Anda di halaman 1dari 11

FT.

NEUROMUSKULARR
GANGGUAN PADA SISTEM SARAF PUSAT
“MIGRAIN”

OLEH:

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN FISIOTERAPI

2019
A. Epidemiologi

Menurut Nuprin Pain Report sebanyak 73% nyeri pada kepala adalah tipe

nyeri yang paling sering dialami. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lipton,

Steward, dan Korff (1997) menyatakan bahwa Migrain mengenai hampir 30

juta orang di Amerika Serikat dan menyebabkan kerugian langsung dan tidak

langsung lebih dari 13 milyar per tahun. Diperkirakan 14% dari populasi

dunia menderita Migrain dan diperkirakan sekitar 8,3% dari 2,7 juta jiwa

penduduk Kanada dilaporkan terdiagnosis dengan Migrain.

Prevalensi Migrain di Kanada menunjukkan 23 hingga 26% dapat terjadi

pada wanita dan 7,8 hingga 10% pada pria. Rasio prevalensi perempuan

terhadap pria dengan Migrain sangat bervariasi sesuai usia, dimana sebelum

usia 12 tahun, Migrain lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan

dengan anak perempuan. Setelah pubertas, Migrain semakin sering dijumpai

pada perempuan dan pada usia 20 tahun, rasio perbandingan perempuan

terhadap laki-laki adalah sekitar 2:1.

Migrain diperkirakan dua sampai tiga kali lebih sering pada perempuan

daripada laki-laki dan paling sering terjadi pada perempuan berusia kurang

dari 40 tahun, cenderung dijumpai dalam satu keluarga dan diperkirakan

memiliki dasar genetik. Sekitar 70% hingga 80% penderita Migrain memiliki

anggota keluarga dekat yang menderita nyeri kepala. Di Indonesia maupun

negara berkembang lainnya, prevalensi penderita Migrain cukup sulit

diketahui secara pasti karena sebagian besar penderita tidak terdiagnosis dan

terobati dengan baik.


B. Definisi

Nyeri menurut International Association for the Study of Pain (IASP)

merupakan perasaan sensori atau emosional yang tidak menyenangkan yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan baik yang sudah terjadi maupun yang

berpotensi terjadi. Salah satu alasan tersering pasien mengunjungi ahli

neurologi adalah nyeri kepala.

The International Headache Society (IHS) pada tahun 2013 membagi

nyeri kepala menjadi dua kategori utama yaitu nyeri kepala primer dan nyeri

kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala tanpa penyebab

yang jelas dan tidak berhubungan dengan penyakit lain. Sedangkan nyeri

kepala sekunder terjadi akibat gangguan organik lain, seperti infeksi, trauma,

tumor, trauma, gangguan homoeostasis, dan penyakit sistemik lain.

Pada kenyataannya migrain adalah penyakit saraf kompleks yang

mempengaruhi sistem saraf pusat dan disertai dengan gejala fisik dan

emosional," ujar Dr Carolyn Bernstein, ahli neurologi dari Cambridge Health

Alliance-Cambridge.

Migrain sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu hemicranias (hemi :

setengah, cranium : tengkorak kepala) adalah nyeri kepala yang umumnya

unilateral yang berlangsung selama 4 - 72 jam, sekitar 2/3 penderita migrain

predileksinya unilateral, dengan sifat nyeri yang berdenyut, dan lokasi nyeri

umumnya di daerah frontotemporal dan diperberat dengan aktivitas fisik.


Secara garis besar migrain di klasifikasikan menjadi dua oleh International

Headache Society (IHS) 1988, yaitu migrain tanpa aura atau common migrain dan

migrain dengan aura atau classic migrain. Yang paling sering terjadi adalah

migrain tanpa aura yaitu sekitar 80% dari semua pengidap migrain.

1. Classic Migrain

Migrain dengan aura atau classic migraine diawali dengan adanya

deficit neurologi fokal atau gangguan fungsi saraf/aura, terutama visual

dan sensorik bebauan seperti melihat garis bergelombang, cahaya terang,

bintik gelap, diikuti nyeri kepala unilateral, mual dan kadang muntah

kejadian ini umumnya berurutan dan manifestasi nyeri biasanya tidak

lebih dari 60 menit.

2. Common Migrain

Migrain tanpa aura atau common migraine. Nyeri pada salah satu

bagian sisi kepala dan bersifat pulsatile dengan disertai mual, fotofobi dan

fonofobi, intensitas nyeri sedang sampai berat, nyeri diperparah saat

aktivitas dan berlangsung selama 4 sampai 72 jam.


C. Etiologi

Penyebab terjadinya migrain masih belum diketahui secara pasti

migrain kerap diibaratkan sebagai sakit kepala paling menyakitkan.

Migrain kerap membuat kepala seakan berdenyut dan membuat pegal di

daerah leher dan pundak. Sakit kepala ini juga seringkali dibarengi dengan

rasa mual dan kepekaan terhadap cahaya yang berlebihan. Namun ada

beberapa faktor atau pemicu yang dapat menyebabkan terjadinya migrain,

antara lain:

1. Riwayat anggota keluarga dengan riwayat nyeri kepala (faktor genetik

diyakini kuat berpengaruh terhadap munculnya migrain)

2. Perubahan hormon (esterogen dan progesterone) pada wanita,

khususnya pada fase luteal siklus menstruasi, kehamilan, menarke,

menopause, dan penggunaan kontrasepsi oral

3. Makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah dan natrium nitrat),

vasokonstriktor (keju dan coklat), serta zat tambahan pada makanan

(monosodium glutamat dan pemanis buatan sakarin)

4. Stres berlebih, dan faktor psikologis

5. Faktor fisik dan siklus tidur tidak teratur

6. Virus

7. Rangsang sensorik (cahaya silau/berkedip dan bau menyengat),

8. Alkohol dan merokok

Migraine juga meningkat frekuensinya pada orang-orang dengan

kelainan mitokondria seperti MELAS (mitochondrial myopathy,


encephalopathy, lactic acidosis, and strokelike episodes). Pada pasien

dengan kelainan genetik CADASIL (cerebral autosomal dominant

arteriopathy with subcortical infarcts and leukoencephalopathy)

cenderung timbul migrain dengan aura.

D. Proses Patologi

Mekanisme pasti terjadinya migrain belum sepenuhnya diketahui, dan

sampai saat ini masih terus berkembang para pakar neurologi melakukan

penelitian yang berkesinambungan dan menghasilkan beberapa teori yang

menjelaskan terjadinya migrain. Berikut penjelasan dari teori-teori tersebut

1. Teori Vaskular

Teori vaskular merupakan teori pertama yang berkembang pada sejarah

penelitian migrain. Teori ini dikembangkan oleh Wolf dkk tahun 1940-an

yang mengemukaan bahwa adanya gangguan kaliber pembuluh darah

menyebabkan terjadinya nyeri kepala migrain. Disebutkan bahwa dengan

adanya faktor pencetus oleh mekanisme yang belum diketahui, menyebabkan

terjadinya vasokontriksi pembuluh darah serebral. Hal ini menjelaskan


timbulnya aura pada sebagian kasus di mana ambang untuk terjadinya aura

rendah. Setelah vasokonstriksi, diikuti dengan vasodilatasi pembuluh darah

yang menekan dan mengaktifkan nosiseptor perivaskular di intracranial, yang

mencetuskan terjadinya nyeri kepala. Nyeri kepala yang terjadi bersifat

unilateral dengan kualitas berdenyut, disebabkan oleh perangsangan saraf

nyeri di dinding pembuluh darah.

2. Teori Neurovaskular/ Trigeminovaskular

Teori neurovaskular pada prinsipnya menjelaskan bahwa adanya

migrain disebabkan oleh mekanisme neurogenik yang kemudian

menyebabkan gangguan perfusi serebral. Adanya vasodilatasi akibat aktivitas

NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf trigeminus pada

pembuluh darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin gene-related

peptide). CGRP akan berikatan pada reseptornya di sel mast meningens dan

akan merangsang pengeluaran mediator inflamasi sehingga menimbulkan

inflamasi steril pada neuron. Pada saat serangan migraine terjadi, nervus
trigeminus mengeluarkan CGRP (Calcitonin Gene-related Peptide) dalam

jumlah besar. Hal inilah yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah

multipel, sehingga menimbulkan nyeri kepala. CGRP adalah peptida yang

tergolong dalam calcitonin, adrenomedulin, dan amilin. Seperti calcitonin,

CGRP ada dalam jumlah besar di sel C dari kelenjar tiroid. Namun CGRP

juga terdistribusi luas di dalam sistem saraf pusat. Ketika CGRP diinjeksikan

ke sistem saraf, CGRP dapat menimbulkan berbagai efek seperti hipertensi

dan penekanan pemberian nutrisi. Namun jika diinjeksikan ke sirkulasi

sistemik maka yang akan terjadi adalah hipotensi dan takikardia. CGRP juga

bekerja pada arteri serebral dan otot polos yang akan mengakibatkan

peningkatan aliran darah. sistem ini juga mengaktifkan nukleus dorsal

sehingga terjadi peningkatan kadar serotonin. Peningkatan kadar epinefrin

dan serotonin akan menyebabkan konstriksi dari pembuluh darah lalu terjadi

penurunan aliran darah di otak. Penurunan aliran darah di otak akan

merangsang serabut saraf trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang

maka dapat terjadi aura. Apabila terjadi penurunan kadar serotonin maka akan

menyebabkan dilatasi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial yang

akan menyebabkan nyeri kepala pada migrain.

E. Gambaran Klinis

1. Fase prodromal terjadi beberapa hari hingga beberapa jam sebelum nyeri

kepala. Fase ini merupakan gejala-gejala non-spesifik yang biasanya

dialami penderita seperti lemas, terus mengantuk, rasa haus, anorexia,


sangat sensitif terhadap cahaya, aroma, dan suara, sering berkemih, sangat

menginginkan satu makanan tertentu, mudah marah, dsb.

2. Fase Aura yaitu fase yang dialami oleh penderita migrain dengan aura

(migrain klasik). Aura merupakan sekelompok manifestasi neurologi

fokal yang muncul maksimal selama 60 menit pada saat sebelum serangan

nyeri atau bersamaan dengan munculnya nyeri. Contoh gejalanya yaitu

terdapat skotoma multipel atau soliter, defek lapang pandang homonim

hemianopia, gangguan penglihatan total, gejala sensorik seperti parestesia

mulai dari tangan hingga kewajah yang dapat diikuti oleh rasa baal. Fase

ini dapat tidak ada pada pasien dengan migrain tanpa aura.

3. Fase nyeri kepala, berlangsung 4-72 jam dengan intensitas nyeri sedang-

berat, berdenyut, bersifat unilateral (kadang bilateral) dengan predileksi di

fronto-temporal, serta cenderung bertambah ketika aktivitas fisik

meningkat. Nyeri kepala biasanya disertai gejala lain seperti mual,

muntah, vertigo, hemiplegi dan lainnya

4. Fase postdromal merupakan gejala ikutan pasca serangan nyeri kepala,

dapat berlangsung hingga 24 jam, dengan karakteristik pasien merasa

lelah, mood tidak stabil, nyeri otot, dan kurang nafsu makan.

F. Pendekatan Intervensi Fisioterapi

1. Problem Fisioterapi

a. Impairment

1) Nyeri pada derah belakang kepala dan leher


2) Adanya spasme otot upper trapezius, strenocleidomastoideus dan
levator scapula

3) Parasthesia

4) Numbness
b. Activity Limitation

Adanya keterbatasan aktivitas saat bekerja, membaca, konsentrasi,

mengemudi, mengangkat barang serta gangguan tidur dikarekan

adanya nyeri

c. Participation

Kesulitan dalam aktivitas sehari-hari seperti melakukan pekerjaan

rumah dan kesulitan dalam bersosialisasi dan berpatisipasi dalam

masyarakat.

2. Tujuan jangka pendek dan panjang

a. Tujuan jangka pendek

1) Mengurangi nyeri

2) Mengurangi spasme otot upper trapezius strenocleidomastoideus

dan levator scapula

3) Mengurangi parasthesia dan numbness

b. Tujuan jangka panjang

Memperbaiki dan meningkatkan fungsi gerak dan aktivitas fungsional.

3. Jenis Intervensi

1) Massage

2) Friction
3) Hold Relaxs

Anda mungkin juga menyukai