2.1 PENGERTIAN
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995). Perilaku
kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik
secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147). Kemarahan merupakan
bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan sering menimbulkan
suatu tekanan. Commented [mh1]: Buat jadi satu paragraf
2.2 ETIOLOGI
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan
bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
2.6.1 Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.
TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.
TUK1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a) Kriteria hasil :
1) Klien mau menjawab salam
2) Klien mau menjabat tangan
3) Klien mau menyabutkan nama
4) Klien mau tersenyum
5) Ada kontak mata
6) Mau mengetahui nama perawat
7) Mau menyediakan waktu untuk kontak
b) Intervensi
1) Memberi salam atau panggil nama klien
2) Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan
3) Jelaskan tujuan interaksi
4) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
5) Beri sikap aman dan empati
6) Lakukan kontrak singkat tapi sering
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.
Intervensi :
1) Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
2) Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
3) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :
a) Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur atau
olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya
kesal Anda berkata seperti itu : saya marah karen mami tidak memenuhi keinginan
saya).
c) Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan asertif
d) Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta pada
Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan atau kejengkelan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman,
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.
Intrevensi :
1) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.
3) Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi cara tersebut.
5) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau
marah. Commented [mh2]: referensi
BAB II
TINJAUAN KASUS Commented [mh3]: enter kebawah
Tanggal Pengkajian : 15 Januari 2013
Tanggal Masuk : 26 Desember 2012
Ruang : Perkasa
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Identitas Klien
Nama : Tn. H
Alamat : Jombor, Ceper, Klaten
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP (Putus Sekolah)
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
No. CM : 01 13 28
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat,
mondar mandir, dan suka mengancam. Klien mengatakan masih merasa jengkel
dan marah jika keinginanya tidak terpenuhi, saat marah atau jengkel pasien
mengamuk dan memukul pintu / jendela.
3. ALASAN MASUK
±4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung,
agresif, labil, gelisah dan tidak mengontrol diri. Klien juga marah marah dan
memukul ayahnya karena klien merasa dibohongi dan keinginanya tidak dipenuhi.
Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJD Klaten untuk kembali di rawat
inap.
4. FAKTOR PREDISPOSISI
1) Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan pernah
masuk rumah sakit jiwa klaten >35x.
2) Tidak mau kontrol, dan putus obat selama 1 minggu.
3) Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa.
4) Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu masuk
penjara selama 3 minggu karena mencoba membobol ATM.
5. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda – tanda Vital :
o Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
o Nadi : 78 x/menit
o Suhu badan : 36.4 0C
o Respirasi : 23 x/menit
o Ukuran
o Tinggi Badan : 168 cm
o Berat badan : 70 Kg
6. PSIKOSOSIAL
1) Genogram
Keterangan :
Klien
2. Konsep diri
a) Citra tubuh
Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling
istimewa atau yang paling disukainya adalah bagian wajah, karena
klien merasa wajahnya tampan..
b) Identitas diri
Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki – laki dewasa dan belum
menikah dan klien anak ke dua dari lima bersaudara.
c) Peran
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di
saying dilingkungan masyarakat. klien juga aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan seperti gotong royong, pengajian, pemuda dll.
d) Ideal diri
Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin
cepat pulang dan bebas biar bisa bekerja dan menjadi orang kaya.
e) Harga diri
Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di
percaya adalah ayah dan adiknya.
Masalah Keperawatan :
Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang
dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar.
Masalah Keperawatan :
Aktifitas Motorik
Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat
ini klien sudah mampu mengendalikan emosinya yang labil.
Masalah Keperawatan :
Alam Perasaan
Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak
gembira, saat sedih klien tampak sedih.
Masalah Keperawatan :
Afek
Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil.
Masalah Keperawatan :
Daya Tilik Diri
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap
penyakitnya karena klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini
dan penyebab mengapa klien bisa sakit jiwa seperti ini.
Masalah Keperawatan :
Kebutuhan persiapan ulang
Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya,
klien makan 3x sehari, pagi, siang dan sore, minum ±6 gelas sehari
BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ±5x sehari dan mampu melakukan eliminasi
dengan baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat
mandi, kebersihan tubuh baik.
Berpakaian
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan
rumah sakit, klien dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan
sudah sesuai dengan aturan rumah sakit
Pola Istirahat Tidur
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur
dengan kualitas 6-8 jam perhari, baik malam maupun siang.
Penggunaan Obat
Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat.
Aktivitas di dalam rumah
Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.
Aktivitas diluar rumah
Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai buruh.
MEKANISME KOPING
Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain.
Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri dan
menyiapkan makanan.
MASALAH KEPERAWATAN
Prilaku kekerasan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Harga diri rendah
Disstres spiritual
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : klien mengatakan Perilaku Kekerasan Resiko mencederai
dirumah marah-marah kepada diri sendiri, orang lain
ayahnya karena keinginanya dan lingkungan
tidak dipenuhi dan merasa
dibohongi. Serta klien
memukul ayahnya sampai
berdarah.
DO : face tegang, mudah
tersinggung saat di ajak
bicara, tatapan mata tajam,
muka tampak merah.
2 DS : klien mengatakan saat Koping Individu Tidak Perilaku Kekerasan
mempunyai masalah Efektif
dipendam sendiri, tidak mau
bercerita.
DO : pasien tidak banyak
bicara, pasien berdiam diri
POHON MASALAH
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan
Perilaku Kekerasan
Koping Individu Tidak Efektif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan
Perilaku Kekerasan
Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Criteria hasil Intervensi
Resiko TUM: 1. klien mau membalas
1. ber salam panggil nama
menciderai diri Kliendapat salam 2. sebutkan nama perawat
sendiri, orang melanjutkan peran2. klien mau menjabat sambil jabat tangan
lain dan sesuai dengan tangan 3. jelaskan maksud
lingkungan tanggung jawab. 3. klien mau menyebut hubungan interaksi
TUK 1: nama 4. jelaskan kontrak yang
Klien dapat4. klien mau tersenyum akan dibahas
membina 5. klien mau kontak mata
5. beri rasa aman dan
hubungan saling6. klien mau mengetahui simpati
percaya. nama perawat 6. lakukan kontak mata
singkat tapi sering
1. klien mengungkapkan
perasaanya 1. beri kesempatan untuk
TUK 2: 2. klien dapat mengungkapkan perasaan
Klien dapat mengungkapkan 2. bantu klien untuk
mengidentifikasi penyebab perasaan mengungkapkan penyebab
kemampuan marah dari lingkungan perasaan jengkel/kesal
penyebab atau orang lain
kekerasan
1. klien mampu
mengungkapkan 1. Anjurkan klien
perasaan saat mengungkapkan apa yang
TUK 3 : marah/jengkel dialami dan dirasakan saat
Klien dapat
2. klien dapat marah
mengidentifikasi menyimpulkan tanda-
2. Observasi tanda-tanda
tanda-tanda tanda marah yang perilaku kekerasan pada
perilaku kekerasan dialami. klien
3. Simpulkan bersama klien
tanda dan gejala kesal yang
di alami
1. Klien dapat
mengungkapkan 1. Anjurkan klien untuk
perilaku kekerasan yang mengungkapkan perilaku
TUK 4; biasa dilakukan kekerasan yang biasa
Klien dapat2. Klien dapat bermain dilakukan klien .
mengidentifikasi peran dengan perilaku2. Bantu klien bermain peran
perilaku kekerasan kekerasan yang biasa sesuai dengan perilaku
yang biasa dilakukan kekerasan yang biasa
dilakukan 3. Klien dapat dilakukan.
mengetahui cara yang3. Bicarakan dengan klien
biasa dilakukan untuk apakah dengan cara yang
menyelesaikan masalah dilakukan klien masalahnya
selesai
1. Klien dapat
menjelaskan akibat dari1. bicarakan akibat dan cara
cara yang digunakan yang dilakukan klien
Akibat pada klien2. bersama klien
TUK 5; sendiri menyimpulkan akibat cara
Klien dapat Akibat pada orang yang digunakan oleh klien
mengidentikasi lain
akibat perilaku akibat pada3. Tanya pada klien apakah ia
kekerasan lingkungan ingin mempelajari cara yang
baru dan yang sehat.
1. Mengkaji pengetahuan
klien tentang perilaku
kekerasan dan penyebab.S
: Klien marah apabila
2. Memberikan kesempatan keinginannya tidak
kepada klien untuk terpenuhi
mengungkapkan O:
17.00 perasaan penyebab• Klien dapat
SP 2 perilaku kekerasan mengungkapkan perasaan
3. Memberikan pujian marah atau jengkel.
terhadap kemampuan• Klien tampak tegang
klien memngungkap kan tegangan dan tatapan mata
persaan nya. tajam.
A : Klien mampu
mengungkapkan penyebab
marah atau jengkel,SP 2
tercapai.
P : Lanjutkan SP 3, klien dapat
mengontrol dan
penanganan perilaku
kekerasan dengan cara
sholat dan berdoa.
K : Klien diminta untuk
mencari penyebab dan
tanda marah yang belum di
ungkapkan
PENGKAJIAN
Nama klien : Tn. H, umur 25 tahun, Jenis Kelamin : Laki-Laki, Agama :
Islam, Pendidikan : SMP, Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia, Status Perekawinan :
Belum Kawin, Alamat : Jombor, Ceper, Klaten, No CM : 01.13.28 . klien mengatakan
keinginan harus selalu diterpenuhi. klien marah-marah dan memukul ayahnya. Saat
marah klien suka memukuli ayah, pintu/jendela. Apabila punya masalah klien tidak
mau bercerita dan memilih untuk diam diri dan memendamnya sendiri. Klien sudah
pernah opname 35 kalli di RSJ klaten
DIAGNOSA KEPEARAWATAN
Dengan adanya data-data haail pengkajian pada kasus Tn. H penulis
menyimpulkan terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan dan perilku kekerasan b.d koping
individu tidak efektif.
Diagnosa yang pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan b.d perilaku kekerasan hal ini didukung karena pada kasus Tn. H
didapatkan hasil sebagai berikut : saat dirumah klien mengamuk dan memukuli
pintu/jendela rumah serta memukuli ayahnya.
Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku yang
berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah,
memaksakan kehendak, menyerang atau menghindar, mengatakan dengan jelas
(asertivines), memberontak (acting out), amuk atau kekerasan (violence).
Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pad dasarnya tidak
efektif berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak ditemukan klien klien muka merah.
Diagnosa kedua adalah perilaku kekerasan b.d koping individu tidak efektif hal ini
didukung karena pada saat kasus Tn. H didapatkan data sebagai berikut : klien apabila
ada masalah tidak mau bercerita dan memilih berdiam diri dan memendamnya sendiri.
EVALUASI
Pengkajian inervensi dan implementasi yang telah dilakukan menghasilkan sebagai
berikut :
Diagnosa 1 yaitu resiko mencederai diri sndiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan. Pada diagnosa pertama, akan
menjabarkan atau menjelaskan hasil yang diperoleh.
Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling percaya
dengan menunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat: menunjukkan
rasa senang: kontak mata kurang: mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau menjawab salam, duduk berdampingan
dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada
SP 1 tidak ada kendala karena klien kooperatif. Kesimpulan pada SP 1
telah dapat dilakukan dan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun oleh penulis.
Evaluasi SP 2 klien dapat mengungkapkan perasaannya dan klien
dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah(dari diri
sendiri, orang lain dan lingkungan). Pada SP 2 ini kelompok tidak
mengalami kendala karena klien bisa mengungkapkan penyebab
jengkel: bila keinginannya tidak dipenuhi. Kesimpulan SP 2 dapat
dilakukan dengan baik dan sudah sesuai dengan intervensi yang telah
direncanakan dan disusun oleh kelompok.
Evaluasi SP 3 klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat marah
atau jengkel dan klien menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau marah
yang dialami yaitu : suka marah-marah, bicara keras, perilaku tidaak
wajar dan sulit diarahkan. Pada SP 3 kelompok tidak mengalami
kendala dalam pelaksanaan dengan baik dan sesuai dengan rencana
yang disusun.
Evaluasi SP 4 klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan yaitu : marah-marah, suara keras dan suka memukul
pintu rumah tetangganya. Klien dapat bermain peran sesuai dengan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dapat mengetahui cara
yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. SP 4 ini penulis
tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif
dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 4 dapat terlaksanan
dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 5 klien dapat mengungkapkan akibat cara marah yang di
lakukan oleh klien yaitu : dapat merugikan orang lain dan diri sendiri
maupun orang lain. Dalam SP 5 ini penulis tidak mengalami kendala
dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak
kerjasama. Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan dengan baik sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 6 klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat
mempraktekan cara yang sehat menyalurkan kemarahanya yaitu
dengan sholat dan berdoa. Dalam SP 6 ini penulis mengalami kendala
dalam pelaksanaan tersebut, klien kurang kooperatif dan tidak dapat
diajak kerjasama. Kesimpulan SP 6 belum dapat terlaksanan dengan
baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 7 klien dapat minum obat secara teratur. Dalam SP 6 ini
penulis tidak ada kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif
dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 7 dapat terlaksanan
dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. H tindakan yang
dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya,
membantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu
klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan
akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi
cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara
untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng
lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)
Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah
tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan
klien jengkel.
Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan
diterima tanpa menyakiti orang lain
Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik
didalam ruangan maupun diluar ruangan.
Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.
Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit
Untuk perawat :
Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji
pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan
marah.
Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu
menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara
berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan masalahya.
Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan
cara yang konstruktif.
Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan
aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga.
Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.
Untuk mahasiswa :
Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus
kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya
dalam bidang keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Edisi I, Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung
Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.