Anda di halaman 1dari 1

Wilayah Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat baik untuk berkontribusi dalam

pemenuhan gizi masyarakat. Salah satu komoditi perikanan yang melimpah keberadaannya di
perairan adalah bivalvia atau kekerangan. Bivalvia khususnya Arcidae merupakan salah satu famili
yang keberadaannya paling melimpah di perairan tropis dan memiliki nilai ekonomis yang sangat
tinggi untuk daerah Indo-Pasifik (Broom 1985). Bivalvia banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai sumber bahan pangan alternatif.
Kerang saat ini merupakan salah satu makanan yang digemari oleh para pecinta hidangan
laut (seafood), baik di dalam maupun luar negeri. Data statistik Kementerian Kelautan dan
Perikanan tahun 2011 menyatakan volume produksi kerang di Indonesia mencapai 54.801 ton.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menargetkan produksi kekerangan pada tahun 2015
adalah sebesar 233.700 ton dan diperkirakan akan tumbuh 32,60% per tahun hingga 2019 (DJPB
2013). Salah satu jenis kerang yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah kerang
bulu (Anadara antiquata)
Arnanda et al. (2005) melaporkan bahwa kandungan proksimat dari kerang bulu tergolong
tinggi dengan kandungan protein berkisar antara 6,79 - 11,92%, kandungan lemak berkisar antara
4,2 – 6,16%, dan kandungan karbohidrat berkisar antara 2,3 - 4,35 %. Berdasarkan pernyataan
nelayan dan masyarakat pesisir, diketahui bahwa kerang bulu dapat berfungsi sebagai makanan
penambah darah. Hal tersebut menyebabkan kerang bulu memiliki peran ekonomis yang penting.
Sebagai komoditas penunjang ekonomi, kerang ini diperdagangkan baik lokal hingga kegiatan
ekspor ke mancanegara.
Penjualan kerang bulu cukup mudah dan tidak membutuhkan banyak peralatan untuk
penanganannya. Harga jualnya pun tidak terlalu banyak mengalami fluktuasi yang tinggi. Harga
kerang bulu berkisar antara 7000-7500/kg dibandingkan dengan harga kerang darah yang berkisar
antara 12000-15000/kg (Hidayat 2011)

Arnanda AD, Ambariyanto, Ridlo A. 2005. Fluktuasi kandungan proksimat kerang bulu (Anadara
inflate Reeve) di Perairan Pantai Semarang. Ilmu Kelautan. 10(2): 78-84.
Broom MJ. 1985. The Biology and Culture of Marine Bivalve Molluscs of The Genus Anadara.
Manila: ICLARM Studies.
[DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2013. KKP Dorong Budiday Kerang yang
Mandiri dan Berkelanjutan. www.djpb.kkp.go.id [10 Februari 2017]
Hidayat T. 2011. Profil Asam Amino Kerang Bulu (Anandara antiquata). [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai