Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan menyajikan
sebuah makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERILAKU
KEKERASAN PADA Tn. H
Dimana dalam penyusunan makalah ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan
bantuan serta dorongan dari berbagai pihak.
Akhir penulis berharap semoga makalah kasus ini bermanfaat bagi teman-teman
seprofesi khususnya keperawatan psikiatri dan bagi pembaca yang budiman khususnya
mahasiswa AKPER IBNU SINA. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya
secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang
manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan
jiwa tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu
orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak
mengalami kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun
perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a) Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
b) Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
c) Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
d) Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
e) Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995). Perilaku
kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik
secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147). Kemarahan merupakan
bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan sering menimbulkan
suatu tekanan. Commented [mh1]: Buat jadi satu paragraf

2.2 ETIOLOGI
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan
bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.

2.3 TANDA DAN GEJALA


a) Muka merah
b) Pandangan tajam
c) Otot tegang
d) Nada suara tinggi
e) Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
f) Memukul jika tidak senang
.
2.4 FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PRESIPITASI
2.4.1 Faktor Predisposisi
a) Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor
predisposisi, artinya mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di
alami oleh individu
b) Psikologis: kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan di tolak, di hina, di aniyaya atau saksi
penganiayaan.
c) Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
d) Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif)
dan control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima
(permissive)
e) Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

2.4.2 Faktor Presipitasi


Factor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang
ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab yang lain.
Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
a) Tingkah Laku
 Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.
 Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang
perilaku
b) Menyerang atau menghindar (flight or fight)
Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah,
pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik usus menurun,
pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan
meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatub, tangan dikepal,
tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
c) Menyatakan dengan jelas (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah disamping
dapat dipelajari juga akan mengembangkan pertumbuhan diri pasien.
d) Memberontak (acting out)
Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out
untuk menarik perhatian orang lain.
e) Amuk atau kekerasan (violence)
Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.

2.5 POHON MASALAH


Resiko menciderai diri sendiri
Orang lain atau lingkungan.
E
Perlaku kekerasan
CP
Mekanisme koping individu in efektif
C

2.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a) Resiko menciderai ndiri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku kekerasan.
b) Perilaku kekerasan b.d Mekanisme koping individu in efektif.

2.6.1 Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.
TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.
TUK1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a) Kriteria hasil :
1) Klien mau menjawab salam
2) Klien mau menjabat tangan
3) Klien mau menyabutkan nama
4) Klien mau tersenyum
5) Ada kontak mata
6) Mau mengetahui nama perawat
7) Mau menyediakan waktu untuk kontak
b) Intervensi
1) Memberi salam atau panggil nama klien
2) Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan
3) Jelaskan tujuan interaksi
4) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
5) Beri sikap aman dan empati
6) Lakukan kontrak singkat tapi sering

TUK 2 : Klien dapat mengnidentifikasi penyebab perilaku kekerasan


a) Kriteria Evaluasi :
1) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
2) Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri sendiri
nmaupun orang lain dan lingkungan.
b) Intervensi :
1) Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
2) Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
3) Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


a) Kriteria Evaluasi :
1) Klien dapat mengunngkapkan yang dialami saat marah.
2) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.
b) Intervensi :
1) Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
2) Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
3) Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.


a) Kriteria evaluasi :
1) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
2) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
3) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan
masalah atau tidak.
b) Intervensi :
1) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
2) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
3) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.

TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.


a) Kriteria evaluasi :
1) Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
b) Intervensi :
1) Berbicara akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.
2) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh
klien.
3) Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat”.

TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Kriteria evaluasi :
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.

Intervensi :
1) Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
2) Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
3) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :

a) Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur atau
olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya
kesal Anda berkata seperti itu : saya marah karen mami tidak memenuhi keinginan
saya).
c) Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan asertif
d) Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta pada
Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan atau kejengkelan.

TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman,
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.

