. 4.1. Jumlah produksi kakao wilayah Luwu Raya (dalam Ton)
Tahun
Kabupaten/Kota
2007 2008 2009 2010 2011
Kabupaten Luwu 19,790 19,485 26,996 29,830 31,980
Kabupaten Luwu Utara 23,817 20,175 31,667 33,900 40,602
Kabupaten Luwu Timur 18,366 13,572 19,229 19,939 25,175
Kota Palopo 1,285 1,350 2,177 2,369 2,750
Jumlah 63,258 54,582 80,069 86,038 100,507
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa produksi kakao di Luwu Raya setiap
dan Ghana. Pada tahun 2010 produksi biji kakao Indonesia mencapai
844.626 ton. Pengembangan industri hilir kakao nasional yang kini sedang
industri hilir kakao dalam negeri sehingga industri hilir kakao nasional
2000 tentang PPN atas komoditi primer. Dengan adanya PPN tentu akan
membebaskan pajak ekspor biji kakao hingga nol persen dinilai semakin
beroperasi.
Program Gerakan Nasional Kakao pada tahun 2009 dan masih berlanjut
sampai sekarang.
pengenaan Bea Keluar Biji Kakao pada bulan April 2010 melalui PMK
Keberhasilan kebijakan ini juga terlihat dari data ekspor biji kakao yang
biji kakao sampai dengan bulan Mei 2011 mencapai 97.265 ton, turun
panduan klaster industri prioritas berbasis agro tahun 2010 – 2014 salah
persen;
tahun.
Indonesia;
transportasi.
pencapaian adalah tercapainya mutu biji kakao yang lebih baik dan telah
Saat ini di wilayah Luwu Raya terdapat tiga industri kecil yang
yang dipimpin oleh Bapak Natsir Rauf, di Kota Palopo dikelola oleh
Koperasi Usaha Bersama (KUB) Madani yang dipimpin oleh Bapak Ir.
Baharuddin, S.Ag. Untuk Kabupaten Luwu Timur saat ini juga sudah ada
58
bantuan paket peralatan pengolah kakao namun hingga saat ini peralatan
Dari ketiga industri pengolahan kakao yang ada di Luwu Raya saat
ini hanya dua yang sudah beroperasi yaitu KUB Madani di Palopo dan
1. Bidang Permodalan
dalam industri kecil dan menengah (IKM) ini, tanpa modal kegiatan
pihak luar (investor atau kreditor) untuk membantu IKM dalam hal
produk dengan jumlah yang lebih besar dan mutu yang lebih baik,
karena modal yang dimiliki terbatas atau bahkan industri tidak bisa
diberikan, industri sudah mampu mengolah kakao mulai dari biji kakao
hingga menjadi produk setengah jadi (pasta kakao, bubuk kakao dan
propinsi ini KUB Sibali Resoe dan KUB Madani melakukan pembelian
yang sudah ada. Mesin-mesin yang dibeli antara lain mesin pres
hidrolik dan mesin ballmill horizontal yang dibeli dari pabrik di Jember.
Dengan pembelian alat baru ini kapasitas produksi dari KUB Sibali
Resoe dan KUB Madani bisa meningkat 2 kali lipat dari kapasitas
beberapa alat tambahan seperti mixer dan alat kemasan. Pada tahun
2011 KUB Sibali Resoe dan KUB Madani memperoleh bantuan dana
membeli alat baru yaitu mesin ballmill tipe vertikal yang dibeli dari
selain kapasitasnya yang kecil juga dibutuhkan waktu yang cukup lama
peralatan yang baru di beli ini kapasitas produksi KUB Sibali Resoe
Sehingga sampai saat ini industri kakao di Luwu Raya telah 2 kali
awal. Saat ini industri kecil pengolahan kakao di Luwu Raya telah
digunakan untuk mengolah biji kakao mulai dari biji kakao hingga
Tabel 4.2. Daftar peralatan yang dimiliki oleh KUB Sibali Resoe
Kapasitas
No. Jenis Mesin Kapasitas Jumlah Keterangan
per hari
1 Pengering Biji 500 200 kg 2 Unit berfungsi baik,
kg/batch 2-3 hari/batch
2 Pembersih biji 250 kg/jam 2000 kg 1 Unit berfungsi baik
3 Sortir biji 250 kg/jam 2000 kg 1 Unit berfungsi baik
4 Penyangrai Biji 10 kg/30 160 kg 1 Unit berfungsi baik
mnt.
5 Pemisah Kulit 25 kg/jam 200 kg 1 Unit berfungsi baik
Biji dgn Nibs
6 Pemasta Kasar 20 kg/jam 160 kg 1 Unit berfungsi baik
7 Pencampur 60 kg/jam 480 kg 2 Unit berfungsi baik
pasta
8 Refiner 25 kg/jam 200 kg 2 Unit tidak optimal,
pasta masih
kasar
9 Counching 10 kg/batch 5 kg 2 Unit tidak optimal,
1-2 hari/batch
10 Ball Mill 60 kg/batch 20 kg 1 Unit tidak efektif, 2-
Horisontal 3 hari/batch,
masih kasar
11 Ball Mill 5 kg/batch 20 kg 1 Unit Berfungsi
baik, 1,5-2
jam/batch
12 Ball Mill 200 800 kg 1 Unit Berfungsi
kg/batch baik,
2jam/batch
13 Pres Pemisah 1 kg/batch 5 kg 2 Unit tidak optimals,
Lemak Vertikal lemak tersisa
+ 28 %
14 Pres pemisah 1 kg/batch 5 kg 2 unit tidak optimals,
Lemak lemak tersisa
Horizontal + 25 %
15 Pembubuk 10 kg/batch 40 kg 1 unit barfungsi baik,
1-2 jam/batch
16 Pengayak/Sieve 10 kg/batch 80 kg 1 unit tidak optimal,
masih kasar
17 Pencampur 10 kg/batch 320 kg 1 unit berfungsi baik,
bubuk 15 mnt/batch
18 Kemasan untuk 50 kg/jam 400 kg 1 unit Berfungsi
bubuk baik, 15-250
gr/saschet
Sumber: KUB Sibali Resoe, 2012
62
saat ini ada beberapa peralatan yang sudah tidak digunakan seperti
mesin refiner, mesin counching dan mesin ballmill horizontal, hal ini
digantikan oleh alat ballmill tipe vertikal yang telah dimiliki KUB Sibali
sebesar 100 Juta rupiah. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Bidang
UMKM sebesar Rp. 100 Juta. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
Kota Palopo Bapak Zulkifli, ST, M.Si pada tanggal 11 September 2012:
dimana hingga saat ini industri ini belum mampu melakukan produksi
karena tidak adanya modal kerja. Hal ini sesuai dengan hasil
“Hingga saat ini kami belum bisa beroperasi karena tidak adanya
modal. Saya sudah mencoba meminta bantuan ke Dinas
Perindustrian namun katanya belum ada anggarannya sehingga
sampai saat ini saya masih menunggu adanya bantuan modal ini”
diberikan pemerintah untuk industri ini antara lain adalah untuk industri
listrik dan subsidi biaya pembuatan kemasan. Hal ini sesuai dengan
September 2012:
sarana kelengkapan seperti gardu genset dan jaringan air. Hal ini
yang kuat dari pengelola industri untuk memajukan industri ini menjadi
biji kakao menjadi produk setengah jadi atau produk antara seperti
pasta kakao, lemak kakao dan bubuk kakao relatif tergolong lebih rumit
kunjungan industri.
Bahan baku utama produk cokelat adalah biji kakao. Dari aspek
rasa dan aroma, makanan atau minuman cokelat akan sangat baik jika
biji kakao yang digunakan adalah biji kakao yang telah difermentasi
secara penuh karena produk kakao yang diolah dari biji kakao yang
telah difermentasi akan memiliki aroma yang khas dan rasa yang lebih
kakao non fermentasi. Sedangkan dari sisi kesehatan biji kakao harus
rasa tengik atau apek. Sedangkan dari aspek efisiensi produksi biji
mutu produk yang seragam juga. Kadar kulit, kadar kotoran dan kadar
air akan berpengaruh pada randemen hasil. Kadar air yang tinggi juga
dihasilkan.
68
Bahan baku yang melimpah merupakan salah satu aspek penting bagi
2012:
69
ini memiliki cukup pendek rantai atau jaringan, yaitu hanya dari
petani. Kedua, harga bahan baku tidak berbeda atau tidak jauh
berbeda dari harga pertanian karena tidak ada pihak lain mengambil
hanya menyerap biji kakao yang difermentasi. Oleh karena itu, petani
satu usaha yang dilakukan oleh industri pengolahan kakao agar para
kakao non fermentasi perbedaan harga ini berkisar antara Rp. 2.000
sampai Rp. 5.000,- per kg. Hal ini sesuai dengan pernyataan pimpinan
2012:
Pemberian harga lebih dalam pembelian bahan baku biji kakao ini
misalnya kotak fermentasi, waktu yang dibutuhkan juga lebih lama dan
71
bahwa rendemen berat biji kakao kering yang difermentasi adalah 33%
dari berat basah dan untuk kakao yang non fermentasi adalah 38%.
misalnya seorang petani memiliki biji kakao basah dengan berat 100
dengan perbedaan harga Rp. 5.000,- antara kakao fermentasi dan non
yang diperoleh petani nilainya akan sama Rp. 760.000,- baik mereka
kondisi tersebut tentu saja petani akan lebih memilih tidak melakukan
antara yang fermentasi dan non fermentasi harus diatas Rp. 3000,- per
melakukannya.
industri kecil adalah biji kakao hasil fermetasi. Secara garis besar
kerja berikut.
Penyangraian (w=9,7
kg)
Pemasta Kasar
Liqour/Pasta
Pengepresan (w=8,5
kg)
Pengayakan
Gambar. 4.1. Tahapan proses pengolahan biji kakao menjadi produk setengah jadi
74
Rendemen hasil olahan biji kakao menjadi produk setengah jadi untuk
Berat produk
berkurang karena
adanya penurunan
Biji kakao kering:
2. Penyangraian kadar air sebesar 3 %
9,7 kg
akibat proses
penyangraian
Berat produk
berkurang akibat
Daging biji (nib):
3. Pemisahan kulit biji adanya kandungan
8,5 kg
kulit biji sebesar 12 %
yang terbuang
4. Pemastaan Pasta kakao: 8,5 kg
Lemak Kakao: 2,6
kg Berat produk yang di
5. Pengepresan
Bubuk Kakao: 5,9 press sebesar 8,5 kg
kg
Sumber: Data Diolah, 2012
sebanyak 8,5 kg, sedangkan kulit yang terbuang sebanyak 12% dari
berat biji kakao (kadar kulit dalam biji kakao rata-rata adalah 12%
(Mulato, 2005)). Bagian nib ini yang akan digunakan untuk proses
disebut pasta. Pasta cokelat yang dapat dihasilkan dari 8,5 kg nib
adalah sebanyak 8,5 kg (sekitar 85,00% dari berat biji kakao kering).
dengan hasil samping berupa bungkil cokelat yang dapat diolah lebih
2,6 kg (sekitar 26% dari berat biji kering kakao) dan 5,9 kg bungkil
pengolahan dari produk setengah jadi menjadi produk jadi bisa dilihat
Pasta kakao
Penghalusan (Ball
Mill)
Tempering
(alat tempering/meja marmer)
Pencetakan
Produk Cokelat
(candy / cokelat
blok)
dibutuhkan oleh KUB Madani dalam sebulan kurang lebih sekitar 200
bahan baku biji kakao kurang lebih sekitar 5 ton per bulan. Harga
KUB Sibali Resoe antara lain pasta kakao, bubuk kakao, lemak kakao,
Saat ini KUB Sibali Resoe tidak memproduksi bubuk kakao dan
lemak kakao, hal ini disebabkan karena kinerja alat pres lemak yang
mereka miliki masih belum efektif, dimana dengan alat pres yang
tinggi sekitar 25%. Dengan kondisi seperti ini KUB Sibali Resoe
Karena tidak memproduksi bubuk kakao KUB Sibali Resoe juga tidak
adalah makanan ini cepat kadaluwarsa sehingga saat ini produksi ini
Besarnya volume produksi dari KUB Sibali Resoe dan KUB Madani
Volume
No. Nama Industri Jenis Produk
Produksi
KUB Sibali Pasta Kakao 4500 kg/bulan
1 Resoe
Permen 500 kg/bulan
cokelat/candy
2 KUB Madani Bubuk Kakao 60 kg/bulan
Lemak Kakao 30 kg/bulan
Permen cokelat 60 kg/bulan
Minuman Cokelat 50 kg/bulan
Sumber: KUB Sibali Resoe, KUB Madani, 2012
Dari daftar harga di atas terlihat bahwa harga produk olahan kakao
jauh lebih tinggi dari pada harga bahan bakunya. Hal ini
baku serta produk jadi yang dihasilkan kita bisa menghitung nilai
tambah yang diperoleh dari proses pengolahan biji kakao ini. Dengan
asumsi harga bahan baku biji kakao fermentasi Rp. 25.000,- serta
harga produk sesuai dengan tabel 4.10 di atas maka kita bisa
seberat 5,9 kg. Apabila dihitung maka diperoleh hasil nilai harga bahan
dikali harga bahan baku Rp. 25.000,-). Nilai produk yang dihasilkan
adalah: lemak kakao Rp. 130.000,- (berat lemak yang dihasilkan 2,6 kg
dikali harga lemak kakao Rp. 50.000,-) dan harga bubuk kakao Rp.
adalah Rp. 484.000,-. Dari perhitungan ini bisa dilihat nilai tambah
yang diperoleh dari mengolah biji kakao menjadi produk setengah jadi
yaitu sebesar Rp. 234.000,- atau sebesar 93,6 % dari bahan baku.
Nilai tambah ini diperoleh baru dari hasil mengolah biji kakao menjadi
produk setengah jadi belum apabila produk ini diolah menjadi produk
jadi seperti candy / makanan cokelat tentu nilai tambah yang dihasilkan
akan lebih besar lagi mengingat harga produk jadi masih lebih tinggi
pengolahan kakao yaitu KUB Sibali Resoe di Luwu Utara dan KUB
Madani di Palopo oleh tim teknis dari Balai Besar Industri Hasil
Propinsi Sulawesi Selatan dan JICA mengirimkan tenaga ahli dari JICA
oleh tim. Kegiatan ini dinilai telah memuaskan karena kualitas produk
lokal yang ada di Luwu Utara. Tim Ahli JICA juga menilai bahwa
saat ini. Konsultansi teknis juga pernah diberikan kepada Koptan Bina
saat ini saran dan masukan tersebut tidak ditindaklanjuti dengan alas
operasional.
25-28% yang berarti bahwa produk ini belum memenuhi standar yang
telah ditetapkan. Hal ini dihadapi oleh semua industri yang ada di Luwu
Raya baik KUB Sibali Resoe maupun KUB Madani. Akibat dari masih
Selain alat pres lemak alat lain yang belum berfungsi dengan baik
adalah alat pengayak bubuk. Alat ini tidak berfungsi dengan baik
KUB Madani adalah alat ballmill tipe horizontal, di mana alat ini tidak
waktu yang lama yaitu sekitar 70 jam atau 3 hari dengan kapasitas
menyebabkan saat ini KUB Sibali Resoe tidak lagi menggunakan alat
dan merupakan alat hasil rakitan dan belum dijual secara luas
pabrik yang merakit alat tersebut. Hal ini tentu saja akan menghambat
juga harus menyediakan dana lebih karena selain untuk biaya suku
produksi.
dari industri kecil selalu diarahkan ke pemerintah pusat. Hal ini tentu
yang diharapkan.
