Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa masa yang di mulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6

minggu (Ari, 2009; h.2-5).

Perdarahan Post Partum (PPP) adalah perdarahan yang masih

berasal dari tempat implementasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan

jaringan sekitarnya. Perdarahan pasca persalinan (PPP) merupakan salah

satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil ektopik dan

abortus. Perdarahan pasca persalinan (PPP) bila tidak mendapat

penanganan yang semestinya akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas

ibu (Prawiharodjo, 2009; h. 522). Perdarahan postpartum atau Hemoragic

Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam

pertama setelah lahirnya bayi (Yeyeh, 2010; h. 284).

Perdarahan sisa plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan

Post Partum (PPP) berupa tertahannya sisa plasenta berupa fragmen

plasenta atau selaput ketuban atau bekuan darah dalam cavum uterus

(Rahmawati, 2008; h. 128-129).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Dan menjadi salah satu target yang telah

ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu

1
2

meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun

2015 adalah mengurangi sampai 3/4 resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil

survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke

waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan

pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras

yang terus menerus (Dinas Kesehatan Indonesia, 2012; h. 262).

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat

penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat

Pilar Safe Motherhood”. Dengan ini, program Keluarga Berencana sebagai

pilar pertama telah dianggap berhasil. Namun, untuk mendukung upaya

mempercepat penurunan AKI, diperlukan penanganan sasaran agar

kejadian “4 terlalu” dan kehamilan yang tidak diinginkan dapat ditekan

serendah mungkin. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua

cukup baik, yaitu 87% pada 1997, namun mutunya masih perlu ditingkatkan

terus. Persalinan yang aman sebagai pilar yang ketiga yang dikatagorikan

sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pada 1997 baru

mencapai 60%. Untuk mencapai AKI sekitar 200 per 100.000 kelahiran hidup

diperlukan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar angka 80%.

Cakupan pelayanan obstetri esensial sebagai pilar keempat masih sangat

rendah, dan mutunya belum optimal (Prawiharodjo, 2010; h. 7).

Bidan memegang peranan penting dalam upaya pemerintah untuk

meningkatkan kesehatan dan pengertian masyarakat dengan

keberadaannya di tengah masyarakat melalui konsep promotif, preventive,

kuratif, dan rehabilitatif. Bidan sebagai pelaksana “aspek sosial obstetri dan
3

ginekologi” sehingga diagnosis dini dapat ditegakkan untuk menurunkan AKI

(Manuaba, 2010; h. 97).

Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak lahir dalam 30 menit

setelah bayi lahir sedangkan sisa plasenta adalah perdarahan sisa plasenta

adalah perdarahan yang melebihi 500 cc setelah bayi lahir karena

tertinggalnya sebagian sisa plasenta termasuk selaput ketuban (Prawihardjo,

2010; h. 181)

Prevalensi kejadian perdarahan post partum baik di negara maju seperti

Amerika Utara maupun di negara berkembang seperti Indonesia adalah

berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh

penyebabnya antara lain karena atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23–

24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi jalan lahir (4–5%), kelainan darah

(0,5–0,8%). Di Indonesia perdarahan postpartum menduduki tingkat teratas

sebagai penyebab kematian ibu, yaitu sebesar 40%-60% (Yeyeh, 2010:284).

Kejadian kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas, yaitu sebesar

60% dengan penyebabnya adalah perdarahan post partum

(Saifudin, 2006; h. 235)

Menurut SDKI (Sumber Demografi Kesehatan Indonesia) 2012, rata-rata

Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran.

Rata-rata kematian ini jauh melonjak naik dibanding hasil SDKI 2007 yang

mencapai 228 per 100 ribu kelahiran. Penyebab kematian ibu di Indonesia

meliputi penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan (28%), preeklamsi/

eklamsi (24%), infeksi (11%), sedangkan penyebab tidak langsung adalah

trauma obstetri (5%) dan lain-lain (11%). Diperkirakan 60% kematian ibu

terjadi setelah kehamilan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam
4

24 jam pertama, dimana penyebab utamanya adalah perdarahan pasca

persalinan (Profil Kesehatan Indonesia, 2013; h. 56).

Pada tahun 2013 angka kematian ibu melahirkan di Jawa Tengah masih

tinggi 668 dari 100.000 per kelahiran (118,62%). Angka ini menurun

dibanding tahun 2012 sebesar 675 dari 100.000 per kelahiran (116,34%).

Penyebab kematian ibu di Jawa Tengah meliputi perdarahan (17,22%),

hipertensi (23,95%), infeksi (4,04%), dan lain-lain (54,59%) (Dinkes Jawa

Tengah, 2014; h. 26).

Pada tahun 2013 jumlah kematian ibu sebanyak 47 ibu. Menurut

karakteristik sebab kematian ibu di Kabupaten Brebes meliputi Perdarahan

37%, Eklampsi 25%, Decomp 12%, gagal ginjal 13% (Dinkes Kab Brebes,

2013).

Pada tahun 2013 kejadian kematian maternal di RS Bhakti Asih Brebes

sebanyak 10 kasus yang meliputi perdarahan 3 kasus, eklamsia 2 kasus,

decomp 2 kasus dan 3 kasus lain-lain.

Menurut data dari RS Bhakti Asih Brebes tahun 2014, insiden retensio

sisa plasenta menempati urutan yang pertama yaitu sebanyak 72 kasus

(82,75%) dari semua kejadian patologis pada masa nifas yang berjumlah 87

kasus yang sebagian besar adalah pasien rujukan dari puskesmas daerah

sekitar Brebes. Untuk urutan yang kedua ditempati oleh atonia uteri yaitu

sebanyak 15 kasus (17,24%). Insiden retensio sisa plasenta tiap tahunnya

menurun, pada tahun 2010 insiden retensio sisa plasenta sebanyak 35

kasus (37,24%) dari 94 kasus patologis masa nifas. Selanjutnya retensio

sisa plasenta pada tahun 2011 sebanyak 12 kasus (22,64%) dari 53 kasus

patologis masa nifas.


5

Pada tahun 2013 di RSUD Brebes kejadian perdarahan post partum

menempati urutan kedua tetapi jumlahnya meningkat yaitu 57 kejadian

(2,41%) dari seluruh kejadian patologi kehamilan, persalinan, dan nifas yang

berjumlah 2362 kejadian. Sedangkan urutan yang pertama adalah abortus

dengan jumlah 172 kejadian (7,28%), dan urutan yang ketiga yaitu pre

eklamsi dan eklamsi yaitu 36 kejadian (1,52%).

Karena retensio sisa plasenta sebagai salah satu penyebab terjadinya

perdarahan pasca persalinandan menyebabkan kematian pada ibu,

sehingga penulis tertarik untuk mengambil kasus “Asuhan Kebidanan Nifas

Patologi Pada Ny. Y dengan Retensio Sisa Plasenta di RS Bhakti Asih

Brebes Kabupaten Brebes Tahun 2014?”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian ini adalah:

“Bagaimana Asuhan Kebidanan Nifas Patologi Pada Ny.Y dengan Retensio

Sisa Plasenta di RS Bhakti Asih Brebes Kabupaten Brebes Tahun 2014?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mendapatkan pengalaman nyata melaksanakan asuhan

kebidanan nifas patologi dengan retensio sisa plasenta di RS Bhakti

Asih Brebes Kabupaten Brebes Tahun 2014 melalui pendekatan

manajemen kebidanan dengan 7 langkah Varney dan data

perkembangan SOAP.
6

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan kemampuan penulis dalam menerapkan secara tepat

asuhan kebidanan nifas patologi dengan retensio sisa plasenta.

b. Meningkatkan kemampuan penulis dalam melaksanakan dan

menerapkan asuhan kebidanan menggunakan metode 7 langkah

Varney, serta agar penulis mampu :

1) Melakukan pengkajian data dasar pada ibu nifas patologi

dengan retensio sisa plasenta.

2) Menginterpretasikan data, meliputi diagnosa kebidanan,

diagnosa masalah dan kebutuhan pada ibu nifas patologi

dengan retensio sisa plasenta

3) Merumuskan diagnosa potensial dan mengantisipasi

penanganan segera pada ibu nifas patologi dengan retensio

sisa plasenta.

4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada ibu

nifas patologi dengan retensio sisa plasenta.

5) Menyusun rencana tindakan perawatan pada ibu nifas patologi

dengan retensio sisa plasenta.

6) Melaksanakan rencana tindakan perawatan yang telah dibuat

pada ibu nifas patologi dengan retensio sisa plasenta.

7) Melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan yang telah

dilakukan pada ibu nifas patologi dengan retensio sisa

plasenta.

8) Mendokumentasikan tindakan kebidanan yang telah dilakukan

pada ibu nifas patologi dengan retensio sisa plasenta.


