Anda di halaman 1dari 18

PERCOBAAN 3

PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS

A. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah mempelajari dan melaksanakan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:

 Mempelajari pengaruh tegangan tembus pada tes objek


 Mempelajari bentuk gelombang tegangan impuls DC

B. TEORI DASAR
Kapasistansi dari benda yang diuji, pembagi tegangan, sela bola, kawat
sambungan dan lain-lain, menggunakan bentuk rangkaian R – C baik bentuk (A)
atau (B) atau rangkaian bentuk (C).
Semakin kecil nilai R1C2 maka akan semakin cepat tegangan U(t) mencapai
nilai puncak. Nilai puncak U akan selalu tegangan impuls diperlakukan dalam
pengujian tegangan tinggi untuk mensimulasi terpaan akibat tegangan lebih dalam
dan luar serta untuk meneliti mekanisme tembus. Umumnya tegangan impuls
dibangkitkan dengan meliuhkan muatan kapasitor tegangan tinggi (melalui sela )
pada suatu rangkaian resistor dan kapasitor, untuk itu sering digunakan rangkaian
pengali tegangan. Nilai puncak dari tegangan impuls dapat ditentukan dengan
bantuan sela ukur atau dengan rangkaian elektronik yang dikombinasikan dengan
pembagi tegangan. Alat ukur tegangan impuls yang terpenting adalah osiloskop
sinar katoda yang memungkinkan penentuan nilai-nilai sesaat melalui pembagi
tegangan, kadang-kadang digunakan pengubah analog digital untuk menggantikan
osiloskop
1. Parameter-parameter tegangan impuls
Dalam teknologi tegangan tinggi, suatu pulsa tegangan dengan polaritas
tunggal dikatakan sebagai impuls.

1,0 1,0
0,9 0,9

(b)
Tt (c)

0,3 Tc 0,3 T Tc

1,0
0,9

Tt (a)

TcR

0,3
Tt

Gambar 3.1 contoh tegangan impuls (a) Tegangan impuls persegi (b) tegangan impuls
bentuk baji (c) Tegangan impuls eksponensial ganda

Pada gelombang impuls yang berasal dari pemutusan aliran (surja


pemutusan) penentuan waktu gelombang depan (time to crest) ditentukan mulai
dari gelombang menaik sampai dengan titik puncak gelombang. sedangkan
gelombang ekor, waktu ditentukan sampai nilai tegangan mencapai 50% dari
harga puncaknya. Menurut standar IEC surja pemutusan ini besarnya :
Tcr = 250 µS + 20% ,sedangkan

Tt = 2500 µS + 60%
Ketergantungan terhadap waktu maupun tempo tegangan impuls bergantung
pada cara pembangkitnya. Untuk percobaan dasar maka sering digunakan
tegangan impuls persegi yang melonjak hingga nilai yang hamper konstan,
maupun tegangan impuls berbentuk baji yang dicirikan dengan suatu kenaikan
yang selinier mungkin hingga terjadi tembus dan digambarkan denggan
kecuraman S. Untuk keperluan pengujian maka tegangan impuls eksponensial
ganda telah dibakukan, tanpa isolasi yang cukup berarti maka tegangan impuls ini
cepat mencapai nila maksimum, nilai puncak U, dan kemudian meluruh perlahan
menuju nol. Jika terjadi tembus secara sengaja ataupun tidak sengaja dalam
rangkaian tegangan tinggi selama penerapan impuls (yang menyebabkan hilang
tegangan secara mendadak), maka tegangan yang terjadi disebut teganggan
impuls yang dipotong. Pemotongan dapat terjadi pada bagian depan, pada puncak
atau pada punggung dari tegangan impuls. dengan demikian gejala transien yang
diinduksikan merupakan penyebab dari isolasi.

2. Rangkaian dasar sumber tegangan tinggi impuls


Gelombang eksponensial ganda seperti terlihat pada bentuk gelombang
impuls yang dipakai pada pengujian, dapat dihasilkan di laboratorium dengan
menggunakan rangkaian seri R - L – C pada keadaan peredaman yang lebih atau
kombinasi rangkaian R – C.seperti di bawah ini :
R1
s s
L

vo C R Vo(t) vo C1 R2 C2 Vo(t)

R–L–C R – C TYPE (A)

s R1 R1 R3
s

vo C1 R2 C2 vo C1 R2 C2 Vo(t)

R – C TYPE (B) GABUNGAN (A) & (B)

Gambar 3.2 Kombinasi rangkaian keadaan pereredaman

Prinsip kerja rangkaian ini adalah sebagai berikut : kapasitor C 1 diberi


muatan dari sumber tegangan searah, setelah muatannya penuh kemudian
muatannya ke rangkaian sebelah kanan yang disebut rangkaian pembentuk
gelombang, yang terdiri dari elemen-elemen L-R, R1, R2, dan C2 setelah
sambungan (percikan) pada S terjadi. Tegangan buang muatan ini [V0(t)]
bentuknya adalah gelombang dari rangkaian yang mengendalikan waktu. waktu
TF (waktu bagian depan dari gelombang). Tahanan R2 mengendalikan ekor dari
gelombang C2 yaitu kapasitansi dari semua peralatan yang disambung pararel
dengan benda yang diuji, sila k kurang dari nilai tegangan yang dapat dihasilkan
dengan muatan awal U0 C yang terbagi pada C + C1 untuk nilai efesiensi medan η
belaku persamaan berikut :

U C
 
U 0 C  Cb

Untuk mendapatkan U yang setinggi mungkin (untuk U0 tertentu) maka


harus dipilih C ≥ C2. peluruhan tegangan impuls dalam rangkain a terjadi dengan
konstanta waktu C (R1 + R2) dan dalam rangkaian b dengan konstanta wakktu C
R2. energi impuls yang diubah dalam sebuah peluahan dinyatakan dengan
persamaan berikut :

W  1 2C U 0
2

Rd ’

F
Re ’

CS '
Rd ’
RL ’
Cb
F
Re ’

CS '
Rd ’
RL ’

F
Re ’

RL0

U0 ' CS '

Gambar 3.3 Rangkaian pengali Marx untuk tiga tingkat

Untuk memperoleh tegangan impuls denggan nilai puncak yang setinggi


mungkin, umumnya digunakan rangkaian penggali yang diusulkan oleh E.Marx
pada tahun 1923. beberapa kapasitor impuls yang identik dimuati secara pararel
dan diluahkan secara seri sehingga menghasilkan tegangan pengisian yang
berlipat sesuai dengan jumlah tingkatan. Mekanisme rangkaian hendak dijelaskan
dengan bantuan pembangkit impuls yang ditunjukkan dalam gambar 5.3, dengan
n=3 tingkatan dalam hubungan b. kapasitas impuls dari tingkatan=tingkatan C
dimuati pada tegangan pemuat U0 melalui resistansi pemuat RL yang terpasang
pararel. Bila seluruh sela saklar F tembus maka kapasitor-kapasitor C akan
terhubungi seri sehingga C2 akan dimuati melalui hubungan seri dari semua
resistor redaman atau Rd, akhirnya seluruh Cs dan Cb akan meluah kembali
melalui resistor Re dan Rd. Seyogyanya dipilih RL ≥ RE. Rangkaian n – tingkat
dapat disederhanakan menjadi rangkaian ekivalen satu tingkat jika dipenuhi
hubungan-hubungan berikut :
U 0  nU 0 Rd  nRd

C s  1 nC s Re  nRe

3. Perhitungan pada rangkaian impuls satu tingkat


Untuk merancang rangkaian tegangan impuls maka perlu dipastikan
hubungan antara nilai-nilai dalam rangkaian dan bentuk tegangan yang
dihasilkan. pembangkit impuls terutama dibuat dengan dasar rangkaian b
dikarenakan factor penggunaan yang lebih tinggi. Karena itu, dalam lampiran 3
diberikan perhitungan pada rangkaian b dengan symbol-simbol yang tertera
dalam gambar 2. Kurva tegangan impuls dapat dinyatakan dengan persamaan
berikuut :

U 0  T1  T2
ut  
Rd  CbT1  T2

e t T1  e t T2 

Nampak bahwa tegangan impuls merupakan selisih dari dua fungsi


eksponensial yang meluruh dengan konstanta waktu T1 dan T2.
Bentuk tegangan tinggi impuls petir sering sangat menyimpang dari yang
diperhitungkan terutama pada dahi dan puncak. Hal ini dikarenakan elemen
rangkaian dan ukuran ruang dari rangkaian percobaan, yang dapat menghasilkan
paling sedikit sebuah titik belok pada dahi bahkan mengandung osilasi. Untuk
menyelesaikan masalah ini maka suatu induktansi L dapat dipandang terhubung
seri dengan Rd dalam rangkaian ekivalen dan pengaruh redaman dari resistansi
peluahan diabaikan (Re = ∞)
Untuk menghindari osilasi penggangu yang menyulitkan dalam
menentukan nilai U maka rangkaian diredam secara tidak periodik. untuk ini R d
tidak kurang dari :

C s  Cb
L
C s  Cb
kondisi diatas mudah dipenuhi dalam piranti untuk tegangan dan energi
tinggi.