Intrevensi :
1) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.
3) Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi cara tersebut.
5) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau
marah. Commented [mh2]: referensi

BAB II
TINJAUAN KASUS Commented [mh3]: enter kebawah
Tanggal Pengkajian : 15 Januari 2013
Tanggal Masuk : 26 Desember 2012
Ruang : Perkasa

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Identitas Klien
Nama : Tn. H
Alamat : Jombor, Ceper, Klaten
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP (Putus Sekolah)
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
No. CM : 01 13 28

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. W
Umur : 57 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jombor, Ceper, Klaten
Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung

2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat,
mondar mandir, dan suka mengancam. Klien mengatakan masih merasa jengkel
dan marah jika keinginanya tidak terpenuhi, saat marah atau jengkel pasien
mengamuk dan memukul pintu / jendela.
3. ALASAN MASUK
±4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung,
agresif, labil, gelisah dan tidak mengontrol diri. Klien juga marah marah dan
memukul ayahnya karena klien merasa dibohongi dan keinginanya tidak dipenuhi.
Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJD Klaten untuk kembali di rawat
inap.

4. FAKTOR PREDISPOSISI
1) Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan pernah
masuk rumah sakit jiwa klaten >35x.
2) Tidak mau kontrol, dan putus obat selama 1 minggu.
3) Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa.
4) Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu masuk
penjara selama 3 minggu karena mencoba membobol ATM.

5. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda – tanda Vital :
o Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
o Nadi : 78 x/menit
o Suhu badan : 36.4 0C
o Respirasi : 23 x/menit
o Ukuran
o Tinggi Badan : 168 cm
o Berat badan : 70 Kg

6. PSIKOSOSIAL
1) Genogram
Keterangan :

Laki – laki Satu Rumah


Perempuan Garis Perkawinan

Meninggal Garis Keturunan

Klien

2. Konsep diri
a) Citra tubuh
Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling
istimewa atau yang paling disukainya adalah bagian wajah, karena
klien merasa wajahnya tampan..
b) Identitas diri
Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki – laki dewasa dan belum
menikah dan klien anak ke dua dari lima bersaudara.
c) Peran
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di
saying dilingkungan masyarakat. klien juga aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan seperti gotong royong, pengajian, pemuda dll.
d) Ideal diri
Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin
cepat pulang dan bebas biar bisa bekerja dan menjadi orang kaya.
e) Harga diri
Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di
percaya adalah ayah dan adiknya.

Masalah Keperawatan : - Koping Individu Tidak Efektif


3. Hubungan Sosial
1). Orang yang terdekat
Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ayah
dan adiknya, apabila ada masalah klien memilih diam diri dan
memendamnya. Didalam keluarganya ayah dan adik adalah orang yang
dipercaya oleh klien.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan dalam masyarakat klien sering mengikuti kegiatan
gotong royong, pengajian, arisan, pemuda, setelah dirumah sakit klien
juga mengikuti kegiatan sosial seperti bersosialisasi dengan teman-teman
satu bangsalnya.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Kien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain, setelah di rumah sakit hubungan klien dengan klien yang satu tidak
ada masalah.
4) Spiritual
Klien mengatakan beragama islam dan klien mengatakan saat di rumah
tidak rutin beribadah dan saat di rumah sakit klien tidak beribadah karena
merasa kalau doanya tidak pernah di kabulkan dan semua itu sia-sia.

Masaalah Keperawatan : Distres spiritual


Status mental
1. Penampilan
o Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit
bersih.
o Cara berpakaian sudah rapi, baju dan celana tidak terbalik.
o Klien menggunakan sandal.

Masalah Keperawatan :
Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang
dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar.

Masalah Keperawatan :
 Aktifitas Motorik
Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat
ini klien sudah mampu mengendalikan emosinya yang labil.
Masalah Keperawatan :
 Alam Perasaan
Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak
gembira, saat sedih klien tampak sedih.
Masalah Keperawatan :
 Afek
Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil.

Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Cidera


 Interaksi selama wawancara
Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
Masalah Keperawatan :
 Persepsi
Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara
 Proses pikir
Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan
sampai tujuan karena dapat kooperatif.
Masalah Keperawatan :
 Tingkat Kesadaran
o Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan
jelas yang ditandai dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal,
tahun yang benar pada saat wawancara.
o Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya
ditunjukkan dengan klien bias menyebutkan beberapa nama temannya.
Masalah Keperawatan :
 Memori
Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa rumah sakit dengan diantar oleh
ayahnya. Dan klien dapat mengingat nama mahasiswa saat berkenalan dengan
benar.
Masalah Keperawatan :
 Tingkat Konsentrasi Berhitung
Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 = 10, 5+5 = 10, Klien
dapat memfokuskan konsentrasi dengan baik
Masalah Keperawatan : -
 Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai
tingkat atau mana yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.

