NURFITRI
PPG DALJAB (20237640189001)
MAKALAH
PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN
A. PENDAHULUAN
Pada bagian otak ada yang dinamakan dengan lobus fontalis terletak yang disebut
dengan memori, yang memiliki kemampuan untuk menyimpan informasi yang tak terbatas
jumlahnya. Namun tidak semua manusia memanfaatkan kapasitas tersebut secara optimal
sehingga banyak ruang-ruang dalam memori yang tidak terisi secara baik.
Otak manusia merupakan kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang
terdapat di alam semesta. Otak dapat berfungsi aktif dan reaktif selama lebih kurang serratus
tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga agar terhindar dari
kerusakan. Di dalam otak tersimpan berbagai macam informasi. Bermacam-macam jenis
ingatan juga ada dalam otak manusia. Selama otak dalam keadaan sehat manusia akan selalu
melakukan proses mengingat. Seperti yang kita ketahui bahwa memori sangat penting dalam
kehidupan manusia. Dengan adanya memori, kita menggunakan konsep waktu dengan
menghubungkan masa sekarang dengan pengalaman di masa lalu untuk harapan di masa
depan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kita mengenal memori yang menjadikan kita
menjadi makhluk sejarah dengan memori yang tidak terbatas dan terus hidup sepanjang
zaman.
Proses mengingat adalah proses biologi yang secara alami pasti terjadi pada manusia.
Selain sebagai proses biologi, mengingat juga merupakan proses mental. Proses ini bukan
merupakan kemampuan bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anak, artinya belum
tentu orang tua yang mempunyai kemampuan mengingat rendah anaknya akan mempunyai
kemampuan mengingat yang rendah pula.
Abad 21 merupakan era dimana perkembangan informasi yang sangat cepat dengan
adanya berbagai media digital yang telah tersedia. Pembelajaran abad 21 pun tidak seperti era
sebelumnya yang hanya berpusat pada guru dan buku sebagai sumber belajar. Informasi pada
abad 21 telah tersedia dimanapun dan kapanpun melalui jaringan internet dan teknologi digital.
Seseorang dapat mengingat suatu informasi yang telah dipelajari pada waktu yang lalu.
Semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang berarti semakin sering terjadi kaitan
antara informasi satu dengan informasi yang lain. Setiap informasi yang dipelajari telah
meninggalkan semacam jejak dalam otak manusia dan jejak itulah yang akan dikeluarkan oleh
otak berupa informasi terdahulu yang telah tersimpan. Hal tersebut terjadi pada saat seseorang
mengingat informasi.
Betapapun kuatnya ingatan seseorang pada suatu waktu kemudian ingatan itu akan
mengalami suatu proses kelupaan. Ingatan pada suatu ketika tidak dapat lagi menghadirkan
suatu keterangan yang diperlukan karena lupa. Kelupaan terjadi karena tiada penggunaan. Hal
ini dijelaskan dalam teori memudar pasif (passive decay theory) bahwa ingatan membuat jejak
fisik dalam otak seseorang yang lama-lama terhapus dengan berlalunya waktu. Kelupaan dapat
dikurangi dengan meningkatkan kemampuan mengingat, sehingga informasi yang diterima
maupun yang telah tersimpan dalam ingatan dapat bertahan lebih lama
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. PEMBAHASAN
Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif.
Ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur
cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Teori pengolahan informasi memiliki suatu perbedaan
dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar. Teori pengolahan
informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama melainkan juga
melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori
seorang individu. Penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian
proses belajar. Belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.
Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, maka
dikembangkanlah model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan menggambarkan
cara individu memanipulasi simbol dan memproses informasi. Model belajar pemrosesan
informasi Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992)disajikan melalui skema yang dikutip
berikut ini.
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information
processing, karena dalam proses belajar ini tersedia 3 (tiga) taraf struktural sistem informasi,
yaitu:
a) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi
hanya disimpan untuk periode waktu terbatas.
b) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan
di sini berlangsung berpikir yang sadar.
c) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga
mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik.
Diasumsikan, ketika individu belajar, di dalam dirinya berlangsung proses kendali atau
pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat, untuk menyimpan
informasi ke dalam long-term memory (materi memory atau ingatan) dan strategi umum
pemecahan masalah (materi kreativitas).
Memori adalah sebuah wadah yang berisi data-data yang belum tentu saling berkaitan.
Naisser (1967) mengatakan bahwa memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang
rumit untuk mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan. Memori juga dapat dikatankan
sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap, mengolah dan menggunakannya di lain
waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang rumit dengan banyak
tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat interaksi-interaksi antara
data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga (3)
struktur memori yaitu:
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai
informasi ke sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau
rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan
tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang
lagi tanpa disadari dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat
yang didapat melalui panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan
inderawi’. Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa, seperti yang
telah sering dalam proses pembelajaran pesan atau keterangan yang disampaikan seorang
guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut
terkategori sebagai pencatatan pengideraan.
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari
informasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat
perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka pendek. Dengan kata
lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa adanya
perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. Penyimpanan jangka pendek ini dapat
bertahan relatif lebih lama lagi yaitu sekitar 20 detik.
(a) Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang
tidak dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih
mudah daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah
dikenal para siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945
yang dapat ditulis menjadi 17–08–1945.
(b) Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa
daripada hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16,
9, 36, dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah terorganisir
dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
(c) Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu yang
tidak menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan memungkinkan
para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya akan mampu mereka
ingat dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses
pembelajaran yang tidak menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa dan
tentunya juga bagi para guru.
Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil
sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini
menunjukan bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama yang
mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan di capai dari peserta didik, dalam hal ini
menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah dijelaskan
pada pembahasan di atas, bahwakomponen belajar adalah perhatian yang ditujukan pada
stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). Atas
dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran yaitu (a)
membimbing untuk menerima stimulus, (b) memperlancar pengkodean, (c) memperlancar
penyimpanan dan retrieval. Ketiganya merupakan kesatuan yang harus dilakukan secara
berurutan dan akan selalu mempengaruhi hasil yang akan oleh peserta didik.
Membimbing peserta didik untuk penerimaan stimulus dapat dilakukan pendidik dengan
(1) memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang di pilih. Dalam hal ini pendidik
akan memberikan perhatian khusus terhadap siswa mengenai stimulus-stimulus yang akan
dipilih. Jadi dengan demikian siswa/peserta didik akan lebih terkosentrasi pada stimulus yang
telah ditentukan. (2) Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Dalam
pengenalan awal stimulus melalui pengkodean yaitu bagaimana individu mengubah stimulus
yang ada sehingga dapat di simpan dan pada waktu yang lain dapat dimunculkan kembali
dengan mudah. Dalam pengkodean ini akan terjadi proses pengulangan dan menghubungkan
dengan informasi lama yang sudah tertanam dalam memori manusia.
Memperlancar penyimpanan dan retrieval sangat penting karena hal ini dapat
meningkatkan kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat
ditujukan berupa irama, bunyi, sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang
semuanya memberikan pengisyaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam proses
belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan peserta didik keduanya juga memberikan
sumbangan yang besar dalam proses mengingat kembali terhadap informasi yang sudah
tersimpan dalam memori menusia. Proses pemunculan kembali apa yang telah tersimpan atau
dsimpan dalam memori manusia dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Maksud dari
hal itu juga dapat dikatakan bahwa retrival dikatakan sebagai suatu proses pemunculan
informasi yang tersimpan dalamlong term memory (ingatan jangka panjang) melalui suatu
penelusuran dan penyeleksian terhadap informasi yang akan dimunculkan.
Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua tahapan dalam
melaksanakan penelusuran, yaitu:
(a) Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan
dari dalam ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu peenyeleksian
terhadap informasi-informasi yang ada pada memorinya dan memilih sesuai apa yang akan di
munculkan.
(b) Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang mencakup
tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkait di dalamnya,
sampai informai yang diinginkan didapatkan atau di munculkan kembali.asumsi yang di pakai
dalam hal ini adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan dan
proses penelusurannya bergerak secara herarkis, dari informasi yang paling umum dan
eksklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai pada informasi yang ingin diinginkan atau
di munculkan kembali dapat didapatkan oleh individu.
E. KESIMPULAN
2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori),
Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan Jangka Panjang (Long
Term Memory)
3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian ke
stimulus, Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.
F. DAFTAR PUSTAKA
Anderson, B.F. 1980. The Complete Thinker: A Handbook of Theniques For Creative and Critical
Problem Solving. New Jersey: Englewood Cliffs
Enung Fatimah. 2006. Psikologi Perkembangan (Peserta Didik). Bandung : CV Pustaka Setia
Karwono dan Heni Mularsih. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber
Belajar. Ciputat: Penerbit Cerdas Jaya.