Pengertian PKPU
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) diatur dalam pasal 222 sampai dengan pasal
294 UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Adapun PKPU ini sangat berkaitan erat dengan ketidakmampuan membayar (insolvensi) debitur terhadap
hutang-hutangnya kepada pihak kreditor.
Munir Fuady dalam bukunya yang berjudul “Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek” menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan tundaan pembayaran hutang (suspension of payment atau Surseance van
Betaling) adalah suatu masa yang diberikan oleh undang-undang melalui putusan hakim Pengadilan Niaga
dimana dalam masa tersebut kepada pihak kreditur dan debitur diberikan kesempatan untuk
memusyawarahkan cara-cara pembayaran hutangnya dengan memberikan rencana pembayaran seluruh
atau sebagian dari hutangnya, termasuk apabila perlu untuk merestrukturisasi hutangnya tersebut. Jadi
penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) ini pada dasarnya merupakan sejenis legal moratorium
(rencana perdamaian).
“(2) Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat
melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon
penundaan kewajiban pembayaran utang dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang
meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor.
(3) Kreditor yang memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang sudah
jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon agar kepada debitor diberi penundaan kewajiban
pembayaran utang, untuk memungkinkan debitor mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditornya."
Dimana dari pasal tersebut dapat diartikan bahwa secara umum, maksud dari PKPU adalah untuk
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada
kreditur konkuren, sedangkan tujuannya adalah untuk kreditur konkuren, sedangkan tujuannya adalah
untuk memungkinkan seseorang debitor meneruskan usahanya meskipun ada kesukaran pembayaran dan
untuk menghindari kepailitan.
C. Jenis-jenis PKPU
Berdasarkan sifatnya, PKPU dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. PKPU Sementara
Merupakan PKPU yang penetapannya dilakukan sebelum sidang dimulai, dan harus dikabulkan oleh
pengadilan setelah pendaftaran dilakukan.
2. PKPU Tetap
Merupakan PKPU yang ditetapkan setelah sidang berdasarkan persetujuan dari para kreditor.
2. Kreditor
Berdasarkan pada ketentuan pasal 1 angka (2) UU No. 37 Tahun 2004, yang dimaksud dengan kreditor
adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-undang yang dapat ditagih
di muka pengadilan.Kreditor dalam PKPU adalah :
a. Kreditor separatis
Diatur dalam pasal 56 UU No. 37 Tahun 2004. Yang dimaksud dengan kreditor separatis adalah kreditur
yang memiliki jaminan hutang kebendaan (hak jaminan), seperti pemegang hak tanggungan, hipotik, gadai,
fidusia, dll.
b. Kreditor preferen
Berdasarkan pada pasal 1139 dan pasal 1149 KUHPer, yang dimaksud dengan kreditor preferen adalah
kreditor yang memiliki hak istimewa atau hak prioritas sesuai dengan yang diatur oleh Undang-undang
yang bersangkutan.
c. Kreditor konkuren
Berdasarkan pada Pasal 1131 jo. Pasal 1132 KUH Perdata. Kreditor golongan ini adalah semua Kreditor
yang tidak masuk Kreditur separatis dan tidak termasuk Kreditur preferen.
Berdasarkan pada pasal 222 ayat (3) UU No. 37 Tahun 2004, kreditor yang memperkirakan bahwa debitor
tidak dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dapat
memohon agar kepada debitor diberi penundaan kewajiban pembayaran utang, untuk memungkinkan
debitor mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang
kepada kreditornya.
3. Bank Indonesia
Apabila debitor adalah sebuah bank, maka bank Indonesia yang berwenang mengajukan PKPU. (Pasal
223 UU No. 37 Tahun 2004)
5. Menteri Keuangan
Apabila yang menjadi debitor adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, dan
BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik. (Pasal 223 UU No. 37 Tahun 2004)
6. Hakim pengawas
Selain mengangkat pengurus, setelah putusan PKPU sementara dikabulkan oleh pengadilan maka pada
saat itu juga diangkat Hakim Pengawas. Tugas Hakim Pengawas ini pada dasarnya juga sama dengan
tugas Hakim Pengawas dalam kepailitan, yaitu mengawasi jalannya proses PKPU. Apabila diminta oleh
pengurus, Hakim pengawas dapat mendengar saksi atau memerintahkan pemerinsaan oleh ahli untuk
menjelaskan keadaan yang menyangkut PKPU, dan saksi tersebut dipanggil sesuai dengan ketentuan
dalam Hukum Acara Perdata. Hakim Pengawas setiap waktu dapat memasukkan ketentuan yang dianggap
perlu untuk kepentingan Kreditor berlangsungnya penundaan kewajiban pembayaran utang tetap,
berdasarkan:
a. prakarsa Hakim Pengawas
b. permintaan pengurus; atau
c. permintaan satu atau lebih Kreditor.
7. Pengurus
Adapun dengan mengacu pada ketentuan yang terkandung dalam pasal 234 ayat (3) UU No. 37 Tahun
2004, yang dapat menjadi pengurus adalah :
Perorangan yang berdomisili di Indonesia yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka
mengurus harta debitur. Telah terdaftar pada departemen yang bersangkutan Pengurus harus independen
dan tidak memiliki benturan kepentingan dengan debitor atau kurator. (Pasal 234 ayat (1) UU No. 37
Tahun 2004)
8. Panitia kreditor
Menurut Pasal 231, Pengadilan harus mengangkat panitia kreditor apabila :
a. Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang meliputi utang yang bersifat rumit atau banyak
kreditor; atau
b. Pengangkatan tersebut dikehendaki oleh kreditor yang mewakili paling sedikit ½ (satu per dua) bagian dari
seluruh tagihan yang diakui.
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, pengurus harus meminta dan
mempertimbangkan saran dari panitia kreditor ini.
9. Ahli
Setelah PKPU dikabulkan Hakim Pengawas dapat mengangkat satu atau lebih ahli untuk melakukan
pemeriksaan dan menyusun laporan tentang keadaan harta Debitor dalam jangka waktu tertentu berikut
perpanjangannya yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas. Laporan ahli harus memuat pendapat yang
disertai dengan alasan lengkap tentang keadaan harta Debitor dan dokumen yang telah diserahkan oleh
Debitor serta tingkat kesanggupan atau kemampuan Debitor untuk memenuhi kewajibannya kepada
Kreditor, dan laporan tersebut harus sedapat mungkin menunjukkan tindakan yang harus diambil untuk
dapat memenuhi tuntutan Kreditor. Laporan ahli harus disediakan oleh ahli tersebut di Kepaniteraan
Pengadilan agar dapat dilihat oleh setiap orang dengan cuma-cuma dan penyediaan laporan tersebut tanpa
dipungut biaya.
E. Prosedur PKPU
1. Permohonan
Permohonan PKPU harus diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga di daerah tempat kedudukan hukum
debitur dengan ketentuan :
a. Apabila debitur telah meninggalkan wilayah Negara Indonesia, pengadilan yang berwenang untuk
menjatuhkan permohonan putusan atas PKPU adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan hukum terakhir debitur.
b. Apabila debitur adalah persero suatu firma, pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
hukum firma tersebut juga berwenang untuk memutuskan.
c. Apabila debitur tidak berkedudukan di wilayah Negara Indonesia akan tetapi menjalankan profesi atau
usahanya di wilayah Indonesia, maka pengadilan yang berwenang memutuskannya adalah Pengadilan
Niaga yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan atau kantor pusat debitur.
d. Apabila debitur merupakan badan hukum, tempat kedudukannya hukumnya adalah sebagaimana
dimaksud dalam anggaran dasarnya.Perlu diketahui juga bahwa permohonan ini juga harus dilampiri
dengan rencana perdamaian.
Dalam hal pemohon adalah Debitor, permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang harus disertai
daftar yang memuat :
- Sifat
- Jumlah piutang
- Jumlah hutang debitor beserta surat bukti secukupnya,
- Dan apabila yang mengajukan permohonan adalah kreditor, Pengadilan wajib memanggil Debitor melalui
juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum sidang.
2. Surat permohonan
Surat permohonan berikut lampirannya (bila ada) harus disediakan di Kepaniteraan Pengadilan agar dapat
dilihat oleh setiap orang secara cuma-cuma.
Sistematika dari surat permohonan PKPU itu sendiri paling tidak memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Tempat dan tanggal permohonan
b. Alamat pengadilan Niaga yang berwenang
c. Identitas Pemohon dan advokatnya
d. Uraian tentang alasan permohonan PKPU
e. Permohonan Berisikan antara lain :
- Mengabulkan permohonan pemohon
- Menunjuk Hakim Pengawas dan Pengurus
f. Tanda tangan debitor dan advokatnya
Sementara kelengkapan berkas yang harus disiapkan sebagai syarat permohonan PKPU pada Pengadilan
Niaga, meliputi :
a. Surat permohonan bermeterai yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Niaga
b. Identitas diri debitur
c. Permohonan harus ditandatangani oleh Debitur dan Penasehat Hukumnya
d. Surat kuasa khusus yang asli (penunjukkan kuasa pada orangnya bukan kepada Law Firmnya)
e. Ijin Penasehat Hukum/Kartu Penasehat Hukum
f. Nama dan tempat tinggal/kedudukan para kreditur konkuren disertai jumlah tagihannya masing-masing
pada debitur
g. Neraca pembukuan terakhir
h. Rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada Kreditur
Konkuren (Jika ada).
3. Pemeriksaan
Apabila permohonan PKPU dan kepailitan diperiksa pada saat yang bersamaan, maka permohonan PKPU
haruslah diputus terlebih dahulu.
b. Dalam hal permohonan diajukan oleh kreditor, pengadilan dalam waktu paling lambat 20 hari sejak
tanggal didaftarkannya surat permohonan, harus mengabulkan permohonan PKPU utang sementara
dan harus menunjuk hakim pengawas dari hakim pengadilan serta mengangkat 1 atau lebih pengurus yang
bersama dengan debitor mengurus harta debitor.
c. Segera setelah putusan PKPU sementara diucapkan, pengadilan melalui pengurus wajib memanggil
debitor dan kreditor yang dikenal dengan surat tercatat atau melalui kurir, untuk menghadap dalam sidang
yang diselenggarakan paling lama pada hari ke-45 terhitung sejak putusan PKPU sementara diucapkan.
Dalam hal Debitor tidak hadir dalam sidang penundaan kewajiban pembayaran utang sementara berakhir
dan Pengadilan wajib menyatakan Debitor Pailit dalam sidang yang sama.
d. Pengurus wajib segera mengumumkan putusan PKPU sementara dalam Berita Negara Republik Indonesia
dan paling sedikit dalam 2 surat kabar harian yang ditunjuk oleh hakim pengawas dan pengumuman
tersebut juga harus memuat undangan untuk hadir pada persidangan yang merupakan rapat
permusyawaratan hakim berikut tanggal, tempat, dan waktu sidang tersebut, nama hakim pengawas dan
nama serta alamat pengurus. Apabila pada waktu PKPU sementara diucapkan sudah diajukan rencana
perdamaian oleh debitor, hal ini harus disebutkan dalam pengumuman tersebut, dan pengumuman
tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu paling lama 21 hari sebelum tanggal sidang yang
direncanakan. PKPU sementara berlaku sejak tanggal putusan PKPU tersebut diucapkan dan berlangsung
sampai dengan tanggal sidang.
e. Pada hari sidang Pengadilan harus mendengar Debitor, Hakim Pengawas, pengurus dan Kreditor yang
hadir, wakilnya, atau kuasanya yang ditunjuk berdasarkan surat kuasa. Dalam sidang itu setiap Kreditor
berhak untuk hadir walaupun yang bersangkutan tidak menerima panggilan untuk itu.
f. Apabila rencana perdamaian dilampirkan pada PKPU sementara atau telah disampaikan oleh debitor
sebelum sidang dilangsungkan, maka pemungutan suara tentang rencana perdamaian dilakukan,
sepanjang belum ada putuan pengadilan yang menyatakan bahwa PKPU tersebut berakhir. jika kreditor
belum dapat memberikan suara mereka mengenai rencana perdamaian, atas permintaan debitor, kreditor
harus menentukan pemberian atau penolakan PKPU tetap dengan maksud untuk memungkinkan Debitor,
pengurus, dan Kreditor untuk mempertimbangkan dan menyetujui rencana perdamaian pada rapat atau
sidang yang diadakan selanjutnya.
2. Jika Debitur Telah Minta Dirinya Pailit, Dia Tidak Dapat Lagi Minta Penundaan Pembayaran Hutang
Apabila dalam persidangan debitur sudah langsung meminta dirinya untuk dipailitkan, maka ia tidak bisa
lagi meminta PKPU untuk dilaksanakan.
4. Debitur Tidak Dapat Dipaksa Membayar Hutang dan Pelaksanaan Eksekusi Ditangguhkan
Sesuai dengan ketentuan Pasal 242 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004 bahwa selama berlangsungnya
PKPU, maka debitur tidak dapat dipaksa untuk membayar hutang-hutangnya serta semua tindakan
eksekusi yang telah dimulai guna mendapatkan pelunasan hutang tersebut juga harus ditangguhkan.
8. Penundaan Pembayaran Hutang Tidak Berlaku terhadap Beberapa Jenis Biaya Penting
Dalam Pasal 244 dikatakan bahwa PKPU tidak berlaku terhadap beberapa jenis biaya tertentu (misal :
tagihan yang dijamin dengan gadai)
17. Pembayaran tersebut sejauh membawa keuntungan terhadap harta kekayaan tersebut
Apabila hutang itu telah dibayarkan setelah adanya putusan PKPU sementara, tetapi setelah adanya
pengumuman sesuai dengan peraturan yang berlaku, si pembayar juga tidak dibebaskan dari
kewajibannya terhadap harta kekayaan, kecuali :
a. Pembayar tidak mengetahui pengumuman PKPU sementara tersebut
b. Pembayaran tersebut sejauh membawa keuntungan bagi harta kekayaan.
Penundaan Pembayaran Hutang Tidak Berlaku untuk Peserta Debitur dan Kreditur Berdasarkan
pada Pasal 254 UU No. 37 Tahun 2004, sejauh yang menyangkut dengan para peserta debitur dan
garantor (penjamin), maka putusan PKPU dinyatakan tidak berlaku. Artinya garantor tetap berkewajiban
penuh sebagai garantor, demikian juga dengan pihak peserta debitur untuk berkewajiban penuh sesuai
kontrak dan / atau peraturan perundang-undangan yang berlaku
uady, Munir. Dr., S.H., M.H., LL.M., Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek,
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2005.
ono, S.H., Hukum Kepailitan, Jakarta : Sinar Grafika, 2008
ahdeini, Sutan Remy. Prof.,Dr.,SH, Hukum Kepailitan Memahami Undang-
Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti, 2009.
ndang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.