Anda di halaman 1dari 30

ANATOMI, FISIOLOGI, REPODUKSI DAN PERSEBARAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Ekologi Mangrove


Nur Eka Kusuma Hindrasti, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Nurshalin (150384205082)
Risdawati Sinurat (140384205028)
Septrina Rahma Yola (150384205055)

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tahun 2019
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulilah penyusun ucapkan kepada Allah SWT atas


segala nikmat dan hidayahnya sehingga telah berhasil menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Anatomi, Fisiologi, Repoduksi Dan Pesebaran”.
Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk membentuk nilai dan
guna melengkapi tugas dalam mata kuliah Ekologi Mangrove dengan dosen ibu
Nur Eka Kusuma Hindrasti, M.Pd.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nur Eka Kusuma


Hindrasti, M.Pd.selaku dosen pembimbing, orang tua dan rekan-rekan yang telah
memberi saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian makalah ini.

Penyusun berharap semoga dengan adanya makalah ini penyusun dapat


mencapai nilai yang baik serta dapat memberikan informasi yang berguna bagi
rekan-rekan sekalian tentang materi-materi yang di bahas.

Tanjungpinang,24 Febuari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
2.1 Karakteristik Morfologi Mangrove ........................................................................... 6
2.2 Adaptasi Anatomi Mangrove .................................................................................. 16
2.3 Karakteristik Fisiologi Mangrove ........................................................................... 20
2.4 Reproduksi Mangrove ............................................................................................. 20
2.5 Penyebaran Mangrove ............................................................................................ 23
BAB III ................................................................................................................................ 29
PENUTUP ........................................................................................................................... 29
1. Kesimpulan ........................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 30
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mangrove merupakan tumbuhan yang hidup di pesisir pantai dan ekosistem
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove berada di
daerah pesisir antara laut dan darat. Keadaan tersebut memungkinkan banyak
faktor alam yang mempengaruhi struktur hutan mangrove. Faktor alam tersebut
antara lain cahaya, angin, salinitas, kondisi tanah, pasang surut air dan polusi
sampah organik maupun anorganik.
Pesisir dan pulau merupakan tempat tumbuh mangrove yang baik, sehingga
keberadaan mangrove dapat mencirikan morfologi sistem biologi pesisir di
Indonesia, di samping padang lamun dan terumbu karang, yang memainkan
peranan penting dalam perlindungan dan pengembangan wilayah pesisir.
Ekosistem mangrove merupakan daerah pertemuan antara ekosistem laut dan
ekosistem daratan yang mempunyai sifat fisika kimia yang bervariasi, sehingga
memiliki karakteristik ekologi yang unik dan khas.
Mangrove memiliki karakter morfologi yang unik sebagai bentuk adaptasi
terhadap kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Kondisi substrat dan salinitas
merupakan dua faktor penting yang harus diatasi oleh tumbuhan mangrove agar
bisa tetap eksis. Kedua faktor tersebut berkonstribusi dalam memicu adaptasi
tumbuhan mangrove secara morfologi dan fisiologi. Respon morfologi yang
ditunjukkan tumbuhan mangrove, antara lain dengan membentuk sistem
perakaran dan buah yang unik. Respon fisiologi ditandai dengan terbentuknya
struktur anatomi yang khas pada daun, misalnya adanya kelenjar garam dan
mekanisme yang unik dalam pengeluaran garam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik morfologi mangrove ?
2. Bagaimana adaptasi anatomi mangrove ?
3. Bagaimana adaptasi fisiologi mangrove ?
4. Bagaimana reproduksi mangrove ?
5. Bagaimana penyebaran mangrove ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik morfologi mangrove
2. Untuk mengetahui adaptasi anatomi mangrove
3. Untuk mengetahui adaptasi fisiologi mangrove
4. Untuk mengetahui reproduksi mangrove
5. Untuk mengetahui penyebaran mangrove
BAB II

PEMwBAHASAN

2.1 Karakteristik Morfologi Mangrove


Berdasarkan (id.scribd.com), karakteristik yang menarik dari species
mangrove dapat dilihat dari system perakaran dan buah nya. Tanah pada habitat
mangrove adalah anaerobic (hampa udara) bila berada dibawah air. Beberapa
species memiliki system perakaran khusus yang disebut akar udara yang cocok
untuk kondisi tanah yang anaerobic.

Berdasarkan (Anisatusshakim.web.unej.ac.id), ada beberapa tipe perakaran


yaitu :

a. Akar tunjang

Gambar 1. Akar tunjang

Bentuknya seperti ceker ayam. Biasanya perakaran ini dimiliki oleh


mangrove yang hidup di tepi pantai dengan substrat pasir atau di rawa-rawa
pinggir sungai. Fungsinya untuk menahan pohon agar tetap tegak berdiri bila
dihempas angin dan bertahan dari deburan ombak. Contohnya adalah
Rhizophora sp.
b. Akar Papan

Gambar 2. Akar papan

Bentuknya seperti papan, akarnya sangat keras dan pipih. Biasanya jenis
perakaran ini dimiliki oleh pohon mangrove yang hidup di daerah yang lebih
dekat ke darat (bukan tipe pohon mangrove yang hidup din tepi pantai).
Contohnya adalah Xylocarpus sp.

c. Akar napas

Gambar 3. Akar napas

Akar napas ini merupakan akar yang muncul di dekat pohon mangrove,
bentuknya seperti pensil. Pohon dengan jenis perakaran ini biasanya hidup ditepi
pantai dengan substrat lumpur atau pasir berlumpur. Fungsinya adalah untuk
mengambil udara karena di dalam tanah yang berlumpur kandungan oksigennya
lebih sedikit. Contohnya adalah Avicennia sp.
d. Akar lutut

Gambar 4. Akar lutut

Akar lutut berbentuk menjalar dan ber lutut-lutut. Perakaran jenis ini
biasanya memakan tempat lebih banyak daripada perakaran jenis lain karena
akarnya sangat panjang. Berfungsi untuk menegakkan tubuh mangrove dan
membantunya bernapas. Contohnya adalah Bruguiera sp.

Berdasarkan (id.scribd.com), semua spesies mangrove memproduksi buah


yang biasanya disebarkan melalui air. Ada beberapa macam bentuk buah, seperti
berbentuk silinder, bulat dan berbentuk kacang. Macam-macam bentuk
mangrove yaitu :

a. Benih Vivipari
Benih vivipari merupakan biji yang telah berkecambah ketika masih
melekat pada pohon induk tetapi tidak tertutup atau keluar dari kulit biji.
Umumnya terdapat pada family Rhizophoraceae, buahnya berbentuk
silinder. Buah yang sudah matang dari Rhizophora sp dicirikan dengan
warna buah hijau tua atau kecoklatan, dengan kotiloden (cincin) berwarna
kuning atau merah. Propagul Rhizophora yang siap dibibitkan ditandai
dengan munculnya cincin kuning diantara buah dan hipokotilnya.
Gambar 5. Rhizopora sp

b. Benih Cryptovivipari
Benih cryptovivipari merupakan biji yang telah berkecambah ketika masih
melekat pada pohon induk, tetapi masih tertutup oleh biji. Umumnya
terdapat pada family Avicennia , bentuk buahnya seperti kacang.
Cirri kematangan buah adalah warna kulit buahnya kekuningan dan
kadang kulit buah sedikit terbuka. Buah yang sudah matang mudah
terlepas dari kelopaknya.

Gambar 6. Avicennia sp
c. Benih Normal
Benih normal merupakan buah mengalami proses dimana buahnya
memecah diri dan menyebarkan benihnya pada saat mencapai air.
Umumnya terdapat pada spesies Sonneratia dan Xylocarpus. Buahnya
berbentuk bulat seperti bola dengan benih normal. Spesies lain
kebanyakan buahnya berbentuk kapsul.

Gambar 7. Sonneratia sp

 Morfologi Daun

Daun merupakan organ yang penting pada tumbuhan dan pada


umumnya, setiap tumbuhan mempunyai sebagian besar daun. Daun hanya
terdapat pada bagian batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain
tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan
buku (nodus ), dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang
dan daun dinamakan ketiak daun (axilla ). Daun biasanya tipis melebar
dan kaya akan klorofil, oleh karena itu daun mangrove biasanya berwarna
hijau (Tjitrosoepomo, 1989).

Bentuk daun mangrove tipe lanceloate contohnya adalah Acanthus


ilicifolius, Avicennia alba, Nypa fruticans. Bentuk daun elliptical contohnya
dari famili Euphorbiaceae adalah Excoecaria agallocha, Avicennia marina,
Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata,
Rhizophora stylosa, Heritiera littoralis . Bentuk daun oval contohnya
Sonneratia caseolaris . Bentuk daun obovate contohnya Ceriops tagal,
Xylocarpus granatum, Sonneratia alba, Aegiceras corniculatum, Ceriops
decandra, Lumnitzera racemosa . Bentuk daun tipe cordate adalah Hibisscus
tiliaceus, Thespesia populnea (Hidayat, 1994)

1. Bentuk daun mangrove tipe lanceloate

Dua sayap gagang daun yang berduri terletak pada tangkai.


Permukaan daun halus, tepi daun bervariasi: zigzag/bergerigi
besar-besar seperti gergaji atau agak rata dan secara gradual
menyempit menuju pangkal. Unit & letak: sederhana, berlawanan.
Bentuk: lanset lebar. Ujung: meruncing dan berduri tajam. Ukuran:
9-30 x 4-12 cm.

2. Bentuk daun elliptical


Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar
berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda. Unit
& Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips, bulat
memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga
membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.

3. Bentuk daun oval

Salah satu jenis mangrove yang dimanfaatkan buahnya


yaitu jenis pedada (Sonneratia caseolaris) yang hidup dan tumbuh
di hutan mangrove. Tanaman ini memiliki daun berbentuk elips
dan ujungnya memanjang dengan tulang daun berbentuk menjari.
4. Bentuk daun obovate

Agak tebal, susunan daun berpasangan (umumnya 2 pasang


pertangkai) dan ada pula yang menyendiri. Unit & Letak: majemuk
& berlawanan. Bentuk: elips - bulat telur terbalik. Ujung:
membundar. Ukuran: 4,5 - 17 cm x 2,5 - 9 cm.

5. Bentuk daun tipe cordate


Pohon dengan ketinggian 2-10 m. Daun tebal, berkulit dan
permukaannya halus. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan.
Bentuk: seperti hati. Ujung: meruncing.

1.1 Morfologi dari Avicennia marina

Nama setempat Api-api putih, api-api abang, sia-sia putih


Deskripsi Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian
umum pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran horizontal
yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar
nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan
burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil.
Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu.
Daun Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar
berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda.
Letak : sederhana & berlawanan.
Bentuk : elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung:
meruncing hingga membundar.
Ukuran : 9 x 4,5 cm.
Bunga Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan,
bau menyengat, nektar banyak.
Letak : di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga.
Formasi : bulir (2-12 bunga per tandan).
Daun Mahkota : 4, kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm.
Kelopak Bunga : 5
Benang sari :4
Buah Buah agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan.
Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan
ujung buah agak tajam seperti paruh.
Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.
Ekologi Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung,
memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai
habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini
merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum
ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan
membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses
pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol
membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah
sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka
pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga
terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air.

Penyebaran Tumbuh di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, Polynesia


dan Selandia Baru. Ditemukan di seluruh Indonesia.

Manfaat Daun digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Resin yang
keluar dari kulit kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buah
dapat dimakan. Kayu menghasilkan bahan kertas berkualitas
tinggi. Daun digunakan sebagai makanan ternak.
(Sumber : Noor, Yus Rusila, dkk. 2006 : 74)

Gambar 8. Batang pohon Acivennia marina Gambar 9. Akar nafas Avicennia marina
(Sumber : id.scribd.com)

Gambar 10. Daun, bunga, buah, dan pohon Avicennia marina

(Sumber : Noor, Yus Rusila, dkk. 2006 : 75)

1. Adaptasi Mangrove

Menurut (Istomo, 1992), pada dasarnya karakteristik dari ekosistem


mangrove adalah berkaitan dengan keadaan tanah, salinitas, penggenangan,
pasang surut, dan kandungan oksigen tanah. Adapun adaptasi dari tumbuhan
mangrove terhadap habitat tersebut tampak pada fisiologi dan komposisi struktur
tumbuhan mangrove (Onrizal, 2005 : 2 ).

Menurut (Shannon, et.al,. 1994), tumbuh-tumbuhan mempunyai adaptasi


anatomi dan fisiologi yang berkembang untuk kelangsungan hidupnya. Pada
tumbuhan halofita, seperti halnya mangrove, hal ini penting untuk meningkatkan
pertumbuhan yang terbaik di bawah kondisi salin (Onrizal, 2005 : 2).

2.2 Adaptasi Anatomi Mangrove


Berdasarkan (Onrizal, 2005 : 2), vegetasi mangrove memiliki adaptasi
anatomi dalam merespon berbagai kondisi ekstrim tempat tumbuhnya, seperti :
1) Adanya kelenjar garam pada golongan secreter, dan kulit yang mengelupas
pada golongan non-secreter sebagai tanggapan terhadap lingkungan yang
salinitas.
Menurut Scholander (1968) dalam Tanasale (1997), tumbuhan mangrove
terbagi atas dua golongan, yaitu :
a) Secreter, yakni jenis-jenis mangrove yang memiliki struktur kelenjar
garam (salt gland) seperti Avicennia sp, Aegiceras sp, dan Aegialitis sp.
b) Non-secreter, yaitu jenis-jenis mangrove yang tidak memiliki struktur
kelenjar garam seperti Rhizophora sp., Bruguiera sp, Lumnitzera sp, dan
Sonneratia sp. Pada jenis mangrove non-secreter kehilangan garam
terjadi ketika daun atau bagian tumbuhan lain gugur. Berdasarkan pada
jenis mangrove, non-secreter memiliki kulit luar yang mati yang jauh
lebih tebal dibandingkan jenis-jenis mangrove yang memiliki kelenjar
garam. Kulit luar yang mati dan tebal tersebut kemudian mengelupas dan
lepas dari tumbuhan serta digantikan oleh kulit yang baru. Hilangnya
kulit yang mati dan tebal pada jenis mangrove non-secreter merupakan
salah satu mekanisme hilangnya garam dari tumbuhan tersebut.

2) Sistem perakaran yang khas, dan lentisel sebagai tanggapan terhadap tanah
yang jenuh air.

Adaptasi tumbuhan mangrove secara anatomi terhadap keadaan tanah dan


kekurangan oksigen adalah melalui system perakaran yang khas dan lentisel
pada akar napas, batang dan organ lainnya. Pada dasarnya sistem perakarannya
tumbuhan mangrove terdiri dari tiga komponen, yaitu :

a. Komponen aerasi, yaitu bagian akar yang mencuat kebagian atas dari
system perakaran dan berfungsi sebagai pertukaran gas.
b. Komponen penyerapan dan penjangkaran, yaitu berfungsi untuk
membentuk basis penjangkaran pada seluruh sistem dan untuk
melakukan penyerapan zat hara.
c. Komponen jaringan, yaitu bagian horizontal yang meluas dan
berfungsi menyatu dengan penyerapan dan penjangkaran dari sistem
perakaran.
Akar merupakan organ yang kontak secara langsung dengan lingkungan
salinitas. Selain bentuk akar yang khas dan adanya lentisel di berbagai organ
tumbuhan mangrove, kekurangan oksigen juga dapat diatasi dengan adanya
lubang-lubang yang ada di dalam tanah yang dibuat oleh hewan-hewan. Lubang-
lubang ini membawa oksigen ke bagian akar tumbuhan mangrove. Kondisi ini
terjadi saat air laut surut, sehinnga lantai hutan mangrove saat air laut surut.
tidak tergenang air secara keseluruhan.

3) Struktur dan posisi daun yang khas sebagai tanggapan terhadap radiasi
sinar matahari dan suhu yang tinggi.
Hampir semua jenis mangrove, daun-daunnya mempunyai sejumlah
penampakan anatomi yang membatasi hilangnya uap air. Hal ini mencakup
kutikula yang tebal, lapisan lilin, dan stomata yang tersembunyi, yang semuanya
terdapat hanya pada permukaan abaksial dari beberapa jenis. Anatomi daun
mangrove demikian merupakan adaptasi terhadap kondisi lingkungan mangrove
yang memiliki radiasi sinar matahari dan suhu udara yang umumnya tinggi, oleh
karena itu mangrove tumbuh di daerah pesisir dan sebagian besar di wilayah
garis lintang rendah/tropis.
Keunikan daun mangrove sebagai adaptasi terhadap lingkungan yang
biasanya mempunyai suhu dan radiasi sinar matahari yang tinngi terlihat pada
daun-daun yang posisinya terbuka pada tajuk teratas secara tajam condong,
kadang posisinya mendekati vertikal, sedangkan daun yang ternaungi yang
berada jauh diantara tajuk,cenderung posisinya horizontal. Oleh karena itu,
walaupun lingkungan tempat tumbuh mangrove yang memiliki radiasi sinar
matahari dan suhu udara yang umumnya tinggi yang mendorong laju transpirasi
yang tinngi pula, namun pada kenyataannya mangrove memiliki laju transpirasi
yang rendah yang disebabkan oleh adaptasi anatomi daunnya.
2.1.1 Anatomi Avicennia marina

Pada penampang melintang


daun Avicennia marina terlihat
jaringan epidermis, korteks, dan
endodermis.

Gambar 11. Penampang melintang daun . 1. epidermis, 2. Korteks, 3. endodermis

Pada penampang melintang batang


Avicennia marina terlihat jaringan
epidermis, korteks, xilem, floem
dan pidh.

Gambar 12. Penampang batang Avicennia marina. 1. epidermis, 2. korteks, 3. xilem, 4. floem dan
5. Pidh

Pada stomata Avicennia marina tidak terlihat


stomatanya. Yang terlihat hanya trikomanya saja.
Hal tersebut terjadi karena pemotongannya yang kurang sempurna.

Sumber : id.scribd.com

Gambar 13. Stomata Avicennia marina. 1. Trikoma

2.3 Karakteristik Fisiologi Mangrove


Mangrove sebagai kelompok khusus dari halofita mempunyai kapasitas
menahan air yang tinggi dari substrat yang bergaram. Mangrove juga dapat
mempertahankan keseimbangan air yang baik karena adanya mekanisme
pengaturan yang beragam, seperti perilaku stomata, penyesuaian osmotik,
tingkat kesekulenan, dan pengeluaran garam (Onrizal, 2005 : 7).

Pada umumnya transpirasi jenis-jenis mangrove adalah rendah, sedangkan


akarnya terus-menerus mengabsorbsi air garam. Hal ini menyebabkan terjadinya
akumulasi garam pada daun. Untuk mengatasi hal ini beberapa jenis mangrove
mempunyai kelenjar pengeluaran garam (excretion gland) pada daunnya,
sedangkan bagi jenis mangrove yang tidak memiliki kelenjar pengeluaran garam
dilakukan dengan cara mengalirkan garam tersebut ke daun-daun muda yang
baru terbentuk (Onrizal, 2005 : 7).

Hampir semua jenis mangrove mengandung konsentrasi garam yang tinggi


pada jaringannya. Secara umum, konsentrasi ion-ion anorganik yang tinggi
diperlukan oleh mangrove dalam mengatur potensi osmotik antar sel, agar lebih
rendah dari potensi air dalam tanah. Hal ini merupakan kebutuhan minimum
untuk mengatur keseimbangan air positif (Onrizal, 2005 : 7).

2.4 Reproduksi Mangrove


Mangrove adalah tumbuhan berkayu yang hidupnya dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut. Reproduksi tumbuhan mangrove terjadi secara seksual,
yakni dengan adanya bunga berkelamin satu maupun poligami, sehingga
memerlukan serangga, burung atau angin untuk membantu penyerbukan. Dalam
kondisi habitat yang berat, sangat sulit bagi tumbuhan mangrove untuk
berkembangbiak sebagaimana tumbuhan darat biasa. Suatu penyesuaian
perkembangbiakannya adalah yang disebut viviparitas (viviparity), yakni bahwa
bijinya tumbuh menjadi tumbuhan muda selagi masih melekat pada tumbuhan
induknya. Saat lepas dari induknya ia akan menancap pada substrat dengan
hipokotil (hypocotyl) yang seperti paku tajam. Adaptasi semacam ini terdapat
pada kebanyakan jenis mangrove seperti Rhizophora sp, Bruguiera sp, Ceriops
sp, dan lain-lain.

Selain vivipari, perkembangbiakan mangrove jugaada yang secara


kriptovivipari (Cryptovivipary) yaitu embrio berkembang melalui buah tidak
keluar dari pericarp (Aegialitis, Acanthus, Avicennia, Laguncularia).

Secara garis besar reproduksi mangrove dapat digambarkan sebagai berikut:

Berikut ini penjelasan mengenai gambar diatas :

Untuk bisa bertahan dan berkembang menyebar di kondisi alam yang keras,
jenis-jenis bakau sejati mempunyai cara yang khas yaitu mekanisme reproduksi
dengan buah yang disebut vivipar. Cara berbiak vivipar adalah dengan
menyiapkan bakal pohon ( propagule) dari buah atau bijinya sebelum lepas dari
pohon induk. Mangrove menghasilkan buah yang mengecambah, mengeluarkan
akar sewaktu masih tergantung pada ranting pohon dan berada jauh di atas
permukaan air laut. Bijinya mengeluarkan tunas akar tunjang sebagai kecambah
sehingga pada waktu telah matang dan jatuh lepas dari tangkai nanti, telah siap
untuk tumbuh.

Buah ini akan berkembang sampai tuntas, siap dijatuhkan ke laut untuk
dapat tumbuh menjadi pohon baru. Bakal pohon yang jatuh dapat langsung
menancap di tanah dan tumbuh atau terapung-apung terbawa arus, sampai jauh
dari tempat pohon induknya, mencari tempat yang lebih dangkal. Setelah matang
dan jatuh ke dalam air, bakal pohon bakau ini terapung-apung sampai mencapai
tepi yang dangkal. Pada saat menemukan tempat dangkal, posisi bakal pohon
menjadi tegak vertikal, kemudian menumbuhkan akar-akar, cabang dan daun-
daun pertamanya.=

Demikian perkembangbiakan mangrove secara alamiah. Tentu saja apakah


bakal pohon mangrove dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sangatlah
bergantung pada faktor lainnya seperti adanya hewan herbivora yang mungkin
memangsanya, nutrien yang cukup, air tawar dan adanya campur tangan
manusia.

 Benih Vivipari
Benih vivipara meupakan biji yang telah bekecambah ketika masih
melekat pada pohon induknya tetapi tidak tertutup atau keluar dari
kulit biji.
 Benih Cryptovivipari
Benih Cryptovivipari merupakan biji yang telah berkecambah
ketika masih melekat pada pohon induk, tetapi masih tertutup oleh
biji. Umunya terdapat pada family Avicennia, bentuk buahnyasepeti
kacang.
 Benih nomal
Benih normal merupakan buah mengalami proses dimana buahnya
memecah diri dan menyebarkan benihnya pada saat mencapai air.
Pertumbuhan mangrove juga dipengaruhi oleh tipe substrat. Tipe
substrat seperti liat berdebu juga faktor penunjang terjadinya proses
regenerasi. Partikel debu dan partikel liat yang berupa lumpur
menangkap buah mangrove yang jatuh karena sudah masak (Arief,
2003).

2.5 Penyebaran Mangrove


Hutan-hutan mangrove menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia,
terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika
dan berfungsi sebagai pelindung pantai dari terjangan gelombang secara
langsung. Oleh karena itu daerah hutan mangrove dicirikan oleh adanya lapisan
lumpur dan sedimen halus.Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki hutan mangrove terbesar dan memiliki kekayaan hayati yang paling
banyak. Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3,2 juta hektare, walaupun
belakangan ini dilaporkan lebih dari 50 persen jumlah hutan itu sudah
rusak.Luas hutan mangrove di Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar,
merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha),
Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) Sedangkan menurut Republika
Online, bahwa Indonesia memiliki hutan bakau tropis terluas di dunia sekitar
3,8 juta hektar atau 40 persen dari total hutan bakau dunia. [jumlah hutan
mangrove dunia di estimate sekitar 16 juta Ha]
Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar
Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-
sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan
Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh
kebutuhan penduduknya terhadap lahan.Di bagian timur Indonesia, di tepi
Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat
daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas
1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.
Struktur dan komposisi mangrove di Indonesia lebih bervariasi bila
dibandingkan dengan wilayah lain. Di Indonesia dapat ditemukan tegakan
Avicennia marina dengan ketinggian 1-2 m pada pantai yang tergenang air laut
terus menerus, hingga tegakan campuran Bruguiera-Rhizophora dengan tinggi
lebih dari 30 m. Pada pantai terbuka, dapat ditemukan jenis Avicennia alba dan
Sonneratia alba, sementara di sepanjang sungai yang mempunyai salinitas yang
lebih rendah banyak ditemukan jenis palem Nypa fruticans dan Sonneratia
caseolaris. Dilain pihak kawasan mangrove sekunder, didominasi oleh anakan
mangrove dan berbagai jenis semak atau herba, misalnya Acanthus ilicifolius dan
Acrostichum aureum.
Tumbuhan mangrove terdiri atas pohon, epifit, liana, alga, bakteri dan fungi.
Menurut Hutching and Saenger (1987), di seluruh dunia terdapat lebih dari 20
suku Tumbuhan mangrove, yang terdiri dari 30 marga, dengan anggota lebih dari
80 jenis. Sejauh ini di Indonesia tercatat ada 202 jenis tumbuhan mangrove,
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis liana, 44 jenis herba tanah, 44
jenis epifit dan 1 jenis paku (Kusmana, 1993). Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis
merupakan jenis mangrove sejati (true mangrove) dan selebihnya merupakan jenis
mangrove asosiasi (associate mangrove). Dari 43 jenis mangrove sejati tersebut
33 jenis diantaranya merupakan jenis berhabitus pohon atau semak yang besar
maupun yang kecil.Di Indonesia sendiri terdapat perbedaan dalam hal keragaman
jenis mangrove antara satu pulau dengan pulau lainnya. Dari 202 jenis mangrove
yang telah diketahui, 166 jenis terdapat di Jawa, 157 jenis di Sumatera, 150 jenis
di Kalimantan, 142 jenis di Irian Jaya (Papua), 135 jenis di Sulawesi, 133 jenis di
Maluku dan 120 jenis di Kepulauan Nusa Tenggara. Sebaran jenis mengrove di
pulau-pulau utama di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. Penyebaran jenis-jenis mangrove di pulau-pulau utama di Indonesia

Island

No Jenis Jaw Bali&LSI Sumatra Kalimantan Sulawesi Maluku Papua


a *

1 Acanthus + + + + + + +
ilicifolius

2 Aegiceras + + + + + + +
corniculatum

3 Aegiceras + + + +
floridum

4 Acrosticum + + + + + + +
aureum

5 Avicennia + + + + + + +
alba

6 Avicennia + +
lanata

7 Avicennia + + + + + + +
marina

8 Avicennia + + + + + + +
officinalis

9 Bruguiera + + + + + + +
cylindrica

10 Bruguiera + + + + + + +
gymnorrhiza

11 Bruguiera + + + + + + +
parviTumbuh
an

12 Bruguiera + + + + + +
sexangula

13 Cerbera + + + + + + +
manghas

14 Ceriops + + + + + + +
decandra

15 Ceriops tagal + + + + + + +

16 Derris + + + + + + +
trifoliata

17 Dolichandro + +
ne spathacea

18 Excoecaria + + + + + + +
agallocha

19 Finlaysonia + + + + + + +
maritima

20 Heritiera + + + + + + +
littoralis

21 Kandelia + +
candel

22 Lumnitzera + + + + + + +
littorea

23 Lumnitzera + + + + + +
racemosa

24 Nypa + + + + + + +
fruticans

25 Osbornea + + + + +
octodonta

26 Pemphis + + +
acidula

27 Phoenix +
paludosa

28 Pluchea + + + + + + +
indica

29 Rhizophora + + + + + + +
apiculata

30 Rhizophora + + + +
lamarckii
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Mangrove menghasilkan buah yang mengecambah, mengeluarkan akar
sewaktu masih tergantung pada ranting pohon dan berada jauh di atas
permukaan air laut. Bijinya mengeluarkan tunas akar tunjang sebagai kecambah
sehingga pada waktu telah matang dan jatuh lepas dari tangkai nanti, telah siap
untuk tumbuh.

Hutan-hutan mangrove menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia,


terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika
dan berfungsi sebagai pelindung pantai dari terjangan gelombang secara
langsung. Oleh karena itu daerah hutan mangrove dicirikan oleh adanya lapisan
lumpur dan sedimen halus.Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki hutan mangrove terbesar dan memiliki kekayaan hayati yang paling
banyak. Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3,2 juta hektare.
DAFTAR PUSTAKA

Onrizal, 2005. Adaptasi Tumbuhan Mangrove Pada Lingkungan Salin Dan Jenuh
Air. Jurusan Kehutanan Fakultas Pelestarian, Universitas Sumatera Utara.
Medan

Nor, Yus Rusila, dkk., 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.


Wetlands International Indonesia Programme

http://anisatusshakim.web.unej.ac.id/2015/09/16/morfologi-anatomi-dan-fisiologi-
mangrove-dan-pelestariannya/

https://id.scribd.com/doc/111880300/Laporan-Biologi-Mangrove-Anatomi-Dan-
Morfologi-Mangrove

https://id.scribd.com/doc/166065908/REPRODUKSI-MANGROV1

Anda mungkin juga menyukai