PENDAHULUAN
1. Perjanjian
b. Undang-Undang saja
Perikatan yang bersumber dari perjanjian salah satu jenisnya adalah perjanjian
innominat atau perjanjian tidak bernama dimana nama dan pengaturannya tidak
terdapat dalam BW. Latar belakang lahirnya perjanjian innominat ini karena adanya
asas yaitu kebebasan berkontrak dari para pihak, jadi para pihak bebas untuk :
Perjanjian seperti ini dapat dikatakan lahir karena kebiasaan dari masyarakat,
sehingga tidak jarang masyarakat menyebutkan bahwa salah satu sumber perikatan
adalah dari kebaiasaan, selain dari perjanjian dan undang-undang. Perjanjian ini
merupakan jawaban atas perkembangan masyarakat yang begitu pesat sehingga
menuntut adanya suatu inovasi ketika mereka melakukan hubungan hukum dalam
lapangan harta kekayaan.
1
Sumber perikatan:
2) Kematian, hak dan kewajiban yang meninggal beralih kepada akhli waris
2
3) Perbuatan melawan hukum. Seseorang melakukan sesuatu tanpa sengaja yang
mengakibatkan kerugian pihak lain maka yang bersangkutan diwajibkan mengganti
kerugian karena perbuatan tersebut, perikatan tersebut lahir diluar kemauan kedua
orang tersebut (diatur pasal 1365 KUHPdt).
Jenis-jenis Perikatan
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian Perikatan dapat dibagi dan tidak dapat
dibagi
2. Apakah subjek dalam hukum perikatan?
3. Apakah objek dalam hukum perikatan?
4. Perbedaan Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Dan Perikatan Yang Lahir Dari
Undang-Undang?
5. Kapan berakhirnya suatu perikatan?
6. Contoh kasus perikatan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perikatan yang dapat dibagi dan tak dapat
dibagi dan dasar hukumnya.
2. Untuk mengetahui subjek dan objek dalam perikatan yang dapat dibagi dan tidak
dapat dibagi
1.4 Manfaat
1. Memperdalam materi tentang perikatan khususnya perikatan yang dapat dibagi dan
tak dapat dibagi
2. Memperdalam materi tentang perikatan yang dapat dibagi dan tak dapat dibagi
sebagai suatu perkembangan dari perikatan yang dilaksanakan oleh masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
PERIKATAN YANG DAPAT DIBAGI DAN TAK DAPAT DIBAGI
2.1 Definisi Perikatan Yang Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi
Suatu perikatan dikatakan dapat dibagi atau tidak dapat dibagi jika benda yang menjadi objek
perikatan dapat atau tidak dapat dibagi menurut imbangan, lagi pula pembagian itu tidak
4
boleh mengurangi hakikat dari prestasi tersebut. sifat dapat atau tidak dapat dibagi itu
berdasarkan pada :
Perikatan dapat atau tidak dapat dibagi bisa terjadi jika salah satu pihak meninggal dunia
sehingga akan timbul maslah apakah pemenuhan prestasi dapat dibagi atau tidak antara para
ahli waris almahrum itu. Hal tersebut bergantung pada benda yang menjadi objek perikatan
yang penyerahannya atau pelaksanaannya dapat dibagi atau tidak, baik secara nyata maupun
secara perhitungan ( Pasal 1296 KUHPdt).
Akibat hukum perikatan dapat atau tidak dapat dibagi adalah bahwa perikatan yang tidak
dapat dibagi, setiap kreditor berhak menuntut seluruh prestasi kepada setiap debitor dan
setiap debitor wajib memenuhi prestasi tersebut seluruhnya. Dengan dipenuhinya prestasi
oleh seorang debitor , membebaskan debitor lainnya dan perikatan menjadi hapus. Pada
perikatan yang dapat dibagi, setiap kreditor hanya dapat menuntut suatu bagian prestasi
menurut perimbangannya, sedangkan setiap debitor hanya wajib memenuhi prestasi untuk
bagiananya saja menurut perimbangan.
Subjek hukum perikatan yaitu para pihak pada suatu perikatan yang di mana kreditur yang
berhak dan debitur yang berkewajiban atas prestasi. Pada debitur terdapat 2 (dua) unsur,
antara lain schuld yaitu utang debitur kepada kreditur dan haftung yaitu harta kekayaan
debitur yang dipertanggungjawabkan bagi pelunasan utang.
Jika seorang debitur tidak memenuhi atau tidak menepati perikatan disebut cidera janji
(wanprestasi). Sebelum dinyatakan cedera janji terlebih dahulu harus dilakukan somasi
(ingebrekestelling) yaitu suatu peringatan kepada debitur agar memenuhi kewajibannya.
1) Wanprestasi
Pengertian Wanprestasi adalah tidak dipenuhinya atau lalai melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan di dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur.
Terdapat 4 (empat) akibat adanya wanprestasi, yaitu : (a) perikatan tetap ada; (b) debitur
harus membayar ganti rugi kepada kreditur (pasal 1243 BW); (c) beban resiko beralih untuk
kerugian debitur, jika halangan itu timbul setelah debitur wanprestasi; (d) jika perikatan lahir
dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya (Pasal 1266
BW).
2) Somasi (Ingebrekestilling)
Pengertian Somasi adalah teguran dari si kreditur kepada debitur agar dapat memenuhi
prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati antara ke duanya. Ketentuan
mengenai somasi diatur ketentuannya di dalam Pasal 1238 dan Pasal 1243 KUH Perdata.
5
(c) prestasi yang dilaksanakan oleh debitur tidak lagi berguna bagi kreditur karena
kadaluwarsa.
Isi yang harus dimuat di dalam surat somasi, yaitu : (a) apa yang dituntu; (b) apa dasar
tuntutan; (c) tanggal paling lambat untuk memenuhi prestasi.
Peristiwa-peristiwa yang tidak memerlukan somasi, antara lain : (a) debitur menolak
pemenuhan; (b) debitur mengakui kelalaian; (c) pemenuhan prestasi tidak mungkin
dilakukan; (d) pemenuhan tidak berarti lagi (zinloos); dan (e) debitur melakukan prestasi
tidak sebagaimana mestinya.
1. Objek hukum Perikatan yaitu yang merupakan hak dari kreditur dan kewajiban dari
debitur. Yang menjadi objek perikatan ialah prestasi, yaitu hal-hal pemenuhan
perikatan.
3. Supaya prestasi dapat tercapai, artinya suatu kewajiban akan prestasi dipenuhi oleh
debitur, maka prestasi harus memiliki sifat-sifat, antara lain : (a) harus sudah
tertentu atau dapat ditentukan; (b) harus mungkin; (c) harus diperbolehkan (halal);
(d) harus ada manfaatnya bagi kreditu; (e) bisa terdiri dari satu perbuatan atau
serentetan perbuatan.
2.4 Perbedaan Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Dan Perikatan Yang Lahir Dari
Undang-Undang
1. Dilihat dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1313 ayat (1) KUH Perdata, perjanjian
adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana terdapat
dua orang atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dengan adanya
peristiwa tersebut, maka timbul-lah suatu hubungan antara dua orang atau lebih yang
dinamakan perikatan.
6
2. Meskipun dalam pengertian di atas terlihat bahwa perjanjian merupakan sumber lahirnya
perikatan, akantetapi ada hal lain lagi yang dapat melahirkan suatu perikatan, yaitu
Undang-Undang.
3. Perbedaan antara perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari
Undang-Undang adalah sebagai berikut:
Dalam KUHpdt (BW) tidak diatur secara khusus apa yang dimaksud berakhirnya perikatan,
tetapi yang diatur dalam Bab IV buku III BW hanya hapusnya perikatan. Pasal 1381 secara
tegas menyebutkan sepuluh cara hapusnya perikatan. Cara-cara tersebut adalah:
1. Pembayaran.
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
(konsignasi).
3. Pembaharuan utang (novasi).
4. Perjumpaan utang atau kompensasi.
5. Percampuran utang (konfusio).
6. Pembebasan utang.
7. Musnahnya barang terutang.
8. Batal/ pembatalan.
9. Berlakunya suatu syarat batal.
10. Dan lewatnya waktu (daluarsa).
Terkait dengan Pasal 1231 perikatan yang lahir karena undang-undang dan perikatan yang
lahir karena perjanjian. Maka berakhirnya perikatan juga demikian. Ada perikatan yang
berakhir karena perjanjian seperti pembayaran, novasi, kompensasi, percampuran utang,
pembebasan utang, pembatalan dan berlakunya suatu syarat batal. Sedangkan berakhirnya
perikatan karena undang–undang diantaranya; konsignasi, musnahnya barang terutang dan
daluarsa.
Agar berakhirnya perikatan tersebut dapat terurai jelas maka perlu dikemukakan beberapa
item yang penting, perihal defenisi dan ketentuan-ketentuan yang mengaturnya sehinga suatu
perikatan/ kontrak dikatakan berakhir:
Pembayaran
7
Berakhirnya kontrak karena pembayaran dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 1382 BW
sampai dengan Pasal 1403 BW. Pengertian pembayaran dapat ditinjau secara sempit dan
secara yuridis tekhnis.
Pembayaran dalam arti sempit adalah pelunasan utang oleh debitur kepada kreditur,
pembayaran seperti ini dilakukan dalam bentuk uang atau barang. Sedangkan pengertian
pembayaran dalam arti yuridis tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk jasa
seperti jasa dokter, tukang bedah, jasa tukang cukur atau guru privat.
Suatu maslah yang sering muncul dalam pembayaran adalah masalah subrogasi. Subrogasi
adalah penggantian hak-hak siberpiutang (kreditur) oleh seorang ketiga yang membayar
kepada siberpiutang itu. Setelah utang dibayar, muncul seorang kreditur yang baru
menggantikan kreditur yang lama. Jadi utang tersebut hapus karena pembayaran tadi, tetapi
pada detik itu juga hidup lagi dengan orang ketiga tersebut sebagai pengganti dari kreditur
yang lama.
Konsignasi
Konsignasi terjadi apabila seorang kreditur menolak pembayaran yang dilakukan oleh
debitur, debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas utangnya, dan jika
kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau barangnya di pengadilan.
Novasi
Novasi diatur dalam Pasal 1413 Bw s/d 1424 BW. Novasi adalah sebuah persetujuan, dimana
suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus suatu perikatan lain harus dihidupkan, yang
ditempatkan di tempat yang asli. Ada tiga macam jalan untuk melaksanakan suatu novasi atau
pembaharuan utang yakni:
1. Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang
mengutangkannya, yang menggantikan utang yang lama yang dihapuskan karenanya.
Novasi ini disebut novasi objektif.
2. Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berutang lama,
yang oleh siberpiutang dibebaskan dari perikatannya (ini dinamakan novasi subjektif
pasif).
3. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru ditunjuk untuk
menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan dari perikatannya
(novasi subjektif aktif)
Kompensasi
Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 BW s/d Pasal 1435 BW. Yang
dimaksud dengan kompensasi adalah penghapusan masing-masing utang dengan jalan saling
memperhitungkan utang yang sudah dapat ditagih antara kreditur dan debitur (vide: Pasal
1425 BW). Contoh: A menyewakan rumah kepada si B seharga RP 300.000 pertahun. B baru
membayar setengah tahun terhadap rumah tersebut yakni RP 150.000. Akan tetapi pada bulan
kedua A meminjam uang kepada si B sebab ia butuh uang untuk membayar SPP untuk
8
anaknya sebanyak Rp 150.000. maka yang demikianlah antara si A dan si b terjadi
perjumpaan utang.
Konfusio
Konfusio atau percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 BW s/d Pasal 1437 BW.
Konfusio adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang dengan kedudukan
sebagai kreditur menjadi satu (vide: Pasal 1436). Misalnya si debitur dalam suatu testamen
ditunjuk sebagai waris tunggal oleh krediturnya, atau sidebitur kawin dengan krediturnya
dalam suatu persatuan harta kawin.
9
Dari pasal diatas, maka pihak PT SDP bisa menuntut kepada Tarmin Kusno yang tidak
memenuhi suatu perikatan dan dia dapat dikenai denda untuk membayar semua tagihan
bulanan kepada PT Surabaya Delta Plaza
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan orang yang
lain karena perbuatan, peristiwa, atau keadaan, Dari rumusan ini dapat diketahui bahwa
perikatan itu terdapat dalam bidang hukum harta kekayaan (law of property), dalam bidang
hukunm keluarga (family law), dalam bidang hukum waris (law of succession), dalam bidang
hukum pribadi (personal law). Dalam kita undang-undang hukum perdata pasal 1331 ayat 1
dinyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undag-undnag
bagi mereka yang membuatnya, artinya apabila objek hukum yang dilakukan tidak
berdasarkan niat yang tulus, maka secara otomatis hukum perjanjian tersebut dibatalkan demi
hukum.
Sehingga masing-masing pihak tidak mempunyai dasar penuntutan di hadapan hakim. Akan
tetapi, apabila hukum perjanjian tidak memeuni unsur subjektif, misalnya salah satu pihak
berada dalam pebgawasab dan tekanan pihak tertentu, maka perjanjian ini dapat dibatalkan
didepan hakim. Sehingga, perjanjian tersebut tidak akan mengikat kedua belah pihak. Hukum
perjanjian ini akan berlaku apabila masing-masing pihak telah menyepakati isi perjanjian.
11
DAFTAR PUSTAKA
Djuhaendah Hasan. 1996. Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang
melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal. Bandung :
Citra Aditya Bakti
Supramono, 1995. Perbankan dan Masalah Kredit, suatu Tinjauan Yuridis. Jakarta :
Djambatan
http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2008/07/makalah-hukum-perikatan.html?m=1
http://rima-suryani.blogspot.co.id/2014/11/makalah-hukum-perikatan.html
https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2017/05/01/makalah-hukum-perikatan/
12