3. Bidang Pemasaran
pasar ini produk industri kecil kakao memiliki prospek yang cerah.
mancanegara.
produk akhir bisa diarahkan untuk pasar lokal. Dilain sisi permintaan
untuk menjadi target dari industri kecil. Pasar domestik bagi produk
pasar ada dan harus didukung dan difasilitasi oleh pemerintah dalam
wilayah Luwu Raya telah memiliki merk atau nama untuk produk yang
mereka hasilkan. Produk dari KUB Sibali Resoe Luwu Utara diberi
nama Calodo, produk dari KUB Madani Palopo diberi nama Madani
ini juga telah memperoleh sertifikat halal dari MUI untuk produk-produk
92
yang mereka hasilkan selain itu KUB Madani juga telah memperoleh
sertifikat dari Badan POM hingga saat ini KUB Madani belum
Sibali Resoe juga telah bekerja sama dengan beberapa mini market
lokal yang ada di kota Masamba. Kerja sama ini terjalin berkat bantuan
produk akhir berupa permen cokelat saat ini KUB Sibali Resoe juga
saat ini KUB Madani telah mendirikan rumah cokelat di Kota Palopo.
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan penuturan pimpinan KUB Madani Ir.
September 2012:
kendala yang dialami oleh industri kecil. Untuk mengatasi hal ini
September 2012:
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Staf Bidang Industri, Dinas
pengembangan produk, selain itu tujuan dari fasilitasi pasa ini juga
lainnya.
propinsi Sulawesi Selatan, kegiatan ini hanya diikuti oleh satu industri
yaitu KUB Sibali Resoe, hal ini disebabkan karena menurut tim JICA
hanya industri ini yang mengikuti saran-saran yang diberikan oleh tim
layak jual. Ajang promosi di atas juga dimanfaatkan oleh industri dan
usaha melalui sub kontrak dapat dijadikan salah satu alternatif bagi
lainnya. Karena industri ini masih relatif baru khususnya bagi industri
dihasilkan.
pimpinan dari industri tersebut. Hal inilah yang masih menjadi kendala
Bagi pimpinan dan karyawan dari KUB Sibali Resoe, KUB Madani
lain.
karyawan dari industri kecil pengolahan kakao yang ada di Luwu Raya
studi banding yang dilakukan ke daerah jawa ini difasilitasi oleh JICA
Sulawesi Selatan serta perwakilan dari JICA. Tujuan studi banding ini
Raya.
kegiatan tersebut kurang ada koordinasi antar instansi terkait. Hal ini
pelatihan yang sama dilakukan pada tahun dan peserta yang sama
maksimal. Hal ini dikemukakan oleh pimpinan KUB Madani Ir. Muh.
September 2012:
merupakan salah satu kendala yang dihadapi industri ini. Hal ini
sangat tinggi dan bisa mempengaruhi proses produksi. Hal ini dapat
banyak pegawai yang ada diindustri ini agar lebih banyak lagi tenaga
bubuk kakao yang selama ini memiliki kandungan lemak yang masih
105
bubuk kakao juga bisa lebih halus sehingga bisa memenuhi standar.
Perkebunan.
Hasil yang diharapkan dari kebijakan ini adalah proses produksi dan
keterampilan dari para pegawai maupun pelaku industri kecil lain yang
ini adalah adanya pangsa pasar baru bagi industri pengolahan kakao.
107
BAB V
A. Kesimpulan
berikut:
lancar..
antara lain:
B. Saran
tersebut.
pendampingan.
DAFTAR PUSTAKA
Griffin, Ricky W. dan Ronald J. Ebert. 2003. Bisnis Edisi Keenam. PT.
Prenhallindo, Jakarta.
Mathis R.L dan Jackson J.H, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Salemba Empat, Jakarta.
Tukiman, 2005, Peran Dan Kualitas Tenaga Kerja Agro Industri Dan
Dampaknya Dalam Bidang Kesehatan, e-jurnals Info Kesehatan
Masyarakat Vol. 9 No. 2, Universitas Sumatera Utara, Medan.