ABSTRACT
This research aimed to knew characteristic of Generasi Millennial’s cultural values, cultural values influence
Generasi Millennial and school culture to individual resilience in Country HIGHSCHOOL 39 Cijantungs Jakarta.
Beside it was also to knew cultural correlation and values variable contribution Generasi Millennial and school
culture variable to individual resilience.
The result of research showed cultural values Generasi Millennial at high category, school culture at high
category, and so do individual resilience at high category. Research also found that cultural values Generasi
Millennial and school culture joinly (simultan) had strong correlation, positive and significan to individual resilience.
And so do, cultural values of Generasi Millennial and school culture had significan influence to individual resilience,
either independent and also along with (simultan).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik nilai-nilai budaya Generasi Millennial, pengaruh nilai-nilai
budaya Generasi Millennial dan budaya sekolah terhadap ketahanan individu di SMA Negeri 39 Cijantung Jakarta.
Disamping itu juga untuk mengetahui korelasi dan sumbangan variabel nilai-nilai budaya Generasi Millennial dan
variabel budaya sekolah terhadap ketahanan individu.
Hasil penelitian menunjukkan nilai-nilai budaya Generasi Millennial berada pada kategori tinggi, budaya
sekolah pada kategori tinggi, demikian juga ketahanan individu pada kategori tinggi. Penelitian juga menemukan
bahwa nilai-nilai budaya Generasi Millennial dan budaya sekolah secara bersama-sama (simultan) memiliki korelasi
yang kuat, positif dan significan terhadap ketahanan individu. Demikian juga, Nilai-nilai budaya Generasi Millennial
dan budaya sekolah memiliki pengaruh yang significan terhadap ketahanan individu, baik berdiri sendiri maupun
bersama-sama (simultan).
Kata Kunci: Nilai-Nilai Budaya Generasi Millennial, Budaya Sekolah, Ketahanan Individu.
14
Heru Dwi Wahana -- Pengaruh Nilai-Nilai Budaya Generasi Millennial Dan Budaya Sekolah Terhadap
Ketahanan Individu (Studi Di SMA Negeri 39, Cijantung, Jakarta)
borderless world) yang sering dipahami pula Menurut Severin dan Tankard (2005),
sebagai suatu bentuk penyeragaman, dominasi, sejumlah penelitian tentang dampak dan
dan bahkan hegemoni negara-negara maju pemanfaatan internet menunjukkan bahwa
(Barat) terhadap negara-negara terbelakang internet menjadi sumber utama untuk belajar
atau bangsa yang sedang berkembang. tentang apa yang sedang terjadi di dunia
Salah satu fenomena penting proses seperti untuk hiburan, bergembira, relaksasi,
globalisasi telah melahirkan generasi gadget, untuk melupakan masalah, menghilangkan
istilah yang digunakan untuk menandai kesepian, untuk mengisi waktu sebagai
munculnya generasi millennial. Gadget kebiasaan dan melakukan sesuatu dengan
sebenarnya lebih pas diartikan dengan peralatan, teman atau keluarga. Banyak manfaat yang
sehingga generasi gadget dimaksudkan dapat diperoleh dari internet, terutama dalam
dengan generasi yang dalam kehidupannya proses komunikasi dan penggalian informasi
selalu bersinggungan dengan yang namanya bagi seluruh masyarakat pengguna internet
peralatan yang mengandung unsur teknologi termasuk remaja. Di sana dapat dengan cepat
informasi. Jadi seolah-olah berbagai peralatan mendapatkan informasi, bisa mencarinya
tersebut telah menjadi bagian yang tak dengan menggunakan google atau dengan
terpisahkan dari kehidupan mereka. Seolah- cara yang lain, tetapi kebanyakan remaja
olah berbagai alat high-technology telah menggunakan internet untuk mencari teman,
menjadi bagian penting dalam kehidupannya chatting, kirim email dan mencari tugas-tugas
(Zuhal, 2000; Naisbitt, 2002) kuliah atau tugas sekolah. Dikalangan remaja
Menurut suvey di Amerika Serikat masa kini yang lagi marak-maraknya adalah
membuktikan jika berselancar di dunia maya, friendster, Facebook dan Twitter. Mereka
bermain game online, dan bermain situs mencari teman melalui friendster maupun
jejaring sosial justru baik bagi perkembangan facebook dan bisa juga kirim-kirim foto atau
remaja. Digital Youth Project yang disponsori dan lain sebagainya.
