Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

Hal
DAFTAR ISI .................................................................................... i
BAB I ................................................................................................ 1
Islam dan Kesehatan
BAB II ............................................................................................. 4
Pokok-pokok Ajaran Islam Tentang Kesehatan Fisik
BAB III ............................................................................................. 11
Pokok-pokok Ajaran Islam Tentang Kesehatan Psikologi
BAB IV ............................................................................................. 20
Islam dan Kesehatan Gigi
BAB V .............................................................................................. 23
Islam dan Kesehatan Lingkungan
Penutup ............................................................................................. 28
Daftar Pustaka ....................................................................... ........... 29

i
ISLAM DAN KESEHATAN GIGI

Kesehatan merupakan suatu nikmat dari Allah SWT yang sangat berharga
yang tiada tara nilainya dan tiada seorangpun menginginkan dirinya dalam
keadaan sakit / menderita penyakit. Berbagai cara banyak dilakukan oleh manusia
untuk bisa menjaga kesehatannya mulai dari cara tradisional sampai dengan cara
yang paling modern pada saat sekarang ini. Banyak sudah penelitian-penelitian
dilakukan dan penemuan-penemuan baru diciptakan untuk menjaga kesehatan
tubuh dan upaya untuk penyembuhan bagi penderita suatu penyakit agar bisa
sembuh dengan segera.
Upaya sudah banyak dilakukan untuk bisa menjaga kesehatan tubuh
manusia, disatu sisi penemuan-penemuan banyak membantu dalam proses
menjaga kesehatan namun dilain pihak semakin banyak pula manusia mengalami
gangguan-gangguan, baik pada fisik maupun mental (kejiwaan) sehingga ia tidak
mampu lagi memfungsikan dirinya dengan wajar, yang menyebabkan daya tahan
tubuhnya menurun sehingga terkena banyak penyakit, ditambah lagi penyakit-
penyakit yang baru ditemukan di abad yang modern ini.
Pergeseran zaman dan kemajuan tekhnologi tidak dapat terelakkan lagi,
saat ini penyakit sudah dapat dilihat dan diobati dengan obat-obatan yang bagus
dengan menggunakan metode pengolahan canggih, perkembangan ilmu
pengetahuan dapat lebih menspesifikkan penyakit-penyakit tersebut. Ada penyakit
yang bersumber dari virus, bakteri atau baksil-baksil sehingga untuk
mengobatinya membutuhkan obat-obatan medis, tetapi ada juga penyakit yang
bersumber dari jiwa atau hati suatu individu, jadi secara fisik individu tersebut
tidak terkena virus, bakteri atau baksil-baksil, namun pada kenyataannya individu
tersebut sakit. Penyakit tersebutlah yang dinamakan dengan penyakit hati atau
penyakit mental, untuk mengatasi penyakit tersebut diperlukan menejemen hati
atau mental yang baik sehingga dapat membentuk kesehatan mental yang
berimbas pada kesehatan secara fisik individu tersebut.
Sudahkan penelitian-penelitian yang dilakakukan pada saat ini mencakup
kepada kesehatan jiwa atau hanya sebatas pada fisik saja?, Bagaimanakah konsep
Islam tentang kesehatan? Hal ini merupakan PR dan tugas besar bagi para

i
individu khususnya para pakar kesehatan, ilmuan, agamawan dan juga para
mahasiswa yang sedang mempelajari ilmu kesehatan khususnya jika ditinjau dari
studi psikologi islam agar dapat bagaimana menemukan konsep baru tentang
kesehatan yang mencakup sehat fisik dan sehat jiwa sehingga terbentuk manusia
yang berkwalitas, pintar, cerdas, sehat dan bertaqwa.

Dunia pengobatan semenjak dahulu selalu berjalan seiring dengan


kehidupan umat manusia. Karena, sebagai makhluk hidup, manusia amatlah akrab
dengan berbagai macam penyakit ringan maupun berat. Keinginan untuk berlepas
diri dari segala jenis penyakit itulah yang mendorong manusia untuk membuat
upaya menyingkap berbagai metode pengobatan, mulai dari mengkonsumsi
berbagai jenis tumbuhan secara tunggal maupun yang sudah terkomposisikan,
yang diyakini berkhasiat menyembuhkan jenis penyakit tertentu, atau sistem
pemijatan, pembekaman, hingga operasi pembedahan. Semuanya dilakukan
dengan try and error.
Islam memberikan tuntunan yang benar, agar manusia tidak salah jalan
dalam masalah kesehatan. Al-Qur’an dan Sunnah Nabi telah banyak memberikan
penjelasan dan gambaran dalam urusan kesehatan yang meliputi:
1. Kesehatan Fisik
2. Kesehatan Mental
3. Kesehatan Nutrisi
4. Kesehatan Masyarakat
5. Kesehatan Lingkungan

I. KESEHATAN FISIK
Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna dibanding
makhluk yang lain. Allah berfirman dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (At-Tiin : 4).
Kesungguhan Allah dalam menciptakan manusia dengan bentuk yang sedemikian
bagusnya, telah menjadi keharusan bagi makhluknya untuk selalu menjaga
kesehatan fisiknya. Allah melarang manusia membuat kerusakan terhadap apa-apa
yang telah diciptakan-NYA. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah

i
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al-Qasas : 77). Rasa syukur seseorang
dapat dituangkan dengan menjaga kesehatan tubuh setiap hari. Banyak hal yang
dapat dilakukan dalam menjaga kesehatan tubuh, sebagaimana yang telah
diperintahkan oleh oleh Allah dan Rosul-NYA, misalnya : mandi, menggosok
gigi, memotong kuku, merawat rambut dan janggut, berwudhu dan berkhitan.
Perhatian tentang kesehatan fisik jg dapat dijumpai pada firman Allah
yang memerintah kepada Nabi: “Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan
dosa tinggalkanlah.” (Q.S. Al Muddatstsir: 4-5) Menariknya, dalam ayat ini, Allah
memerintahkan kepada Nabi untuk membersihkan pakaian sekaligus bersamaan
dengan perintah menyampaikan ajaran agama dan membesarkan nama-nama
Allah. Dalam salah satu hadits, Nabi pernah bersabda: “Sesungguhnya, badanmu
mempunyai hak atas dirimu.” (HR. Al-Bukhari)
Pesan yang bersamaan seperti di atas, juga dijumpai pada ayat lain,
misalnya, dalam surat Al-A’raf: 31: “Dan makan dan minumlah, tetapi jangan
berlebihan, karena Allah tidak suka kepada orang-orang berlebihan.” (Q.S. Al-
A’raf: 31)
Dalam ayat ini, Allah melarang makan dan minum secara berlebihan.
Penekanan larangan secara berlebihan terhadap makanan dan minuman dalam
mengkonsumsi, bukan saja membuat orang menjadi rakus, yang dalam tingkat
tensi tertentu bisa membuat hubungan manusia di tengah masyarkat menjadi tidak
harmonis bahkan muncul konflik-konflik horizontal, tetapi juga berdampak pada
perut sebagai terminal pengolahan makanan yang mempunyai kapasitas yang
terbatas, bahkan tidak jarang mendorong munculnya suatu penyakit. Karena itu,
Nabi Muhammad SAW jauh-jauh hari telah mewanti-wanti kepada umat Islam
untuk memperhatikan betul tentang kapasitas perut manusia dalam menerima
makanan. Dalam hal ini, Nabi memberikan petunjuk seperti disebutkan dalam
sabdanya sebagai berikut: “Jika tidak ada sesuatu yang dipenuhkan oleh putra-
putri Adam lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi putra-putr Adam beberapa
suap yang dapat menegakkan tubuhnya. Kalaupun harus dipenuhkan, maka
sepertiga untuk makannya, sepertiga lainnya untuk minumnya, dan sepertiga lagi
(sisanya) untuk penafasan. (H.R. Tirmidzi).

i
II. KESEHATAN MENTAL
Kesehatan mental dan jiwa tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan fisik.
Sebab, ketika seseorang mengalami sakit secara fisik, terkadang merusak mental
dan jiwanya, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, kesehatan mental dan jiwa
harus terus ditingkatkan dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah
SWT. Berfirman : “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram” (QS. Ar-Ra’d : 28).
Manusia dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya
baik materiil maupun sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri
atau adjustment. Tetapi apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa
menyesuaikan diri dikatakan kesehatan mentalnya terganggu atau diragukan.
Contoh penyesuaian diri yang wajar tersebut adalah seseorang yang
menghindarkan dirinya dari situasi yang membahayakan dirinya. Sedangkan
penyesuaian diri yang tidak wajar misalnya seseorang yang takut terhadap
binatang yang biasa seperti kucing, kelinci dan sebangsanya. Dari dua contoh
tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa orang yang bisa melakukan
penyesuaian diri secara wajar dikatakan sehat mentalnya dan orang yang tidak
bisa melakukan penyesuaian diri secara wajar, menunjukkan penyimpangan dari
kesehatan mentalnya.
Kesehatan mental dan pengembangan kepribadian merupakan satu mata
rantai yang berkesinambungan dalam mencapai tujuan pendidikan sebagai salah
satu faktor mewujudkan tujuan hidup itu sendiri sebagaimana dikatakan Robert J.
Ladge: “Education is life and life is education” dalam arti “pendidikan adalah
persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusia
adalah proses pendidikan”, maka pendidikan Islam pada dasarnya hendak
mengembangkan pandangan hidup islami, yang diharapkan tercermin dalam sikap
hidup dan ketrampilan hidup orang Islam.(Muhaimin, 2002:39).
Apabila hamba Allah telah berhasil melakukan pendidikan dan pelatihan
penyehatan, pengembangan dan pemberdayaan jiwa (mental),maka ia akan dapat
mencapai tingkat kejiwaan atau mental yang sempurna, yaitu akan tersingkap:

i
Kesempurnaan Jiwa, yaitu integritasnya jiwa muthmainnah (yang
tentram), jiwa radhiyah (jiwa yang meridhai), dan jiwa yang mardhiyah (yang
diridhai) sehingga memiliki stabilitas emosional yang tinggi dan tidak mudah
mengalami stress, depresi dan frustasi. Kedua, Kecerdasan Uluhiyah, yaitu
kemampuan fitrah seseorang hamba yang shalih untuk melakukan interaksi
vertikal dengan Tuhannya. Kecerdasan Rububiyah, yaitu kemampuan fithrah
seorang hamba yang shalih. Kecerdasan Ubudiyah, yitu kemampuan fitrah
seseorang yang shalih dalam mengaplikasikan ibadah dengan tulus tanpa merasa
terpaksa dan dipaksa, akan tetapi menjadikan ibadah sebagai kebutuhan yang
sangat primer dam merupakan makanan bagi ruhani dan jiwanya. Kecerdasan
Khuluqiyah, ialah kemampuan fitrah seseorang yang shalih dalam berperilaku,
bersikap dan berpenampilan terpuji.
Dengan demikian, atas tersingkapnya karakter lima kecerdasan
sebagaimana disebutkan di atas, merupakan pengejawan tahan dari wujud
kesehatan mental sebagai solusi pengembangan qalbiah itu sendiri. Adapun
bentuknya terefleksikan dari struktur kepribadian. Jika struktur dalam kendali
kalbu, maka komponen nafsani manusia memiliki potensi positif, yang apabila
dikembangkan secara maksimal akan mendatangkan kecerdasan yang
teraktualisasikan sebagai kecerdasan qalbiyah yang meliputi: kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan moral, kecerdasan spiritual, dan
kecerdasan beragama. Dari sini insyaallah potensi manusia dalam aktualisasinya
sebagai khalifah fil ardy akan mewujudkan sosok insan kamil yang membawa
misi rahmatan lil ‘alamin.

i
Pemahaman Pendidikan Agama Islam bagi Kesehatan Mental Anak.
Perkembangan pendidikan bagi anak, pada masa anak terjadi melalui pengalaman
hidupnya sejak kecil dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat.
Lingkungan banyak membentuk pengalaman yang bersifat religius, (sesuai
dengan ajaran agama) karena semakin banyak unsur agama maka sikap, tindakan
dan kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajarana agama.
Setiap orang tua dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang
yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan
yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal
maupun yang non formal. Setiap pengalaman yang dilalui anak baik melalui
penglihatan, pendengaran, maupun prilaku yang diterimanya akan ikut
menentukan pembinaan pribadinya.
Masa pendidikan di SD merupakan kesempatan pertama yang sangat baik,
untuk membina pribadi anak setelah orang tua, sekolah dasar merupakan dasar
pembinaan pribadi dan mental anak. Apabila pembinaan pribadi dan mental anak
terlaksana dengan baik, maka si anak anak memasuki masa remaja dengan mudah
dan pembinaan pribadi dimasa remaja itu tidak akan mengalami kesulitan.
Pendidikan anak di sekolah dasarpun, merupakan dasar pula bagi
pembinaan sikap dan jiwa agama pada anak. Apabila guru agama di SD mampu
membina sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam membentuk pribadi dan
akhlak anak, maka untuk mengembangkan sikap itu pada masa remaja muda dan
sianak telah mempunyai pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai
goncangan yang biasa terjadi pada masa remaja.
Anak-anak akan bersifat sama sopan dan hormatnya kepada orang lain
seperti kita kepada mereka, jika dibesarkan dilingkungan rumah dimana mereka
diperlakukan dengan penuh kewibawaan, kebaikan hati dan rasa hormat, akan
besar pengaruhnya terhadap cara mereka memperlakukan orang lain. Mereka akan
sampai kepada keyakinan bahwa begitulah cara mereka harus memperlakukan
orang lain. Mereka juga cenderung memperlakukan kita dengan cara melihat kita
memperlakukan orang lain diluar keluarga.
Pendidikan agama islam memberikan hari dan mensucikan jiwa serta
mendidik hati nurani dan mental anak-anak dengan kelakuan yang baik-baik dan

i
mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan yang mulia. Karena pendidikan
agama islam memelihara anak-anak supaya melalui jalan yang lurus dan tidak
menuruti hawa nafsu yang menyebabkan nantinya jatuh ke lembah kehinaan dan
kerusakan serta merusak kesehatan mental anak.

Pendidikan agama islam mempunyai kedudukan tinggi dan paling utama,


karena pendidikan agama islam menjamin untuk memperbaiki akhlak dan
kesehatan mental anak serta mengankat mereka ke derajat yang lebih tinggi serta
berbahagia di dunia dan tenang kehidupannya.
Adapun cara untuk menjaga kesehatan mental anak melalui pendidikan
agama islam antara lain :
Menanamkan Rasa Keagamaan terhadap Anak. Dengan memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang agama, agar anak dapat mengenal lebih
dekat kepada sang pemberi petunjuk yaitu Allah Swt. Agar apabila suatu saat
seorang anak mengalami atau mendapatkan masalah dalam hidupnya tidak timbul
frustasi pada anak tersebut yang dapat menimbulkan gangguan jiwa dan kesehatan
mental paa tersebut dengan pengenalan agama lebih dekat.
Membimbing dan Mengarahkan Perkembangan Jiwa Anak Melalui
Pendidikan Agama Islam. Membimbing dan mengarahkan perkembangan jiwa
anak dapat diusahakan melalui pembentukan pribadi dengan pengalaman
keagamaan terhadap diri anak baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah maupun masyarakat, lingkungan yang banyak membentuk pengajaran
yang bersifat agama (sesuai dengan ajaran agama islam). Akan membentuk
pribadi, tindakan dan kelakuan serta caranya menghadapi hidup akan sesuai
dengan ajaran agama yang kesemuanya itu mengacu pada perkembangan jiwa dan
pembentukan mental yang sehat dalam diri si anak.
Menanamkan Etika Yang Baik Terhadap Diri Anak Berdasarkan Norma-
Norma Keagamaan. Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh
pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan
yang pertama (masa anak) dari umur 0 – 12 tahun.
Masa kanak-kanak merupakan masa yang menentukan pertumbuhan dan
perkembangan psikologi dan agama si anak. Oleh karena itu pada masa ini orang

i
tua harus ekstra ketat dalam mendidik anaknya misalnya kita membiasakan anak
untuk menggunakan tangan kanan dalam mengambil, memberi, makan dan
minum, menulis, menerima tamu dan mengajarkannya untuk selalu memulai
pekerjaan dengan membaca Basmalah serta harus diakhiridengan membaca
Hamdalah.

i
Penutup
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan
mencintai orang-orang yang bersih”. Berangkat dari petikan satu ayat tersebut di
atas, dapat ditegaskan bahwa Islam mempunyai kesungguhan dalam masalah
kesehatan. Kesungguhan ini tercermin dari kecintaan Allah kepada orang yang
bertobat (al-tawwabin) dan orang yang bersih (mutathahhirin). Dari taubat
menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriyah menghasilkan
kesehatan fisik. Dengan demikian, setidaknya, ada dua kesehatan yang ditekankan
ajaran Islam, yaitu kesehatan mental dan kesehatan fisik. Kesehatan mental
tercermin dalam kata al-tawwabin dan kesehatan fisik tercermin dalam kata al-
mutathahhirin.
Dua kesehatan ini akan banyak ditemukan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan
Al-Hadits. Bahkan dalam beberapa ayat, ditemukan kesehatan fisik berpengaruh
terhadap kesehatan mental. Ini membuktikan bahwa Islam mempunyai perhatian
yang serius terhadap kesehatan. Kesehatan mental mempunyai posisi penting
dalam pergaulan manusia. Dari kesehatan mental yang dimiliki setiap individu
pada setiap manusia maka akan muncul masyarakat yang sehat. Dengan cara
demikian, kenyamanan kehidupan akan bisa dinikmati secara bersama.

Anda mungkin juga menyukai