4. Metode-metode lain untuk membangkitkan tegangan impuls


Tegangan impuls segi empat yang singkat dapat dibangkitkan dengan
piranti penyimpan energi yang serupa dengan saluran transmisi. dalam rangkaian
yang sering digunakan, kabel tegangan tinggi dimuati dengan tegangan searah U0
melalui suatu resistansi tinggi dan diluahkan melalui sela bola pada kabel yang
dihubungkan oleh objek uji. tempo tegangan impuls pada objek uji sebesar dua
kali waktu tempuh gelombang didalam table sedangkan nilai puncak tergantung
pada impedansi objek uji dengan nilai maksimum U0.
kadang-kadang penggali tegangan jg diwujudkan dengan piranti
ppenyimpanan energi berbentuk saluran transmisi, instalasi disusun sedemikian
hingga lonjakan potensial akibat gelombang berjalan pada beberapa saluran
menampuk pada objek ini. dalam susunan dengan perangkat dua saluran pararel
diperoleh penggandaan tegangan.
Untuk membangkitkan tegangan impuls terpa hubung dengan waktu
puncak dalam rentang ms digunakan juga trafo uji yang dieksitasi dengan impuls.
lonjakan tegangan yang mendadak dalam belitan eksitasi menimbulkan gejala
transien antara trafo dan kapasitor dimanfaatkan sebagai tegangan impuls terpa
hubung.
Perlu pula dicatat bahwa rangkaian induktif juga dapat digunakan
untuk membangkitkan tegangan tinggi impuls dengan periode yang singkat.
Untuk itu dilakukan arus yang besar melalui indukstansi tinggi yang diserikan
dengan saklar. Objek uji dipasang pararel dengan saklar. jika resistensi saklar
meningkat tajam dan arus di jaga konstan oleh induktansi maka pulsa tegangan
akan muncul pada terminal objek uji.

U
1
2

C
U2

U2 t

Tcr

(a) (b)

Gambar 3.4 Pembangkitan tegangan Implus terpa dengan menggunakan trafo uji
C. ALAT DAN BAHAN

1. Transformator tegangan tinggi RMS 100 Kv, 5 kVA.


2. Pembagi tegangan RMS 100 Kv, 500 pF.
3. Bagian sekunder teegangan AC.
4. Kotak pengontrolan.
5. transformator sekunder arus AC.
6. objek pengetesan.
7. Tahanan untuk tegangan AC.
8. Tahanan untuk tegangan impuls.
9. Arester.

D. GAMBAR RANGKAIAN

Gambar 3.5 Pengukuran dan pembangkitan tegangan tinggi implus


RSS RSS RSS

RD
EW

RSL1 RSL2 RSL3


D
F RD
ES RP RPS
R7 R6 220 V
RM
CST
TO
L1 CSS1

RP RPS

220 V F 100 kV
D
SSS

SB
CK
N
RSM Vimp
TH TSM

F ZG
Vef

Peralatan yang digunakan:

TH : High-Voltage transformator RMS 100 kV/5 kVA. D : High Voltage Dioda 1000 kV/20 mA .
CSS1 : Coupling Capasitor DC 100 kV/30 nF. RM : Measuring Resistor White Test Jack DC 200 kV/800 MΩ.
EW : Grounding Resistor DC 200 kV/1 kΩ. RD : Dumping Resistor DC 200 kV/1 kΩ.
ES : Grounding Switch. TMS : Transformer secondery AC Current.
RMS : Shunt. SB : Control Box Type 273 (Including Regulation Tranformer).
CST : Voltage Devider RMS 100 kV/500 pF. R6 : Damping Resistor; AC Voltage.
R7 : Damping Resistor; Impuls Voltage. TO : Test Objeck.
F : Arrester. ZG : Impulse Amplifer.
SSS : Secondary Part.
E. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Menyiapkan seluruh peralatan yang diperlukan dalam pengujian impuls DC.


2. Mengatur jarak sphere gap mulai dari jarak 5 mm, 10, 15, dan 20.
3. Melakukan pengujian untuk diameter bola 20 mm dan mengambil data
pengukuran sebanyak empat kali, kemudian di masukkan kedalam table
pengamatan.
4. Melakukan pengujian untuk jarum-jarum dan mengambil data pengukuran
sebanyak tiga kali, kemudian dimasukkan kedalam tabel pengamatan.
5. Percobaan selesai dan “OFF” kan tegangan tinggi pada kontak pengontrolan.

F. KESELAMATAN KERJA

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan keselamatan kerja:

1. perhatikanlah petunjuk penggunaan alat sebelum melakukan percobaan,

tanyakanlah kepada pembimbing job apabila ada hal yang kurang dimengerti.

2. Gunakanlah sepatu berlapis karet untuk menghindari electric shock bila

terjadi hubung singkat atau arus bocor.


G. DATA HASIL PERCOBAAN

Tabel 1. Pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi implus tanpa beban

Jarak Gap Vef


No
(mm) (kV)

1. 5 0,1

2. 10 0,1

3. 15 0,2

4. 20 0,3

5. 25 0,5

6. 30 0,5

7. 35 0,7

8. 40 0,7

Tabel 2. Pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi implus berbeban

Jarak Elektroda Veff Vimpuls


No
(mm) (kV) (kV)
1 5 0,2 11,76
2 7 0,7 16,17
3 9 1 17,64
4 11 1,1 26,46

Dimana ; P = 1012 mBar

T = 28 0C
H. ANALISA DATA
Pada percobaan tanpa beban
Contoh perhitungan pada data no. 1
Dik : P = 1012 mBar
T = 28 0C
Veff = 0,1 kV
Dit : a. Vmax ...?
b. FC ...?
c. VBD ...?

Penyelesaian :
a. Vmax = Veff x 2
= 0,1 kV x 2
= 0,14 kV
P 273  20
b. FC = x
1013 273  T
1012 273  20
= x
1013 273  28

1012 293
= x
1013 301

= 0,96

c. VBD = Vmax x FC
= 0,14 kV x 0,96
= 0,1344 kV

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3


Pada percobaan berbeban
Contoh perhitungan pada data no. 1

Dik : P = 1012 mBar


T = 28 0C
Veff = 0,2 kV

Dit : a. Vmax ...?


b. FC ...?
c. VBD ...?

Penyelesaian :
a. Vmax = Veff x 2
= 0,2 kV x 2
= 0,283 kV
P 273  20
b. FC = x
1013 273  30

1012 273  20
= x
1013 273  28

1012 293
= x
1013 301

= 0,96

c. VBD = Vmax x FC
= 0,283 kV x 0,96
= 0,273 kV

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4


Tabel 3. Data hasil perhitungan berbeban

Jarak Elektroda
Vmax FC VBD
No (mm)
(kV) (kV)

0,1344
1 5 0,14 0,96
0,9504
2 7 0,99 0,96
1,3536
3 9 1,41 0,96
1,497
4 11 1,56 0,96

Tabel 4. Data hasil perhitungan tanpa beban

Jarak
Elektroda Vmax FC VBD
No
(mm) (kV) (Bar) (kV)

1 5 0,989 8,39

2 10 0,989 16,78

3 15 0,989 22,4

4 20 0,989 33,57

5 25

6 30

7 35

5 40 0,989 39,16
I. GRAFIK
Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi Impuls Berbeban
80
70
60
50
40
Vimpuls
30
Veff
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Jarak Elektroda

Grafik 1. Hubungan antara Tegangan Impuls, Tegangan Efektif


terhadap Jarak Elektroda

Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi Impuls Tanpa Beban


30
25
20
V eff
15
10
5
0
0 5 10 15 20 25 30
V regulator

Grafik 2. Hubungan antara Tegangan Efektif terhadap Tegangan


Regulator

30

25

20
%R

15

10

0
0 5 10 15 20 25 30
Vn

Grafik 3. Hubungan antara % Regulator terhadap Vn

J. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan sebagai berikut ;

1. Dari grafik 1 terlihat bahwa tegangan implus pada waktu tembus semakin
besar jika jarak elektroda semakin lebar .
2. Grafik 2 terlihat bahwa Vimplus berbanding lurus dengan VBD pada waktu
tembus baik elektroda jarum maupun bola.
3. pada waktu tanpa beban (tanpa elektroda) Vefektif nya berbanding lurus
dengan V % regulator semakin besar % regulator semakin besar juga
Vefektif nya

Anda mungkin juga menyukai