Anda di halaman 1dari 9

MODEL PEMBELAJARAN AL-QUR'AN HADITS ABAD 21

Ketika mendengar nama salah satu pelajaran yang ada di madrasah ataupun di pesantren, yakni pelajaran Al-Qur’n Hadis,
mungkin akan terbayang di benak kita sebuah pelajaran yang membosankan dan menjemukan. Ya, pantas saja kesan tersebut segera
menyeruak dalam benak kita. Sebab, selama ini pelajaran tersebut memang disampaikan dengan cara dan metode yang membosankan.
Dari dulu sampai sekarang, cara yang ditempuh oleh guru yang mengampu mata pelajaran tersebut hanya itu-itu saja, nyaris tidak
ada perubahan sama sekali. Membaca ayat atau hadis, mendengarkan ceramah guru yang menjemukan dan membuat ngantuk, atau
menghafal rangkaian ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi, mendengarkan pengertian al-Quran, menghafal pengertian hadis shahih, hasan,
dlaif dan lain lain yang entah untuk apa gunanya. Itulah rangkaian rutinitas pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang selama ini terjadi.
Melihat tradisi pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang barusan disebut, pantas dan sangat wajar jika murid-murid merasa jenuh dan
bosan.

Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana menyajikan pelajaran Al-Qur’an Hadis supaya lebih menyenangkan dan
mencerahkan?

Jika mencermati dunia pendidikan Barat, kita akan dibuat terpana dan berdecak kagum. Bagaimana tidak, di sana setiap
waktu muncul silih berganti aneka inovasi pembelajaran. Usaha yang ditempuh oleh para praktisi dunia pendidikan Barat ini bertujuan
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberdayakan siswa, sekaligus mencerahkan. Berikut ini saya sebutkan di
antara inovasi para praktisi pendidikan Barat: quantum learning temuan Bobbi DePorter dan Mike Hernacki; quantum teaching
temuan Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nouri; accelerated learning temuan Dave Meier; multiple intelligences
temuan Howard Gardner, serta contextual teaching and learning (CTL) temuan Elaine B. Johnson. Ini hanyalah beberapa contoh. Di
luar itu masih banyak teori-teori pembelajaran yang mencerahkan dan memberdayakan.
Kalau mencermati teori-teori dan konsep-konsep pembelajaran di atas, akan tersirat bahwa inti pembelajaran yang digagas
oleh para praktisi pendidikan Barat adalah menciptakan suasana pembelajaran yang memandang siswa sebagai manusia secara utuh,
sebagai subjek bukan sebagai objek. Dengan demikian, kendali pembelajaran bukan berada di tangan guru atau pendidik seutuhnya.
Aktor pembelajaran adalah siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan suasana pembelajaran seperti ini, praktis yang banyak
terlibat adalah siswa. Dengan banyak terlibat secara aktif, otomatis siswa tidak akan merasa bosan. Justru para siswa akan merasa
senang dan bergairah.

Kembali pada pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang menyenangkan. Menurut saya, para pengampu pelajaran Al-Qur’an
Hadis perlu melakukan inovasi dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Tujuannya adalah agar suasana pembelajaran tampak
baru dan menarik minat para siswa. Bagaimana caranya? Berikut ini beberapa masukan dari saya untuk menyajikan pelajaran Al-
Qur’an Hadis yang menyenangkan, dan mencerahkan. Paling tidak, dengan sekelumit inovasi ini, pembelajaran Al-Qur’an Hadis
akan tampak baru. Kalau dulu para siswa terkantuk-kantuk ketika menyimak pelajaran Al-Qur’an Hadis, dengan beberapa inovasi
ini, diharapkan mereka akan bergairah dan lebih antusias.