7

c. Mengetahui kesenjangan penanganan antara teori dan praktik di

lapangan tentang nifas patologi dengan retensio sisa plasenta.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini membatasi

luasnya permasalahan penelitian dengan keterbatasan waktu, dana serta

kemampuan. Ruang lingkup karya tulis ini sebagai berikut :

1. Lingkup Sasaran

Sasaran dalam studi kasus ini pada Ny. Y dengan perdarahan post

partum karena retensio sisa plasenta.

2. Tempat

Pengambilan kasus pada karya tulis ini dilakukan di RS Bhakti Asih

Brebes Kabupaten Brebes di ruang Cemara.

3. Waktu

Asuhan kebidanan pada Ny. Y dengan perdarahan post partum

karena retensio sisa plasenta di RS Bhakti Asih Brebes dilakukan mulai

dari tanggal 17 Desember 2014 sampai dengan 20 Desember 2014.

E. Manfaat

1. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman

penulis dalam memberikan asuhan kebidanan nifas patologi dengan

retensio sisa plasenta pada klien dan dapat menerapkannya di

lapangan.
8

2. Bagi Klien

Dapat meningkatkan pengetahuan, pengalaman serta kepuasan

klien dalam menerima asuhan, sehingga dapat melakukan antisipasi

terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi akan keluhan yang

dirasakan sebagai tanda gejala nifas patologi dengan retensio sisa

plasenta.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber masukan untuk ditindaklanjuti serta sebagai acuan

untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam memberikan

asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi dengan retensio sisa

plasenta.

F. Metode Memperoleh Data

Dalam penyusunan penelitian Karya Tulis ini, adapun metode

memperoleh data adalah :

1. Wawancara

Suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data. Peneliti

mendapatkan keterangan atau pendidikan secara lisan dari seorang

sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka

dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2003; h. 92).

Wawancara dilakukan dengan cara anamnesa langsung pada pasien

bisa juga dengan cara melakukan anamnesa pada keluarga pasien yang

meliputi biodata, keluhan, riwayat obstetri dan ginekologi, riwayat


9

kesehatan, pola kebutuhan sehari-hari, status perkawinan, data sosial

budaya, spiritual, dan data pengetahuan ibu.

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data melalui indera : penglihatan

(perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran (bunyi

batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka), perabaan (suhu,

badan, nadi) (Hidayat, 2009; h. 75-76). Observasi dilakukan dengan

melihat keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital.

3. Pemeriksaan Fisik

Menurut Hidayat (2011; h. 140-141), pemeriksaan ini meliputi:

a. Inspeksi

Merupakan proses pengamatan atau observasi untuk mendeteksi

masalah kesehatan pasien. Disini peneliti melihat bagian kepala

sampai ekstremitas apakah ada bagian yang tidak normal seperti

adanya oedem pada muka dan melihat perdarahan yang keluar

normal atau tidak.

b. Palpasi

Pemeriksaan dengan indera peraba yaitu : tangan (kulit), untuk

menentukan ketahanan, kekenyalan, kekerasan, tekstur, dan

mobilitas. Palpasi biasanya dilakukan seperti pada pemeriksaan

tinggi fundus uteri.

c. Perkusi

Merupakan pemeriksaan dengan melakukan pengetukan yang

menggunakan ujung-ujung jari pada bagian tubuh untuk mengetahui

ukuran, batasan, konsistensi organ-organ tubuh dan menentukan


10

cairan dalam rongga. Peneliti melakukan ketukan pada tendon

untuk mengetahui reflek patella ibu.

d. Auskultasi

Merupakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang

dihasilkan oleh tubuh melalui stetoskop. Peneliti biasanya

melakukan auskultasi saat mengukur tekanan darah menggunakan

stetoskop

4. Pemeriksaan Penunjang

Antara lain meliputi : pemeriksaan laboratorium, USG, rongent dan

MRI/CT Scan. Disini peneliti melakukan pemeriksaan laboratorium

dengan cara mengambil darah pasien.

5. Studi Dokumentasi

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengambil

data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen tersebut dapat berupa

gambar, tabel, atau daftar periksa dan film dokumenter (Hidayat, 2011;

h. 100).

6. Studi Pustaka

Penulis mempelajari semua literatur atau bacaan yang

berhubungan dengan studi kasus yang diambil yaitu nifas patologi

dengan retensio sisa plasenta (Notoatmodjo, 2003; h. 93).

7. Data Penunjang

Penulis menggunakan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Brebes dan RS Bhakti Asih Brebes mengenai AKI dan penyebab

kematian ibu.
11

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya Tulis ini terdiri dari 3 bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Ruang Lingkup

E. Manfaat

F. Metode Memperoleh Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

C. Tinjauan Landasan Hukum

BAB III TINJAUAN KASUS

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai