Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN SELULITIS

DI RUANG ICU RSUD KOTA BOGOR

NAMA : SY. NAJMI RIZKYAH ASSAGAF


NIM : 18160000154

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2017
TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN PENDHULUAN
A. DEFINISI
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses
inflamasi, yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri
S.aureus dan atau Streptococcus (Arif Muttaqin, 2013).
Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian
jaringan subkutan (Mansjoer, 2007 ).
Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang
jaringan (Brunner dan Suddarth, 2005).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi Sistem Integumen
Lapisan Kulit dan Bagian-bagian Pelengkapnya. Kulit terbagi menjadi 3
lapisan:
a. Epidermis
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan
epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling
tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan
telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat
pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis
disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena
secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan
antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding
kapiler dermis ke dalam epidermis.
Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
1) Lapisan tanduk (stratum corneum)
Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan
menutupi semua lapisan epidermis lebih ke dalam. Lapisan
tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat
sedikit mengandung air. Pada telapak tangan dan telapak kaki
jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini
lapisan tanduk jauh lebih tebal.
Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu
sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan
lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas
dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia
setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi
kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan baru.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung
sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing
capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia
dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat.
Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi,
membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan
tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal,
timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan
penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat
digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada
lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk
mencegah terjadinya penguapan air dari lapis lapis kulit lebih
dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi
lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.
2) Lapisan bening (stratum lucidum)
Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah
lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan
tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari
protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat
translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya).
Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak
kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
3) Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang
mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar
dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit
telapak tangan dan telapak kaki.
4) Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Disebut juga lapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang
saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan
protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling
berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi
filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel
pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris.
Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak
(polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar
ukurannya. Diantara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus
yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan
pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang
lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis.
Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi
yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung
kolesterol dan asam amino.
5) Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu
baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap
permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu
dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu
struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis.
Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan
metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di
dalam lapisan ini sel-sel epidermisbertambah banyak melalui
mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas,
akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat
pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit)
pembuat pigmen melanin kulit.
Tipe-Tipe Sel Epidermis:
1) Keratinocytes
Subtansi terbanyak dari sel-sel epidermis, karena
keratinocytes selalu mengelupas pada permukaaan epidermis,
maka harus selalu digunakan. Pergantian dilakukan oleh aktivitas
mitosis dari lapisan basal (di malam hari). Selama perjalanannya
ke luar (menuju permukaan. Keratinocyes berdeferensiasi
menjadi keratin filamen dalam sitoplasma. Proses dari basal
sampai korneum selama 20-30 hari. Karena proses cytomorhose
dari keratinocytes yang bergerak dari basal ke korneum, lima
lapisan dapat diidentifikasi. Yaitu basal, spimosum, granulosum,
losidum dan kornium.
2) Melanocytes
Didapat dari ujung saraf, memproduksi pigment melanin
yang memberikan warna coklat pada kulit. Bentuknya silindris,
bulat dan panjang. Mengandung tirosinase yang dihasilkan oleh
REG, kemudian tirosinase tersebut diolah oleh Aparatus Golgi
menjadi oval granules (melanosomes). Ketika asam amino tirosin
berpindah ke dalam melanosomes, melanosomes berubah
menjadi melanin. Enzim tirosinase yang diaktifkan oleh sinar
ultra violet.. Kemudian melanin meninggalkan badan
melanicytes dan menuju ke sitoplasma dari sel-sel dalam lapisan
stratum spinosum. Dan pada akhirnya pigmen melanin
didegradasi oleh keratinocytes.
3) Merkel Cells
Banyak terdapat pada daerah kulit yang sedikit rambut
(fingertips, oral mucosa, daerah dasar folikel rambut). Menyebar
di lapisan stratum basal yang banyak mengandung keratinocytes.

