Diajukan Oleh:
RISKI DAMAYANTI
F.15.115
Kepada
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
KENDARI
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
dialami dalam penulisan karya ilmiah ini, namum atas dorongan dan kemauan
yang keras terutama adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan karya
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak
maupun materi. Oleh karena itu pendapat, saran, dan kritik sangat diharapkan dari
semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
INTISARI........................................................................................................ iv
ABSTRACT.................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rujukan Penelitian ................................................................................ 4
B. Landasan Teori ..................................................................................... 6
1. Beras Merah ....................................................................................... 6
2. Ekstraksi .......................................................................................... 9
3. Kulit ....... ............. ............................................................................. 10
4. Tabir Surya ........................................................................................ 19
5. Pengukuran Efektivitas Tabir Surya.................................................. 21
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 16
B. Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................................... 16
C. Populasi Dan Sampel Penelitian ........................................................... 16
D. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 16
E. Variabel Penelitian ................................................................................ 16
iii
F. Hipotesis ................................................................................................. 16
G. Prosedur penelitian ................................................................................. 16
1. Alat Dan Bahan ................................................................................... 12
2. Cara Kerja ............................................................................................ 12
3. Analisa Data ........................................................................................ 21
4. Skema Jalannya Penelitian ................................................................... 22
BAB IV HASIL DA PEMBAHASAN ........................................................
A. Ekstraksi Beras Merah ............................................................................ 22
B. Uji Evaluasi Fisik Sediaan ...................................................................... 23
C. Uji Stabilitas Cycling Test ...................................................................... 27
D. Uji Aktivitas Tabir Surya........................................................................ 30
BAB V PENUTUP......................................................................................... 33
A. Kesimpulan.............................................................................................. 33
B. Saran ....................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
INTISARI
v
ABSTRACT
TEST THE EFECTIVENESS OF SUNSCREEN LOTION EXTRACT OF
RED RICE (Oryza nivara)
Red rice ( Oryza nivara) is an oryza plant that has already used as
sunscreen from generation to generation because has the component of
anthocyanin. This study aims to make the sunscreen lotion exstrac form of red
rice that stable with high SPF value.
The extraction of red rice was done by using maceration method with
96% ethanol solvent. The evaluation studies of formulation was done with
storage in room temperature for four weeks and cycling Test that was done in
one cycle with some parameter of observations were organoleptic, homogenity,
pH,emulsion type, spread force, SPF, erythema transmission, pigmentation
transmission and viscosity test.
The result of the studies showed that the extract of red rice can be the sunscreen
lotion form with 10%, 15% and 20% of active substance. Those three formulation were
colored red to brownish, scented of typical rose oil in semi-solid form, all homogen
formulation, the value of ph were qualified with emulation type of oil in the water. The
SPF value in concentration 10% were 13,3 (maximal protection), 15% were 6,3 (extra
protection), and 20% were 5,3 ( moderate protection) and without extract were 1,7 ( not
included as sunscreen ). the value of pigmentation transmission in concentration 10%
were 33,3 (not in a rings), whereas in concentration 15% and 20% already qualified as
sunscreen.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh terluar dan terbesar oleh karena itu paling
cenderung secara langsung terpapar sinar matahari. Ketika kulit terpapar radiasi
UV dalam waktu yang lama, hal tersebut dapat meningkatkan radikal bebas yang
dapat memacu terjadinya kanker kulit (Afaq dan Mukhtar, 2001). Respon biologi
pada kulit akibat paparan radiasi UV antara lain yaitu eritema, edema, penipisan
lapisan dermis dan epidermis, tanning (pencoklatan pada kulit), imunosupresan,
kerusakan DNA, photoaging (efek penuaan kulit oleh cahaya), fotodermatosis
akut dan kronik dan melanogenesis (Walters, 2008 ).
Tabir surya merupakan bahan-bahan kosmetik yang seara fisik atau kimia
dapat menghambat penetrasi sinar UV kedalam kulit (Harun dan Oroh, 2001).
Salah satu komoditas yang diduga dapat berkhasiat sebagai tabir surya adalah
beras merah. Secara empiris beras merah telah digunakan oleh masyarakat
Indonesia sebagai salah satu kosmetik tradisional khususnya di daerah Sukabumi,
Jawa Barat yang dikenal sebagai salah satu penghasil beras merah. Di daerah
tersebut beras merah dibuat menjadi bedak dingin berkhasiat sebagai anti jerawat
dan penangkal sinar matahari alami sebab memiliki efek melembabkan (Siti,
2012).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak beras merah berfungsi sebagai
sunblock yang dapat menyerap hampir semua sinar UV A dan UV B (Suda,
2013). Ekstrak beras merah telah diteliti memiliki kandungan senyawa yaitu
antosianin, karbohidrat, protein, lemak, asam folat, tanin dan alkaloid (Adzkiya,
2011). Kandungan senyawa dalam ekstrak beras merah yang bermanfaat sebagai
tabir surya adalah tanin dan antosianin.
Tanin yang terkondensasi memiliki aktifitas sebagai antioksidan dan dapat
melindungi kulit dari kerusakan yang ditimbulkan radiasi UV (Brandt,2000).
Antosianin merupakan pigmen larut air secara alami terdapat pada berbagai jenis
-1-
tumbuhan yang memberi warna pada beras merah. Selain itu antosianin memiliki
manfaat antioksidan dengan berperan sebagai donor elektron atau transfer atom
hidrogen pada radikal bebas. Antosianin dapat memberikan perlindungan UV atau
mengatasi oksigen yang reaktif (Tisnadjaja dkk, 2012).
Sebelumnya, Zahid (2016) mengembangkan sediaan lotion tabir surya
ekstrak beras merah yang dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak beras merah
2,5%, 5%, dan 10%. Hasil penelitian menujukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak, maka nilai SPF semakin tinggi, akan tetapi persen (%)
eritema dan persen (%) pigmentasi semakin rendah, namun metode penentuan
efektivitas tabir surya belum optimal dan dalam penelitian tersebut hanya satu
konsentrasi 10% yang memiliki kemampuan proteksi ekstra terhadap sinar UV,
dan berdasarkan hasil uji pigmentasi diperoleh nilai sebagai sunblock namun
transmisi eritema pada penelitian tersebut tidak mencapai nilai efektif sebagai
sunblock sebab tidak kurang dari 1%. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk melanjutkan penelitian tersebut dengan fokus pada uji efektivitas tabir surya
menggunakan metode yang berbeda sehingga dapat diperoleh konsentrasi yang
memiliki nilai SPF tertinggi dan memiliki nilai efektif sebagai sunblock.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini dengan judul “UJI EFEKTIVITAS TABIR SURYA LOTION
EKSTRAK BERAS MERAH (Oryza nivara)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : ”Berapakah konsentrasi tabir
surya ekstrak beras merah yang mempengaruhi nilai SPF, nilai transmisi
pigmentasi dan nilai transmisi eritema?”
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tabir surya ekstrak beras merah
terhadap nilai SPF.
2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tabir surya ekstrak beras merah
terhadap nilai transmisi pigmentasi.
-2-
3. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tabir surya ekstrak beras merah
terhadap nilai transmisi eritema.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan ekstrak
beras merah sebagai lotion tabir surya.
2. Menambah keterampilan peneliti di bidang formulasi tabir surya.
3. Sebagai sumber pustaka dalam penelitian formulasi lotion.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rujukan Penelitian
Penelitian yang menjadi rujukan atau referensi dalam penelitian ini antara
lain adalah :
1. Zahid, (2016) membuat formula mengenai lotion tabir surya ekstrak beras
merah (Oryza nivara) formulasi dengan variasi konsentrasi ekstrak beras
merah 2,5%, 5%, dan 10%. Berdasarkan hasil uji SPF, eritema, pigmentasi
pada formula A dengan konsentrasi 2,5% peroleh nilai SPF 5.3 (proteksi
sedang), transmisi eritema diperoleh nilai 5,3 (proteksi ultra) dan transmisi
pigmentasi 2,5 (tidak memenuhi syarat), pada formula B dengan konsentrasi
5% diperoleh nilai SPF 6,3 (proteksi ekstra), transmisi eritema diperoleh nilai
5,2 (proteksi ultra), dan transmisi pigmentasi diperoleh nilai 3,5 (sunblock),
dan pada formula C diperoleh nilai SPF 7,0 (proteksi ekstra), transmisi
eritema diperoleh nilai 5,12 (proteksi ultra) dan pada transmisi pigmentasi
diperoleh nilai 3,2 (sunblock).
2. Suda, (2013) melakukan penelitian dengan memanfaatkan ekstrak beras
merah (Oryza nivara) sebagai tabir surya. Ekstrak yang diteliti adalah ekstrak
etanol 96%. Untuk mengetahui aktivitas ekstrak tersebut dilakukan uji
aktivitas secara in vitro dengan cara mengukur absorbansi atau transmitansi
larutannya pada tingkat konsentrasi tertentu pada rentang panjang gelombang
292,5-372,5nm. Selanjutnya evaluasi dilakukan dengan menghitung
persentase transmisi eritema dan pigmentasi. Berdasarkan hasil perhitungan
-3-
persentase eritema dan pigmentasi, konsentrasi 100 bpj ekstrak etanol beras
merah dapat memberikan perlindungan kulit dari radiasi UV dengan persen
transmisi eritema 0,6681 dan persentase transmisi pigmentasi 0,7001 sehingga
dikategorikan sebagai sunblock. Peningkatan konsentrasi ekstrak disertai
dengan peningkatan efek penyerapan sinar UV yang ditandai dengan semakin
kecilnya nilai persen eritema maupun pigmentasi
3. Mokodompit, dkk (2013) melakukan penelitian penentuan nilai SPF secara in
vitro krim tabir surya ekstrak etanol kulit alpukat (Persea Americana Mill)
dibuat dengan konsentrasi ekstrak kulit alpukat 5%, 7,5% dan 10%. Pada
penentuan nilai SPF secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer
menghasilkan nilai SPF yang didapat pada konsentrasi 5% = 3.99, 7.5% =
5.88, dan 10% = 6.81. Hal ini membuktikan bahwa krim tabir surya yang
dibuat tidak berkhasiat sebagai tabir surya karena sekarang ini nilai SPF tabir
surya yang baik lebih dari 15. Krim ekstrak kulit alpukat diencerkan 4000
ppm, caranya diambil sebanyak 0,1 gram masing-masing krim ekstrak kulit
alpukat (5%, 7,5%, 10%) dilarutkan dalam etanol 95% sebanyak 25 mL
kemudian dicampur hingga homogen. Sebelumnya spektrofotometer
dikalibrasi dengan menggunakan etanol 95%. Caranya etanol sebanyak 1 mL
dimasukkan ke dalam kuvet kemudian kuvet tersebut dimasukkan dalam
spektrofotometer UV-Vis untuk proses kalibrasi. Setelah itu dibuat kurva
serapan uji dalam kuvet, dengan panjang gelombang antara 290-320 nm, dan
etanol 95% sebagai blanko. Serapan rata-ratanya (Ar) ditetapkan dengan
interval 5 nm. Hasil absorbansi dicatat kemudian dihitung nilai SPFnya.
B. Landasan Teori
1. Beras Merah (Oryza nivara)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
-4-
Genus : Oryza
Species : Oryza nivara (Suardi, 2005).
-5-
mengandung lemak. Lapisan aleuron yang terdiri dari sel-sel parenkim
merupakan pembungkus endosperm dan lembaga yang kaya protein,
lemak dan vitamin. Bagian endosperm terdiri dari sel parenkim yang
terdiri dari granula pati dan matrik protein. Tebal lapisan dinding sel
endosperm adalah 0.25 μm. Dinding sel pericarp, aleuron dan selulosa.
Lapisan pembungkus endosperm dinamakan kulit ari. Testa dan lapisan
aleuron disebut lapisan dalam, sedangkan pericarp disebut lapisan luar.
Warna kulit ari ini dari putih sampai kehitam-hitaman (Adzkiya, 2011).
c. Kandungan kimia
Beras merah merupakan beras dengan warna merah dikarenakan
aleuronnya mengandung gen yang diduga memproduksi senyawa
antosianin atau senyawa lain sehingga menyebabkan adanya warna merah
atau ungu. Kadar karbohidrat tetap memiliki komposisi terbesar, protein
dan lemak merupakan komposisi kedua dan ketiga terbesar pada beras.
Karbohidrat utama dalam beras adalah pati dan hanya sebagian kecil
pentosan, selulosa, hemiselulosa dan gula. Pati berkisar antara 85- 90%
dari berat kering beras. Protein beras terdiri dari 5% fraksi albumin, 10%
globulin, 5% prolamin, dan 80% glutein. Kandungan lemak berkisar antara
0.3-0.6 % pada beras kering giling dan 2.4-3.9% pada beras pecah kulit.
Beras merah diduga memiliki beberapa keunggulan. Salah satu
keunggulan itu adalah adanya senyawa fenolik yang banyak terdapat pada
beras merah. Senyawa fenolik memiliki spektrum atau jenis yang sangat
banyak, mulai dari senyawa fenolik sederhana hingga yang senyawa
komplek yang berikatan dengan gugus glukosa sebagai glikon. Salah satu
kelompok senyawa fenolik yang memiliki manfaat sebagai antioksidan
adalah skelompok senyawa flavonoid. Kelompok senyawa ini dibagi
menjadi beberapa golongan diantaranya flavone, flavon-3-ol, flavonone,
flavan-3-ol dan antocyanidin (Adzkiya, 2011).
Kelompok senyawa flavanoid seperti antosianin (bentuk glikon dari
antosianidin) merupakan salah satu kelompok bahan alam pada tumbuhan
yang berperan sebagai antioksidan, antimikroba, fotoreseptor, visual
-6-
attractors, feeding repellant, antialergi, antiviral dan anti inflamasi.
Senyawa ini lah yang diduga bertanggung jawab sebagai zat yang
memberikan warna pada beras merah. Beras merah kaya akan metabolit
sekunder terutama asam fenolat dan quinoline alkaloid, dan juga
mengandung tokol (tokoferol dan tokotrienol). Beragamnya senyawa atau
kelompok senyawa hasil metabolit sekunder diyakini memiliki berbagai
macam fungsi yang menguntungkan bagi kesehatan diantaranya efek
psikologis, pertahanan terhadap sitotoksisitas, aktivitas anti
neurogeneratif, inhibisi glikogen phosporilase dan aktivitas antioksidatif.
(Adzkiya, 2011).
2. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika
tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan
dari sampel dengan penyaringan (Mukhriani, 2014). Ekstraksi dapat
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
a. Cara dingin
1) Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam dalam
pelarut pada suhu kamar sehingga kerusakan atau degradasi metabolit
dapat diminimalisasi. Pada maserasi, terjadi proses keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel sehingga diperlukan
penggantian pelarut secara berulang. Kinetik adalah cara ekstraksi,
seperti maserasi yang dilakukan dengan pengadukan, sedangkan digesti
adalah cara maserasi yang dilakukan dengan pengadukan, dilakukan
pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-60 ℃ (Hanani, E.
2015).
Beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu
kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat menghindari
rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).
-7-
2) Perkolasi
Perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia menggunakan pelarut
yang selalu baru, dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia hingga
senyawa tersari sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan
pelarut yang lebih banyak. Untuk meyakinkan perkolasi sudah
sempurna, perkolat dapat diuji adanya metabolit dengan pereaksi yang
spesifik (Hanani, E. 2015).
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan
dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran
pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk
sampel dan dibiarkan men etes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan
dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru.
Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak
homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu,
metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak
waktu (Mukhriani, 2014).
3) Sokhletasi
Sokhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik
pada suhu didih dengan alat soxhlet. Pada sokhletasi, simplisia dan
ekstrak berada pada labu berbeda. Pemanasan mengakibatkan pelarut
menguap, dan uap masuk dalam labu pendingin. Hasil kondensasi jatuh
bagian simplisia sehingga ekstraksi berlangsung terus-menerus dengan
jumlah pelarut relative konstan. Ekstraksi ini dikenal sebagai ekstraksi
sinambung (Hanani, E. 2015).
Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu,
sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak
membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu.
Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada
titik didih (Mukhriani, 2014).
b. Cara panas
-8-
1) Refluks
Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin baik. Agar hasil penyarian lebih
baik atau sempurna, refluks umumnya dilakukan berulang-ulang (3-6
kali) terhadap residu pertama. Cara ini memungkinkan terjadinya
penguraian senyawa yang tidak tahan panas (Hanani, E. 2015).
2) Destilasi
Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari
senyawa yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses
pendingin, senyawa dan uap air akan terkondensasi dan terpisah
menjadi destilat air dan senyawa yang diekstraksi. Cara ini umum
digunakan untuk menyari atsiri dari tumbuhan (Hanani, E. 2015).
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya
digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai
senyawa menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilat
(terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung
dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari metode
ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi
(Mukhriani, 2014).
3. Kulit
a. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh, terhitung sekitar 15% dari
total berat badan manusia. Kulit tersusun atas tiga lapisan yaitu epidermis,
dermis, dan subkutis. Setiap lapisan memiliki karakteristik dan fungsinya
masing–masing (Baumann dan Saghari, 2009; Kanitakis, 2002).
-9-
Gambar 3. Anatomi Kulit (Kusuma 2013)
1) Lapisan Epidermis
Epidermis adalah lapisan terluar dari kulit, terdiri dari epitel
skuamosa bertingkat yang terutama terdiri dari dua jenis sel yaitu sel
keratinosit dan sel dendritik. Epidermis dibagi menjadi empat lapisan
sesuai dengan morfologi keratinosit yang tersusun dari dalam ke luar,
yaitu lapisan sel basal (stratum basale), lapisan sel skuamosa (stratum
spinosum), lapisan sel granular (stratum granulosum), dan lapisan sel
cornified (stratum korneum) (Baumann dan Saghari, 2009; .James
dkk. 2006)
2) Lapisan Dermis
Lapisan dermis terletak antara epidermis dan lemak subkutan.
Lapisan ini yang menentukan ketebalan kulit, dan juga memiliki
peran penting pada penampilan kosmetik kulit. Ketebalan lapisan
dermis bervariasi pada berbagai bagian tubuh. Pada penuaan, terjadi
penurunan ketebalan dan kelembaban pada lapisan ini. Di dalam
dermis terdapat syaraf, pembuluh darah, kelenjar keringat dan
sebagian besar dermis terdiri dari kolagen. Bagian paling atas lapisan
dermis yang dekat dengan epidermis disebut dermis pars papilare dan
bagian bawah dari lapisan dermis yang dekat dengan lemak subkutan
disebut dermis pars retikulare (Baumann dan Saghari, 2009).
Karakteristik dari dermis pars papilare adalah terdapat bundel
- 10 -
kolagen yang kecil, kepadatan yang tinggi dan terdapat elemen
vaskular. Pada pars retikulare terdapat bundel kolagen yang lebih
besar, elastin yang matang, pembuluh darah, saraf, otot, polisebasea,
kelenjar apokrin dan ekrin (Baumann dan Saghari, 2009).
3) Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis atau hipodermis terletak di bawah dermis,
sebagian besar terdiri dari lemak, yang merupakan sumber energi
yang penting bagi tubuh. Pada lapisan ini juga terdapat kolagen tipe I,
III, dan V. Lapisan subkutis menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda – beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu (Baumann
dan Saghari, 2009).
- 11 -
d. Uji Daya sebar
Pengukuran daya melekat bertujuan untuk mengetahui kualitas
daya melekat lotion pada kulit. Hal tersebut akan berhubungan dengan
lama waktu kontak lotion dengan kulit hingga efek terapi yang diinginkan
tercapai (Voigt, 1984).
e. Pengujian tipe emulsi
Pengujian tipe emulsi dapat dilakukan dengan metode pengenceran,
yaitu dimasukkan sampel ke dalam gelas kimia, jika dalam sampel
ditambahkan sedikit air, dan jika pengocokan atau pengadukannya
diperoleh kembali emulsi yang homogen, maka emulsi yang berjenis M/A.
Jika sampel dicampur dengan minyak, maka hal ini akan menyebabkan
pecahnya emulsi. Pada jenis A/M akan diperoleh hasil yang sebaliknya
(Voigt, 1995).
5. Tabir Surya
Tabir surya adalah sediaan yang mengandung senyawa kimia aktif
yang dapat meyerap, menghamburkan, atau memantulkan sinar surya yang
mengenai kulit, sehingga dapat digunakan untuk melindungi fungsi dan
struktur kulit manusia dari kerusakan akibat sinar surya (Hansersenfeld dan
Gilchrest, 1999). Bahan-bahan kimia tabir surya dapat diklasifikasikan
berdasarkan tipe perlindungan yang diberikan baik sebagai penghalang fisik
atau penyerap kimia (Lowe dan Shaath, 1990).
a. Penghalang Fisik
Bahan kimia tabir surya ini memantulkan atau menghamburkan
radiasi UV. Contoh penghalang fisik terutama titanium dioksida (TiO2),
sengoksida (ZnO), dan petrolatum merah. Tabir surya ini menahan rentang
cahaya paling luas termasuk sinar UV, sinar tampak, dan sinar inframerah.
b. Penghalang Kimia
Bahan penyerap kimia mengabsorpsi/menyerap radiasi UV yang
berbahaya. Bahan-bahan kimia ini terbagi atas dua bergantung pada tipe
radiasi yang dilindungi :
1) Penyerapan UV A adalah bahan-bahan yang cenderung menyerap
- 12 -
radiasi dalam daerah 320-360 nm dari spektrum (benzopenon,
antranilat, dan dibenzol metana)
2) Penyerap UV B adalah bahan-bahan kimia yang menyerap radiasi
dalam daerah 290-320 nm dari spektrum UV (turunan PABA, salisilat,
dan turunan kamfer)
Syarat bahan aktif untuk sediaan tabir surya yaitu (Lowe dan Shaath,
1990):
a. Efektif menyerap radiasi UV B tanpa perubahan kimiawi, karena jika
tidak demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan menjadi toksik atau
menimbulkan iritasi
b. Meneruskan UV A untuk mendapatkan tanning (kulit kaukasia/
eropa).
c. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap
d. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah
formulasinya
e. Tidak beraroma atau beraroma ringan
f. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan tidak menyebabkan sensitisasi
Cera Alba 7%
Tween 80 7%
Setil Alkohol 3%
Stearil Alkohol 2%
- 13 -
Parafin cair 10%
Minyak Mawar 3%
b. Modifikasi Formula
Tiap 35 mL mengandung :
Tabel 2. Formula lotion tabir surya ekstrak beras merah dengan tiga variasi
konsentrasi ekstrak beras merah (oryza nivara)
KONSENTRASI
NAMA BAHAN FUNGSI
F1 F2 F3
Ekstrak Beras Merah 10% 15% 20% Zat aktif
Cera Alba 7% 7% 7% Stabilisator emulsi
Tween 80 7% 7% 7% Emulgator
Setil Alkohol 5% 5% 5% Pengemulsi/emolien
Stearil Alkohol 2% 2% 2% Pengemulsi/emolien
Parafin Cair 10% 10% 10% Pelembut
Metil Paraben 0,18% 0,18% 0,18% Pengawet
Propil Paraben 0,02% 0,02% 0,02% Pengawet
Minyak mawar 1 mL 1mL 1mL Pewangi
Alfa Tokoferol 2 tts 2 tts 2 tts Antioksidan
Akuades ad 100% 100% 100% Pelarut
- 14 -
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juli 2017 bertempat di
Laboratorium Teknologi Farmasi dan Laboratorium Kimia Akademi Farmasi
Bina Husada Kendari.
C. Kerangka Konsep Penelitianl
Formula A
Formula C
= Variabel terikat
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian, variabel dibagi menjadi dua yaitu :
E. Hipotesis
Peningkatan konsentrasi ekstrak beras merah berpengaruh terhadap nilai
SPF, nilai transmisi pigmentasi, dan nilai transmisi eritema.
- 15 -
F. Prosedur Penelitian
1. Alat dan Bahan
a . Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu : bejana maserasi, batang pengaduk,
cawan crus, cawan prselin, corong (pyrex), gelas kimia (pyrex), gunting,
hot plate, pH meter (Hana), pipet tetes, sendok tanduk, spektrofotmeter
UV, sudip, timbangan analitik (Ohaus), timbangan digital.
b. bahan
Bahan yang digunakan yaitu aquades, alfa tokoferol, cera alba,
ekstrak beras merah, kain flanel, kertas perkamen, kertas saring, metil
paraben, minyak mawar, parafin cair, propil paraben, setil alkohol, stearil
alkohol dan tween 80.
Tabel 3. Formula lotion tabir surya ekstrak beras merah (oryza nivara)
KONSENTRASI
NAMA BAHAN FUNGSI
F1 F2 F3
Ekstrak Beras Merah 10% 15% 20% Zat aktif
Cera Alba 7% 7% 7% Stabilisator emulsi
Tween 80 7% 7% 7% Emulgator
Setil Alkohol 3% 3% 3% Pengemulsi/emolien
Stearil Alkohol 2% 2% 2% Pengemulsi/emolien
Parafin Cair 10% 10% 10% Pelembut
Metil Paraben 0,18% 0,18% 0,18% Pengawet
Propil Paraben 0,02% 0,02% 0,02% Pengawet
Minyak mawar 1 mL 1 mL 1 mL Pewangi
Alfa Tokoferol 2 tts 2 tts 2 tts Antioksidan
Akuades ad 100% 100% 100% Pelarut
2. Cara Kerja
a. Cara pengambilan sampel
Cara pengambilan beras merah adalah membeli pada pedagang
di salah satu pasar di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.
- 16 -
b. Penyiapan sampel
Beras merah yang telah diperoleh kemudian dibersihkan, dicuci
sampai bersih, lalu ditiriskan. Beras merah dikeringkan dengan cara
diangin-anginnkan, kemudian dihaluskan dan ditimbang 3 kilo gram.
c. Proses ekstraksi beras merah
1) Ditimbang beras merah yang telah dihaluskan sebanyak 3 kg
2) Beras merah diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi
3) Beras merah direndam dalam 3,750 mL etanol 96%
4) Didiamkan selama 3 x 24 jam dengan sesekali diaduk
5) Disaring menggunakan kain flanel
6) Pelarut diuapkan hingga diperoleh ekstrak dari beras merah (Suda,
2013)
d. Pembuatan lotion tabir surya
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Ditimbang fase minyak (cera alba = 1,75 gram, setil alkohol = 0,75
gram, stearil alkohol = 0,5 gram, parafin cair = 2,5 gram dan
propil paraben = 0,005 gram ).
3) Dimasukkan fase minyak ke dalam cawan porselin dan dipanaskan
pada suhu 65oC sampai 75oC di atas hot plate
4) Ditimbang fase air ( tween 80 = 1,75 gram, dan metil paraben =
0,45 gram ).
5) Dimasukkan ke dalam cawan krus dan dipanaskan pada suhu yang
sama. Dimasukkan fase minyak ke dalam fase air ke dalam
lumpang sambil digerus homogen
6) Ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit
7) Terakhir ditambahkan ekstrak beras merah, alfa tokoferol 2 tetes
dan minyak mawar 1 mL dan diaduk
8) Sediaan lotion yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam wadah
tertutup dan dibiarkan selama 24 jam (Zahid, 2016)
3. Prosedur evaluasi fisik sediaan
- 17 -
Prosedur evaluasi fisik sediaan terdiri dari pengujian organoleptik,
pengujian homogenitas, pengujian pH, dan pengujian tipe emulsi, pengujian
viskositas, daya sebar dan cycling test (Martin dkk, 2008).
a. Uji organoleptik
1) Diamati bentuk, perubahan, warna, dan aroma formula lotion
2) Dicatat perubahan tersebut. Dilakukan selama 4 minggu, 3 kali
replikasi
b. Pengujian tipe emulsi
1) Diambil 1 gram sediaan lotion
2) Dimasukkan ke dalam gelas kimia, gelas kimia A berisi lotion dan
aquades yang sedang gelas kimia B berisi lotion dan minyak,
kemudian diamati tipe emulsi yang berbentuk
a. Uji daya sebar
Sebanyak 0,1 gram sediaan dioelskan diatas obyek gelas yang telah
ditentukan luasnya, diatas sediaan tersebut diletakkan objek gelas
dipasang pada alat uji, beban sebanyak 100 gram dilepaskan dan dicatat
waktunya hingga kedua objek gelas tersebut lepas. Uji daya sebar
dilakukan untuk mengetahui seberapa lama lotion dapat melekat pada
permukaan kulit. Daya sebar semakin besar maka waktu kontak lotion
dengan kulit semakin lama sehingga efek yang ditimbulkan oleh lotion
juga semakin efektif.
- 18 -
2) Celupkan elektroda kedalam lotion tersebut sampai pH meter
menunjukkan pembacaan yang tetap.
3) Dicatat hasil pembacaan skala.
d. Pengujian homogenitas
1) Diambil sedikit sampel sediaan formula lotion, kemudian diletakkan
sedikit lotion diantara kedua kaca objek.
2) Diamati susunan partikel-partikel kasar atau ketidak homogenan
selama 4 minggu, 3 kali replikasi lalu dicatat.
g. Uji viskositas
Sediaan diukur viskositasnya menggunakan alat viskometer.
Sampel dimasukkan ke dalam wadah dengan volume 100 mL. Spindel
yang sesuai dimasukkan ke dalam sediaan hingga tanda batas. Motor
dinyalakan dan spindle dibiarkan berputar. Setelah penunjuk skala
menunjukkan angka yang tetap, pengukuran dianggap selesai (Sari,
2014).
h. Prosedur uji SPF
Penentuan efektivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan
nilai SPF secara in vitro dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Lotion
ekstrak beras merah encerkan 4000 ppm, caranya diambil sebanyak 0,1
gram masing-masing krim ekstrak beras merah (10%, 15%, 20%)
dilarutkan dalam etanol 95% sebanyak 25 mL dicampur hingga
homogen. Sebelumnya spektrofotometer dikalibrasi dengan
menggunakan etanol 95%.Caranya etanol sebanyak 1 mL dimasukkan
kedalam kuvet kemudian kuvet tersebut dimasukkan dalam
spektrofotometer UV-Vis untuk proses kalibrasi. Setelah itu dibuat kurva
serapan uji dalam kuvet, dengan panjang gelombang antara 290-320 nm,
gunakan etanol 95% sebagai blanko. Kemudian tetapkan serapan rata-
ratanya (Ar) dengan interval 5 nm. Hasil absorbansi dicatat kemudian
dihitung nilai SPFnya. Dengan menggunakan metode perhitungan
A.J.Petro yang telah dimodifikasi, dihitung serapan rata-rata larutan uji
dengan kadar baku 125 mg/1 (As) dengan rumus (Karwira, 2005):
- 19 -
125
As = x Ar
𝑚
4. Analisis Data
a. Data
1) Data primer
2) Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang berasal dari literatur-literatur yang
mendukung penelitian ini.
c. Penyajian Data
Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabulasi, grafik
dan dijabarkan secara narasi.
d. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari penelitian diolah dalam bentuk tabel
kemudian dijelaskan dalam bentuk narasi.
- 20 -
G. Skema jalannya penelitian
Ekstrak kental
Formula
Temuan
Pembahasn
- 21 -
kesimpulan
BAB IV
- 22 -
B. Uji evaluasi fisik
Uji evaluasi fisik sediaan lotion ekstrak beras merah yang dilakukan setiap
minggu selama 4 minggu penyimpanan yang meliputi pengujian yaitu
organoleptik, homogenitas, tipe emulsi, pH, daya sebar dan viskositas sediaan.
1. Uji organoleptik
Tabel 1 . Hasil uji organoleptik (bentuk, warna dan aroma)
Minggu ke - (rata-rata)
Formula
I II II IV
Bentuk semi Bentuk semi Bentuk semi
Bentuk semi
padat, padat, padat,
padat, berwarna
berwarna berwarna berwarna
A kemerahan,
kemerahan, kemerahan, kemerahan,
aroma khas
aroma khas aroma khas aroma khas
minyak mawar
minyak mawar minyak mawar minyak mawar
Bentuk semi Bentuk semi Bentuk semi
Bentuk semi
padat, padat, padat,
padat, berwarna
berwarna berwarna berwarna
B kecokla tan,
kecoklatan, kecoklatan, kecoklatan,
aroma khas
aroma khas aroma khas aroma khas
minyak mawar
minyak mawar minyak mawar minyak mawar
Bentuk semi Bentuk semi Bentuk semi
Bentuk semi
padat, padat, padat,
padat, berwarna
berwarna berwarna berwarna
C kecoklatan,
kecoklatan, kecoklatan, kecoklatan,
aroma khas
aroma khas aroma khas aroma khas
minyak mawar
minyak mawar minyak mawar minyak mawar
Keterangan :
A = Formula konsentrasi beras merah 10%
B = Formula konsentrasi beras merah 15%
C = Formula konsentras i beras merah 20%
- 23 -
disebabkan hasil sebelumnya lotion berbentuk agak cair setelah dinaikkan
konsentrasinya lotion menjadi semi padat dikatakan semi padat karena
memiliki sifat mampu melekat pada permukaan kulit dalam waktu lama,
sedngkan warna merash pada lotion disebabkan karena adanya zat antosianin
yang terkandung pada sampel pada formula A memiliki warna kemerahan
sedangkan formula B, dan C memiliki warna agak kecoklatan, ini dipengaruhi
karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak beras merah semakin kecoklatan
warna yang dihasilkan, dan aroma minyak mawar sendiri berasal dari
pewangi yang digunakan yaitu minyak mawar.
2. Uji homogenitas
Tabel 2. Hasil uji homogenitas (n=3)
Minggu ke- (rata-rata)
Formula
I II III IV
A Homogen Homogen Homogen Homogen
Ekstrak
B Homogen Homogen Homogen Homogen
beras merah
C Homogen Homogen Homogen Homogen
Keterangan :
A = Formula konsentrasi beras merah 10%
B = Formula konsentrasi beras merah 15%
C = Formula konsentrasi beras merah 20%
Hasil pengujian homogenitas, menunjukkan bahwa seluruh formula
memiliki karakteristik yang homogen pada konsentrasi 10%, 15% dan
20% menunjukan tidak ada partikel – partikel kasar kasar atau gumpalan
yang ada pada lotion, tercampur secara merata serta terlihat persamaan
warna yang merata.
3. Uji pH
Tabel 3. Hasil uji pH (n=3)
Minggu ke- (rata-rata)
Formula
I II III IV
A 5,81 4,49 4,45 4,43
Ekstrak
B 5,70 4,71 4,64 4,61
beras merah
C 5,78 5,02 4,65 4,95
Keterangan :
- 24 -
A = Formula konsentrasi beras merah 10%
B = Formula konsentrasi beras merah 15%
C = Formula konsentrasi beras merah 20%
- 25 -
larut dalam air (akuades) tapi tidak larut dalam minyak (parafin cair). Tipe
emulsi M/A ini memiliki keuntungan antara lain dapat mudah dibilas
dengan air dan tidak lengket saat dipakai.
5. Uji daya sebar
Tabel 5. Hasil uji daya sebar (n=3)
Ditambah Minggu ke- (rata-rata)
Formula
Beban I II II IV
A 5,00 4,30 5,51 5,03
B 0 gram 5,36 4,91 5,20 5,48
C 6,03 5,25 5,36 5,36
A 5,43 5,0 5,83 5,43
B 50 gram 5,73 5,58 6,50 5,60
C 6,28 5,83 5,38 5,70
A +50 gram 5,88 5,58 6,08 5,78
B Total = 100 6,12 6,03 5,91 6,26
C gram 6,66 6,11 5,61 6,10
Keterangan :
A = Formula konsentrasi beras merah 10%
B = Formula konsentrasi beras merah 15%
C = Formula konsentrasi beras merah 20%
- 26 -
Viskositas (dPa.s) t = hari ke- (rata-rata)
Formula Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan
Pada t = 0 Pada t = 7 Pada t = 14 Pada t = 21
A 103,3 103,3 N 103,33 126,66
B 110 110 106,66 133,33
C 120 120 123,3 136,66
- 27 -
Tabel 7. Hasil parameter uji (n=3)
Parameter uji Formula Sebelum Cycling test Sesudah Cycling test
Bentuk semi padat, berwarna Bentuk semi padat (agak
A kemerahan, aroma khas minyak mencair), berwarna
mawar kemerahan, aroma apek
Bentuk semi padat, berwarna Bentuk semi padat (agak
Uji
B kecoklatan, aroma khas minyak mencair), berwarna
organoleptik
mawar kecoklatan, aroma apek
Bentuk semi padat, berwarna Bentuk semi padat (agak
C kecoklatan, aroma khas minyak mencair), berwarna
mawar kecoklatan, aroma apek
A Homogen Homogen
Homogenitas B Homogen Homogen
C Homogen Homogen
A 5,70 4,25
pH B 5,69 4,61
C 5,84 4,61
A M/A M/A
Tipe emulsi B M/A M/A
C M/A M/A
A 5,51 4,10
Daya sebar B 5,20 4,90
C 5,36 4,03
A 5,43 4,90
Daya sebar
B 5,60 5,70
50 gram
C 5,70 4,23
Daya sebar A 5,78 5,03
+50 gram B 6,26 6,00
Total = 100 C
6,10
gram 4,58
Formula lotion tabir surya beras merah memiliki bentuk semi padat,
warna kemerahan, hingga kecoklatan dan aroma minyak mawar. Dikatakan
semi padat sebab memiliki sifat umum yaitu mampu melekat pada permukaan
tempat pemakaian (kulit) dalam waktu lama sebelum sediaan ini dicuci atau
- 28 -
dihilangkan. Sedangkan warna pada lotion dipengaruhi oleh senyawa
antosianin yang berasal dari beras merah. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak
beras merah, maka semakin tinggi juga senyawa antosianinnya sehingga
warnanya semakin merah atau coklat. Sedangkan untuk aromanya berasal
dari pengaroma yang dipakai yaitu minyak mawar.
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat dan mengetahui
tercampurnya bahan-bahan pada sediaan, pada tabel 1 menunjukan bahwa
sediaan lotion homogen, dikatakan homogen karena tidak adanya partikel-
partikel kasar pada kaca objek. Hal tersebut sesuai dengan persyaratan sediaan
lotion dimana harus menujukan susunan yang homogen dan tidak terlihat
adanya partikel kasar (Anonim,1985). Suatu sediaan lotion harus homogen
agar tidak menyebabkan iritasi pada saat dioleskan pada permukaan kulit.
Uji pH merupakan parameter fisikokimia yang dilakukan pada
pengujian sediaan topikal karena pH sediaan dapat mempengaruhi stabilitas
dan kenyamanan penggunaan sediaan pada kulit. Nilai suatu pH tidak boleh
terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan jika terlalu
basa dapat menyebabkan kulit menjadi kering (Wilkinson, 1982). Nilai pH
pada sediaan topikal sebaiknya sesuai dengan pH kulit normal yaitu 4,5-6,5.
Pada pengujian nilai pH, formula dengan konsentrasi 10%, 15% dan
10% terjadi penurunan nilai pH setelah dilakukan cycling test. Hal ini
dipengaruhi oleh senyawa antosianin yang tidak stabil pada proses pemanasan.
Bahkan menurut Harborne, 1996 menyebutkan bahwa antosianin stabil bila
disimpan pada tempat yang dingin dan menurut Fathinatullabibah dkk, 2014
menyebutkan bahwa pada suasana asam antosianin berada dalam bentuk garam
flavilium yang lebih stabil sedangkan pada pH semakin besar warna ekstrak
menjadi memudar. Adanya perlakuan suhu tinggi dapat menyebabkan
terjadinya penurunan stabilitas atau pemucatan warna pada zat antosianin.
Tipe emulsi suatu formula sediaan farmasi dapat diketahui dari
perbandingan komposisi antara fase air dan fase minyaknya. Komposisi fase
air dalam formula lotion ekstrak beras merah ini lebih banyak daripada
komponen fase air. Pengujian tipe emulsi dilakukan setelah cycling test
- 29 -
dilakukan untuk melihat terjadinya inversi fase. Inversi fase merupakan
perubahan tipe emulsi dari M/A menjadi A/M atau sebaliknya yang dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya partikel-partikel kasar saat proses
pembuatan, alat-alat yang dipakai tidak bersih dan tidak homogen saat
pencampuran bahan.
Hasil pengujian tipe emulsi menunjukkan tidak terjadi perubahan pada
seluruh formula, sesudah dilakukan cycling test. Tipe emulsi pada seluruh
formula adalah minyak dalam air (M/A), karena seluruh formula dapatlarut
dalam air (akuades) tapi tidak larut dalam minyak (parafin cair). Tipe emulsi
M/A ini memiliki keuntungan antara lain dapat mudah dibilas dengan air dan
tidak lengket saat dipakai
Hasil pengujian daya sebar, menunjukkan bahwa luas penyebaran
seluruh formula lotion, sesudah cycling test tidak terjadi perubahan yang
signifikan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak beras merah maka semakin
besar daya sebar, sehingga dapat menjangkau area kulit yang lebih luas pada
saat pemakaian. Hal ini disebabkan karena dengan konsentrasi ekstrak beras
merah yang semakin tinggi, semakin cair pula konsistensi yang terbentuk.
- 30 -
Keterangan :
A = Formula konsentrasi beras merah 10%
B = Formula konsentrasi beras merah 15%
C = Formula konsentrasi beras merah 20%
D = Baku pembanding tanpa ekstrak
- 31 -
dilakukan nilai transmisi pigmentasi (%Tp)yang diperoleh menunjukan
formula A, B, dan C telah memenuhi syarat sebagai sunblock.
3. uji transmisi eritema
Hasil pengujian diatas menunjukan bahwa nilai transmisi eritema
tidak masuk dalam rengs yang telah ditetapkan hal ini dipengaruhi oleh nilai
transmisi yang cukup tinggi yaitu 33,3% hal ini dapat menyebabkan kulit
menjadi iritasi. Pada penelitian sebelumnya hasil yang di dapatkan pada
konsentrasi 10% yaitu 5,12 (proteksi ultra) akan tetapi nilai spfnya rendah di
bandingkan dengan sebelumnya formula pada konsentrasi 10% memiliki nilai
transmisi eritema 33,3 ( tidak masuk dalam rengs) akan tetapi nilai SPFnya
cukup tinggi dibandingkan sebelumnya yaitu 13,3 (proteksi maksimal).
- 32 -
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai formulasi
sediaan lotion tabir surya ekstrak beras merah dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Formula lotion tabir surya ekstrak beras merah (Oryza nivara) konsentrasi
10%, 15% dan 20% telah memenuhi syarat evaluasi fisik tapi tidak stabil
setelah proses cycling test.
2. Semakin tinggi nilai SPF nilai transmisi eritemanya juga semakin naik,
hal ini berbanding terbaling dengan teori pada umumnya.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Formulasi Lotion
Tabir Surya Ekstrak Beras Merah (Oryza nivara), khususnya mengenai uji
iritasi dan uji kesukaan.
- 33 -
DAFTAR PUSTAKA
Balsam, M. S., & Sagarin, E. (Eds.). (1972). Cosmetics: Science and technology
(2nd Ed., Vol. 1-3). New York: Interscience Publishers, Inc.
Lachman, L. Herbert A., Lieberman, Joseph Kanig, 1986, Teori Dan Praktek
Farmasi Industri, edisi ketiga, UI Press, Jakarta.
- 34 -
Lowe, N.J., Dan Shaath NA. 1990, Sunscreen, Development, Evaluation, and
Regulatory Aspect, New York : Marcel Dekker, pp,215.
Maulida, 2015. “Uji Efektivitas Ekstrak Temu Giring (Curcuma Heyneana Val.)
Mokodompit, 2013. “Penentuan Nilai Sun Protective Factor (SPF) Secara In Vitro
Krim Tabir Surya Ekatrak Etanol Kulit Alpukat, Jurnal Ilmiah Farmasi,
Vol. 2 No.03, 2302-2493.
Saroh, N. 1996. Isolasi Senyawa Berkarakter Tabir Surya Dari Ekstrak Rumput
Laut Gracilaria Sp, Skripsi, Sarjana S1, KIMIA, FMIPA, Universitas
Diponegoro.
Schmitt W H. 1996. Skin Care Product. Dalam: Williams, D,F. And W.H.
Cosmetics And Toiltries Industry. 2nd Ed. Blackie Academe and
Profesional, London.
- 35 -
Sebagai Tabir Surya Secara In Vitro, Universitas Negri Semarang.
Suardi D,2005. Potensi Beras Merah Untuk Peningkatan Mutu Pangan. Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian (Indonesian Agricultural
Research And Development Journal. 24(3) : 93-100
Suda, 2013, “ Uji Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Beras Merah (Oryza Nivara )
Secara Spektrofotoetri UV, Skripsi, S,Farm., Fakultas Farmasi
Universitas Hasanudin, Makassar.
Tisnadjaj dkk, 2012, “Pengkajian Aktivitas Antioksidan dari Beras Merah Hasil
Fermentasi (Angkak), seminar nasional 2012, Pusat Peleitian
Bioteknologi-LIPI, Bogor .
Wilkinson, J.B. & Moore, R.J. 1982. Harry’s Cosmeticology (7th edition). New
York : Chemical Publishing Company, 3, 231-232,240-241,248.
Zahid, 2016. “Formulasi Dan Penentuan Nilai SPF Lotion Tabir Surya Ekstrak
Beras Merah (Oryza Nivara), Karya Tulis Ilmiah, AMF, Akademi Farmasi
Bina Husada, Kendari.
- 36 -
Lampiran. Dokumentasi Penelitian
- 37 -
Gambar 4. Proses maserasi
- 38 -
Gambar 7. Ekstrak Kental
- 39 -
Gambar 10. Proses Uji Nilai SPF, Eritema dan Pigmentasi Lotion
- 40 -
Gambar 15. Uji viskositas
- 41 -