Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara satu pihak dengan pihak yang
lain dalam hal lapangan harta kekayaan. Ruang lingkup perikatan adalah untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dan memberikan sesuatu. Adapun sumber perikatan
yang tercantum dalam BW dalam pasal 1234 adalah :

1. Perjanjian

2. Undang-Undang, dibagi lagi menjadi 2 yaitu :

a. Kerana perbuatan manusia, dibagi menjadi 2 :

- Perbuatan menurut hukum

- Perbuatan melawan hukum

b. Undang-Undang saja

Perikatan yang bersumber dari perjanjian salah satu jenisnya adalah perjanjian
innominat atau perjanjian tidak bernama dimana nama dan pengaturannya tidak
terdapat dalam BW. Latar belakang lahirnya perjanjian innominat ini karena adanya
asas yaitu kebebasan berkontrak dari para pihak, jadi para pihak bebas untuk :

a. Membuat suatu perjanjian atau tidak

b. Menentukan dengan siapa mereka akan membuat perjanjian (para pihak)

c. Menentukan isi perjanjian

d. Menentukan bentuk perjanjian, apakah tertulis ataupun lisan

Perjanjian seperti ini dapat dikatakan lahir karena kebiasaan dari masyarakat,
sehingga tidak jarang masyarakat menyebutkan bahwa salah satu sumber perikatan
adalah dari kebaiasaan, selain dari perjanjian dan undang-undang. Perjanjian ini
merupakan jawaban atas perkembangan masyarakat yang begitu pesat sehingga
menuntut adanya suatu inovasi ketika mereka melakukan hubungan hukum dalam
lapangan harta kekayaan.

1
Sumber perikatan:

Pasal 1352 KUHPdt menyatakan” Perikatan-perikatan yang dilahirkan dari undang-undang


timbul dari undang-undang saja, atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang”

Pasal 1353 KUHPdt. menyatakan” Perikatan-perikatan yang dilahirkan dari undang-undang


sebagai akibat perbuatan orang, terbit dari perbuatan halal atau dari perbuatan melawan
hukum (onrechmatige daad)

Sumber perikatan berupa :

Terjadi karena undang-undang semata

Terlepas dari kemauan pihak-pihak yang bersangkutan.contoh

1) Lampau waktu (verjaring) bisa mendapatkan sesuatu atau melepaskan sesuatu.

2) Kematian, hak dan kewajiban yang meninggal beralih kepada akhli waris

3) Kelahiran; timbul kewajiban orang tua memelihara anaknya, demikian sebaliknya


setelah orang tua uzur anak wajib mengurusnya (alimentasi,) Pasal 1321 KUHPdt
menyatakan “ Tiap-tiap anak wajib memberi nafkah kepada orang tuanya dan pada
keluarga sedarahnya dalam garis keatas, apabila mereka dalam keadaan miskin”

Terjadi karena undang-undang sebagai akibat perbuatan orang (baik perbuatan


halal maupun melawan hukum.) Contoh:

1) Melakukan kesepakatan (perjanjian), secara tertulis maupun lisan

2) Mengurus kepentingan orang lain secara sukarela (zaakwarneming).Pasal 1354


KHHPdt menyatakan” Jika seseorang dengan sukarela, tanpa mendapat perintah
untuk itu, mengurus urusan orang lain, maka ia berkewajiban untuk meneruskan
menyelsaikan urusan tersebut hingga orang yang diwakili kepentingsannya dapat
mengurus sendiri urusan itu.Pihak yang kepentingannya diwakili diwajibkan
memenuhi perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh si wakil atas namanya, dan
mengganti semua pengeluaran yang sudah dilakukan oleh siwakil tadi”.

2
3) Perbuatan melawan hukum. Seseorang melakukan sesuatu tanpa sengaja yang
mengakibatkan kerugian pihak lain maka yang bersangkutan diwajibkan mengganti
kerugian karena perbuatan tersebut, perikatan tersebut lahir diluar kemauan kedua
orang tersebut (diatur pasal 1365 KUHPdt).

Jenis-jenis Perikatan

1. Perikatan bersyarat. Dikatakan perikatan bersyarat apabila digantungkan pada suatu


peristiwa yang masih akan datang dan masih belum tentu terjadi, misalnya Budi akan
menyewakan rumahnya kalau ia dipindahkan keluar negeri.
2. Perikatan dengan ketetapan waktu. Pada perikatan ini yang menentukan adalah
lama waktu berlakunya suatu perjanjian, misalnya rumah ini saya sewa per 1 Januari
2020 sampai tanggal 31 Desember 2020.
3. Perikatan alternatif/mana suka. Debitur dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu
dari dua barang yang disebutkan dalam perjanjian, tetap ia tidak boleh memaksa
kreditur untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian barang lainnya.
4. Perikatan tanggung-menanggung. Pada perikatan ini terdapat beberapa kreditur
yang mempunyai hutang pada satu kreditur. Bila salah satu debitur membayar
hutangnya, maka debitur yang lain dianggap telah membayar juga. Perjanjian ini
harus dinyatakan dengan tegas. Contoh, A,B dan C bersama-sama meminjam uang
Rp. 90 juta, maka masing-masing hanya dapat ditagih Rp. 30 juta, kecuali kalau telah
diperjanjikan bahwa masing-masing dapat ditagih untuk seluruh hutang maka
pembayaran dari satu debitur melunaskan hutang debitur lainnya.
5. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi. Perikatan ini menyangkut
objek (prestasi) yang diperjanjikan. Contoh dapat dibagi misalnya sejumlah barang
atau hasil bumi. Sebaliknya yang tidak dapat dibagi misalnya kewajiban untuk
menyerahkan seekor kuda karena kuda tidak dapat dibagi
6. Perikatan dengan ancaman hukuman. Pada perikatan ini ditentukan bahwa untuk
jaminan pelaksanaan perikatan diwajibkan untuk melakukan sesuatu apabila
perikatannya tidak terpenuhi.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian Perikatan dapat dibagi dan tidak dapat
dibagi
2. Apakah subjek dalam hukum perikatan?
3. Apakah objek dalam hukum perikatan?
4. Perbedaan Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Dan Perikatan Yang Lahir Dari
Undang-Undang?
5. Kapan berakhirnya suatu perikatan?
6. Contoh kasus perikatan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perikatan yang dapat dibagi dan tak dapat
dibagi dan dasar hukumnya.
2. Untuk mengetahui subjek dan objek dalam perikatan yang dapat dibagi dan tidak
dapat dibagi

1.4 Manfaat
1. Memperdalam materi tentang perikatan khususnya perikatan yang dapat dibagi dan
tak dapat dibagi
2. Memperdalam materi tentang perikatan yang dapat dibagi dan tak dapat dibagi
sebagai suatu perkembangan dari perikatan yang dilaksanakan oleh masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
PERIKATAN YANG DAPAT DIBAGI DAN TAK DAPAT DIBAGI

2.1 Definisi Perikatan Yang Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi

Suatu perikatan dikatakan dapat dibagi atau tidak dapat dibagi jika benda yang menjadi objek
perikatan dapat atau tidak dapat dibagi menurut imbangan, lagi pula pembagian itu tidak
4
boleh mengurangi hakikat dari prestasi tersebut. sifat dapat atau tidak dapat dibagi itu
berdasarkan pada :

1. Sifat benda yang menjadi objek perikatan.


2. Maksud perikatannya, apakah itu dapat atau tidak dapat dibagi.

Perikatan dapat atau tidak dapat dibagi bisa terjadi jika salah satu pihak meninggal dunia
sehingga akan timbul maslah apakah pemenuhan prestasi dapat dibagi atau tidak antara para
ahli waris almahrum itu. Hal tersebut bergantung pada benda yang menjadi objek perikatan
yang penyerahannya atau pelaksanaannya dapat dibagi atau tidak, baik secara nyata maupun
secara perhitungan ( Pasal 1296 KUHPdt).

Akibat hukum perikatan dapat atau tidak dapat dibagi adalah bahwa perikatan yang tidak
dapat dibagi, setiap kreditor berhak menuntut seluruh prestasi kepada setiap debitor dan
setiap debitor wajib memenuhi prestasi tersebut seluruhnya. Dengan dipenuhinya prestasi
oleh seorang debitor , membebaskan debitor lainnya dan perikatan menjadi hapus. Pada
perikatan yang dapat dibagi, setiap kreditor hanya dapat menuntut suatu bagian prestasi
menurut perimbangannya, sedangkan setiap debitor hanya wajib memenuhi prestasi untuk
bagiananya saja menurut perimbangan.

2.2 Subjek Hukum Perikatan

Subjek hukum perikatan yaitu para pihak pada suatu perikatan yang di mana kreditur yang
berhak dan debitur yang berkewajiban atas prestasi. Pada debitur terdapat 2 (dua) unsur,
antara lain schuld yaitu utang debitur kepada kreditur dan haftung yaitu harta kekayaan
debitur yang dipertanggungjawabkan bagi pelunasan utang.

Jika seorang debitur tidak memenuhi atau tidak menepati perikatan disebut cidera janji
(wanprestasi). Sebelum dinyatakan cedera janji terlebih dahulu harus dilakukan somasi
(ingebrekestelling) yaitu suatu peringatan kepada debitur agar memenuhi kewajibannya.

1) Wanprestasi
Pengertian Wanprestasi adalah tidak dipenuhinya atau lalai melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan di dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur.
Terdapat 4 (empat) akibat adanya wanprestasi, yaitu : (a) perikatan tetap ada; (b) debitur
harus membayar ganti rugi kepada kreditur (pasal 1243 BW); (c) beban resiko beralih untuk
kerugian debitur, jika halangan itu timbul setelah debitur wanprestasi; (d) jika perikatan lahir
dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya (Pasal 1266
BW).

2) Somasi (Ingebrekestilling)
Pengertian Somasi adalah teguran dari si kreditur kepada debitur agar dapat memenuhi
prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati antara ke duanya. Ketentuan
mengenai somasi diatur ketentuannya di dalam Pasal 1238 dan Pasal 1243 KUH Perdata.

Ada 3 (tiga) cara terjadinya somasi, antara lain :


(a) debitur melaksanakan prestasi yang keliru.
(b) debitur tidak memenuhi prestasi pada hari yang telah dijanjikan.

5
(c) prestasi yang dilaksanakan oleh debitur tidak lagi berguna bagi kreditur karena
kadaluwarsa.

Isi yang harus dimuat di dalam surat somasi, yaitu : (a) apa yang dituntu; (b) apa dasar
tuntutan; (c) tanggal paling lambat untuk memenuhi prestasi.
Peristiwa-peristiwa yang tidak memerlukan somasi, antara lain : (a) debitur menolak
pemenuhan; (b) debitur mengakui kelalaian; (c) pemenuhan prestasi tidak mungkin
dilakukan; (d) pemenuhan tidak berarti lagi (zinloos); dan (e) debitur melakukan prestasi
tidak sebagaimana mestinya.

2.3 Objek Hukum Perikatan

1. Objek hukum Perikatan yaitu yang merupakan hak dari kreditur dan kewajiban dari
debitur. Yang menjadi objek perikatan ialah prestasi, yaitu hal-hal pemenuhan
perikatan.

2. Macam-macam dari prestasi antara lain : (1) memberikan sesuatu, yaitu


menyerahkan kekuasaan nyata atas benda dari debitur kepada kreditu, seperti
membayar harga dan lainnya; (2) melakukan perbuatan, yaitu melakukan perbuatan
seperti yang telah ditetapkan di dalam perikatan (perjanjian), contohnya
memperbaiki barang yang rusak dan lainnya; dan (3) tidak melakukan suatu
perbuatan, yaitu tidak melakukan perbuatan seperti yang telah diperjanjikan,
contohnya tidak mendirikan bangunan dan lainnya.

3. Supaya prestasi dapat tercapai, artinya suatu kewajiban akan prestasi dipenuhi oleh
debitur, maka prestasi harus memiliki sifat-sifat, antara lain : (a) harus sudah
tertentu atau dapat ditentukan; (b) harus mungkin; (c) harus diperbolehkan (halal);
(d) harus ada manfaatnya bagi kreditu; (e) bisa terdiri dari satu perbuatan atau
serentetan perbuatan.

2.4 Perbedaan Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Dan Perikatan Yang Lahir Dari
Undang-Undang
1. Dilihat dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1313 ayat (1) KUH Perdata, perjanjian
adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana terdapat
dua orang atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dengan adanya
peristiwa tersebut, maka timbul-lah suatu hubungan antara dua orang atau lebih yang
dinamakan perikatan.

6
2. Meskipun dalam pengertian di atas terlihat bahwa perjanjian merupakan sumber lahirnya
perikatan, akantetapi ada hal lain lagi yang dapat melahirkan suatu perikatan, yaitu
Undang-Undang.
3. Perbedaan antara perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari
Undang-Undang adalah sebagai berikut:

a. Perikatan yang lahir dari perjanjian menimbulkan hubungan hukum yang


memberikan hak dan meletakkan kewajiban kepada para pihak yang membuat
perjanjian berdasarkan atas kemauan atau kehendak sendiri dari para pihak yang
bersangkutan yang mengikatkan diri tersebut.

b. Perikatan yang lahir dari Undang-Undang merupakan perikatan yang terjadi


karena adanya suatu peristiwa tertentu sehingga melahirkan hubungan hukum
yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak yang bersangkutan,
tetapi bukan berasal dari kehendak para pihak yang bersangkutan melainkan telah
diatur dan ditentukan oleh undang-undang.

2.4 Berakhirnya Perikatan

Dalam KUHpdt (BW) tidak diatur secara khusus apa yang dimaksud berakhirnya perikatan,
tetapi yang diatur dalam Bab IV buku III BW hanya hapusnya perikatan. Pasal 1381 secara
tegas menyebutkan sepuluh cara hapusnya perikatan. Cara-cara tersebut adalah:

1. Pembayaran.
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
(konsignasi).
3. Pembaharuan utang (novasi).
4. Perjumpaan utang atau kompensasi.
5. Percampuran utang (konfusio).
6. Pembebasan utang.
7. Musnahnya barang terutang.
8. Batal/ pembatalan.
9. Berlakunya suatu syarat batal.
10. Dan lewatnya waktu (daluarsa).

Terkait dengan Pasal 1231 perikatan yang lahir karena undang-undang dan perikatan yang
lahir karena perjanjian. Maka berakhirnya perikatan juga demikian. Ada perikatan yang
berakhir karena perjanjian seperti pembayaran, novasi, kompensasi, percampuran utang,
pembebasan utang, pembatalan dan berlakunya suatu syarat batal. Sedangkan berakhirnya
perikatan karena undang–undang diantaranya; konsignasi, musnahnya barang terutang dan
daluarsa.

Agar berakhirnya perikatan tersebut dapat terurai jelas maka perlu dikemukakan beberapa
item yang penting, perihal defenisi dan ketentuan-ketentuan yang mengaturnya sehinga suatu
perikatan/ kontrak dikatakan berakhir:

Pembayaran

7
Berakhirnya kontrak karena pembayaran dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 1382 BW
sampai dengan Pasal 1403 BW. Pengertian pembayaran dapat ditinjau secara sempit dan
secara yuridis tekhnis.

Pembayaran dalam arti sempit adalah pelunasan utang oleh debitur kepada kreditur,
pembayaran seperti ini dilakukan dalam bentuk uang atau barang. Sedangkan pengertian
pembayaran dalam arti yuridis tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk jasa
seperti jasa dokter, tukang bedah, jasa tukang cukur atau guru privat.

Suatu maslah yang sering muncul dalam pembayaran adalah masalah subrogasi. Subrogasi
adalah penggantian hak-hak siberpiutang (kreditur) oleh seorang ketiga yang membayar
kepada siberpiutang itu. Setelah utang dibayar, muncul seorang kreditur yang baru
menggantikan kreditur yang lama. Jadi utang tersebut hapus karena pembayaran tadi, tetapi
pada detik itu juga hidup lagi dengan orang ketiga tersebut sebagai pengganti dari kreditur
yang lama.

Konsignasi

Konsignasi terjadi apabila seorang kreditur menolak pembayaran yang dilakukan oleh
debitur, debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas utangnya, dan jika
kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau barangnya di pengadilan.

Novasi

Novasi diatur dalam Pasal 1413 Bw s/d 1424 BW. Novasi adalah sebuah persetujuan, dimana
suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus suatu perikatan lain harus dihidupkan, yang
ditempatkan di tempat yang asli. Ada tiga macam jalan untuk melaksanakan suatu novasi atau
pembaharuan utang yakni:

1. Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang
mengutangkannya, yang menggantikan utang yang lama yang dihapuskan karenanya.
Novasi ini disebut novasi objektif.
2. Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berutang lama,
yang oleh siberpiutang dibebaskan dari perikatannya (ini dinamakan novasi subjektif
pasif).
3. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru ditunjuk untuk
menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan dari perikatannya
(novasi subjektif aktif)

Kompensasi

Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 BW s/d Pasal 1435 BW. Yang
dimaksud dengan kompensasi adalah penghapusan masing-masing utang dengan jalan saling
memperhitungkan utang yang sudah dapat ditagih antara kreditur dan debitur (vide: Pasal
1425 BW). Contoh: A menyewakan rumah kepada si B seharga RP 300.000 pertahun. B baru
membayar setengah tahun terhadap rumah tersebut yakni RP 150.000. Akan tetapi pada bulan
kedua A meminjam uang kepada si B sebab ia butuh uang untuk membayar SPP untuk

8
anaknya sebanyak Rp 150.000. maka yang demikianlah antara si A dan si b terjadi
perjumpaan utang.

Konfusio

Konfusio atau percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 BW s/d Pasal 1437 BW.
Konfusio adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang dengan kedudukan
sebagai kreditur menjadi satu (vide: Pasal 1436). Misalnya si debitur dalam suatu testamen
ditunjuk sebagai waris tunggal oleh krediturnya, atau sidebitur kawin dengan krediturnya
dalam suatu persatuan harta kawin.

2.5 Contoh Kasus Perikatan


Setelah pihak PT Surabaya Delta Plaza (PT SDP) mengajak Tarmin Kusno untuk meramaikan
sekaligus berjualan di komplek pertokoan di pusat kota Surabaya, maka secara tidak langsung
PT Surabaya Delta Plaza (PT SDP) telah melaksanakan kerjasama kontrak dengan Tarmin
Kusno yang dibuktikan dengan membuat perjanjian sewa-menyewa di depan Notaris. Maka
berdasarkan pasal 1338 BW yang menjelaskan bahwa “Suatu perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya” sehingga dengan
adanya perjanjian/ikatan kontrak tersebut maka pihak PT SDP dan Tarmin Kusno mempunyai
keterikatan untuk memberikan atau berbuat sesuatu sesuai dengan isi perjanjian.
Perjanjian tersebut tidak boleh dilangggar oleh kedua belah pihak, karena perjanjian
yang telah dilakukan oleh PT SDP dan Tarmin Kusno tersebut dianggap sudah memenuhi
syarat, sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 1320 BW. Untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Perjanjian diatas bisa dikatakan sudah adanta kesepakatan, karena pihak PT SDP dan Tarmin
Kusno dengan rela tanpa ada paksaan menandatangani isi perjanjian Sewa-menyewa yang
diajukan oleh pihak PT SDP yang dibuktikan dihadapan Notaris.
Namun pada kenyataannya, Tarmin Kusno tidak pernah memenuhi kewajibannya untuk
membayar semua kewajibannya kepada PT SDP, dia tidak pernah peduli walaupun tagihan
demi tagihan yang datang kepanya, tapi dia tetap berisi keras untuk tidak membayarnya.
Maka dari sini Tarmin Kusno bisa dinyatakan sebagai pihak yang melanggar perjanjian.
Dengan alasan inilah pihak PT SDP setempat melakukan penutupan COMBI Furniture
secara paksa dan menggugat Tamrin Kusno di Pengadilan Negeri Surabaya. Dan jika kita
kaitkan dengan Undang-undang yang ada dalam BW, tindakan Pihak PT SDP bisa
dibenarkan. Dalam pasal 1240 BW, dijelaskan bahwa : Dalam pada itu si piutang adalah
behak menuntut akan penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan dengan
perikatan, dan bolehlah ia minta supaya dikuasakan oleh Hakim untuk menyuruh
menghapuskan segala sesuatuyang telah dibuat tadi atas biaya si berutang; dengan tak
mengurangi hak menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga jika ada alasan untuk itu.

9
Dari pasal diatas, maka pihak PT SDP bisa menuntut kepada Tarmin Kusno yang tidak
memenuhi suatu perikatan dan dia dapat dikenai denda untuk membayar semua tagihan
bulanan kepada PT Surabaya Delta Plaza

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan orang yang
lain karena perbuatan, peristiwa, atau keadaan, Dari rumusan ini dapat diketahui bahwa
perikatan itu terdapat dalam bidang hukum harta kekayaan (law of property), dalam bidang
hukunm keluarga (family law), dalam bidang hukum waris (law of succession), dalam bidang
hukum pribadi (personal law). Dalam kita undang-undang hukum perdata pasal 1331 ayat 1
dinyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undag-undnag
bagi mereka yang membuatnya, artinya apabila objek hukum yang dilakukan tidak
berdasarkan niat yang tulus, maka secara otomatis hukum perjanjian tersebut dibatalkan demi
hukum.

Sehingga masing-masing pihak tidak mempunyai dasar penuntutan di hadapan hakim. Akan
tetapi, apabila hukum perjanjian tidak memeuni unsur subjektif, misalnya salah satu pihak
berada dalam pebgawasab dan tekanan pihak tertentu, maka perjanjian ini dapat dibatalkan
didepan hakim. Sehingga, perjanjian tersebut tidak akan mengikat kedua belah pihak. Hukum
perjanjian ini akan berlaku apabila masing-masing pihak telah menyepakati isi perjanjian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Djuhaendah Hasan. 1996. Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang
melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal. Bandung :
Citra Aditya Bakti

Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 tentang Perizinan


kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), Jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek)

Maria Darus Badrulzaman. 1980. Perjanjian Baku (Standard) Perkembangan di Indonesia.


Medan : Universitas Sumatera Utara.

Subekti. 2001. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta : Intermasa

Supramono, 1995. Perbankan dan Masalah Kredit, suatu Tinjauan Yuridis. Jakarta :
Djambatan

http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2008/07/makalah-hukum-perikatan.html?m=1

http://rima-suryani.blogspot.co.id/2014/11/makalah-hukum-perikatan.html

https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2017/05/01/makalah-hukum-perikatan/

12

Anda mungkin juga menyukai