Acc Motor DC
Acc Motor DC
A. TUJUAN PERCOBAAN
B. TEORI DASAR
Kapasistansi dari benda yang diuji, pembagi tegangan, sela bola, kawat
sambungan dan lain-lain, menggunakan bentuk rangkaian R – C baik bentuk (A)
atau (B) atau rangkaian bentuk (C).
Semakin kecil nilai R1C2 maka akan semakin cepat tegangan U(t) mencapai
nilai puncak. Nilai puncak U akan selalu tegangan impuls diperlakukan dalam
pengujian tegangan tinggi untuk mensimulasi terpaan akibat tegangan lebih dalam
dan luar serta untuk meneliti mekanisme tembus. Umumnya tegangan impuls
dibangkitkan dengan meliuhkan muatan kapasitor tegangan tinggi (melalui sela )
pada suatu rangkaian resistor dan kapasitor, untuk itu sering digunakan rangkaian
pengali tegangan. Nilai puncak dari tegangan impuls dapat ditentukan dengan
bantuan sela ukur atau dengan rangkaian elektronik yang dikombinasikan dengan
pembagi tegangan. Alat ukur tegangan impuls yang terpenting adalah osiloskop
sinar katoda yang memungkinkan penentuan nilai-nilai sesaat melalui pembagi
tegangan, kadang-kadang digunakan pengubah analog digital untuk menggantikan
osiloskop
1. Parameter-parameter tegangan impuls
Dalam teknologi tegangan tinggi, suatu pulsa tegangan dengan polaritas
tunggal dikatakan sebagai impuls.
1,0 1,0
0,9 0,9
(b)
Tt (c)
0,3 Tc 0,3 T Tc
1,0
0,9
Tt (a)
TcR
0,3
Tt
Gambar 3.1 contoh tegangan impuls (a) Tegangan impuls persegi (b) tegangan impuls
bentuk baji (c) Tegangan impuls eksponensial ganda
Tt = 2500 µS + 60%
Ketergantungan terhadap waktu maupun tempo tegangan impuls bergantung
pada cara pembangkitnya. Untuk percobaan dasar maka sering digunakan
tegangan impuls persegi yang melonjak hingga nilai yang hamper konstan,
maupun tegangan impuls berbentuk baji yang dicirikan dengan suatu kenaikan
yang selinier mungkin hingga terjadi tembus dan digambarkan denggan
kecuraman S. Untuk keperluan pengujian maka tegangan impuls eksponensial
ganda telah dibakukan, tanpa isolasi yang cukup berarti maka tegangan impuls ini
cepat mencapai nila maksimum, nilai puncak U, dan kemudian meluruh perlahan
menuju nol. Jika terjadi tembus secara sengaja ataupun tidak sengaja dalam
rangkaian tegangan tinggi selama penerapan impuls (yang menyebabkan hilang
tegangan secara mendadak), maka tegangan yang terjadi disebut teganggan
impuls yang dipotong. Pemotongan dapat terjadi pada bagian depan, pada puncak
atau pada punggung dari tegangan impuls. dengan demikian gejala transien yang
diinduksikan merupakan penyebab dari isolasi.
vo C R Vo(t) vo C1 R2 C2 Vo(t)
s R1 R1 R3
s
vo C1 R2 C2 vo C1 R2 C2 Vo(t)
U C
U 0 C Cb
W 1 2C U 0
2
Rd ’
F
Re ’
CS '
Rd ’
RL ’
Cb
F
Re ’
CS '
Rd ’
RL ’
F
Re ’
RL0
U0 ' CS '
C s 1 nC s Re nRe
U 0 T1 T2
ut
Rd CbT1 T2
e t T1 e t T2
C s Cb
L
C s Cb
kondisi diatas mudah dipenuhi dalam piranti untuk tegangan dan energi
tinggi.
U
1
2
C
U2
U2 t
Tcr
(a) (b)
Gambar 3.4 Pembangkitan tegangan Implus terpa dengan menggunakan trafo uji
C. ALAT DAN BAHAN
D. GAMBAR RANGKAIAN
RD
EW
RP RPS
220 V F 100 kV
D
SSS
SB
CK
N
RSM Vimp
TH TSM
F ZG
Vef
TH : High-Voltage transformator RMS 100 kV/5 kVA. D : High Voltage Dioda 1000 kV/20 mA .
CSS1 : Coupling Capasitor DC 100 kV/30 nF. RM : Measuring Resistor White Test Jack DC 200 kV/800 MΩ.
EW : Grounding Resistor DC 200 kV/1 kΩ. RD : Dumping Resistor DC 200 kV/1 kΩ.
ES : Grounding Switch. TMS : Transformer secondery AC Current.
RMS : Shunt. SB : Control Box Type 273 (Including Regulation Tranformer).
CST : Voltage Devider RMS 100 kV/500 pF. R6 : Damping Resistor; AC Voltage.
R7 : Damping Resistor; Impuls Voltage. TO : Test Objeck.
F : Arrester. ZG : Impulse Amplifer.
SSS : Secondary Part.
E. PROSEDUR PERCOBAAN
F. KESELAMATAN KERJA
tanyakanlah kepada pembimbing job apabila ada hal yang kurang dimengerti.
1. 5 0,1
2. 10 0,1
3. 15 0,2
4. 20 0,3
5. 25 0,5
6. 30 0,5
7. 35 0,7
8. 40 0,7
T = 28 0C
H. ANALISA DATA
Pada percobaan tanpa beban
Contoh perhitungan pada data no. 1
Dik : P = 1012 mBar
T = 28 0C
Veff = 0,1 kV
Dit : a. Vmax ...?
b. FC ...?
c. VBD ...?
Penyelesaian :
a. Vmax = Veff x 2
= 0,1 kV x 2
= 0,14 kV
P 273 20
b. FC = x
1013 273 T
1012 273 20
= x
1013 273 28
1012 293
= x
1013 301
= 0,96
c. VBD = Vmax x FC
= 0,14 kV x 0,96
= 0,1344 kV
Penyelesaian :
a. Vmax = Veff x 2
= 0,2 kV x 2
= 0,283 kV
P 273 20
b. FC = x
1013 273 30
1012 273 20
= x
1013 273 28
1012 293
= x
1013 301
= 0,96
c. VBD = Vmax x FC
= 0,283 kV x 0,96
= 0,273 kV
Jarak Elektroda
Vmax FC VBD
No (mm)
(kV) (kV)
0,1344
1 5 0,14 0,96
0,9504
2 7 0,99 0,96
1,3536
3 9 1,41 0,96
1,497
4 11 1,56 0,96
Jarak
Elektroda Vmax FC VBD
No
(mm) (kV) (Bar) (kV)
1 5 0,989 8,39
2 10 0,989 16,78
3 15 0,989 22,4
4 20 0,989 33,57
5 25
6 30
7 35
5 40 0,989 39,16
I. GRAFIK
Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi Impuls Berbeban
80
70
60
50
40
Vimpuls
30
Veff
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Jarak Elektroda
30
25
20
%R
15
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Vn
J. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan sebagai berikut ;
1. Dari grafik 1 terlihat bahwa tegangan implus pada waktu tembus semakin
besar jika jarak elektroda semakin lebar .
2. Grafik 2 terlihat bahwa Vimplus berbanding lurus dengan VBD pada waktu
tembus baik elektroda jarum maupun bola.
3. pada waktu tanpa beban (tanpa elektroda) Vefektif nya berbanding lurus
dengan V % regulator semakin besar % regulator semakin besar juga
Vefektif nya