Pertama, pembelajaran Al-Qur’an Hadis boleh saja mengadopsi teori-teori pembelajaran Barat seperti yang disebutkan di
atas. Misalnya, dengan menerapkan teori pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) temuan Elaine B. Johnson. Asumsi
dasar teori ini adalah bahwa seorang pembelajar akan mau dan mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap
makna dari pelajaran tersebut. Teori ini dapat diaplikasikan dengan cara mengaitkan isi dari sebuah mata pelajaran, misalnya pelajaran
Al-Qur’an Hadis, dengan pengalaman para siswa. Dengan cara seperti ini, para siswa akan mampu menemukan makna dari materi
pelajaran yang dipelajarinya. Jika mereka mampu menemukan makna (baca: kegunaan) dari pelajaran tersebut, mereka akan lebih
antusias dalam belajar, karena mereka mempunyai alasan untuk belajar.
Kedua, mencoba menggali metode pembelajaran yang menyenangkan dari sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an
dan hadis. Kita seharusnya malu, kenapa para praktisi pendidikan Barat mampu menemukan inovasi-inovasi pembelajaran, sementara
kita umat Islam tidak mampu berbuat apa-apa. Padahal, dalam deretan ayat Al-Qur’an dan himpunan hadis Nabi terkandung metode
pembelajaran yang dipakai oleh Allah dan Rasul-Nya dalam mendidik umat ini.

Sebagai contoh, dalam ‘Ulumul Qur’an ada materi Qashash Al-Qur’an (kisah-kisah Al-Qur’an) dan Amtsal Al-Qur’an
(tamsil atau permisalan Al-Qur’an). Dua cabang keilmuan Al-Qur’an ini sebenarnya bisa dijadikan sebagai salah satu strategi
pembelajaran Al-Qur’an Hadis. Dengan metode Qashash Al-Qur’an, pembelajaran Al-Qur’an Hadis akan tampak lebih
menyenangkan dan dramatis. Dan, dengan metode Amtsal Al-Qur’an, pelajaran Al-Qur’an Hadis akan lebih membekas ke dalam
sanubari para siswa. Ini hanyalah satu contoh.

Demikian juga dalam hadis Nabi, terdapat sekian puluh metode Rasulullah dalam mengajari dan mendidik para
sahabatnya. ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam ar-Rasuul al-Mu‘allim wa Asaalibuhu fii at-Ta‘liim merangkum sekitar 40 metode
pembelajaran Rasulullah. Jika masing-masing metode pembelajaran Rasulullah ini diimplementasikan dalam pelajaran Al-Qur’an
Hadis, tentu pelajaran tersebut akan lebih menyenangkan.

Salah satu metode pembelajaran Rasulullah yang disebutkan dalam kitab ini adalah metode interaktif-dialogis (tanya
jawab). Sebagai contoh, dalam satu hadis riwayat Imam Muslim dikisahkan bahwa Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat,
“Apakah kalian tahu, siapakah orang yang disebut bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang disebut bangkrut adalah orang
yang tidak memiliki uang atau kekayaan.” Lalu Rasulullah menjelaskan, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang pada
Hari Kiamat nanti memiliki banyak pahala shalat, puasa, dan zakat, namun di sisi lain ia suka mencaci dan memfitnah orang lain,
memakan harta orang lain (secara tidak halal), menumpahkan darah orang lain (tanpa hak), dan berbuat kekerasan kepada orang lain.
Maka, (pahala) amal kebaikan orang tersebut akan diberikan (oleh Allah) kepada orang-orang yang pernah ia sakiti. Selanjutnya, jika
(pahala) amal kebaikan orang tersebut telah habis dibagikan kepada mereka sebelum lunas beban (dosa) yang harus dia pikul, maka
diambillah dosa-dosa mereka, lalu ditimpakan kepada orang tersebut hingga ia pun akhirnya dilemparkan ke dalam api neraka.”
Bukankah suasana pembelajarant jawab ini sangat menyenangkan?

Ketiga, dengan memanfaatkan teknologi. Misalnya, pembelajaran Al-Qur’an Hadis diselenggarakan dengan menggunakan
LCD dan laptop lewat presentasi power point yang atraktif, menggunakan maktabah syamilah sebagai penunjang serta mausu’ah
virtual hadis. Atau, pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang sesekali diselingi dengan pemutaran film Islami yang inspiratif. Dengan
cara demikian, insya Allah suasana pembelajaran Al-Qur’an Hadis akan lebih menyenangkan . Dampaknya, para siswa akan lebih
antusias dalam mengikuti dan mencermati pelajaran Al-Qur’an Hadis.

Ke depan, para guru yang mengampu pelajaran Al-Qur’an Hadis harus lebih inovatif dalam menyajikan pelajaran Al-
Qur’an Hadis. Mereka juga dituntut agar selalu meng-up grade pengetahuannya, baik pengetahuan tentang materi pelajaran Al-
Qur’an Hadis maupun materi tentang teori-teori pembelajaran. Dengan setumpuk pengetahuan yang dimiliki, bisa dipastikan para
ustaz akan mampu mengemas pelajaran Al-Qur’an Hadis dengan lebih baik. Mereka akan lebih atraktif, lebih inovatif, dan selalu
memiliki cara baru dalam menyajikan materi pelajaran Al-Qur’an Hadis.

Berikut ini contoh rencana pembelajaran Al-Qur’an Hadis dengan memanfaatkan kecanggihan IT abad 21 :
Sekolah: MA NURUL FALAH TRENGGALEK

Mata Pelajaran : Al Qur’an Hadits

Kelas / Semester : XII 1 ( Ganjil)

Alokasi Waktu : 6 X 35 Menit

A. STANDAR KOMPETENSI

1. Mampu melakukan takhrij hadis sederhana dengan menggunakan aplikasi virtual mausu’ah Hadis karena mentakhrij hadis
dalam bentuk sebenarnya membutuhkan rujukan Kitab yang tidak sedikit sementara perpustakaan sekolah tidak
memungkinkan, kecuali di perpustakaan UIN atau kampus swasta yang lengkap. Maka belajar hadsi berbasis IT abad 21
sangat membantu guru memahamkan siswa bagimana langkah langkah mentakhrij hadis.

2. Memiliki gambaran bagaimana proses hadis bisa digolongkan menjadi hadis shahih, hasan atau dlaif berdasarkan adil,
tsiqah dan tasalsulnya rawi dengan gurunya.

B. Kompetensi Dasar

1.1 mengetahui standard ukuran hadis dikatkan sahih, hasan atau dloif
C. MATERI PELAJARAN

 Hadis innama al- a’malu binniyat

D. METODE PEMBELAJARAN

 Pemodelan dari guru melalui LCD

 Penugasan melalui aplikasi di computer

E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
MEDIA/
NO. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN WAKTU
SUMBER

1. PENDAHULUAN 10 menit

 Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan, Teknik pembagian
keluarga dan keinginannya kelompok

 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai


siswa hari ini

 Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang pengertian hadis shahih, hasan
dan dlaif
2. KEGIATAN INTI 45 menit

 Siswa menyimak penjelasan guru tentang cara cara takhrij Hadis Guru, slide,

 Guru menjelaskan urutan bagaimana mentakhrij hadis dengan menggunakan mausu’ah komputer, LCD
hadis virtual dengan menggunakan LCD

 Guru mengulangi tata cara tersebut beberapa kali

 Secara berkelompok siswa diberi tugas untuk mentakhrij sebuah hadis di lab computer
ang masing-masing sudah terintal aplikasi mausu’ah virtual Hadis Komputer

3. PENUTUP 5 menit

 Guru memeriksa hasil takhrij hadis dari siswa dan mengoreksi jika terdapat kesalahan Instrumen tugas
kelompok

F. MEDIA / SUMBER
 Buku paket
 Perangkat ICT
 Beberapa macam kitab hadis
 LCD
G. PENILAIAN
Jenis dan teknik penilaian :
• Kompetensi sikap : observasi
• Kompetensi pengetahuan : Tes tulis dan Lisan
• Kompetensi ketrampilan : unjuk kerja 9 praktek individu maupun kelompok)
Jenis dan teknik penilaian :
 Kompetensi sikap : observasi
 Kompetensi pengetahuan : Tes tulis dan Lisan
 Kompetensi ketrampilan : unjuk kerja 9 praktek individu maupun kelompok)

Jenis dan teknik penilaian :


 Kompetensi sikap : observasi
 Kompetensi pengetahuan : Tes tulis dan Lisan
 Kompetensi ketrampilan : unjuk kerja 9 praktek individu maupun kelompok)

Jenis dan teknik penilaian :


 Kompetensi sikap : observasi
 Kompetensi pengetahuan : Tes tulis dan Lisan
 Kompetensi ketrampilan : unjuk kerja 9 praktek individu maupun kelompok)

Anda mungkin juga menyukai