Masalah Keperawatan :
 Daya Tilik Diri
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap
penyakitnya karena klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini
dan penyebab mengapa klien bisa sakit jiwa seperti ini.

Masalah Keperawatan :
Kebutuhan persiapan ulang
 Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya,
klien makan 3x sehari, pagi, siang dan sore, minum ±6 gelas sehari
 BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ±5x sehari dan mampu melakukan eliminasi
dengan baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
 Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat
mandi, kebersihan tubuh baik.
 Berpakaian
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan
rumah sakit, klien dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan
sudah sesuai dengan aturan rumah sakit
 Pola Istirahat Tidur
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur
dengan kualitas 6-8 jam perhari, baik malam maupun siang.
 Penggunaan Obat
Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat.
 Aktivitas di dalam rumah
Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.
 Aktivitas diluar rumah
Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai buruh.

MEKANISME KOPING
 Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain.
 Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri dan
menyiapkan makanan.

MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


o Masalah dengan dukungan kelompok (-)
o Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan
lingkungan.

 MK : Harga Diri Rendah


o Masalah dengan kesehatan (-)
o Masalah dengan perumahan, klien tinggal dengan ayah dan adiknya.
ASPEK MEDIK
Terapi obat :
o Inj. Lodomer : 1amp IM extra
o Trihexiyl Phenidyl : 3 x 2 mg
o Haloperidol : 3 x 5 mg
o Resperidon : 2 x 2 mg

MASALAH KEPERAWATAN
 Prilaku kekerasan
 Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
 Harga diri rendah
 Disstres spiritual

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : klien mengatakan Perilaku Kekerasan Resiko mencederai
dirumah marah-marah kepada diri sendiri, orang lain
ayahnya karena keinginanya dan lingkungan
tidak dipenuhi dan merasa
dibohongi. Serta klien
memukul ayahnya sampai
berdarah.
DO : face tegang, mudah
tersinggung saat di ajak
bicara, tatapan mata tajam,
muka tampak merah.
2 DS : klien mengatakan saat Koping Individu Tidak Perilaku Kekerasan
mempunyai masalah Efektif
dipendam sendiri, tidak mau
bercerita.
DO : pasien tidak banyak
bicara, pasien berdiam diri

POHON MASALAH
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan
Perilaku Kekerasan
Koping Individu Tidak Efektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan
Perilaku Kekerasan
 Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Criteria hasil Intervensi
Resiko TUM: 1. klien mau membalas
1. ber salam panggil nama
menciderai diri Kliendapat salam 2. sebutkan nama perawat
sendiri, orang melanjutkan peran2. klien mau menjabat sambil jabat tangan
lain dan sesuai dengan tangan 3. jelaskan maksud
lingkungan tanggung jawab. 3. klien mau menyebut hubungan interaksi
TUK 1: nama 4. jelaskan kontrak yang
Klien dapat4. klien mau tersenyum akan dibahas
membina 5. klien mau kontak mata
5. beri rasa aman dan
hubungan saling6. klien mau mengetahui simpati
percaya. nama perawat 6. lakukan kontak mata
singkat tapi sering
1. klien mengungkapkan
perasaanya 1. beri kesempatan untuk
TUK 2: 2. klien dapat mengungkapkan perasaan
Klien dapat mengungkapkan 2. bantu klien untuk
mengidentifikasi penyebab perasaan mengungkapkan penyebab
kemampuan marah dari lingkungan perasaan jengkel/kesal
penyebab atau orang lain
kekerasan
1. klien mampu
mengungkapkan 1. Anjurkan klien
perasaan saat mengungkapkan apa yang
TUK 3 : marah/jengkel dialami dan dirasakan saat
Klien dapat
2. klien dapat marah
mengidentifikasi menyimpulkan tanda-
2. Observasi tanda-tanda
tanda-tanda tanda marah yang perilaku kekerasan pada
perilaku kekerasan dialami. klien
3. Simpulkan bersama klien
tanda dan gejala kesal yang
di alami
1. Klien dapat
mengungkapkan 1. Anjurkan klien untuk
perilaku kekerasan yang mengungkapkan perilaku
TUK 4; biasa dilakukan kekerasan yang biasa
Klien dapat2. Klien dapat bermain dilakukan klien .
mengidentifikasi peran dengan perilaku2. Bantu klien bermain peran
perilaku kekerasan kekerasan yang biasa sesuai dengan perilaku
yang biasa dilakukan kekerasan yang biasa
dilakukan 3. Klien dapat dilakukan.
mengetahui cara yang3. Bicarakan dengan klien
biasa dilakukan untuk apakah dengan cara yang
menyelesaikan masalah dilakukan klien masalahnya
selesai
1. Klien dapat
menjelaskan akibat dari1. bicarakan akibat dan cara
cara yang digunakan yang dilakukan klien
 Akibat pada klien2. bersama klien
TUK 5; sendiri menyimpulkan akibat cara
Klien dapat Akibat pada orang yang digunakan oleh klien
mengidentikasi lain
akibat perilaku akibat pada3. Tanya pada klien apakah ia
kekerasan lingkungan ingin mempelajari cara yang
baru dan yang sehat.

1. klien dapat1. Bantu klien memilih cara

menyebutkan contoh yang paling tepat untuk


pencegahan perilaku klien
TUK 6 : kekerasan secara : 2. Bantu klien
Klien dapat - Fisik: Tarik nafas dalam mengidentifikasi manfaat
mendemonstrasika , olah raga, memukul cara yang telah dipilih
n cara mengontrol bantal 3. Bantu klien untuk
perilaku kekerasan - Verbal: Mengatakan menstimulasikan cara

secara langsung dengan tersebut atau dengan role


tidak menyakiti. play

2. klien dapat4. Beri reinforcement positif

mendemonstrasikan atas keberhasilan klien

cara fisik (memukul menstimulasikan cara


bantal) untuk mencegah tersebut
perilaku kekerasan. 5. Anjurkan klien untuk
menggunakan cara yang
dipelajari saat jengkel atau
marah.

1.Jelaskan jenis-jenis obat


1. Klien dapat menyebut yang di minum pada klien
kan obat – obat yang di dan keluarga.
TUK 7 : minum dan kegunaanya 2.Diskusikan manfaat minum
Klien dapat ( jenis ,waktu,dosis,dan obat dan kerugian berhenti
menggunakan obat efek ) minum obat tanpa seijin
dengan benar ( dokter
sesuai dengan 3.Jelaskan prinsip benar
program ) minum obat(baca nama yg
tertera pd botol obat,dosis
obat ,waktu dan cara
minum)

2. Klien dapat minum 1.Anjurkan klien minum obat


obat sesuai program tepat waktu
pengobatan 2.Anjurkan klien melaporkan
pada perawat atau dokter
jika merasakan efek yang
tidak menyenang kan
3.Beri pujian jika klien
minum obat dengan benar.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Waktu Dx SP IMPLEMENTASI EVALUASI
Selasa 1 SP 1 1. Membina hubungan
S : Klien senang karena
15/01/13 saling percaya dengan disapa oleh perawat.
17.00 mengungkapkan O:
komunikasi terapeutik  Klien mau berjabat
2. Menyapa klien dengan tangan
ramah,baik verbal Klien mau bercerita
maupun non verbal. tentang diri nya
3. Memperkenal diri Kontak mata cukup
dengan sopan. A : Klien mampu membina
4. Menjelaskan tujuan hubungan saling percaya,
pertemuan dengan SP 1 tercapai.
lengkap P : Lanjutkan SP 2,klien dapat
5. Menanyakan nama mengidentifikasi penyebab
klien dengan lengkap. marah.
6. Mengatakan dengan K : Klien di minta untuk
jujur dan menepati janji mencari penyebab marah.
7. Menunjukkan rasa
empati dan menerima
klien apa adanya.
8. Memberikan perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar klien

1. Mengkaji pengetahuan
klien tentang perilaku
kekerasan dan penyebab.S
: Klien marah apabila
2. Memberikan kesempatan keinginannya tidak
kepada klien untuk terpenuhi
mengungkapkan O:
17.00 perasaan penyebab• Klien dapat
SP 2 perilaku kekerasan mengungkapkan perasaan
3. Memberikan pujian marah atau jengkel.
terhadap kemampuan• Klien tampak tegang
klien memngungkap kan tegangan dan tatapan mata
persaan nya. tajam.
A : Klien mampu
mengungkapkan penyebab
marah atau jengkel,SP 2
tercapai.
P : Lanjutkan SP 3, klien dapat
mengontrol dan
penanganan perilaku
kekerasan dengan cara
sholat dan berdoa.
K : Klien diminta untuk
mencari penyebab dan
tanda marah yang belum di
ungkapkan