MacArthur Foundation selama tiga tahun Di kalangan remaja Indonesia khususnya
berhasil membuktikan internet baik bagi dari tingkat SMP dan SMA, internet sudah
perkembangan remaja. Proyek yang bukan hal yang asing lagi. Berdasarkan
dilakukan selama tiga tahun itu melibatkan hasil survey yang diadakan oleh Spire
800 remaja dan orang tua untuk mengetahui Research & Consulting bekerja sama dengan
peningkatan kemampuan teknologi remaja. Majalah Marketing (2008) (http://marketing.
Hal ini juga mematahkan anggapan para co.id) mengenai trend dan kesukaan remaja
orangtua yang menyatakan bermain internet Indonesia terhadap berbagai jenis kategori
hanya membuang waktu saja. Berdasarkan media, menunjukkan bahwa para remaja
survei tersebut membuktikan walaupun sudah mengerti dan menggunakan internet
penggunaan teknologi ini bukan untuk dalam kegiatan sehari-hari. Namun, para
pendidikan tetapi bisa juga mendapatkan remaja sebagai salah satu pengguna internet
dampak positifnya (http://antioksidian. belum mampu memilah aktivitas internet
blogspot.com/2012 /04/pengaruh-teknologi- yang bermanfaat, dan cenderung mudah
informasi-dalam.html). terpengaruh oleh lingkungan sosial tanpa
15
Jurnal Ketahanan Nasional, XXI (1), April 2015: 14-22
mempertimbangkan terlebih dahulu efek positif Di era global seperti saat ini, seseorang
atau negatif yang akan diterima saat melakukan memerlukan pengendali yang kuat agar ia
aktivitas internet tertentu. Saat ini nampaknya mampu memilih dan memilah nilai-nilai yang
telah terjadi kecenderungan pengguna internet banyak sekali ditawarkan kepadanya. Oleh
yang sering mengenyampingkan nilai-nilai karena itu, agar seseorang tahan banting,
moral dan etika. Padahal dalam tatanan sosial, maka bisa dilakukan dengan pendidikan,
etika sangat diperlukan guna menghindari sebab jalan terbaik dalam membangun
terjadinya pergesekan yang berujung kepada seseorang ialah pendidikan. Jalan terbaik dalam
konflik. membangun masyarakat ialah pendidikan.
Daradjat, (1982)semakin merosotnya Jalan terbaik dalam membangun negara ialah
moral para pelajar merupakan salah satu akibat pendidikan. Jalan terbaik membangun dunia
dari pesatnya perkembangan teknologi yang juga pendidikan. Secara sederhana, fokus
tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan hanya tiga, yaitu membangun
budi pekerti pelajar, padahal perkembangan pengetahuan, membangun keterampilan (skill),
teknologi memang sangat dibutuhkan bangsa dan membangun karakater. Berdasarkan ketiga
ini untuk dapat terus bersaing di era globalisasi. elemen pendidikan tersebut, intinya hanya
Kemerosotan moral banyak dipengaruhi oleh satu yakni basis utamanya adalah karakter dan
kondisi sosial-budaya dalam masyarakat karakter adalah buah dari kebudayaan.
sekitarnya. Lingkungan sosial yang buruk adalah Hasil survey, fakta-fakta dan uraian dari
bentuk dari kurangnya pranata sosial dalam peneliti di atas, menunjukkan hadirnya nilai-
mengendalikan perubahan sosial yang negatif nilai budaya generasi millenial (generasi yang
D e w a s a i n i k e l u a rg a I n d o n e s i a menjadikan teknologi informasi sebagai gaya
menghadapi tantangan seiring masuknya hidup atau lifestyle) sebagai fenomena baru
nilai-nilai baru atau nilai budaya global yang yang dipicu oleh perkembangan teknologi
seringkali bertentangan dengan nilai budaya informasi tentu akan berpengaruh terhadap
bangsa Dalam kondisi ini maka ketahanan aspek pendidikan sekolah maupun kehidupan
dan bahkan kelangsungan hidup budaya individu dalam keluarga, baik positif maupun
nasional sangat tergantung dari ketahanan negatif. Masalah yang dapat dikemukakan,
keluarga sebagai unit terkecil dari suatu bagaimana karakteristik nilai-nilai budaya
bangsa dalam menghadapi arus penetrasi generasi millenial sebagai fenomena sosial?,
budaya global tersebut. Setiap individu atau karakteristik nilai-nilai budaya generasi
pribadi dalam suatu keluarga Indonesia saat millenial apa saja yang dapat mempengaruhi
ini sedang menghadapi konflik antara Das ketahanan individu?, seberapa jauh interaksi
Sein (apa yang senyatanya terjadi atau realita) dan pengaruhnya faktor karakteristik nilai-nilai
dan Das Sollen (apa yang seharusnya terjadi budaya generasi millenial dan budaya sekolah
atau yang diharapkan) dalam memahami nilai terhadap ketahanan individu? pertanyaan-
budaya nasional yang akan berakibat pada pertanyaan tersebut menjadi menarik untuk
melemahnya ketahanan individu sebagai dijadikan kajian atau penelitian.
benteng dalam menghadapi nilai budaya Lebih lanjut, dalam penelitian ini
global. (Soedarsono, 1999; Djahiri, 2006) diajukan hipotesis sebagai berikut: Pertama,
16
Heru Dwi Wahana -- Pengaruh Nilai-Nilai Budaya Generasi Millennial Dan Budaya Sekolah Terhadap
Ketahanan Individu (Studi Di SMA Negeri 39, Cijantung, Jakarta)
adanya korelasi dan pengaruh yang signifikan dengan variabel tak bebas yaitu ketahanan
antara nilai-nilai budaya generasi millennial individu menggunakan statistik inferensia
terhadap ketahanan individu. Kedua, adanya dengan teknik korelasi. Sementara itu, untuk
korelasi dan pengaruh yang significan antara mengukur tingkat pengaruh antara variabel
budaya sekolah terhadap ketahanan individu. bebas yaitu nilai-nilai budaya generasi
Ketiga, adanya korelasi dan pengaruh yang millennial dan budaya sekolah dengan
signifikan antara nilai-nilai budaya generasi variabel tak bebas yaitu ketahanan individu
millennial dan budaya sekolah terhadap menggunakan statistik inferensia dengan
ketahanan individu. teknik regresi ganda. Sebelum dilakukan
Penelitian ini menggunakan metode korelasi dan regresi ganda dilakukan uji
penelitian gabungan (mixed methods) antara asumsi klasik meliputi: uji normalitas, uji
metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. multikolinieritas, uji heterokedastisitas dan
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa uji autokorelasi.
kelas II (kelas sebelas) SMA 39 Cijantung
Jakarta Timur. Dalam penelitian ini sampling PEMBAHASAN
yang digunakan adalah sistimatis random Kondisi Nilai-Nilai Budaya Generasi
sampling dan untuk menarik populasi sampel Millennial, Kondisi Budaya Sekolah Dan
yaitu siswa kelas II (kelas sebelas) SMA Kondisi Ketahanan Individu.
39 Cijantung Jakarta Timur tahun ajaran Hasil analisis data menunjukan kondisi
2013/2014 dan yang memiliki kelahir antara nilai-nilai budaya generasi millennial dalam
tahun 1982 sampai dengan 2001. Berdasarkan penelitian berada pada kategori tinggi, kondisi
populasi siswa yang ada yaitu 360 orang budaya sekolah menunjukkan kategori tinggi
dihasilkan sampel sebesar 186 orang untuk demikian juga variabel ketahanan individu
mejawab kuesioner secara terbuka dan tertutup berada dalam kategori tinggi. Berdasarkan
serta sampel beberapa orang untuk interview ketiga kelas atau kategori yang telah ditentukan,
mendalam yang meliputi: 10 orang siswa, maka nilai-nilai budaya generasi millennial
Kepala Sekolah/Manajemen Sekolah, Guru menunjukkan semua indikator dalam kategori
Bimbingan Konsultasi, Guru PKN (Pendidikan tinggi dengan total nilai sebesar 14956 yang
Kewarganegaraan), Guru Agama, Guru TIK terdiri dari: hakikat hidup dengan nilai sebesar
(Teknologi Informasi dan Komunikasi), 2 1979, hakikat kerja/karya sebesar 3770,
orang wali siswa (orang tua). hubungan manusia dengan ruang dan waktu
Data primer dan data sekunder yang sebesar 3011, hubungan manusia dengan alam
diperoleh, dianalisa dengan statistik deskriptif sebesar 2619 dan hubungan manusia dengan
dan statistik inferensia. Untuk menggambarkan sesama manusia sebesar 3577.
karakteristik nilai-nilai budaya generasi Berdasarkan ketiga kelas atau kategori
millennial, budaya sekolah dan ketahanan yang telah ditentukan, budaya sekolah
individu digunakan statistik deskriptif yaitu menunjukkan semua indikator dalam
dengan tabulasi. Untuk mengetahui hubungan kategori tinggi. Melihat kondisi semua
antara variabel bebas yaitu nilai-nilai budaya indikator budaya sekolah tersebut, maka
generasi millennial dan budaya sekolah dapat diinteprestasikan bahwa kondisi
17
Jurnal Ketahanan Nasional, XXI (1), April 2015: 14-22
18
Heru Dwi Wahana -- Pengaruh Nilai-Nilai Budaya Generasi Millennial Dan Budaya Sekolah Terhadap
Ketahanan Individu (Studi Di SMA Negeri 39, Cijantung, Jakarta)
kategori sedang. Hubungan itu cukup erat dan dengan sesama manusia sebesar 17,10%, nilai-
positif artinya naiknya intensitas nilai-nilai nilai hakikat hidup sebesar 12,58%, nilai-nilai
budaya generasi millennial maka akan memiliki hakikat kerja/karya sebesar 11,90%, hubungan
korelasi kenaikan dengan intensitas yang cukup manusia dengan ruang dan waktu sebesar
atau sedang terhadap ketahanan individu. Budaya 8,83% dan yang terkecil adalah hubungan
sekolah juga terbukti memiliki hubungan yang manusia dengan alam sebesar 5,59%. Variabel
kuat dan positif terhadap ketahanan individu, budaya sekolah yang sumbangannya lebih
artinya semakin tinggi budaya sekolah maka besar dari nilai-nilai budaya generasi millennial
semakin tinggi pula ketahanan individu. Apabila terhadap ketahanan individu berturut-turut
dibandingkan antara nilai-nilai budaya generasi adalah indikator budaya mutu dengan nilai r
millennial dan budaya sekolah maka dapat sebesar 0,508 dengan nilai sumbangan sebesar
diketahui bahwa budaya sekolah memiliki 25,82%, diikuti indikator aspek artifak dengan
hubungan atau korelasi yang lebih kuat terhadap nilai r sebesar 0,491 dengan nilai sumbangan
ketahanan individu. Nilai r untuk korelasi sebesar 24,10%, disusul indikator aspek budaya
nilai-nilai budaya generasi millennial terhadap akaemik dengan nilai r sebesar 0,466 dengan
ketahanan individu adalah 0,450 dengan nilai nilai sumbangan sebesar 21,69%, sedangkan
sumbangan sebesar 20,29% sedangkan nilai aspek kultur sosial merupakan indikator yang
r untuk korelasi budaya sekolah terhadap paling kecil dengan nilai r sebesar 0,414 dengan
ketahanan individu adalah 0,622 dengan nilai nilai sumbangan sebesar 17,16%.
sumbangan sebesar 38,74%. Sementara itu berturut-turut variabel
Berdasarkan data-data tersebut juga nilai-nilai budaya generasi millennial dari
dapat diinterpretasikan bahwa nilai-nilai sumbangannya terhadap masing-masing
budaya generasi millennial dan budaya indikator ketahanan individu mulai dari yang
sekolah pada akhirnya secara bersama- terkecil adalah variabel nilai-nilai budaya
sama memiliki korelasi yang kuat terhadap generasi millennial terhadap ketahanan mental/
tingginya ketahanan individu khususnya bagi psikologis sebesar 11,11%, variabel Nilai-nilai
siswa SMA 39 Cijantung. Hal ini terlihat budaya generasi millennial terhadap ketahanan
nyata dari korelasi ganda nilai-nilai generasi fisik sebesar 12,10%, dan terbesar variabel
millennial dan budaya sekolah terhadap Nilai-nilai budaya generasi millennial terhadap
ketahanan individu sebesar 0,650 dan ketahanan sosial sebesar 16,09%. Untuk
sumbangannya secara bersama-sama yaitu variabel budaya sekolah mulai sumbangan
sebesar 42,25 %. Dengan demikian masih yang terkecil berturut adalah budaya sekolah
ada faktor lain yang memberikan sumbangan terhadap ketahanan fisik dengan nilai r
terhadap ketahanan individu sebesar 57,75% sebesar 0,472 dengan nilai sumbangan sebesar
dari variabel lainnya yang tidak masuk dalam 22,27%, budaya sekolah terhadap ketahanan
penelitian ini. mental/psikologis dengan nilai r sebesar 0,510
Berturut-turut variabel nilai-nilai budaya dengan nilai sumbangan sebesar 25,98% dan
generasi millennial dari sumbangannya yang terbesar budaya sekolah terhadap ketahanan
terbesar ke yang terkecil terhadap ketahanan sosial dengan nilai r sebesar 0,514 dengan
individu adalah indikator hubungan manusia nilai sumbangan sebesar 26,42%.
19
Jurnal Ketahanan Nasional, XXI (1), April 2015: 14-22
20
Heru Dwi Wahana -- Pengaruh Nilai-Nilai Budaya Generasi Millennial Dan Budaya Sekolah Terhadap
Ketahanan Individu (Studi Di SMA Negeri 39, Cijantung, Jakarta)
21
Jurnal Ketahanan Nasional, XXI (1), April 2015: 14-22
22