4) Langerhans Cells
Disebut juga dendritic cells karena sering bekerja di
daerah lapisan stratum spinosum. Merupakan sel yang
mengandung antibodi. Banyaknya 2% – 4 % dari keseluruhan sel
epidermis. Selain itu, juga banyak terdapat di bagian dermis pada
lubang mulut, esophagus, dan vagina. Fungsi dari langerhans
cells adalah untuk responisasi terhadap imun karena mempunyai
antibodi.
b. DERMIS (Korium)
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa,
tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-
kelenjar palit (Sebacea) atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh
darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor
pili).
Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut,
terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar
palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan
minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung
rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit
jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat
diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di
kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan
telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-
serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel.
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat,
memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-
masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan
fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin.
Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal
yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat
takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di
kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau
bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut
memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang
rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung
rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang
dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat
elastis yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk
semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat
kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam
membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan
kelenturan kulit.
Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi
kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor
lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau
kekurangan gizi. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit
jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit
jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti
yang dimiliki kulit ari.
Di dalam lapisan dermis terdapat dua macam kelenjar yaitu :
1) Kelenjar keringat (Sudorifera)
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang
melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara
pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua
bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih
banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki,
kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu
badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari
tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan
jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar
keringat yaitu :
a) Kelenjar keringat ekrin : Kelenjar keringat ini mensekresi
cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95-97 persen
air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam,
sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari
metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh
kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke
kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan
menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada
orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing,
bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada
permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
b) Kelenjar keringat apokrin : Hanya terdapat di daerah ketiak,
puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur
(anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental,
berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap
orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali
sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan
dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut.
Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak
dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini.
Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan
aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
2) Kelenjar palit (Sebacea)
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat
berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-
gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut
(folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki
kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan
telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh
terutama pada bagian muka.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai
satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada
saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjarpalit atau
kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut
dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan
bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar
sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk
pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau
kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak
sehingga memudahkan timbulnya jerawat.
c. HIPODERMIS / SUBCUTIS.
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak,
pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan
permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan
saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit
berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-
organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai
cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi
sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis
terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam
jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang
sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit
akan mengendur serta makin kehilangan kontur.
2. Fisiologi Sistem Integumen
Kulit memiliki banyak fungsi diantaranya adalah :
a. Menutupi dan melindungi organ – organ dibawahnya
b. Melindungi tubuh dari masuknya mikroorganisme dan benda asing
c. Pengaturan suhu
d. Ekskresi : melalui perspirasi atau berkeringat, membuang sejumlah
kecil urea.
e. Sintesis : konversi 7-dehydrocholesterol menjadi vit D3
(Cholecalciferol) dengan bantuan sinar UV.
Warna Pada Kulit dan Fungsi Melanin
Kulit mendapatkan warna dari 3 faktor :
a. Adanya melanin (pigmen gelap yang diproduksi melanosit) :
Melanin berfungsi untuk melindungi kulit dari sinar ultraviolet yang
berlebih
b. Pigmen berwarna kuning (karoten) : Dalam sel lemak dermis dan
hypodermis
c. Warna darah : Dalam pembuluh dermal dibawah lapisan epidermis
Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit dan Fungsinya :
a. Kelenjar Sudoriferus atau Kelenjar Keringat
1) Eccrine atau Mesocrin : fungsinya mengatur suhu tubuh,
mengeluarkan keringat dengan proses fisiologis.
2) Apokrin atau Odiferus : fungsinya menghasilkan keringat yang
mengandung lemak, mengeluarkan keringat dengan bau husus
terdapat di ketiak, areola mamae, labium mayora, anal dan
genital.
b. Kelenjar Sebaseous atau Kelenjar Minyak
Sekret dari kelenjar ini disebut sebum fungsinya melembabkan kulit,
mencegah terjadinya absorpsi dan penguapan dari kulit.
C. ETIOLOGI
Selulitis berasal dari bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme
lainnya negatif anaerob seperti Prevotella, Porphyromona dan Fusobacterium
odontogenik pada umumnya merupakan infeksi campuran dari berbagai
macam bakteri, baik bakteri aerob maupun anaerob mempunyai fungsi yang
sinergis. Infeksi Primer Selulitis dapat berupa perluasan infeksi/abses
periapikal, osteomyielitis dan perikoronitis yang dihubungkan dengan erupsi
gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi
periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan menggunakan jarum yang tidak
steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur compound maksila /
mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder dari oral
malignancy. Penyebab dari Selulitis menurut Isselbacher adalah bakteri
streptokokus grup A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.
Penyebab Selulitis paling sering pada orang dewasa adalah
Staphylococcus aureus dan Streptokokus beta hemolitikusgrup A sedangkan
penyebab Selulitis pada anak adalah Haemophilus influenzatipe b (Hib),
Streptokokus beta hemolitikusgrup A, dan Staphylococcus aureus.
Streptococcuss beta hemolitikusgroup B adalah penyebab yang jarang pada
Selulitis. Selulitis pada orang dewasa imunokompeten banyak disebabkan
oleh Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus sedangkan pada
ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme
campuran antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun anaerob.
bakteri mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada
imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada
imunokopromais lebih sering melalui aliran darah. onset timbulnya penyakit
ini pada semua usia (Gillespie, 2009).
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Mansjoer (2007) manifestasi klinis selulitis adalah
Kerusakan kronik padakulit sistem vena dan limfatik pada kedua
ekstrimitas, kelainan kulit berupa infiltrat difussubkutan, eritema
local, nyeri yang cepat menyebar dan infitratif ke jaringan
dibawahnya, Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan
lekositosis.
E. PATOFISIOLOGI
Kerusakan integritas kulit hampir selalu mendahului infeksi, karena
organisme invasif menyerang area yang terganggu, kejadian ini membuat sel
pertahanan kewalahan, seiring perkembangan Selulitis, organisme menyerang
jaringan disekitar lokasi luka awal (Kimberly, 2012).
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi
pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan
pada orang kencing manis yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran
klinis eritema lokal pada kulit dan system vena dan limfatik pada kedua
ektrimitas atas dan bawah.Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang
karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus aureus, kecuali jika
luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit
ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur
pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. meskipun etiologi abses ini
biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran
bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. bau busuk dan pewarnaan
gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami super infeksi. etiologinya tidak jelas, tetapi
mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis, dan
infeksi derajat rendah.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. C B C ( Complete Blood Count ), menunjukkan kenaikan
jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga
mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah
didugae .
c. M e n g k u l t u r d a n m e m b u a t a p u s a n G r a m , d i l a k u k a n
s e c a r a t e r b a t a s p a d a d a e r a h penampakan luka namun sangat
membantu pada area abses atau terdapat bula.
d. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila
penderita belum memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit
yang terkena kecil, tidak terasa sakit, tidak adatanda sistemik
(demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi),
dantidak ada faktor resiko.

G. PENATALAKSANAAN
1. Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene
perorangan dan lingkungan harus diperhatikan.
2. S i s t e m i k Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan
selulitis
a. Penisilin G prokain dan semisintetiknya
1) P e n i s i l i n G p r o k a i n
D o s i s n ya 1 , 2 j u t a / h a r i , I . M . D o s i s a n a k 1 0 0 0 0
unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan
(drug of choice), walaupun di rumah sakit kota -kota besr
perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini
tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis
tinggi, dan semakinsering terjadi syok anafilaktik.
2) Ampisilin
D o s i s n ya 4 x 5 0 0 m g , d i b e r i k a n 1 j a m sebelum
m a k a n . D o s i s a n a k 5 0 - 1 0 0 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis.
3) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat
diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi
dibandingkan dengan ampisilin sehingga
k o n s e n t r a s i d a l a m plasma lebih tinggi.
4) Golongan obat penisilin resisten -penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya:
oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin.
Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum
m a k a n . D o s i s flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25 -
11,25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
b. Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin
diabsorbsi lebih baik karena itudosisnya lebih kecil, yakni 4
x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-
60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan
klindamisin 8-16mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/har i
pada infeksi berat, dibagi dalam 3 -4dosis. Obat ini efektif untuk
pioderma disamping golongan obat penisilin resisten- penisilinase.
Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa
colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar
tidak dipakai lagidan diganti dengan klindamisin karena
potensi antibakterialnya lebih besar, efek s a m p i n g n ya
lebih sedikit, pada pemberian per oral tidak terlalu
d i h a m b a t o l e h adanya makanan dalam lambung.
c. Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasn ya
kurang dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan
obat golongan resisten-penisilinase. Sering memberirasa tak
enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-50
mg/kgBB/haridibagi dalam 3-4 dosis.
d. Sefalosporin
Pada selulitis ya n g berat atau ya n g tidak
m e m b e r r e s p o n d e n g a n o b a t - o b a t a n tersebut diatas, dapat
dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat
untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.
Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis
untuk orang dewasa2 x 500 ms e h a r i a t a u 2 x 1 0 0 0 m g
sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25 -
5 0 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
2. T o p i k a l
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk
pengboatan selulitis. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak
dipakai secara sistemik agar kelak tidak t e r j a d i r e s i s t e n s i d a n
h i p e r s e n s i t i v i t a s , c o n t o h n ya i a l a h b a s i t r a s i n , n e o m i s i n ,
d a n mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif -
gram. Neomisin, yang dinegeri barat dikat akan sering
menyebabkan sensitisasi, jarang ditemu kan. Teramisindan
kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena
harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim.
Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan
permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon
7,5 % yang dilarutkan 10 x. Yang terakhir ini lebih efektif,
hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium.
Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan
mengiritasikulit.
3. Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30 %
(necrotizing fasciitis) serta memiliki g a n g g u a n m e d i s l a i n n ya , h a l
yang harus dilakukan adalah operasi pengangkatan
p a d a jaringan yang mati ditambah terapi antibiotik secara infuse,
pengangkatan kulit, jaringan, danotot dalam jumlah yang banyak, dan
dalam beberapa kasus, tangan atau kaki yang terkena harus
diamputasi.
H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Biasanya di dapatkan keluhan nyeri lokal dan pada beberapa pasien
didapatkan adanya keluhan malaise, demam dan menggigil.
b. Riwayat
Yang dapat meningkatkan resiko Selulitis, seperti penyakit diabetes
melitus, riwayat intervensi diagnostik invasif pada penyakit jantung,
riwayat penggunaan obat. Pasca bedah penggantian sendi pinggul
(Total hip replacement),
c. Pemeriksaan Fisik
1) Suhu : Selulitis ditandai dengan demam, suhu meningkat (>
37,50C).
2) Kulit : Pada fase awal bisa didapatkan adanya kemerahan dan
nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil dikulit atau
daerah luka, kulit menjadi panas dan bengkak, serta tampak
seperti kulit jeruk yang mengelupas, dengan berlanjutnya
penyakit, status lokalis didapatkan adanya lesi kulit berupa eritma
lokal yang nyeri, dengan cepat menjadi makin merah, meluas
namun batasannya tak jelas (difus) dan tepi tidak meninggi.
Terkadang bagian tengahnya menjadi nodular dan bagian atasnya
terdapat vasikula yang pecah mengeluarkan pus (nanah) serta
jaringan nikrotik. fase lanjut karena infeksi menyebar ke daerah
yang lebih luas maka kelenjar getah bening di dekatnya dapat
membengkak dan teraba lunak. Kelenjar getah bening di lipatan
paha membesar karena infeksi di tungkai, kelenjar getah bening di
ketiak membesar karena terinfeksi di lengan, penderita dapat
mengalami demam, menggigil, peningkatan denyut jantung, sakit
kepala dan tekanan darah rendah. Terkadang gejala-gejala ini
timbul beberapa jam sebelum gejala ini sama sekali tidak ada.
Abses dapat timbul sebagai akibat dari Selulitis, meskipun jarang,
dapat terjadi komplikasi serius berupa penyebaran infeksi
dibawah kulit yang menyebabkan kematian jaringan dan
penyebaran infeksi melalui aliran darah (bakterimia) ke bagian
tubuh lainnya, jika Selulitis kembali menyerang sisi yang sama,
maka pembuluh getah bening di dekatnya dapat mengalami
kerusakan dan menyebabkan pembengkakan jaringan yang
bersifat menetap.
PATHWAY
Bakteri patogen (streptokokus piogenes, streptokokus grup A,stapilokokus aureus)

Menyerang kulit dan jaringan subkutan

Meluas ke jaringan yang lebih dalam

Menyebar secara sistemik

Selulituis

Kalor Dolor Tumor Rubor Fungsiolesa

Proses fagositosis Akselerasi/ Hiperplasi hipertermi Intoleransi


Deselerasi jar. ikat jaringan/organ
jar. Saraf distal
Hipertermi sekitar Eritema lokal
Oedema
jaringan Intoleransi
Nyeri otot ikat aktivitas

Kerusakan
Penekanan
Gangguan rasa nyaman nyeri integritas
jaringan
kulit
saraf

Gangguan
citra tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly. (2012). Kapita Selekta Penyakit Dengan Implikasi


Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brunner & Suddarth. (2005). Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8). Jakarta:
EGC.
Fitzpatrick. (2008). Dermatology in General Medicine. New York: McGraw-Hill.
Gillespie Stephen, Kaathleen bamford. (2009). At AaGlance Mikrobiologi Medis
dan Infeksi. Jakarta: Erlanga.
Mansjoer, Arif. (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculpius.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2013). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai