STEVEN SOLIKIN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengukuran dan Analisis
Sinyal Sub-Bottom Profiler untuk Ekstraksi Nilai Koefisien Refleksi Sedimen Selat
Lembeh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2018
Steven Solikin
NIM C552150151
RINGKASAN
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGUKURAN DAN ANALISIS SINYAL SUB-BOTTOM
PROFILER UNTUK EKSTRAKSI NILAI KOEFISIEN
REFLEKSI SEDIMEN SELAT LEMBEH
STEVEN SOLIKIN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Ir Irsan S Brodjonegoro, PhD
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
berkat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak tahun 2016 ini ialah akustik
dasar perairan, dengan judul Pengukuran dan Analisi Sinyal Sub-bottom Profiler
untuk Ekstraksi Nilai Koefisien Refleksi Sedimen Selat Lembeh.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof
Henry M. Manik, SPi, MT, PhD, Ibu Dr Ir Sri Pujiyati, MSi, dan Bapak Dr Ir
Susilohadi selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran,
arahan, masukan, da bimbingan dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua beserta keluarga yang
selalu memberikan dukungan dan doa, kemudian juga kepada Direktorat Riset dan
Pengabdian Masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
yang telah membiyai penelitian ini melalui jalur Program Pendidikan Magister
Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Batch II, serta kepada Pusat
Penelitan dan Pengembangan Geologi Laut (P3GL) yang telah mengijinkan penulis
untuk ikut dalam survei di Selat Lembeh dan menggunakan data hasil survei,
berikut staff dan kru kapal tanpa terkecuali yang telah membantu selama kegiatan
survei berlangsung, dan kepada semua pihak yang telah mendukung baik moril
maupun materil demi terselesaikannya karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Steven Solikin
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
Sub-bottom Profiler 3
Mekanisme Sub-bottom Profiler 4
Koefisien Refleksi Permukaan Dasar Laut 5
3 METODE 6
Desain Survei Penelitian 6
Deskripsi Data 8
Analisis Spektrum 8
Penapisan 9
Dekonvolusi Spike dan AGC 10
Model Koefisien Refleksi 10
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Analisis Spektrum dan Filtering 13
Profil Melintang Perairan Selat Lembeh 16
Koefisien Refleksi 17
5 SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
RIWAYAT HIDUP 23
DAFTAR TABEL
1 Spesifikasi sensor StrataBox 7
DAFTAR GAMBAR
1 Pemasangan berbagai tipe sistem SBP laut dangkal 3
2 Hubungan frekuensi, kedalaman, dan resolusi vertikal (R) dengan
berbagai tipe sistem SBP 4
3 Diagram sistem interkoneksi SBP 5
4 Skema refleksi dari permukaan dasar perairan 6
5 Transduser SBP SyQwest Stratabox 7
6 Peta lokasi pengambilan data SBP di Selat Lembeh 7
7 Ilustrasi skema penapisan bandpass filter Butterworth 10
8 Diagram alir pemrosesan sinyal 11
9 Sampel sedimen pasir besi yang didapatkan menggunakan grab sampler
pada perairan Selat Lembeh 12
10 Plot data SBP dalam gray scale (kiri) dan color scale (kanan) sebelum
ditapis dan dekonvolusi 13
11 Hasil FFT sinyal SBP dalam dB 14
12 Spektrum sinyal SBP setelah dilakukan FFT 14
13 Sinyal SBP setelah ditapis menggunakan bandpass filter dalam dB 15
14 Spektrum sinyal bandpass filter 16
15 Profil 2D trace 700-900 setelah dilakukan koreksi dan penapisan 17
16 Nilai koefisien refleksi sedimen seluruh trace. Koefisien refleksi pada
seluruh trace menunjukkan nilai yang cukup kuat di permukaan dasar
perairan dan menurun pada lapisan yang lebih dalam 18
17 Nilai koefisien refleksi dari single trace ke-780 18
18 Nilai koefisien refleksi dari single trace di daerah yang memiliki nilai
koefisien refleksi lebih kecil dibandingkan trace ke-780 19
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini, pemetaan dasar laut yang akurat sangat dibutuhkan terkait dengan
peningkatan aktivitas di bidang kelautan, seperti pengerukan, eksplorasi migas, dan
penelitian geologi serta morfologi kelautan. Metode pemetaan dasar laut terdiri dari
2 metode, yaitu metode langsung (direct) dan metode tidak langsung (indirect).
Metode langsung terdiri dari pengukuran lapang dan pengukuran di laboratorium
(Lu dan Li 2000). Faktor efisiensi yang rendah dan biaya yang tinggi menyebabkan
metode langsung tidak efektif digunakan untuk memetakan dasar laut pada wilayah
perairan yang luas.
Metode untuk memetakan dasar laut secara efisien adalah metode tidak
langsung, yaitu menggunakan gelombang suara (akustik) yang dapat mencakup
wilayah yang lebih luas dalam waktu yang tidak terlalu lama (Manik 2012). Metode
akustik mampu untuk memetakan dasar perairan berdasarkan nilai hambur balik
dan koefisien refleksi dari tipe dasar perairan tersebut. Beberapa penelitian telah
berhasil mengembangkan algoritma untuk mengklasifikasi dan memetakan dasar
perairan menggunakan single-beam echosounder (Mamede et al. 2015), split beam
(Cutter dan Demer 2013), multibeam echosounder (Zhi et al. 2013), maupun side
scan sonar (APL-UW 1994). Metode tidak langsung selalu menjadi pilihan utam
dalam survei untuk memetakan dasar laut (Zheng et al. 2012).
Eksplorasi menggunakan metode akustik bawah air sangat bergantung pada
frekuensi (frequency dependent) yang berkisar antara 10 Hz sampai 1 MHz.
Semakin kecil frekuensi yang digunakan, gelombang akustik akan menembus lebih
dalam ke dalam lapisan dasar perairan, dan demikian sebaliknya. Hal ini disebabkan
semakin tinggi frekuensi akan semakin cepat diserap oleh medium air laut (Penrose
et al. 2005).
Salah satu instrumen akustik yang jarang digunakan untuk melakukan
pemetaan dasar laut adalah sub-bottom profiler (SBP). SBP merupakan salah satu
instrumen akustik yang dapat digunakan untuk menggambarkan lapisan sedimen
dan batuan di bawah dasar laut (Rohman et al. 2015). SBP juga memberikan
informasi mengenai ketebalan sedimen dan stratigrafinya (Ramdhani et al. 2013).
Prinsip kerja SBP sama dengan prinsip kerja single beam echosounders, namun
SBP menggunakan frekuensi yang jauh lebih rendah (< 10 kHz), sehingga mampu
menembus lapisan dasar laut lebih dalam dibandingkan yang dapat dijangkau oleh
single beam echosounder (English Heritage 2013).
Prinsip perekaman data SBP di laut sama dengan instrumen akustik lainnya,
yaitu memancarkan sinyal suara dan menerima kembali sinyal suara (reflektivitas)
dari objek yang ada di bawah air. Sinyal suara yang diterima kembali oleh SBP
mengalami banyak gangguan seperti efek multiple, self-noise, serta faktor-faktor
lingkungan seperti angin, gelombang, hujan, dan lain sebagainya (Lurton 2002).
Gangguan-gangguan yang dialami saat perekaman data tersebut dapat
menyebabkan kekeliruan saat menginterpretasi sinyal seismik (Baker 1999). Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, maka pemrosesan sinyal diperlukan untuk
menghilangkan atau meminimalisir gangguan-gangguan tersebut yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam menginterpretasikan hasil akhir.
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan membahas mengenai ekstraksi nilai koefisien refleksi dari
sedimen dasar perairan Selat Lembeh. Pemrosesan dan penapisan sinyal akustik
diaplikasikan pada penelitian ini untuk mendapatkan nilai koefisien refleksi yang
akurat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data akustik yang
diakuisisi menggunakan sub-bottom profiler dan data sampel sedimen yang
diperoleh menggunakan grab sampler.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Sub-bottom profiler
Karakteristik geologi dari dasar perairan dan lapisan sedimen menjadi kunci
penting dalam studi sifat fisik habitat bentik. Teknik deteksi bawah air
menggunakan metode akustik telah menjadi alat dasar untuk studi oseanografi dan
geologi laut, karena kemampuan metode ini dalam menentukan karakteristik fisik
dasar perairan dan mengidentifikasi sifat geologi di bawah permukaan dasar
perairan (McQuilin et al. 1984). Dalam beberapa tahun terakhir, metode akustik
juga telah digunakan untuk mengukur proses struktur sedimen skala kecil dengan
resolusi temporal dan spasial yang sangat tinggi, dan metode akustik ini telah
diadopsi para peneliti karena kemampuannya yang cepat dan tidak merusak
lingkungan saat dilakukan akuisisi data (Walter et al. 2002; Bartholomä 2006;
Mendoza et al. 2014).
Sub-bottom profiler (SBP) merupakan salah satu sistem akustik yang
mentransmisi gelombang suara, baik digunakan dengan cara ditarik (towed)
maupun ditanam pada lambung kapal (mounted). Prinsip kerja SBP sama dengan
single beam echosounder (SBES), yang membedakan hanyalah frekuensi yang
digunakan (Davis et al. 2002) SBP bekerja pada frekuensi yang lebih rendah
dibandingkan SBES karena SBP ditujukan untuk melihat profil lapisan sedimen
(Gambar 1).
Gelombang suara akan merambat di sepanjang kolom perairan. Kecepatan
suara di perairan akan sangat ditentukan oleh karakteristik perairan (suhu, salinitas,
dan konsentrasi partikel tersuspensi). Setelah merambat di kolom perairan,
gelombang suara akan menuju ke dasar perairan (Kim et al. 2002).
Gambar 1 Pemasangan berbagai tipe sistem SBP laut dangkal (Stoker et al. 1997)
4
Resolusi yang didapatkan dari berbagai tipe SBP sangat tergantung pada
frekuensi dari sumber akustik yang digunakan. Frekuensi yang lebih tinggi akan
menghasilkan resolusi yang lebih tinggi, namun atenuasi suara berbanding lurus
dengan frekuensi. Semakin tinggi frekuensi yang digunakan, maka atenuasi juga
akan semakin besar (Stoker et al. 1997). Konsekuensi dari karakteristik tersebut
adalah, instrumen SBP yang digunakan akan spesifik untuk perairan tertentu.
Gambar 2 menunjukkan hubungan antara frekuensi, resolusi, dan kedalaman yang
dapat dicapai instrumen SBP.
Kelemahan dari sistem SBP adalah luasan area yang mampu dicakup lebih
sempit bila dibandingkan dengan instrumen akustik yang lebih modern, seperti
multibeam echosounder. Hal ini dikarenakan SBP mengadopsi sistem berkas
sempit (narrow beam) (Stevenson et al. 2002). Selain itu, kelemahan lainnya dari
sistem SBP adalah pada bagian perairan yang lebih dalam membutuhkan kecepatan
kapal yang lambat (<10 knot) guna mengurangi derau (noise) kapal dan turbulensi
air yang dapat mengganggu sinyal utama (Stoker et al. 1997). Beberapa aplikasi
penggunaan SBP, antara lain adalah untuk pemetaan struktur dasar laut, survei
pemeliharaan pipa migas dan kabel bawah laut, serta validasi data kedalaman laut
(batimetri).
Suara yang dihasilkan dari transduser SBP berasal dari getaran mekanik
material keramik yang merupakan bahan penyusun dari transduser tersebut.
Getaran tersebut menghasilkan tekanan rendah dan tinggi, yang kemudian
menghasilkan energi gelombang akustik. Energi yang ditransmisi masuk ke dalam
kolom perairan, disebut sebagai source level (energi sumber).
Jumlah getaran pada permukaan transduser berhubungan dengan perbedaan
voltase yang tercipta pada material penyusun transduser. Energi yang besar
dibutuhkan untuk mencapai kedalaman maksimum yang dapat dijangkau oleh
instrumen akustik, namun untuk mendapatkan energi yang besar dibutuhkan
penyusunan yang tepat dari segi kelistikan dan mekaniknya.
Instalasi secara fisik dan elektrik sangat diperlukan untuk menghubungkan
dan menjalankan sistem SBP. Sistem interkoneksi instrumen SBP untuk
mentransmisi data sampai diterima oleh penggunanya dapat dilihat pada Gambar 3.
3 METODE
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Laut (P3GL)
yang berfokus pada energi laut di perairan tersebut.
Peta lokasi pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 6. Track
pengambilan data dilakukan secara zigzag untuk mencakup seluruh wilayah selat.
Data SBP diakuisisi menggunakan SBP tipe SyQwest Stratabox yang dipasang pada
bagian badan kapal. Spesifikasi sensor SBP Stratabox dapat dilihat pada Tabel 1
dan transduser SBP yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5.
Fokus penelitian ini berada pada jalur 37 di trace ke-700 sampai 900.
Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada 1 stasiun, yaitu pada koordinat 125°
14’ 18.9060” BT dan 1° 28’ 38.3020” LU menggunakan grab sampler.
Deskripsi Data
Data penelitian ini mencakup 2 jenis data, yaitu data perekaman akustik dan
data sedimen lapangan. Data akustik diakuisisi menggunakan sub-bottom profiler
tipe Syqwest StrataBox dengan frekuensi output 10 kHz. Data akustik direkam
sepanjang perairan Selat Lembeh dengan kecepatan kapal saat mengakuisisi data
adalah maksimal 4 knot. Kedalaman perairan yang terekam pun cukup bervariasi,
mulai dari kedalaman 1 m sampai kedalaman 140 m. Ekstensi data akustik yang
diperoleh adalah *.segy yang merupakan salah satu format data standar yang
dikembangkan oleh Society of Exploration Geophysicists (SEG) (Hagelund dan
Stewart 2017).
Beberapa sampel sedimen juga diambil pada penelitian ini menggunakan grab
sampler, namun tidak ada hasil analisis sampel sedimen di laboratorium. Sampel
sedimen hanya dianalisis secara visual oleh pakar geologi dari tim P3GL. Hasil
analisis sampel sedimen secara visual mengindikasikan bahwa sedimen dasar
perairan Selat Lembeh didominasi oleh pasir yang berkarakter endapan vulkanik
lapilli yang ditunjukkan dengan buruknya sortasi ukuran butir dan sifat kebundaran
butir yang bukan merupakan karakter endapan yang berasal dari daratan atau pantai
(Illahude et al. 2017). Sedimen pasir ini memiliki ciri-ciri berwarna hitam dan
memiliki kandungan unsur logam di dalamnya, serta dapat ditemukan pada bagian
yang lebih dalam pada perairan Selat Lembeh, sedangkan pada bagian yang lebih
dangkal, dasar perairan didominasi oleh terumbu karang dan pecahan-pecahan
karang (rubble).
Data sampel sedimen yang berpotongan dengan data perekaman akustik
hanya ada 1 sampel, yaitu pada koordinat 125° 14’ 18.9060” BT dan 1° 28’
38.3020” LU di jalur 37, sehingga untuk analisis data akustik hanya dilakukan di
jalur 37 (trace 700-900) yang memiliki perpotongan dengan data sampel sedimen.
Analisis Spektrum
Data akustik akan mengandung noise atau derau yang berasal dari lingkungan
(ambient noise) maupun yang berasal dari instrumen akustik itu sendiri (self noise).
Noise merupakan energi atau sinyal yang tidak diinginkan dan harus dihilangkan
untuk mendapatkan sinyal utama yang diinginkan. Dalam seismik, umumnya
dikenal 2 tipe noise, yaitu random (incoherent) noise dan coherent noise
(Nieuwenhuise et al 2012). Random noise merupakan energi yang tidak bertalian
antar trace, contohnya adalah efek gelembung udara. Coherent noise merupakan
energi yang dihasilkan oleh sumber seismik, contohnya adalah efek multipel
refleksi (multiple) (Mousa dan Al-Shuhail 2011).
Perubahan data dari bentuk domain waktu (t-x) ke dalam bentuk domain
frekuensi (f-x) dibutuhkan untuk dapat melakukan analisis spektrum dan filter data
akustik
. Salah satu algoritma yang dapat digunakan untuk melakukan perubahan
domain tersebut adalah Fourier Transform yang dinyatakan dalam persamaan (2)
dan (3) (McClellan et al. 2003). Fungsi utama dari Fourier Transform adalah untuk
menemukan komponen frekuensi dari sebuah sinyal yang tercampur dalam noise
sinyal domain waktu.
9
∞
𝐹(𝜔) = ∫−∞ 𝑓(𝑡)𝑒 −𝑖𝜔𝑡 𝑑𝑡 (2)
1 ∞
𝑓(𝑡) = 2𝜋 ∫−∞ 𝐹(𝜔)𝑒 𝑖𝜔𝑡 𝑑𝜔 (3)
Dimana f(t) adalah fungsi sinyal waktu, F(ω) adalah hasil transformasi Fourier dari
f(t), t adalah waktu, ω berhubungan dengan frekuensi, dan eiωt adalah Euler sinus
cosinus (cos ωt + i sin ωt).
Penapisan
1 1
𝑓1 = 𝑓0 (√1 + 4𝑄2 − 2𝑄) (5)
1 1
𝑓2 = 𝑓0 (√1 + 4𝑄2 + 2𝑄) (6)
dimana 𝑠𝑛 (𝑡) adalah trace seismik yang direkam, 𝑤(𝑡) adalah wavelet yang
dihasilkan oleh sumber seismik, 𝑒(𝑡) adalah reflectivity series, dan 𝛾(𝑡) adalah
komponen random noise.
Proses dekonvolusi akan melemahkan amplitudo trace seismik, oleh karena
itu automatic gain control (AGC) dengan nilai root mean square (RMS) dilakukan
untuk menguatkan energi sinyal yang hilang setelah proses dekonvolusi tersebut.
Interaksi antara gelombang akustik dengan dasar laut sangat tergantung pada
perbedaan impedansi antara kedua lapisan tersebut. Impedansi merupakan
karakteristik sebuah medium yang merupakan fungsi dari densitas medium tersebut
(ρ) dan kecepatan suara yang merambat di medium tersebut (c) (Rohman et al.
2015).
Nilai koefisien refleksi dikuantifikasi berdasarkan persamaan Zoeppritz
(Carmin dan Isakson 2006) yang mendefinisikan koefisien refleksi sebagai fungsi
impedansi akustik antar lapisan sedimen yang dinyatakan dalam persamaan (8)
𝑍 −𝑍
𝑅 = 𝑍2 +𝑍1 (8)
2 1
11
Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 8. Penelitian dimulai
dari tahapan akuisisi data SBP untuk mendapatkan data amplitudo. Data amplitudo
kemudian dikoreksi menggunakan AGC untuk menguatkan kembali sinyal yang
diterima receiver. Pemrosesan sinyal kemudian diaplikasikan untuk mendapatkan
profil 2D dan nilai koefisien refleksi.
Gambar 8 Diagram alir tahapan penelitian, yang dimulai dari pemrosesan awal,
penapisan sinyal, sampai ekstraksi nilai koefisien refleksi
12
Kondisi umum perairan Selat Lembeh didominasi oleh endapan pasir vulkanis
berwarna abu-abu kehitaman dan hanya sebagian kecil yang berpasir putih.
Sebagian besar dasar laut di selat ini merupakan bidang yang hampir mendatar,
khususnya di sekitar pantai. Dasar laut di bagian tengah selat umumnya cenderung
berupa lereng landai yang luas. Kedalaman dasar laut di Selat Lembeh berkisar
antara 1 m hingga 142 m. Kedalaman yang dangkal umumnya berada di bagian
tengah selat dan semakin dalam di bagian ujung selat. Penelitian ini menganalisis
kondisi dasar perairan di bagian tengah selat dengan kedalaman perairan sekitar 20
m. Sampel sedimen yang diambil pada penelitian ini ditampilkan pada Gambar 9.
Gambar 9 Sampel sedimen pasir besi yang didapatkan menggunakan grab sampler
pada perairan Selat Lembeh
Gambar 10 menunjukkan plot data mentah SBP pada trace 700-900 sebelum
dilakukan penapisan. Pada plot data mentah, masih terlihat banyak sinyal-sinyal
gangguan (noise) pada bagian permukaan perairan pada kedalaman 0-1 m. Daerah
tersebut merupakan daerah near field, sehingga interpretasi sinyal tidak dapat
dilakukan pada daerah tersebut (Schuster 1998). Daerah near field terbentuk karena
adanya getaran dari transduser SBP yang menyebabkan wilayah sekitarnya juga
ikut bergetar. Getaran tersebut menciptakan energi yang kuat namun tidak stabil,
sehingga daerah near field harus dihilangkan. Selain derau dari permukaan (near
field), di bagian dasar perairan juga terkandung derau. Derau dari dasar perairan ini
dapat disebabkan karena gangguan dari lingkungan maupun dari reflektor lain yang
tidak diinginkan.
13
Gambar 10 Plot data SBP dalam gray scale (kiri) dan color scale (kanan) dalam
mV sebelum ditapis dan dekonvolusi
Lapisan permukaan dasar perairan yang dihasilkan dalam plot data mentah
sebelum dikoreksi memiliki tekstur yang kasar dan energi amplitudo yang
cenderung lemah karena tidak adanya pantulan pada trace offset yang jauh. Sinyal
yang lemah ini dapat ditampilkan dengan penguatan (gain). Pelemahan sinyal ini
dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain, yaitu transmission loss yang
berhubungan dengan faktor jarak deteksi, absorption yang berhubungan dengan
partikel-partikel yang ada di kolom perairan, maupun penyebaran gelombang
akustik.
pass filter, high pass filter, dan bandpass filter. Low pass filter bertujuan untuk
mengeliminasi sinyal frekuensi tinggi dan hanya mengambil sinyal frekuensi
rendah, sedangkan high pass filter bertujuan untuk mengeliminasi sinyal frekuensi
rendah dan hanya mengambil sinyal frekuensi tinggi. Bandpass filter merupakan
metode penapisan untuk mengeliminasi sinyal di luar frekuensi yang diinginkan
dan hanya mengambil cut off frekuensi tertentu saja.
Operasi bandpass filter dipilih sebagai metode penapisan dalam penelitian ini
karena bandpass filter dapat mengeliminasi frekuensi rendah dan frekuensi tinggi
dalam sinyal seismik. Pada frekuensi rendah, umumnya sinyal seismik akan
terkontaminasi derau dari ground roll, sedangkan pada frekuensi tinggi, sinyal
seismik umumnya akan terkontaminasi derau dari lingkungan (ambient noise)
(Chen et al. 2015). Hasil bandpass filter sinyal SBP dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 13.
Gambar 15 Profil 2D trace 700-900 dalam gray scale (kiri) dan color scale (kanan)
dalam mV setelah dilakukan koreksi dan penapisan
Trace 700-900 mewakili wilayah survei yang disertai karena adanya titik
pengambilan sampel sedimen. Sampel sedimen dianalisis secara visual dengan tipe
sedimen adalah pasir besi ukuran halus.
Koefisien Refleksi
Titik pengambilan
sampel sedimen
Dasar Perairan
Gambar 16 Nilai koefisien refleksi sedimen seluruh trace. Koefisien refleksi pada
seluruh trace menunjukkan nilai yang cukup kuat di permukaan dasar
perairan dan menurun pada lapisan yang lebih dalam
Gambar 17 menunjukkan nilai koefisien refleksi pada trace ke 780 yang
merupakan lokasi pengambilan sampel sedimen. Nilai koefisien refleksi pada trace
ini memiliki nilai yang cukup besar, yaitu antara 0.1168 hingga 0.7938. Nilai
maksimum koefisien refleksi di daerah ini dapat disebabkan karena jenis sedimen
yang dikandung pada wilayah tersebut. Kandungan besi pada sedimen pasir
menyebabkan impedansi sedimen pun bertambah, sehingga nilai koefisien refleksi
pada wilayah tersebut pun akan semakin besar.
Nilai koefisien refleksi yang bernilai negatif sebelum gelombang suara
menyentuh dasar perairan dapat disebabkan oleh sedimen tersuspensi yang
melayang di atas permukaan dasar perairan (Dwinovantyo et al. 2017). Partikel
sedimen tersuspensi yang densitasnya jauh lebih kecil dibandingkan densitas dasar
perairan dapat menyebabkan nilai koefisien refleksi yang bernilai negatif sebelum
gelombang suara menyentuh permukaan dasar perairan.
19
Dasar Perairan
Dasar Perairan
Efek multiple
Gambar 18 Nilai koefisien refleksi dari single trace di daerah yang memiliki nilai
koefisien refleksi lebih kecil dibandingkan trace ke-780
20
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP