Anda di halaman 1dari 47

UJI EFEKTIVITAS TABIR SURYA LOTION EKSTRAK

BERAS MERAH (Oryza nivara)


Karya Tulis Ilmiah

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Ahli Madya Farmasi (A.Md.Farm)

Diajukan Oleh:

RISKI DAMAYANTI

F.15.115

Kepada
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
KENDARI
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

dapat terselesaikan sesuai dengan harapan. Berbagai kesulitan dan hambatan

dialami dalam penulisan karya ilmiah ini, namum atas dorongan dan kemauan

yang keras terutama adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan karya

tulis ilmiah ini dapat diselesaikan pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak

kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan dari segi pengetahuan, tenaga

maupun materi. Oleh karena itu pendapat, saran, dan kritik sangat diharapkan dari

semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Kendari, 25 DESEMBER 2017

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... . ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

INTISARI........................................................................................................ iv

ABSTRACT.................................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rujukan Penelitian ................................................................................ 4
B. Landasan Teori ..................................................................................... 6
1. Beras Merah ....................................................................................... 6
2. Ekstraksi .......................................................................................... 9
3. Kulit ....... ............. ............................................................................. 10
4. Tabir Surya ........................................................................................ 19
5. Pengukuran Efektivitas Tabir Surya.................................................. 21
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 16
B. Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................................... 16
C. Populasi Dan Sampel Penelitian ........................................................... 16
D. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 16
E. Variabel Penelitian ................................................................................ 16

iii
F. Hipotesis ................................................................................................. 16
G. Prosedur penelitian ................................................................................. 16
1. Alat Dan Bahan ................................................................................... 12
2. Cara Kerja ............................................................................................ 12
3. Analisa Data ........................................................................................ 21
4. Skema Jalannya Penelitian ................................................................... 22
BAB IV HASIL DA PEMBAHASAN ........................................................
A. Ekstraksi Beras Merah ............................................................................ 22
B. Uji Evaluasi Fisik Sediaan ...................................................................... 23
C. Uji Stabilitas Cycling Test ...................................................................... 27
D. Uji Aktivitas Tabir Surya........................................................................ 30
BAB V PENUTUP......................................................................................... 33
A. Kesimpulan.............................................................................................. 33
B. Saran ....................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
INTISARI

UJI EFEKTIVITAS TABIR SURYA PADA SEDIAAN LOTION


EKSTRAK BERAS MERAH (Oryza nivara)

Beras merah (Oryza nivara) merupakan tumbuhan suku Oryza yang


sudah digunakan sebagai tabir surya secara turun-temurun karena mempunyai
komponen senyawa antosianin. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan
lotion tabir surya ekstrak beras merah yang stabil dengan nilai SPF yang tinggi.
Ekstraksi beras merah dilakukan menggunakan metode maserasi dengan
pelarut etanol 96%. Uji evaluasi sediaan dilakukan dengan penyimpanan pada
suhu kamar selama 4 minggu dan Uji cycling test yang dilakukan dengan satu
siklus dengan beberapa parameter yang diamati yaitu uji organoleptik,
homogenitas, pH, tipe emulsi, daya sebar, SPF (Sun Protction Factor), transmisi
eritema, transmisi pigmentasi dan uji viskositas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak beras merah dapat dibuat
sediaan lotion tabir surya pada konsentrasi zat aktif 10%, 15%, dan 20% ketiga
formula berwarna merah hingga kecoklatan, beraroma khas minyak mawar, dan
berbentuk semi padat, seluruh formula homogen, pH memenuhi standar, dengan
tipe emulsi minyak dalam air. Nilai SPF pada konsentarasi 10% yaitu 13,3
(proteksi maksimal), 15% yaitu 6,3 ( proteksi ekstra) dan 20% yaitu 5,3 (proteksi
sedang). dan tanpa ekstrak yaitu 1,7 ( tidak termaksud sunblock). Sedangkan nilai
transmisi pigmentasi pada konsentrasi 10%, 15%, dan 20% sudah memenuhi
syarat sebagai sunblock.Dan pada nilai transmisi pigmentasi pada konsentrasi10%
nilainya yaitu 33,3 (tidak masuk rengs), sedangkan pada konsentrasi 15% dan
20% sudah memenuhi syarat sebagai sunblock.

Kata Kunci : Beras merah, lotion tabir surya, SPF

v
ABSTRACT
TEST THE EFECTIVENESS OF SUNSCREEN LOTION EXTRACT OF
RED RICE (Oryza nivara)
Red rice ( Oryza nivara) is an oryza plant that has already used as
sunscreen from generation to generation because has the component of
anthocyanin. This study aims to make the sunscreen lotion exstrac form of red
rice that stable with high SPF value.
The extraction of red rice was done by using maceration method with
96% ethanol solvent. The evaluation studies of formulation was done with
storage in room temperature for four weeks and cycling Test that was done in
one cycle with some parameter of observations were organoleptic, homogenity,
pH,emulsion type, spread force, SPF, erythema transmission, pigmentation
transmission and viscosity test.
The result of the studies showed that the extract of red rice can be the sunscreen
lotion form with 10%, 15% and 20% of active substance. Those three formulation were
colored red to brownish, scented of typical rose oil in semi-solid form, all homogen
formulation, the value of ph were qualified with emulation type of oil in the water. The
SPF value in concentration 10% were 13,3 (maximal protection), 15% were 6,3 (extra
protection), and 20% were 5,3 ( moderate protection) and without extract were 1,7 ( not
included as sunscreen ). the value of pigmentation transmission in concentration 10%
were 33,3 (not in a rings), whereas in concentration 15% and 20% already qualified as
sunscreen.

Keyword : Red rice, Sunscreen Lotion and Sun Protection Factor

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kulit adalah organ tubuh terluar dan terbesar oleh karena itu paling
cenderung secara langsung terpapar sinar matahari. Ketika kulit terpapar radiasi
UV dalam waktu yang lama, hal tersebut dapat meningkatkan radikal bebas yang
dapat memacu terjadinya kanker kulit (Afaq dan Mukhtar, 2001). Respon biologi
pada kulit akibat paparan radiasi UV antara lain yaitu eritema, edema, penipisan
lapisan dermis dan epidermis, tanning (pencoklatan pada kulit), imunosupresan,
kerusakan DNA, photoaging (efek penuaan kulit oleh cahaya), fotodermatosis
akut dan kronik dan melanogenesis (Walters, 2008 ).
Tabir surya merupakan bahan-bahan kosmetik yang seara fisik atau kimia
dapat menghambat penetrasi sinar UV kedalam kulit (Harun dan Oroh, 2001).
Salah satu komoditas yang diduga dapat berkhasiat sebagai tabir surya adalah
beras merah. Secara empiris beras merah telah digunakan oleh masyarakat
Indonesia sebagai salah satu kosmetik tradisional khususnya di daerah Sukabumi,
Jawa Barat yang dikenal sebagai salah satu penghasil beras merah. Di daerah
tersebut beras merah dibuat menjadi bedak dingin berkhasiat sebagai anti jerawat
dan penangkal sinar matahari alami sebab memiliki efek melembabkan (Siti,
2012).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak beras merah berfungsi sebagai
sunblock yang dapat menyerap hampir semua sinar UV A dan UV B (Suda,
2013). Ekstrak beras merah telah diteliti memiliki kandungan senyawa yaitu
antosianin, karbohidrat, protein, lemak, asam folat, tanin dan alkaloid (Adzkiya,
2011). Kandungan senyawa dalam ekstrak beras merah yang bermanfaat sebagai
tabir surya adalah tanin dan antosianin.
Tanin yang terkondensasi memiliki aktifitas sebagai antioksidan dan dapat
melindungi kulit dari kerusakan yang ditimbulkan radiasi UV (Brandt,2000).
Antosianin merupakan pigmen larut air secara alami terdapat pada berbagai jenis

-1-
tumbuhan yang memberi warna pada beras merah. Selain itu antosianin memiliki
manfaat antioksidan dengan berperan sebagai donor elektron atau transfer atom
hidrogen pada radikal bebas. Antosianin dapat memberikan perlindungan UV atau
mengatasi oksigen yang reaktif (Tisnadjaja dkk, 2012).
Sebelumnya, Zahid (2016) mengembangkan sediaan lotion tabir surya
ekstrak beras merah yang dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak beras merah
2,5%, 5%, dan 10%. Hasil penelitian menujukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak, maka nilai SPF semakin tinggi, akan tetapi persen (%)
eritema dan persen (%) pigmentasi semakin rendah, namun metode penentuan
efektivitas tabir surya belum optimal dan dalam penelitian tersebut hanya satu
konsentrasi 10% yang memiliki kemampuan proteksi ekstra terhadap sinar UV,
dan berdasarkan hasil uji pigmentasi diperoleh nilai sebagai sunblock namun
transmisi eritema pada penelitian tersebut tidak mencapai nilai efektif sebagai
sunblock sebab tidak kurang dari 1%. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk melanjutkan penelitian tersebut dengan fokus pada uji efektivitas tabir surya
menggunakan metode yang berbeda sehingga dapat diperoleh konsentrasi yang
memiliki nilai SPF tertinggi dan memiliki nilai efektif sebagai sunblock.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini dengan judul “UJI EFEKTIVITAS TABIR SURYA LOTION
EKSTRAK BERAS MERAH (Oryza nivara)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : ”Berapakah konsentrasi tabir
surya ekstrak beras merah yang mempengaruhi nilai SPF, nilai transmisi
pigmentasi dan nilai transmisi eritema?”
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tabir surya ekstrak beras merah
terhadap nilai SPF.
2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tabir surya ekstrak beras merah
terhadap nilai transmisi pigmentasi.

-2-
3. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tabir surya ekstrak beras merah
terhadap nilai transmisi eritema.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan ekstrak
beras merah sebagai lotion tabir surya.
2. Menambah keterampilan peneliti di bidang formulasi tabir surya.
3. Sebagai sumber pustaka dalam penelitian formulasi lotion.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rujukan Penelitian
Penelitian yang menjadi rujukan atau referensi dalam penelitian ini antara
lain adalah :
1. Zahid, (2016) membuat formula mengenai lotion tabir surya ekstrak beras
merah (Oryza nivara) formulasi dengan variasi konsentrasi ekstrak beras
merah 2,5%, 5%, dan 10%. Berdasarkan hasil uji SPF, eritema, pigmentasi
pada formula A dengan konsentrasi 2,5% peroleh nilai SPF 5.3 (proteksi
sedang), transmisi eritema diperoleh nilai 5,3 (proteksi ultra) dan transmisi
pigmentasi 2,5 (tidak memenuhi syarat), pada formula B dengan konsentrasi
5% diperoleh nilai SPF 6,3 (proteksi ekstra), transmisi eritema diperoleh nilai
5,2 (proteksi ultra), dan transmisi pigmentasi diperoleh nilai 3,5 (sunblock),
dan pada formula C diperoleh nilai SPF 7,0 (proteksi ekstra), transmisi
eritema diperoleh nilai 5,12 (proteksi ultra) dan pada transmisi pigmentasi
diperoleh nilai 3,2 (sunblock).
2. Suda, (2013) melakukan penelitian dengan memanfaatkan ekstrak beras
merah (Oryza nivara) sebagai tabir surya. Ekstrak yang diteliti adalah ekstrak
etanol 96%. Untuk mengetahui aktivitas ekstrak tersebut dilakukan uji
aktivitas secara in vitro dengan cara mengukur absorbansi atau transmitansi
larutannya pada tingkat konsentrasi tertentu pada rentang panjang gelombang
292,5-372,5nm. Selanjutnya evaluasi dilakukan dengan menghitung
persentase transmisi eritema dan pigmentasi. Berdasarkan hasil perhitungan

-3-
persentase eritema dan pigmentasi, konsentrasi 100 bpj ekstrak etanol beras
merah dapat memberikan perlindungan kulit dari radiasi UV dengan persen
transmisi eritema 0,6681 dan persentase transmisi pigmentasi 0,7001 sehingga
dikategorikan sebagai sunblock. Peningkatan konsentrasi ekstrak disertai
dengan peningkatan efek penyerapan sinar UV yang ditandai dengan semakin
kecilnya nilai persen eritema maupun pigmentasi
3. Mokodompit, dkk (2013) melakukan penelitian penentuan nilai SPF secara in
vitro krim tabir surya ekstrak etanol kulit alpukat (Persea Americana Mill)
dibuat dengan konsentrasi ekstrak kulit alpukat 5%, 7,5% dan 10%. Pada
penentuan nilai SPF secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer
menghasilkan nilai SPF yang didapat pada konsentrasi 5% = 3.99, 7.5% =
5.88, dan 10% = 6.81. Hal ini membuktikan bahwa krim tabir surya yang
dibuat tidak berkhasiat sebagai tabir surya karena sekarang ini nilai SPF tabir
surya yang baik lebih dari 15. Krim ekstrak kulit alpukat diencerkan 4000
ppm, caranya diambil sebanyak 0,1 gram masing-masing krim ekstrak kulit
alpukat (5%, 7,5%, 10%) dilarutkan dalam etanol 95% sebanyak 25 mL
kemudian dicampur hingga homogen. Sebelumnya spektrofotometer
dikalibrasi dengan menggunakan etanol 95%. Caranya etanol sebanyak 1 mL
dimasukkan ke dalam kuvet kemudian kuvet tersebut dimasukkan dalam
spektrofotometer UV-Vis untuk proses kalibrasi. Setelah itu dibuat kurva
serapan uji dalam kuvet, dengan panjang gelombang antara 290-320 nm, dan
etanol 95% sebagai blanko. Serapan rata-ratanya (Ar) ditetapkan dengan
interval 5 nm. Hasil absorbansi dicatat kemudian dihitung nilai SPFnya.
B. Landasan Teori
1. Beras Merah (Oryza nivara)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae

-4-
Genus : Oryza
Species : Oryza nivara (Suardi, 2005).

Gambar 1. Tanaman oryza nivara (Rantelino, 2015)


b. Morfologi beras merah
Gabah adalah butir padi yang telah rontok dari malainya. Butir
gabah terdiri dari satu bagian yang dapat dimakan disebut “Caryopsis”dan
satu bagian lagi yang merupakan struktur kulit yang disebut sekam.
Bagian sekam adalah 18 sampai 28 persen dari bobot gabah. Bagian butir
beras terdiri dari lapisan pericarp, testa atau tegmen, lapisan aleuron,
endosperm dan embrio. Struktur gabah dapat dilihat pada

Gambar 2. Struktur gabah (Kuswardani, 2013)


Berdasarkan bentuk selnya, pericarp dibedakan menjadi tiga lapisan
yaitu pericarp, mesocarp dan lapisan melintang (cross layer). Pericarp
dengan tebal dinding sel 2 μm banyak mengandung butir-butir protein dan
lemak. Dibagian bawah pericarp terletak lapisan testa yang banyak

-5-
mengandung lemak. Lapisan aleuron yang terdiri dari sel-sel parenkim
merupakan pembungkus endosperm dan lembaga yang kaya protein,
lemak dan vitamin. Bagian endosperm terdiri dari sel parenkim yang
terdiri dari granula pati dan matrik protein. Tebal lapisan dinding sel
endosperm adalah 0.25 μm. Dinding sel pericarp, aleuron dan selulosa.
Lapisan pembungkus endosperm dinamakan kulit ari. Testa dan lapisan
aleuron disebut lapisan dalam, sedangkan pericarp disebut lapisan luar.
Warna kulit ari ini dari putih sampai kehitam-hitaman (Adzkiya, 2011).
c. Kandungan kimia
Beras merah merupakan beras dengan warna merah dikarenakan
aleuronnya mengandung gen yang diduga memproduksi senyawa
antosianin atau senyawa lain sehingga menyebabkan adanya warna merah
atau ungu. Kadar karbohidrat tetap memiliki komposisi terbesar, protein
dan lemak merupakan komposisi kedua dan ketiga terbesar pada beras.
Karbohidrat utama dalam beras adalah pati dan hanya sebagian kecil
pentosan, selulosa, hemiselulosa dan gula. Pati berkisar antara 85- 90%
dari berat kering beras. Protein beras terdiri dari 5% fraksi albumin, 10%
globulin, 5% prolamin, dan 80% glutein. Kandungan lemak berkisar antara
0.3-0.6 % pada beras kering giling dan 2.4-3.9% pada beras pecah kulit.
Beras merah diduga memiliki beberapa keunggulan. Salah satu
keunggulan itu adalah adanya senyawa fenolik yang banyak terdapat pada
beras merah. Senyawa fenolik memiliki spektrum atau jenis yang sangat
banyak, mulai dari senyawa fenolik sederhana hingga yang senyawa
komplek yang berikatan dengan gugus glukosa sebagai glikon. Salah satu
kelompok senyawa fenolik yang memiliki manfaat sebagai antioksidan
adalah skelompok senyawa flavonoid. Kelompok senyawa ini dibagi
menjadi beberapa golongan diantaranya flavone, flavon-3-ol, flavonone,
flavan-3-ol dan antocyanidin (Adzkiya, 2011).
Kelompok senyawa flavanoid seperti antosianin (bentuk glikon dari
antosianidin) merupakan salah satu kelompok bahan alam pada tumbuhan
yang berperan sebagai antioksidan, antimikroba, fotoreseptor, visual

-6-
attractors, feeding repellant, antialergi, antiviral dan anti inflamasi.
Senyawa ini lah yang diduga bertanggung jawab sebagai zat yang
memberikan warna pada beras merah. Beras merah kaya akan metabolit
sekunder terutama asam fenolat dan quinoline alkaloid, dan juga
mengandung tokol (tokoferol dan tokotrienol). Beragamnya senyawa atau
kelompok senyawa hasil metabolit sekunder diyakini memiliki berbagai
macam fungsi yang menguntungkan bagi kesehatan diantaranya efek
psikologis, pertahanan terhadap sitotoksisitas, aktivitas anti
neurogeneratif, inhibisi glikogen phosporilase dan aktivitas antioksidatif.
(Adzkiya, 2011).
2. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika
tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan
dari sampel dengan penyaringan (Mukhriani, 2014). Ekstraksi dapat
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
a. Cara dingin
1) Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam dalam
pelarut pada suhu kamar sehingga kerusakan atau degradasi metabolit
dapat diminimalisasi. Pada maserasi, terjadi proses keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel sehingga diperlukan
penggantian pelarut secara berulang. Kinetik adalah cara ekstraksi,
seperti maserasi yang dilakukan dengan pengadukan, sedangkan digesti
adalah cara maserasi yang dilakukan dengan pengadukan, dilakukan
pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-60 ℃ (Hanani, E.
2015).
Beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu
kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat menghindari
rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).

-7-
2) Perkolasi
Perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia menggunakan pelarut
yang selalu baru, dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia hingga
senyawa tersari sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan
pelarut yang lebih banyak. Untuk meyakinkan perkolasi sudah
sempurna, perkolat dapat diuji adanya metabolit dengan pereaksi yang
spesifik (Hanani, E. 2015).
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan
dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran
pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk
sampel dan dibiarkan men etes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan
dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru.
Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak
homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu,
metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak
waktu (Mukhriani, 2014).
3) Sokhletasi
Sokhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik
pada suhu didih dengan alat soxhlet. Pada sokhletasi, simplisia dan
ekstrak berada pada labu berbeda. Pemanasan mengakibatkan pelarut
menguap, dan uap masuk dalam labu pendingin. Hasil kondensasi jatuh
bagian simplisia sehingga ekstraksi berlangsung terus-menerus dengan
jumlah pelarut relative konstan. Ekstraksi ini dikenal sebagai ekstraksi
sinambung (Hanani, E. 2015).
Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu,
sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak
membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu.
Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus berada pada
titik didih (Mukhriani, 2014).
b. Cara panas

-8-
1) Refluks
Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin baik. Agar hasil penyarian lebih
baik atau sempurna, refluks umumnya dilakukan berulang-ulang (3-6
kali) terhadap residu pertama. Cara ini memungkinkan terjadinya
penguraian senyawa yang tidak tahan panas (Hanani, E. 2015).
2) Destilasi
Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari
senyawa yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses
pendingin, senyawa dan uap air akan terkondensasi dan terpisah
menjadi destilat air dan senyawa yang diekstraksi. Cara ini umum
digunakan untuk menyari atsiri dari tumbuhan (Hanani, E. 2015).
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya
digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai
senyawa menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilat
(terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung
dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari metode
ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi
(Mukhriani, 2014).
3. Kulit
a. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh, terhitung sekitar 15% dari
total berat badan manusia. Kulit tersusun atas tiga lapisan yaitu epidermis,
dermis, dan subkutis. Setiap lapisan memiliki karakteristik dan fungsinya
masing–masing (Baumann dan Saghari, 2009; Kanitakis, 2002).

-9-
Gambar 3. Anatomi Kulit (Kusuma 2013)

1) Lapisan Epidermis
Epidermis adalah lapisan terluar dari kulit, terdiri dari epitel
skuamosa bertingkat yang terutama terdiri dari dua jenis sel yaitu sel
keratinosit dan sel dendritik. Epidermis dibagi menjadi empat lapisan
sesuai dengan morfologi keratinosit yang tersusun dari dalam ke luar,
yaitu lapisan sel basal (stratum basale), lapisan sel skuamosa (stratum
spinosum), lapisan sel granular (stratum granulosum), dan lapisan sel
cornified (stratum korneum) (Baumann dan Saghari, 2009; .James
dkk. 2006)

2) Lapisan Dermis
Lapisan dermis terletak antara epidermis dan lemak subkutan.
Lapisan ini yang menentukan ketebalan kulit, dan juga memiliki
peran penting pada penampilan kosmetik kulit. Ketebalan lapisan
dermis bervariasi pada berbagai bagian tubuh. Pada penuaan, terjadi
penurunan ketebalan dan kelembaban pada lapisan ini. Di dalam
dermis terdapat syaraf, pembuluh darah, kelenjar keringat dan
sebagian besar dermis terdiri dari kolagen. Bagian paling atas lapisan
dermis yang dekat dengan epidermis disebut dermis pars papilare dan
bagian bawah dari lapisan dermis yang dekat dengan lemak subkutan
disebut dermis pars retikulare (Baumann dan Saghari, 2009).
Karakteristik dari dermis pars papilare adalah terdapat bundel

- 10 -
kolagen yang kecil, kepadatan yang tinggi dan terdapat elemen
vaskular. Pada pars retikulare terdapat bundel kolagen yang lebih
besar, elastin yang matang, pembuluh darah, saraf, otot, polisebasea,
kelenjar apokrin dan ekrin (Baumann dan Saghari, 2009).
3) Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis atau hipodermis terletak di bawah dermis,
sebagian besar terdiri dari lemak, yang merupakan sumber energi
yang penting bagi tubuh. Pada lapisan ini juga terdapat kolagen tipe I,
III, dan V. Lapisan subkutis menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda – beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu (Baumann
dan Saghari, 2009).

4. Evaluasi Fisik Lotion


Untuk mengetahui kestabilan lotion, perlu dilakukan beberapa
pengujian yakni :
a. Organoleptik
Organoleptik merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan
panca indra untuk mendeskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya
padat, serbuk, cair) warna (kuning, coklat) dan bau (aromatik, tidak
berbau), (Voigt, 1995).
b. Homogenitas
Homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya
bahan-bahan pada sediaan. Dilihat apakah ada gumpalan atau partikel-
partikel kecil pada sediaan (Voigt, 1995).
c. Uji pH
Uji pH digunakan untuk mengetahui apakah pH lotion sesuai dengan
pH kulit. Produk kosmetik yang mempunyai pH sangat tinggi atau sangat
rendah dapat membahayakan daya absorpsi kulit, sehingga menyebabkan
kulit ter iritasi oleh sebab itu pH dari produk-produk kosmetik sebaiknya
dibuat dengan pH kulit yaitu sekitar 4,5 - 6,5 (Wasitatmadja, 1997),

- 11 -
d. Uji Daya sebar
Pengukuran daya melekat bertujuan untuk mengetahui kualitas
daya melekat lotion pada kulit. Hal tersebut akan berhubungan dengan
lama waktu kontak lotion dengan kulit hingga efek terapi yang diinginkan
tercapai (Voigt, 1984).
e. Pengujian tipe emulsi
Pengujian tipe emulsi dapat dilakukan dengan metode pengenceran,
yaitu dimasukkan sampel ke dalam gelas kimia, jika dalam sampel
ditambahkan sedikit air, dan jika pengocokan atau pengadukannya
diperoleh kembali emulsi yang homogen, maka emulsi yang berjenis M/A.
Jika sampel dicampur dengan minyak, maka hal ini akan menyebabkan
pecahnya emulsi. Pada jenis A/M akan diperoleh hasil yang sebaliknya
(Voigt, 1995).
5. Tabir Surya
Tabir surya adalah sediaan yang mengandung senyawa kimia aktif
yang dapat meyerap, menghamburkan, atau memantulkan sinar surya yang
mengenai kulit, sehingga dapat digunakan untuk melindungi fungsi dan
struktur kulit manusia dari kerusakan akibat sinar surya (Hansersenfeld dan
Gilchrest, 1999). Bahan-bahan kimia tabir surya dapat diklasifikasikan
berdasarkan tipe perlindungan yang diberikan baik sebagai penghalang fisik
atau penyerap kimia (Lowe dan Shaath, 1990).
a. Penghalang Fisik
Bahan kimia tabir surya ini memantulkan atau menghamburkan
radiasi UV. Contoh penghalang fisik terutama titanium dioksida (TiO2),
sengoksida (ZnO), dan petrolatum merah. Tabir surya ini menahan rentang
cahaya paling luas termasuk sinar UV, sinar tampak, dan sinar inframerah.
b. Penghalang Kimia
Bahan penyerap kimia mengabsorpsi/menyerap radiasi UV yang
berbahaya. Bahan-bahan kimia ini terbagi atas dua bergantung pada tipe
radiasi yang dilindungi :
1) Penyerapan UV A adalah bahan-bahan yang cenderung menyerap

- 12 -
radiasi dalam daerah 320-360 nm dari spektrum (benzopenon,
antranilat, dan dibenzol metana)
2) Penyerap UV B adalah bahan-bahan kimia yang menyerap radiasi
dalam daerah 290-320 nm dari spektrum UV (turunan PABA, salisilat,
dan turunan kamfer)
Syarat bahan aktif untuk sediaan tabir surya yaitu (Lowe dan Shaath,
1990):
a. Efektif menyerap radiasi UV B tanpa perubahan kimiawi, karena jika
tidak demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan menjadi toksik atau
menimbulkan iritasi
b. Meneruskan UV A untuk mendapatkan tanning (kulit kaukasia/
eropa).
c. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap
d. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah
formulasinya
e. Tidak beraroma atau beraroma ringan
f. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan tidak menyebabkan sensitisasi

6. Formula lotion ekstrak beras merah (oryza nivara)


a. Master Formula

Tabel 1. Formula lotion tabir surya (Zahid, 2016)

NAMA BAHAN KONSENTRASI (%)

Ekstrak beras merah 10%

Cera Alba 7%

Tween 80 7%

Setil Alkohol 3%

Stearil Alkohol 2%

- 13 -
Parafin cair 10%

Metil paraben 0,18%

Propil paraben 0,02%

Minyak Mawar 3%

Alfa tokoferol 2 tts

Aquadest Ad ( mL) 100%

b. Modifikasi Formula

Tiap 35 mL mengandung :

Tabel 2. Formula lotion tabir surya ekstrak beras merah dengan tiga variasi
konsentrasi ekstrak beras merah (oryza nivara)

KONSENTRASI
NAMA BAHAN FUNGSI
F1 F2 F3
Ekstrak Beras Merah 10% 15% 20% Zat aktif
Cera Alba 7% 7% 7% Stabilisator emulsi
Tween 80 7% 7% 7% Emulgator
Setil Alkohol 5% 5% 5% Pengemulsi/emolien
Stearil Alkohol 2% 2% 2% Pengemulsi/emolien
Parafin Cair 10% 10% 10% Pelembut
Metil Paraben 0,18% 0,18% 0,18% Pengawet
Propil Paraben 0,02% 0,02% 0,02% Pengawet
Minyak mawar 1 mL 1mL 1mL Pewangi
Alfa Tokoferol 2 tts 2 tts 2 tts Antioksidan
Akuades ad 100% 100% 100% Pelarut

- 14 -
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juli 2017 bertempat di
Laboratorium Teknologi Farmasi dan Laboratorium Kimia Akademi Farmasi
Bina Husada Kendari.
C. Kerangka Konsep Penelitianl

Formula A

Formula B Sediaan lotion tabir surya

Formula C

Evaluasi fisik sediaan dan uji efektivitas Hasil


Keterangan
lotion tabir surya
= Variabel bebas

= Variabel terikat

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian, variabel dibagi menjadi dua yaitu :

1. Variabel Bebas : konsentrasi ekstrak beras merah


2. Variabel Terikat : Evaluasi fisik dan uji efektivitas tabir surya lotion ekstrak
beras merah

E. Hipotesis
Peningkatan konsentrasi ekstrak beras merah berpengaruh terhadap nilai
SPF, nilai transmisi pigmentasi, dan nilai transmisi eritema.

- 15 -
F. Prosedur Penelitian
1. Alat dan Bahan
a . Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu : bejana maserasi, batang pengaduk,
cawan crus, cawan prselin, corong (pyrex), gelas kimia (pyrex), gunting,
hot plate, pH meter (Hana), pipet tetes, sendok tanduk, spektrofotmeter
UV, sudip, timbangan analitik (Ohaus), timbangan digital.
b. bahan
Bahan yang digunakan yaitu aquades, alfa tokoferol, cera alba,
ekstrak beras merah, kain flanel, kertas perkamen, kertas saring, metil
paraben, minyak mawar, parafin cair, propil paraben, setil alkohol, stearil
alkohol dan tween 80.

Tabel 3. Formula lotion tabir surya ekstrak beras merah (oryza nivara)

KONSENTRASI
NAMA BAHAN FUNGSI
F1 F2 F3
Ekstrak Beras Merah 10% 15% 20% Zat aktif
Cera Alba 7% 7% 7% Stabilisator emulsi
Tween 80 7% 7% 7% Emulgator
Setil Alkohol 3% 3% 3% Pengemulsi/emolien
Stearil Alkohol 2% 2% 2% Pengemulsi/emolien
Parafin Cair 10% 10% 10% Pelembut
Metil Paraben 0,18% 0,18% 0,18% Pengawet
Propil Paraben 0,02% 0,02% 0,02% Pengawet
Minyak mawar 1 mL 1 mL 1 mL Pewangi
Alfa Tokoferol 2 tts 2 tts 2 tts Antioksidan
Akuades ad 100% 100% 100% Pelarut

2. Cara Kerja
a. Cara pengambilan sampel
Cara pengambilan beras merah adalah membeli pada pedagang
di salah satu pasar di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

- 16 -
b. Penyiapan sampel
Beras merah yang telah diperoleh kemudian dibersihkan, dicuci
sampai bersih, lalu ditiriskan. Beras merah dikeringkan dengan cara
diangin-anginnkan, kemudian dihaluskan dan ditimbang 3 kilo gram.
c. Proses ekstraksi beras merah
1) Ditimbang beras merah yang telah dihaluskan sebanyak 3 kg
2) Beras merah diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi
3) Beras merah direndam dalam 3,750 mL etanol 96%
4) Didiamkan selama 3 x 24 jam dengan sesekali diaduk
5) Disaring menggunakan kain flanel
6) Pelarut diuapkan hingga diperoleh ekstrak dari beras merah (Suda,
2013)
d. Pembuatan lotion tabir surya
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Ditimbang fase minyak (cera alba = 1,75 gram, setil alkohol = 0,75
gram, stearil alkohol = 0,5 gram, parafin cair = 2,5 gram dan
propil paraben = 0,005 gram ).
3) Dimasukkan fase minyak ke dalam cawan porselin dan dipanaskan
pada suhu 65oC sampai 75oC di atas hot plate
4) Ditimbang fase air ( tween 80 = 1,75 gram, dan metil paraben =
0,45 gram ).
5) Dimasukkan ke dalam cawan krus dan dipanaskan pada suhu yang
sama. Dimasukkan fase minyak ke dalam fase air ke dalam
lumpang sambil digerus homogen
6) Ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit
7) Terakhir ditambahkan ekstrak beras merah, alfa tokoferol 2 tetes
dan minyak mawar 1 mL dan diaduk
8) Sediaan lotion yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam wadah
tertutup dan dibiarkan selama 24 jam (Zahid, 2016)
3. Prosedur evaluasi fisik sediaan

- 17 -
Prosedur evaluasi fisik sediaan terdiri dari pengujian organoleptik,
pengujian homogenitas, pengujian pH, dan pengujian tipe emulsi, pengujian
viskositas, daya sebar dan cycling test (Martin dkk, 2008).
a. Uji organoleptik
1) Diamati bentuk, perubahan, warna, dan aroma formula lotion
2) Dicatat perubahan tersebut. Dilakukan selama 4 minggu, 3 kali
replikasi
b. Pengujian tipe emulsi
1) Diambil 1 gram sediaan lotion
2) Dimasukkan ke dalam gelas kimia, gelas kimia A berisi lotion dan
aquades yang sedang gelas kimia B berisi lotion dan minyak,
kemudian diamati tipe emulsi yang berbentuk
a. Uji daya sebar
Sebanyak 0,1 gram sediaan dioelskan diatas obyek gelas yang telah
ditentukan luasnya, diatas sediaan tersebut diletakkan objek gelas
dipasang pada alat uji, beban sebanyak 100 gram dilepaskan dan dicatat
waktunya hingga kedua objek gelas tersebut lepas. Uji daya sebar
dilakukan untuk mengetahui seberapa lama lotion dapat melekat pada
permukaan kulit. Daya sebar semakin besar maka waktu kontak lotion
dengan kulit semakin lama sehingga efek yang ditimbulkan oleh lotion
juga semakin efektif.

b. Pengujian cycling test


cycling test merpakan pengujian yang dipercepat dengan
menyimpan sampel pada suhu 4±20 C selama 24 jam lalu dipindahkan
40±20 C selama jam, perlakuan ini adalah 1 siklus, percobaan diulangi
sebanyak sebanyak 6 siklus dan dilakukan pengamatan dengan
parameter organoleptik, homogenitas, pH, tipe emulsi.
c. Pengujian pH
1) Disiapkan masing-masing sampel sediaan lotion

- 18 -
2) Celupkan elektroda kedalam lotion tersebut sampai pH meter
menunjukkan pembacaan yang tetap.
3) Dicatat hasil pembacaan skala.
d. Pengujian homogenitas
1) Diambil sedikit sampel sediaan formula lotion, kemudian diletakkan
sedikit lotion diantara kedua kaca objek.
2) Diamati susunan partikel-partikel kasar atau ketidak homogenan
selama 4 minggu, 3 kali replikasi lalu dicatat.

g. Uji viskositas
Sediaan diukur viskositasnya menggunakan alat viskometer.
Sampel dimasukkan ke dalam wadah dengan volume 100 mL. Spindel
yang sesuai dimasukkan ke dalam sediaan hingga tanda batas. Motor
dinyalakan dan spindle dibiarkan berputar. Setelah penunjuk skala
menunjukkan angka yang tetap, pengukuran dianggap selesai (Sari,
2014).
h. Prosedur uji SPF
Penentuan efektivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan
nilai SPF secara in vitro dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Lotion
ekstrak beras merah encerkan 4000 ppm, caranya diambil sebanyak 0,1
gram masing-masing krim ekstrak beras merah (10%, 15%, 20%)
dilarutkan dalam etanol 95% sebanyak 25 mL dicampur hingga
homogen. Sebelumnya spektrofotometer dikalibrasi dengan
menggunakan etanol 95%.Caranya etanol sebanyak 1 mL dimasukkan
kedalam kuvet kemudian kuvet tersebut dimasukkan dalam
spektrofotometer UV-Vis untuk proses kalibrasi. Setelah itu dibuat kurva
serapan uji dalam kuvet, dengan panjang gelombang antara 290-320 nm,
gunakan etanol 95% sebagai blanko. Kemudian tetapkan serapan rata-
ratanya (Ar) dengan interval 5 nm. Hasil absorbansi dicatat kemudian
dihitung nilai SPFnya. Dengan menggunakan metode perhitungan
A.J.Petro yang telah dimodifikasi, dihitung serapan rata-rata larutan uji
dengan kadar baku 125 mg/1 (As) dengan rumus (Karwira, 2005):

- 19 -
125
As = x Ar
𝑚

M adalah bobot dalam mg bahan uji yang ditimbang Nilai


SPF =antilog (2 x As)

Penetapan serapan rata-rata (Ar) dilakukan manual sebagai


berikut:

Diukur serapan larutan uji antara panjang gelombang 290-360 nm dengan


interval 2 nm. Ar dihitung dengan rumus (Karwira, 2005):
[1,25(𝐴290+𝐴360)+2,5 (𝐴292,5+⋯+𝐴357,5)]
Ar= 70

4. Analisis Data
a. Data
1) Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian

2) Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang berasal dari literatur-literatur yang
mendukung penelitian ini.

b. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari
hasil uji stabilitas cycling test sediaan lotion, uji SPF, Eritema,
Pigmentasi Dan Viskositas

c. Penyajian Data
Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabulasi, grafik
dan dijabarkan secara narasi.

d. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari penelitian diolah dalam bentuk tabel
kemudian dijelaskan dalam bentuk narasi.

- 20 -
G. Skema jalannya penelitian

Beras merah (oryza Zat tambahan


nivara)
a. Fase minyak
Cera alba, setil
alkohol, staril
Maserasi menggunakan alkohol, parafin cair,
etanol 96% propil paraben,
minyak mawar, alfa
tokoferol
b. Fase air
Maserasi dipekatkan Tween80,metil
dengan rotavapor paraben

Ekstrak kental

Formula

Formula A Formula B Formula C Formula D


10% 15 % 20% baku
pembanding

Uji evaluasi fisik Uji efektivitas tabir


surya
a. Homogenitas
b. Organoleptik a. SPF
c. Tipe emulsi b. Transmisi
d. pH eritema
e. viskositas c. Transmisi
f. cycling test pigmentasi

Temuan

Pembahasn

- 21 -
kesimpulan
BAB IV

H ASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ekstraksi Beras Merah


Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi beras merah dilakukan menggunakan
metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. (Suda, 2013). melaporkan bahwa
antiosianin dalam beras merah sudah dapat diperoleh dengan metode sederhana
seperti maserasi. Sampel sebanyak 3 kg dimaserasi menggunakan etanol 96%
sebanyak 3,750 mL (suda, 2013).
pemilihan pelarut didasarkan atas senyawa yang akan ditarik yaitu
flavonoid dan fenol. Flavanoid pada ekstrak beras merah lebih banyak larut dalam
pelarut polar seperti etanol. Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi
dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan ekstraksi dingin, jadi pada
metode ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali, sehingga
maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang
tidak tahan pemanasan (Hamdani, 2014).
Etanol 96% digunakan sebagai pelarut karena mudah didapat dan lebih
ekonomis serta etanol 96% juga berfungsi sebagai antimikroba yang dapat
menghambat pertumbuhan jamur, dan lebih efektif digunakan untuk ekstraksi
antioksidan dan bahan alam ( sakakibara, 2003). Sampel yang telah dimaserasi
selama 3 hari kemudian disaring menggunakan kain flanel untuk mendapatkan
ekstrak cairnya kemudian diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator,
untuk mendapatkan ekstrak kentalnya dengan alat rotavapor dan Ekstrak kental
yang diperoleh sebanyak 95,2 gram dan berwarna merah (Gambar).

Gambar 4. Ekstrak kental

- 22 -
B. Uji evaluasi fisik
Uji evaluasi fisik sediaan lotion ekstrak beras merah yang dilakukan setiap
minggu selama 4 minggu penyimpanan yang meliputi pengujian yaitu
organoleptik, homogenitas, tipe emulsi, pH, daya sebar dan viskositas sediaan.
1. Uji organoleptik
Tabel 1 . Hasil uji organoleptik (bentuk, warna dan aroma)
Minggu ke - (rata-rata)
Formula
I II II IV
Bentuk semi Bentuk semi Bentuk semi
Bentuk semi
padat, padat, padat,
padat, berwarna
berwarna berwarna berwarna
A kemerahan,
kemerahan, kemerahan, kemerahan,
aroma khas
aroma khas aroma khas aroma khas
minyak mawar
minyak mawar minyak mawar minyak mawar
Bentuk semi Bentuk semi Bentuk semi
Bentuk semi
padat, padat, padat,
padat, berwarna
berwarna berwarna berwarna
B kecokla tan,
kecoklatan, kecoklatan, kecoklatan,
aroma khas
aroma khas aroma khas aroma khas
minyak mawar
minyak mawar minyak mawar minyak mawar
Bentuk semi Bentuk semi Bentuk semi
Bentuk semi
padat, padat, padat,
padat, berwarna
berwarna berwarna berwarna
C kecoklatan,
kecoklatan, kecoklatan, kecoklatan,
aroma khas
aroma khas aroma khas aroma khas
minyak mawar
minyak mawar minyak mawar minyak mawar
Keterangan :
A = Formula konsentrasi beras merah 10%
B = Formula konsentrasi beras merah 15%
C = Formula konsentras i beras merah 20%

Uji organoleptik pada sediaan lotion ekstrak beras merah yang


dihasilkan berbentuk semi padat, karena pada saaat pembuatan lotion ekstrak
beras merah mengalami penaikkan konsentrasi dari 3% menjadi 5%

- 23 -
disebabkan hasil sebelumnya lotion berbentuk agak cair setelah dinaikkan
konsentrasinya lotion menjadi semi padat dikatakan semi padat karena
memiliki sifat mampu melekat pada permukaan kulit dalam waktu lama,
sedngkan warna merash pada lotion disebabkan karena adanya zat antosianin
yang terkandung pada sampel pada formula A memiliki warna kemerahan
sedangkan formula B, dan C memiliki warna agak kecoklatan, ini dipengaruhi
karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak beras merah semakin kecoklatan
warna yang dihasilkan, dan aroma minyak mawar sendiri berasal dari
pewangi yang digunakan yaitu minyak mawar.
2. Uji homogenitas
Tabel 2. Hasil uji homogenitas (n=3)
Minggu ke- (rata-rata)
Formula
I II III IV
A Homogen Homogen Homogen Homogen
Ekstrak
B Homogen Homogen Homogen Homogen
beras merah
C Homogen Homogen Homogen Homogen
Keterangan :
A = Formula konsentrasi beras merah 10%
B = Formula konsentrasi beras merah 15%
C = Formula konsentrasi beras merah 20%
Hasil pengujian homogenitas, menunjukkan bahwa seluruh formula
memiliki karakteristik yang homogen pada konsentrasi 10%, 15% dan
20% menunjukan tidak ada partikel – partikel kasar kasar atau gumpalan
yang ada pada lotion, tercampur secara merata serta terlihat persamaan
warna yang merata.
3. Uji pH
Tabel 3. Hasil uji pH (n=3)
Minggu ke- (rata-rata)
Formula
I II III IV
A 5,81 4,49 4,45 4,43
Ekstrak
B 5,70 4,71 4,64 4,61
beras merah
C 5,78 5,02 4,65 4,95
Keterangan :

- 24 -
A = Formula konsentrasi beras merah 10%
B = Formula konsentrasi beras merah 15%
C = Formula konsentrasi beras merah 20%

Uji pH merupakan parameter fisikokimia yang dilakukan pada


pengujian sediaan topikal karena pH sediaan dapat mempengaruhi
stabilitas dan kenyamanan penggunaan sediaan pada kulit. Nilai suatu pH
tidak boleh terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit
sedangkan jika terlalu basa dapat menyebabkan kulit menjadi kering
(Wilkinson, 1982). Nilai pH pada sediaan topikal sebaiknya sesuai dengan
pH kulit normal yaitu 4,5-6,5. Pada sediaan lotion ekstrak beras merah
rata- rata telah memenuhi persyaratan ph kulit normal.
4. Uji tipe emulsi
Tabel 4.Hasil uji tipe emulsi (n=3)
Minggu ke- (rata-rata)
Formula
I II III IV
Ekstrak A M/A M/A M/A M/A
beras B M/A M/A M/A M/A
merah C M/A M/A M/A M/A
Keterangan :
A = Formula konsentrasi beras merah 10%
B = Formula konsentrasi beras merah 15%
C = Formula konsentrasi beras merah 20%

Pengujian tipe emulsi di lakukan dengan cara melarutkan sejumlah


Sediaan kedalam air, jika sediaan terlarut maka sediaan merupakan tipe
emulsi M/A dan jika sediaan tidak larut degan baik maka sediaan
merupakan emulsi tipe A/M (Voigt, 1994). Tipe emulsi pada seluruh
formula adalah minyak dalam air (M/A), karena seluruh formula dapat

- 25 -
larut dalam air (akuades) tapi tidak larut dalam minyak (parafin cair). Tipe
emulsi M/A ini memiliki keuntungan antara lain dapat mudah dibilas
dengan air dan tidak lengket saat dipakai.
5. Uji daya sebar
Tabel 5. Hasil uji daya sebar (n=3)
Ditambah Minggu ke- (rata-rata)
Formula
Beban I II II IV
A 5,00 4,30 5,51 5,03
B 0 gram 5,36 4,91 5,20 5,48
C 6,03 5,25 5,36 5,36
A 5,43 5,0 5,83 5,43
B 50 gram 5,73 5,58 6,50 5,60
C 6,28 5,83 5,38 5,70
A +50 gram 5,88 5,58 6,08 5,78
B Total = 100 6,12 6,03 5,91 6,26
C gram 6,66 6,11 5,61 6,10
Keterangan :
A = Formula konsentrasi beras merah 10%
B = Formula konsentrasi beras merah 15%
C = Formula konsentrasi beras merah 20%

Hasil pengujian daya sebar, menunjukkan bahwa luas penyebaran


seluruh formula lotion, dari minggu pertama sampai minggu ke empat
tidak terjadi perubahan yang signifikan. Pada penelitian ini konsentrasi
ekstrak beras merah 10% mempunyai daya sebar yang paling rendah
sedangkan konsentrasi 15% dan 20% mempunyai daya sebar yang cukup
tinggi, dapat dilihat bahwa Semakin tinggi konsentrasi ekstrak beras merah
maka semakin besar daya sebar, sehingga dapat menjangkau area kulit
yang lebih luas pada saat pemakaian. Hal ini disebabkan karena dengan
konsentrasi ekstrak beras merah yang semakin tinggi, semakin cair pula
konsistensi yang terbentuk.
6. Uji viskositas
Tabel 6. Hasil uji viskositas (n=3)

- 26 -
Viskositas (dPa.s) t = hari ke- (rata-rata)
Formula Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan
Pada t = 0 Pada t = 7 Pada t = 14 Pada t = 21
A 103,3 103,3 N 103,33 126,66
B 110 110 106,66 133,33
C 120 120 123,3 136,66

Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer,


tujuan dilakukannya pengujian viskositas pada sediaan lotion ini adalah
untuk melihat niai kekentalan. Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar tahanan dari suatu cairan atau sediaan untuk mengalir.
Viskositas berkaitan dengan kemudahan pengolesan, semakin kecil
viskositas lotion semakin mudah lotion dioleskan pada permukaan kulit.
Sebelum pengukuran dilakukan pemilihan rotor dengan cara trial and
error, pembacaan skala dari 100 dipilih rotor yang lebih kecil sedangkan
pembacaan dibawah 10 dipilih rotor yang lebih besar. Viskositas
merupakan sifat penting dalam formulasi sediaan cair semi padat yang
memberikan gambaran dari suatu benda cair untuk mengalir baik saat
produksi ataupun sifat- sifat penting saat pemakaiannya. Syarat viskositas
menurut SNI 16- 4399-1996 yaitu 20-500 pois. Hasil pengujian
menujukan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak beras merah
semakin tinggi juga nilai viskositasnya dan hasil pengujian lotion ekstrak
beras merah menunjukan bahwa viskositas penyimpanan selama 4
minggu pada suhu kamar menunjukan hasil yang cenderung stabil.
C. Uji Stabilitas Cycling Test
Cycling test merupakan pengujian yang dipercepat dengan menyimpan
sampel pada suhu 4±2 oC selama 24 jam lalu dipindahkan ke dalam oven yang
bersuhu 40±2 oC selama 24 jam. Perlakuan ini adalah 1 siklus. Percobaan diulangi
sebanyak 6 siklus (Wihelmina, 2011). Tujuannya untuk mengetahui kestabilan
dari lotion tabir surya ekstrak beras merah yang dipengaruhi oleh perbedaan suhu
dan waktu penyimpanan. Dan dilakukan pengamatan dengan parameter
organoleptik, homogenitas, pH, tipe emulsi dan daya sebar.

- 27 -
Tabel 7. Hasil parameter uji (n=3)
Parameter uji Formula Sebelum Cycling test Sesudah Cycling test
Bentuk semi padat, berwarna Bentuk semi padat (agak
A kemerahan, aroma khas minyak mencair), berwarna
mawar kemerahan, aroma apek
Bentuk semi padat, berwarna Bentuk semi padat (agak
Uji
B kecoklatan, aroma khas minyak mencair), berwarna
organoleptik
mawar kecoklatan, aroma apek
Bentuk semi padat, berwarna Bentuk semi padat (agak
C kecoklatan, aroma khas minyak mencair), berwarna
mawar kecoklatan, aroma apek
A Homogen Homogen
Homogenitas B Homogen Homogen
C Homogen Homogen
A 5,70 4,25
pH B 5,69 4,61
C 5,84 4,61
A M/A M/A
Tipe emulsi B M/A M/A
C M/A M/A
A 5,51 4,10
Daya sebar B 5,20 4,90
C 5,36 4,03
A 5,43 4,90
Daya sebar
B 5,60 5,70
50 gram
C 5,70 4,23
Daya sebar A 5,78 5,03
+50 gram B 6,26 6,00
Total = 100 C
6,10
gram 4,58

Formula lotion tabir surya beras merah memiliki bentuk semi padat,
warna kemerahan, hingga kecoklatan dan aroma minyak mawar. Dikatakan
semi padat sebab memiliki sifat umum yaitu mampu melekat pada permukaan
tempat pemakaian (kulit) dalam waktu lama sebelum sediaan ini dicuci atau

- 28 -
dihilangkan. Sedangkan warna pada lotion dipengaruhi oleh senyawa
antosianin yang berasal dari beras merah. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak
beras merah, maka semakin tinggi juga senyawa antosianinnya sehingga
warnanya semakin merah atau coklat. Sedangkan untuk aromanya berasal
dari pengaroma yang dipakai yaitu minyak mawar.
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat dan mengetahui
tercampurnya bahan-bahan pada sediaan, pada tabel 1 menunjukan bahwa
sediaan lotion homogen, dikatakan homogen karena tidak adanya partikel-
partikel kasar pada kaca objek. Hal tersebut sesuai dengan persyaratan sediaan
lotion dimana harus menujukan susunan yang homogen dan tidak terlihat
adanya partikel kasar (Anonim,1985). Suatu sediaan lotion harus homogen
agar tidak menyebabkan iritasi pada saat dioleskan pada permukaan kulit.
Uji pH merupakan parameter fisikokimia yang dilakukan pada
pengujian sediaan topikal karena pH sediaan dapat mempengaruhi stabilitas
dan kenyamanan penggunaan sediaan pada kulit. Nilai suatu pH tidak boleh
terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan jika terlalu
basa dapat menyebabkan kulit menjadi kering (Wilkinson, 1982). Nilai pH
pada sediaan topikal sebaiknya sesuai dengan pH kulit normal yaitu 4,5-6,5.
Pada pengujian nilai pH, formula dengan konsentrasi 10%, 15% dan
10% terjadi penurunan nilai pH setelah dilakukan cycling test. Hal ini
dipengaruhi oleh senyawa antosianin yang tidak stabil pada proses pemanasan.
Bahkan menurut Harborne, 1996 menyebutkan bahwa antosianin stabil bila
disimpan pada tempat yang dingin dan menurut Fathinatullabibah dkk, 2014
menyebutkan bahwa pada suasana asam antosianin berada dalam bentuk garam
flavilium yang lebih stabil sedangkan pada pH semakin besar warna ekstrak
menjadi memudar. Adanya perlakuan suhu tinggi dapat menyebabkan
terjadinya penurunan stabilitas atau pemucatan warna pada zat antosianin.
Tipe emulsi suatu formula sediaan farmasi dapat diketahui dari
perbandingan komposisi antara fase air dan fase minyaknya. Komposisi fase
air dalam formula lotion ekstrak beras merah ini lebih banyak daripada
komponen fase air. Pengujian tipe emulsi dilakukan setelah cycling test

- 29 -
dilakukan untuk melihat terjadinya inversi fase. Inversi fase merupakan
perubahan tipe emulsi dari M/A menjadi A/M atau sebaliknya yang dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya partikel-partikel kasar saat proses
pembuatan, alat-alat yang dipakai tidak bersih dan tidak homogen saat
pencampuran bahan.
Hasil pengujian tipe emulsi menunjukkan tidak terjadi perubahan pada
seluruh formula, sesudah dilakukan cycling test. Tipe emulsi pada seluruh
formula adalah minyak dalam air (M/A), karena seluruh formula dapatlarut
dalam air (akuades) tapi tidak larut dalam minyak (parafin cair). Tipe emulsi
M/A ini memiliki keuntungan antara lain dapat mudah dibilas dengan air dan
tidak lengket saat dipakai
Hasil pengujian daya sebar, menunjukkan bahwa luas penyebaran
seluruh formula lotion, sesudah cycling test tidak terjadi perubahan yang
signifikan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak beras merah maka semakin
besar daya sebar, sehingga dapat menjangkau area kulit yang lebih luas pada
saat pemakaian. Hal ini disebabkan karena dengan konsentrasi ekstrak beras
merah yang semakin tinggi, semakin cair pula konsistensi yang terbentuk.

D. Uji Aktivitas Tabir Surya


Tabel 8. Hasil uji SPF, transmisi pigmentasi dan transmisi eritema (n=3)
Transmisi eritema Transmisi pigmentasi
Formula Uji SPF
(% Te) (% Tp)
13,3 33,3 7,4
A
(proteksi maksimal) (tidak masuk rengs) (sunblock)
6,3 8,3 2
B
(proteksi ekstra) (suntan) (sunblock)
5,3 2 5,7
C
(proteksi sedang) (proteksi ultra) (sunblock)
1,7 1,3
1,5
D (tidak termaksud (tidak memenuhi
(proteksi ultra)
sunblock) syarat)

- 30 -
Keterangan :
A = Formula konsentrasi beras merah 10%
B = Formula konsentrasi beras merah 15%
C = Formula konsentrasi beras merah 20%
D = Baku pembanding tanpa ekstrak

Hasil pengujian SPF, menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi


ekstrak beras merah maka semakin rendah pula nilai SPFnya, kesalahan terjadi
pada proses pengukuran pada saat menggunakan alat spektrovotometer hal
tersebut dapat mengakibatkan konsentrasi zat aktif tidak terdistribusi secara
merata pada larutan yang akan diukur absorbansinya, sehingga apabila hal
terjadi dapat menyebabkan kesalahan pembacaan spektrovotometer hal ini
mungkin disebabkan karena pada saat pengujian SPF sampel tidak larut
sempurna dalam etanol 96% terjadi penggumpalan sehingga hasil yang di
daptkan tidak sesuai dengan yang di harapkan, dikarenakan kelarutan sampel
yang tidak baik pada saat pengukuran sehingga pembacaan absorbansi tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Seharusnya, semakin tinggi konsentrasi
ekstrak beras merah semakin tinggi pula nilai SPFnya. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan oleh (zahid, 2014) bahwa semakin tinggi konsentrasi
ekstrak semakin tinggi nilai SPFnya..
Formula A dengan konsentrasi ekstrak beras merah 10% yang memiliki
nilai SPF tertinggi mampu memberikan efek proteksi ekstra terhadap sinar UV.
Antosianin memiliki manfaat antioksidan dengan berperan sebagai donor
elektron atau transfer elektron atom hidrogen pada radikal bebas. Antosianin
dapat memberikan perlindungan UV atau mengatasi oksigen yang reaktif
(Soeratri, 2004).
2. Uji transmisi pigmentasi
Nilai transmisi pigmentasi dapat dihitung dengan cara mengalihkan
nilai transmisi (T) dengan faktor efektivitas pigmentasi pada panjang
gelombang 292-372nm (Aisyah, 2006). Berdasarkan pengujian yang telah

- 31 -
dilakukan nilai transmisi pigmentasi (%Tp)yang diperoleh menunjukan
formula A, B, dan C telah memenuhi syarat sebagai sunblock.
3. uji transmisi eritema
Hasil pengujian diatas menunjukan bahwa nilai transmisi eritema
tidak masuk dalam rengs yang telah ditetapkan hal ini dipengaruhi oleh nilai
transmisi yang cukup tinggi yaitu 33,3% hal ini dapat menyebabkan kulit
menjadi iritasi. Pada penelitian sebelumnya hasil yang di dapatkan pada
konsentrasi 10% yaitu 5,12 (proteksi ultra) akan tetapi nilai spfnya rendah di
bandingkan dengan sebelumnya formula pada konsentrasi 10% memiliki nilai
transmisi eritema 33,3 ( tidak masuk dalam rengs) akan tetapi nilai SPFnya
cukup tinggi dibandingkan sebelumnya yaitu 13,3 (proteksi maksimal).

- 32 -
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai formulasi
sediaan lotion tabir surya ekstrak beras merah dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Formula lotion tabir surya ekstrak beras merah (Oryza nivara) konsentrasi
10%, 15% dan 20% telah memenuhi syarat evaluasi fisik tapi tidak stabil
setelah proses cycling test.
2. Semakin tinggi nilai SPF nilai transmisi eritemanya juga semakin naik,
hal ini berbanding terbaling dengan teori pada umumnya.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Formulasi Lotion
Tabir Surya Ekstrak Beras Merah (Oryza nivara), khususnya mengenai uji
iritasi dan uji kesukaan.

- 33 -
DAFTAR PUSTAKA

Adzkiya, M.A.Z. 2011, “Kajian Potensi Antioksidan Beras Merah Dan


Pemanfaatannya Pada Minuman Beras Kencur, Skripsi, Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian, Bogor

Afag F and Mukhtsr H. 2001. Effects of Solar Radiation On Cutaneous


Detoxification Pathways. J Photochem photobial B63 : 61-9.

Balsam, M. S., & Sagarin, E. (Eds.). (1972). Cosmetics: Science and technology
(2nd Ed., Vol. 1-3). New York: Interscience Publishers, Inc.

Brandt, S. 2000. Development Of New Qualiti Charateristic And Resulting


Optimization Of Sunscreens”. Skin care forum,23.

Depkes, RI. 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta.

Depkes, RI. 1987, Farmakope Indonesia Edisi II. Jakarta.

Dwikarya, Maria. (2003). Cara Tuntas Membasmi Jerawat, Kawan Pustaka,


Depok.

GoihmanYahr M. Skin a ging and photoaging: an outlook. ClinDermatol 14,


1996.pp.153-160.

Hanani, E. 2015, Analisis Fitokimia, EGC, Jakarta

Lachman, L. Herbert A., Lieberman, Joseph Kanig, 1986, Teori Dan Praktek
Farmasi Industri, edisi ketiga, UI Press, Jakarta.

Laverius, Manda Ferry. 2011. Optimasi Tween 80 dan Span 80 sebagai


Emulsifying Agent Serta Carbopol sebagai Gelling Agent dalam Sediaan
Emulgel Photoprotector Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinensis L.):
Aplikasi Desain Faktorial. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

- 34 -
Lowe, N.J., Dan Shaath NA. 1990, Sunscreen, Development, Evaluation, and
Regulatory Aspect, New York : Marcel Dekker, pp,215.

Mansur, J.S., Breeder, M.N., Azulay, R.D. 1986, Determinação do fator de


proteção solar por espectrofotometria, An. Bras. Dermatol, 61, 121-24.

Martin, F, Swarbrick, J, & Cammarata, J. 2008, Farmasi Fisik : Dasar-Dasar


Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetika Edisi Ketiga, Jilid 2, Jakarta : UI
Press, Hal. 724-725.

Maulida, 2015. “Uji Efektivitas Ekstrak Temu Giring (Curcuma Heyneana Val.)

Mokodompit, 2013. “Penentuan Nilai Sun Protective Factor (SPF) Secara In Vitro
Krim Tabir Surya Ekatrak Etanol Kulit Alpukat, Jurnal Ilmiah Farmasi,
Vol. 2 No.03, 2302-2493.

Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa


Aktif, Jurnal Kesehatan, 7(2) : 361-367.

Nur,Afitri M. 2015, “Uji Efektivitas Krim Ekstrak Temu Giring ((Curcuma


Heyneana Val.) Sebagai Tabir Surya Secara In Vitro, Skripsi, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Semarang,
Semarang

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E. 2009.Handbook of Pharmaceutical


th
Excipients, 6 edition. 580-584, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association 2009, Washington D.C.

Saroh, N. 1996. Isolasi Senyawa Berkarakter Tabir Surya Dari Ekstrak Rumput
Laut Gracilaria Sp, Skripsi, Sarjana S1, KIMIA, FMIPA, Universitas
Diponegoro.

Schmitt W H. 1996. Skin Care Product. Dalam: Williams, D,F. And W.H.
Cosmetics And Toiltries Industry. 2nd Ed. Blackie Academe and
Profesional, London.

- 35 -
Sebagai Tabir Surya Secara In Vitro, Universitas Negri Semarang.

Suardi D,2005. Potensi Beras Merah Untuk Peningkatan Mutu Pangan. Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian (Indonesian Agricultural
Research And Development Journal. 24(3) : 93-100

Suda, 2013, “ Uji Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Beras Merah (Oryza Nivara )
Secara Spektrofotoetri UV, Skripsi, S,Farm., Fakultas Farmasi
Universitas Hasanudin, Makassar.

Syaifuddin, H. 2006, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan,


Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tisnadjaj dkk, 2012, “Pengkajian Aktivitas Antioksidan dari Beras Merah Hasil
Fermentasi (Angkak), seminar nasional 2012, Pusat Peleitian
Bioteknologi-LIPI, Bogor .

Voigt, R, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Yogyakarta: UGM Press

Walters, Henneth A. 2008, “Dermatologic, Cosmeceutic, And Cosmetic


Development. New York. Informa Healthcare,Inc. 2008.

Warsito,Prasetyo A; Soebiantoro, 1998, “Uji Efektivitas Pemanfaatan Beberapa


Minyak Atsiri Sebagai Tabir Surya, Jurnal Universitas Brawijaya,.Vol.7
No.1.Aspril.19-24

Wasitatmadja, S, M., 1997, Penentuan Ilmu Kosmetik Dan Medik, UI-Pres,


Jakarta.

Wilkinson, J.B. & Moore, R.J. 1982. Harry’s Cosmeticology (7th edition). New
York : Chemical Publishing Company, 3, 231-232,240-241,248.

Zahid, 2016. “Formulasi Dan Penentuan Nilai SPF Lotion Tabir Surya Ekstrak
Beras Merah (Oryza Nivara), Karya Tulis Ilmiah, AMF, Akademi Farmasi
Bina Husada, Kendari.

- 36 -
Lampiran. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Beras Merah

Gambar 2. Proses dihaluskan

Gambar 3. Proses penimbangan

- 37 -
Gambar 4. Proses maserasi

Gambar 5. Proses Penyaringan

Gambar 6. Proses pengentalan

- 38 -
Gambar 7. Ekstrak Kental

Gambar 8. Proses Pembuatan lotion

Gambar 9. lotion Tabir Surya Ekstrak Beras Merah

- 39 -
Gambar 10. Proses Uji Nilai SPF, Eritema dan Pigmentasi Lotion

Gambar 11. Proses Uji homogenitas

Gambar 12. Proses Uji pH

Gambar 13. Proses Uji tipe emulsi

Gambar 14. proses Uji daya

- 40 -
Gambar 15. Uji viskositas

- 41 -

Anda mungkin juga menyukai