Rabu SP 3 1. Mendiskusikan bersamaS : klien saat marah akan


16/01/2013 klien tentang apa yang berbicara dengan nada
12.30 dirasakan saat klien tinggi, tangan mengepal,
marah matanya menatap tajam,
2. Mendiskusikan bersama wajahnya tampak merah.
klien tentang tanda-tandaO : pasien menunjukkan
perilaku kekerasan. tanda-tanda :
a. Nada suara tinggi
b. Mata menatap tajam
c. Tangan mengepal.
A : klien mampu
mengidentifikasi tanda dan
gejala saat marah atau
jengkel. SP 3 tercapai.
K : klien diminta untuk
mengidentifikasi perilaku
kekerasan yang sering
dilakukan.
SP 4 1. Menganjurkan klienS : klien akan marah-marah
untuk mengungkapkan apabila keinginanya tidak
perilaku kekerasan yang dipenuhi dan memukul
bias dilakukan. pintu / jendela.
2. Membantu klien
O : klien tampak :Tegang,
bermain peran sesuai tangan mengepal, mata
dengan perilaku menatap tajam, wajah
kekerasan. memerah.
3. Membicarakan dengan
A : klien mampu
klien apakah dengan cara mengungkapkan perilaku
yang dilakukan oleh kekerasan yang bisa
klien masalah akan dilakukan. SP 4 tercapai.
teratasi. P : lanjutkan SP 5, klien dapat
mengungkapkan perilaku
yang sering dilakukan saat
marah.
K :klien diminta untuk
mengingat kembali akibat
yang akan ditimbulkan.
Kamis SP 5 1. Membicarakan akibat S : klien sangat menyesal
18/01/2013 atau kerugian dan cara dan ingin minta maaf
11.15 yang dilakukan kilen setelah dirinya marah –
pada saat marah marah dan memukul
2. Menyimpulkan bersama ayahnya.
klien akibat dari cara O : klien tampak : sedih,
yang digunakan oleh ingin menangis, mata
klien menatap tajam, wajah
3. Menanyakan kepada memerah.
klien apakah klien mau A : klien mampu
mempelajari cara-cara mengungkapkan akibat
yang baru dan sehat atau kerugian dari perilaku
kekerasan yang
dilakukannya, SP 5
tercapai.
P : lanjutkan SP 6, klien
dapat mengontrol perilaku
yang sering dilakukan saat
marah.
K : klien diminta untuk
berlatih mengontrol marah
dengan cara sholat dan
berdoa.
12.00 SP 6 1. Melatih klienS : Klien mengatakan jarang
mengontrol perilaku sholat dan merasa doa nya
kekerasan dan tidak dikabulkan.
penanganan dengan caraO : Klien tidak melaksanakan
sholan dan berdoa sholat dan berdoa.
2. Menganjurkan klienA : SP 6 belum tercapai
memasukkan dalamP : Ulangi dan Pertahankan SP
jadwal kegiatan. 6,
K : Klien diminta berlatih
untuk meminum obat
secara teratur

SP 7 1. Melatih klien minumS : Klien mengatakan minum


obat dengan teratur obat secara teratur setelah
2. menganjurkan klien makan.
memasukkan dalamO : Klien mau minum obat
jadwal kegiatan tanpa paksaan perawat.
A : SP 7 tercapai
P : Ulangi SP 6, dan
pertahankan SP 1 – SP 7.
K : Klien diminta untuk
mempertahankan apa yang
telah dilakukan tadi.
BAB IV
PEMBAHASAN

PENGKAJIAN
Nama klien : Tn. H, umur 25 tahun, Jenis Kelamin : Laki-Laki, Agama :
Islam, Pendidikan : SMP, Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia, Status Perekawinan :
Belum Kawin, Alamat : Jombor, Ceper, Klaten, No CM : 01.13.28 . klien mengatakan
keinginan harus selalu diterpenuhi. klien marah-marah dan memukul ayahnya. Saat
marah klien suka memukuli ayah, pintu/jendela. Apabila punya masalah klien tidak
mau bercerita dan memilih untuk diam diri dan memendamnya sendiri. Klien sudah
pernah opname 35 kalli di RSJ klaten

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Sesuai dengan data yang di dapat dari klien, klien menunjukkan tanda-tanda
gejala marah : muka merah tegang, pandangan tajam dan data yang didapat
menampakkan gejala perilaku kekerasan seperti mudah tersinggung dan setiap
keinginannya harus terpenuhi, perilaku kekerasan yang sering dilakukan klien adalah
marah-marah, membentak-bentak dan mengamuk serta memukul pintu/ jendela
rumahsesuai data yang ada didalam teori.

DIAGNOSA KEPEARAWATAN
Dengan adanya data-data haail pengkajian pada kasus Tn. H penulis
menyimpulkan terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan dan perilku kekerasan b.d koping
individu tidak efektif.
Diagnosa yang pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan b.d perilaku kekerasan hal ini didukung karena pada kasus Tn. H
didapatkan hasil sebagai berikut : saat dirumah klien mengamuk dan memukuli
pintu/jendela rumah serta memukuli ayahnya.
Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku yang
berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah,
memaksakan kehendak, menyerang atau menghindar, mengatakan dengan jelas
(asertivines), memberontak (acting out), amuk atau kekerasan (violence).
Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pad dasarnya tidak
efektif berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak ditemukan klien klien muka merah.
Diagnosa kedua adalah perilaku kekerasan b.d koping individu tidak efektif hal ini
didukung karena pada saat kasus Tn. H didapatkan data sebagai berikut : klien apabila
ada masalah tidak mau bercerita dan memilih berdiam diri dan memendamnya sendiri.

INTERVENSI DAN I MPLEMENTASI


Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah dilakukan
untuk mengatasi permasalahan yang ada pada Tn. H.
Diagnosa pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Pada diagnosa pertama ini terdapat 7 rencana keperawatan serta 7 tindakan yang telah
dilaksanakan. Untuk SP 1 adalah bina hubungan saling percaya. Dengan
mengungkapkan komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal, perknalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien nama
panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, tunjukkan sikap empati dan
menerima keadaan klein apa adanya, beri perhatian pada klien, dan perhatikan
kebutuhan dasar klien. Pada SP 1 kelompok tidak mengalami hambatan karena klien
dpat diajak bekerja sama dengan cukup kooperatif.
Rencana keperawatan yang telah disusun oleh kelompok untuk SP 2 adalah
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya. Bantu klien
untuk mengungkapkan penyebab jengkel dan marah. Tindakan yang telah dilakukan
kelompok adalah memberikan kesempatan klien untuk menungkapkan perasaannya,
membantu klien mengungkapkapkan rasa jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 2
kelompok tidak mengalami kesulitan atau kendala, karena klien mampu
mengungkapkan penyebab marah yang dialami yaitu karena keinginan yang tidak
dipenuhi.
Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 3 adalah anjurkan klien
untuk mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah, jengkel, observasi tanda,
perilaku kekerasan pada klien. Pada SP 3 ini kelompok tidak mengalami kendala
karena klien mampu untuk mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat
menyimpulkan tanda-tanda jengkel dan marah, yaitu saat marah klien berbicara keras,
banyak bicara, perilaku tidak wajar dan sulit diarahkan.
Rencana keperawatan yang kelompok susun untuk SP 4 adalah anjurkan klien
mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bantu klien bermain peran
sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bicarakan dengan klien
apakah yang klien lakukan masalahnya selesai. Tindakan keperawatan untuk SP 4 ini
kelompok tidak mengalami kesulitan kendala karena klien dapat menyebutkan
perilaku kekerasan yang dilakukan yaitu berbicara keras dan berguling-guling ditanah.
Rencana keperawatan untuk SP 5 yang kelompok susun adalah bicarakan akibat atau
kerugian dari cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat atau
cara yang digunakan oleh klien. Tanyakan pada klien apakah klien ingin
membicarakan cara baru yang sehat. Tindakan kelompok yang telah dilakukan
bersama dengan klien membicarakan akibat dan kerugian yang klien lakukan dan
menyimpulkan akibat atau kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat
atau kerugian dari cara yang digunakan klien. Pada SP 5 kelompok tidak mengalami
kendala karena klien kooperatif sehingga klien mampu menyebutkan akibat dan
kerugian dari cara yang telah klien gunakan adalah klien bisa menyakiti diri sendiri,
klien bisa dijauhi teman-temannya.
Rencana keperawatan untuk SP 6 adalah apakah klien klien ingin belajar cara yang
baru yang sehat, berikan pujian jika klien mengetahui cara klien yang sehat,
didiskusikan dengan klien cara yang sehat tindakan yang telah kelompok lakukan
menanyakan pada klien apakah klien mau mempelajari cara baru sehat, berikan pujian
pada klien jika mengetahui cara baru dan sehat tersebut, mendiskusikan cara yang
baru dan sehat. Pada SP 6 ini kelompok mengalami kendala karena klien kurang
kooperatif, klien juga tidak dapat melakukan Sholat dan berdoa karena beranggapan
sia - sia.

EVALUASI
Pengkajian inervensi dan implementasi yang telah dilakukan menghasilkan sebagai
berikut :
 Diagnosa 1 yaitu resiko mencederai diri sndiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan. Pada diagnosa pertama, akan
menjabarkan atau menjelaskan hasil yang diperoleh.
 Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling percaya
dengan menunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat: menunjukkan
rasa senang: kontak mata kurang: mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau menjawab salam, duduk berdampingan
dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada
SP 1 tidak ada kendala karena klien kooperatif. Kesimpulan pada SP 1
telah dapat dilakukan dan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun oleh penulis.
 Evaluasi SP 2 klien dapat mengungkapkan perasaannya dan klien
dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah(dari diri
sendiri, orang lain dan lingkungan). Pada SP 2 ini kelompok tidak
mengalami kendala karena klien bisa mengungkapkan penyebab
jengkel: bila keinginannya tidak dipenuhi. Kesimpulan SP 2 dapat
dilakukan dengan baik dan sudah sesuai dengan intervensi yang telah
direncanakan dan disusun oleh kelompok.
 Evaluasi SP 3 klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat marah
atau jengkel dan klien menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau marah
yang dialami yaitu : suka marah-marah, bicara keras, perilaku tidaak
wajar dan sulit diarahkan. Pada SP 3 kelompok tidak mengalami
kendala dalam pelaksanaan dengan baik dan sesuai dengan rencana
yang disusun.
 Evaluasi SP 4 klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan yaitu : marah-marah, suara keras dan suka memukul
pintu rumah tetangganya. Klien dapat bermain peran sesuai dengan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dapat mengetahui cara
yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. SP 4 ini penulis
tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif
dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 4 dapat terlaksanan
dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
 Evaluasi SP 5 klien dapat mengungkapkan akibat cara marah yang di
lakukan oleh klien yaitu : dapat merugikan orang lain dan diri sendiri
maupun orang lain. Dalam SP 5 ini penulis tidak mengalami kendala
dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak
kerjasama. Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan dengan baik sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
 Evaluasi SP 6 klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat
mempraktekan cara yang sehat menyalurkan kemarahanya yaitu
dengan sholat dan berdoa. Dalam SP 6 ini penulis mengalami kendala
dalam pelaksanaan tersebut, klien kurang kooperatif dan tidak dapat
diajak kerjasama. Kesimpulan SP 6 belum dapat terlaksanan dengan
baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
 Evaluasi SP 7 klien dapat minum obat secara teratur. Dalam SP 6 ini
penulis tidak ada kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif
dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 7 dapat terlaksanan
dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. H tindakan yang
dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya,
membantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu
klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan
akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi
cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara
untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng
lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)

Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
 Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah
tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan
klien jengkel.
 Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan
diterima tanpa menyakiti orang lain
 Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik
didalam ruangan maupun diluar ruangan.
 Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.
 Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

Untuk perawat :
 Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji
pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan
marah.
 Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu
menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara
berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan masalahya.
 Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan
cara yang konstruktif.
 Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan
aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga.
 Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Rumah Sakit :


 Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan
selama ini.
 Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.

Untuk mahasiswa :
 Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus
kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
 Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya
dalam bidang keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Edisi I, Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung

Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit


Buku Kedokteran , EGC, Jakarta.

Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi


3, Alih Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing.


(Terjemahan) (7 th ed), St. Lois : Mosby

Townsend M. C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, (terjemahan),


Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai