Anda di halaman 1dari 14

Tugas Terjemahan dan Rangkuman IHO Manual On Hidrography

BAB 1

Prinsip Survey Hidrografi

1. Pendahuluan

Survei hidrografi memiliki peran yang besar dalam penyusunan dari dasar hingga
batasan area dari samudera, danau, sungai, pelabuhan, dan semuanya yang terkait tentang
perairan di bumi. Dengan kata lain, survei hidrografi dapat diartikan sebagai survei
perairan tetapi dalam penggunaan yang lebih modern, survei hidrografi memiliki pernanan
yang lebih luas dalam tujuan lain seperti pengukuran pasang surut, arus, gaya berat,
mangnetis bumi, dan penentuan fisik dan kimia yang terdapat di perairan. Prinsip umum
dari tujuan survei hidrografi adalah mendapatkan data pokok untuk menghimpun peta laut
dengan mengutamakan fitur yang berpengaruh terhadap keselamatan navigasi. Tujuan
lainnya, termasuk memperoleh kebutuhan informasi yang berhubungan terhadap produk
navigasi kemaritiman, manajemen zona pesisir, keperluan teknik, dan ilmu pengetahuan.

Tujuan pokok survei hidrografi meliputi:

 Mengumpulkan data survei di laut secara sistematik sepanjang pesisir dan


pedalaman yang telah ter-georeferensi yang dihubungkan dengan:
- Susunan garis pantai, termasuk stakeholder yang membuat infrastruktur untuk
navigasi kemaritiman yang meliputi semua fitur pantai yang menjadi bagian
dari kemaritiman.
- Kedalaman area tertentu, termasuk segala ancaman terhadap aktivitas navigasi
dan kemaritiman.
- Komposisi dasar laut.
- Pasang surut dan arus laut.
- Fisik dari lajur perairan.
 Mengolah informasi yang terhimpun agar dapat dibuat basis data yang sesuai untuk
produksi peta tematik, peta laut, dan semua jenis dokumentasi yang umumnya
meliputi:
- Manajemen navigasi dan lalu lintas kemaritiman.
- Operasi kemaritiman.
- Manajemen zona pantai/pesisir.
- Pemeliharaan lingkungan maritim.
- Exploitasi sumber daya laut dan pemasangan kabel/pipa di dasar laut.
- Batas maritim sebagai impelementasi dari hukum laut.
- Studi untuk ilmu pengetahuan.

Peta laut adalah sebuah produk akhir dari survei hidrografi yang mana akurasi dan
hasilnya tergantung dari kualitas data yang terkumpul selama aktivitas survei. Sebuah peta
laut adalah gambar dalam bentuk grafik yang menunjukkan sifat dasar dan pembentuk
pantai/pesisir, pasang surut air laut, peringatan untuk keselamatan navigasi, dan semua
karaterisitik magnetis bumi. Awalnya peta laut dibuat dalam bentuk kertas/peta analog dan
kini berkembang menjadi peta digital.

Survei hidrografi mengalami perkembangan yang cukup pesat. Saat ini, akustik
multi-beam dan sistem laser airbone mampu menjangkau hampir seluruh dasar laut dan
hasil pengambilan datanya dapat digunakan untuk sampel utama profil batimetri.
Ketelitian posisi bidang horizontalnya memiliki presisi yang lebih baik dengan adanya GPS
diamana untuk keperluan teknisnya menggunakan metode differensial. Teknologi yang
canggih ini telah diterapkan oleh navigator karena mereka membutuhkan akurasi posisi
yang lebih baik daripada data posisi dari peta dengan menggunakan teknologi yang lama.

2. Survei Hidrografi

2.1. Spesifikasi Survei

Survei hidrografi dengan kebutuhan didalamnya kini semakin diminati karenanya


banyaknya permintaan dari pengguna peta laut, keperluan pertahanan nasional, keperluan
politik (batas wilayah nasional), dsb. Untuk keperluan yang lebih sepesisifik, proyek survei
hidrografi harus mengikuti serangkaian evaluasi terhadap semua kebutuhan yang
tergabung dalam tatanan skala prioritas. Banyak faktor objektif maupun subjektif yang
mempengaruhi tatanan skala prioritas tersebut yaitu untuk kepentingan nasional,
pengambilan data secara kuantitatif maupun kualitatitf untuk kegiatan pelayaran,
kegiaatan penyediaan hasil survei kemaritiman, penyediaan data perubahan tingkat
topografi di dasar laut dsb.

Kebutuhan untuk hasil akurasi data terhadap area yang di survei dibagi menjadi
empat orde yang diatur dalam IHO (International Hydrographic Organization) S-44 edisi
98 sebagai berikut.

2.1.1. Special Order

Di dalam bidang survei hidrografi terdapat standarisasi untuk keperluan teknik


sekaligus pelaksanaannya yang dimaksudkan untuk membatasi area yang bersifat penting,
strategis, dan kritis seperti area yang berpotensi menimbulkan bencana dsb. Sehingga area
yang memiliki karakterisitik demikian membutuhkan standarais asi tertentu dalam kualitas
data surveinya. Area yang dimaksud dalam hal ini adalah pelabuhan, dermaga kapal , dan
semua lajur-lajur yang dianggap penting di wilayah perairan. Semua sumber kesalahan
harus diminimalkan sehingga diperlukan data survei hidrogafi dengan standar orde
sepesial. Orde spesial memakai side-scan sonar untuk mendapatkan interval garis (kontur)
yang teliti, multi-tranduser (high resolution multibeam echosounder) untuk memperoleh
100% keadaan bawah laut selama proses pengambilan data (s urvei), dalam hal ini, area
yang disurvei memiliki standar jangkauan fitur kubik minimal 1 meter untuk keperluan data
yang sangat teliti dengan menggunakan alat side-scan sonar yang digabungkan dengan
multibeam echosounder. Biasanya alat ini digunakan untuk area yang rawan dan yang
berpotensi terjadi bencana/kecelakaan.
2.1.2. Order 1

Dalam survei hidrografi yang ditujukan untuk keperluan pelabuhan, lajur-lajur area
pelabuhan, pembuatan jalur kapal, navigasi, dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif), kondisi
geofisik dasar laut yang berpotensi memberi ancaman dalam hal ini memerlukan standar
survei yang disebut Orde Pertama. Survei orde pertama dibatasi untuk area yang memeiliki
kedalaman kurang dari 100 meter. Walaupun kebutuhan untuk survei dasar laut kurang
begitu ketat daripada ketentutan pada orde spesial, namun survei dasar laut secara
menyeluruh sangat diperlukan untuk memilih area yang memiliki karakterisitik tertentu
dan resiko ancaman bencana/kecelakaan yang akan ditimbulkan. Dalam hal ini, area yang
disurvei memiliki standar jangkauan fitur kubik minimal 2 meter hingga 40 meter
kedalamannya atau 10% darui kedalam area tersebut bahkan lebih dalam dari 40 m yang
kira-kira masih dapat diajangkau oleh peralatan sounding.

2.1.3. Order 2

Dalam hal ini merupakan survei hidrografi yang ditujukan untuk keperluan wilayah yang
setidaknya mempunyai kedalaman kurang dari 200 m namun tidak termasuk kriteria dalam
orde spesial maupun orde kedua. Umumnya menjelaskan tentang keperluan batimetri
yang mencukupi unruk kebutuhansurvei di area yang tidak menimbulkan ancaman di dasar
laut dan hal-hal yang dapat mengancam arus transportasi di area tersebut. Kriteria untuk
order kedua ini dalam variasi survei kemaritiman dapat dikombinasikan dengan model
survei dengan orde yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dasar
laut secara menyeluruh demi kesalamatan dari ancaman yang akan terjadi di dsar laut.

2.1.4. Order 3

Survei hidrografi yang ditujukan untuk keperluan wilayah yang setidaknya


mempunyai kedalaman lebih dari 200 m namun tidak termasuk kriteria dalam orde spesial,
orde kudua maupun orde ketiga.

Order Spesial 1 2 3
Daerah khusu Pelabuhan Pelabuhan, Area selain Area lepas
untuk kapal baik di pelabuhan yang ordo special pantai yang
menggunakan perairan air mendekati kanal, dan ordo satu tidak
ordo asin maupun jalur pelayaran yang memiliki dideskripsikan
tawar dan yang kedalaman seperti pada
kanal dengan direkomendasikan hingga 200 m ordo spesial
ketentuan dan beberapa atau ordo 1
dibawah area pesisir yang
badan kapal memiliki
yang berada kedalaman hingga
di dalam air. 100 m
Akurasi 2m 5 m + 5% 20 m + 5% 150 m + 5%
horizontal kedalaman kedalaman kedalaman
(95% tingakat
kepercayaan)

Akurasi a = 0.025 m a = 0.5 m a= 0.1 m Sama seperti


kedalaman ordo 2
b = 0.0075 b = 0.013 b= 0.023
untuk setiap
penurunan
kedalaman
(95% tingkat
kepercayaan)

100 % Wajib Wajib diambil jika Mungkin Tidak berlaku


pengambilan dibutuhkan diambil jika
fitur bawah air dibutuhkan
atau detil
bawah air

Kemampuan Fitur kubik > 1 Fitur kubik > 2 m Sama seperti Tidak berlaku
deteksi sistem m hingga kedalaman ordo 1
40 m. Ditambah
10% dari
kedalaman diatas
40 m

Ordo Spesial 1 2 3

Jarak Tidak berlaku 3 x kedalaman 3-4 x 4 x kedalaman


maksimum karena 100% rata-rata atau 25 kedalaman rata-rata
lajur harus disurvei m, yang manapun rata-rata atau
boleh tetapi harus 200 m, yang
diambil yang lebih manapun
baik boleh tetapi
harus diambil
yang lebih
baik

Sedangkan dalam menghitung batas kesalahan kedalaman dapat dapat menggunakan


rumus berikut:

± √([a^2+ (b*d)^2 ] )
Dengan keterangan : a = konstanta kesalahan kedalaman
b*d = kesalahan kedalaman tidak tetap

b = faktor dari kesalahan kedalaman tidak tetap

d = kedalaman

2.2. Perencanaan Survei

Perencanaan survei meliputi kegiatan-kegiatan mulai dari pengembangan ide untuk


survei yang direncanakan di Kantor Hidrografi yang selanjutnya dikenal dengan istilah
Instruksi proyek/Instruksi Hidrografi sebagai pelaksanaan survei yang lebih terperinci serta
menghimpun kapal-kapal survei untuk keperluan praktisnya. Perencanaan survei juga
mencakup hal terkait dengan departemen perbubungan, kerjasama diplomatik, dan alokasi
berbagai sumber daya yang mempunyai nilai yang tinggi. Hal ini juga mencakup prioritas
sumber daya dan alur penggunaan kapal survei oleh tenaga survei di setiap harinya.
Perencanaan survei melibatkan berbagai macam kegiatan yang berbeda-beda yang bersifat
koheren demi tercapainya tujuan bersama.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan survei sebelum melaksanakan


pengumpulan data adalah:

- Menentukan area yang akan disurvei.


- Survei pendahuluan dan mementukan standarisasi skala peta laut yang akan
dihasilkan.
- Lingkup area survei
- Adanya platform pendukung survei yang jelas meliputi kapal, peluncur kapal,
jumlah sewa kapal, persetujuaan kerjasama survei dsb.
- Penunjang survei seperti foto udara, satelit, geodetic engineer, kondisi pasang
surut air laut dsb.
- Faktor-faktor seperti anggaran dana, kondisi politik, logisitik, keterbatasan
titik ikat yang tersedia dsb.
Rincian yang diberikan dalam Project Instructions mencakup beberapa atau semua
hal berikut:

- Batas survei;
- Persyaratan data dan resolusi;
- Metode kontrol posisi, bersama-sama dengan akurasi yang diharapkan;
- Dihasilkan oleh sonar; dan
- Bagaimana laporan survei yang akan diterjemahkan dan tenggat waktu jika
diperlukan.

Instruksi/panduan dalam survei hidrografi meliputi:

- Penggunaan datum horizontal, proyeksi, dan grid


- Resiko dari area survei
- Pengamatan pasut terhadap titik acuan pasang surut yang digunakan
- Pengumpuulan data lain seperti data oseanografi, geofisika, pelayaran, foto
udara, dsb.

Kemudian setelah paduan di atas dilaksanakan maka langkah selanjutnya adalah


pengumpulan informasi terkait kecepatan sounding, klimatologi, data kejernihan air, data
survei terkahir yang dilakukan, arah lajur pelayaran, dan informasi kondisi kemaritiman
terkahir dari pelaut. Informasi pasang surut secara menyeluruh ditinjau dari lokasi
pemilihan pengukuran pasang surut dalam hal ini, lokasi tersebut dapat digunakan untuk
titik kontrol vertikal sedangkan untuk titik kontrol horizontal didapatkan dari akurasi GPS.

2.3. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini bergatung pada berbagai faktor. Antar lain
bergantung pada persyaratan survey, platform, peralatan dan waktu yang ada. Sebagian
besar data didapat dari software hidrografi terbaru dan alat seperti multi beam echo
sounder. Secara khusus tujuan dari survey untuk menentukan kebutuhan data baik jumlah,
cakupan dan presisi dari data. Hal ini juga akan berdampak pada biaya dan waktu, sehingga
data yang dikumpulkan bergantung pada hal tersebut. Dalam tipe data ada redudansi dan
kepadatan. Kepadatan data adalah jumlah soundings per unit area. Sedangkan redudansi
mengacu pada data tumpang tindih. Dalam penentuan jumlah data perlu dipahami oleh
pemberi kerja dan pelaksana kerja survey untuk memastikan pengumpulan data sesuai
dengan standar yang ditentukan oleh IHO.

2.4. Pemrosesan Data

Pengolahan data akhir dan plotting akan dicapai dengan menggunakan meja
onboard (manual) atau dengan menggunakan sistem komputer berbasis office.

Model di atas menjelaskan berbagai proses ideal yang dapat menangani/mengolah


informasi hidrografi. Proses ini berisi beberapa langkah. Persyaratan utama dalam
pengolahan data adalah data yang valid; data yang dapat segera diproses. Langkah-langkah
pemrosesan ini dapat diterapkan secara real-time ataupun post processing, tetapi harus
dipastikan bahwa produk akhir memenuhi standar dan spesifikasi yang ditetapkan oleh
IHO.
2.5. Analisa Data

Keakuratan hasil hasil pengukuran survey harus selalu di perhatikan untuk


menunjukkan seberapa baik atau dapat dipercaya. Karena tidak ada peralatan yang bebas
dari kesalahan. Selain itu, juga terdapat kesalahan dalam perhitungan yang diakibatkan
oleh prkiraan dalam pembulatan. Teknik pengamatan dirancang untuk menghilangkan
semua kesalahan acak tetapi hanya sebagian kecil yang kemudian di analisis untuk
mengukur keakuratan pengamatan. Berbagai kesalahan, ukuran dan prosedur untuk
menghilangkan kesalahan ada di bawah :

Error Ukuran Eliminasi

Blunder Besar Latihan, Memperhatikan prosedur

Constant Biasanya Kecil, tetapi ada Kalibrasi atau Prosedur

Periodic Biasanya kecil, tetapi Prosedur (Pengulangan, bahkan


tergantung untuk kesalahan besar

Acak Biasanya Kecil Hanya berkurang dengan


pengulangan

2.6. Kualitas Data

Dalam hal ini kualitas data adalah sebagai seberapa besarkah tingkat kesesuaian
dengan kegunaannya. Kesalahan adalah perbedaan antara data pengukuran dan data
sebenarnya. Proses dari dokumentasi kualitas data disebut atribusi data. Sedangkan
informasi kualitas data disebut metadata. Metadata sendiri harus mengandung informasi
sebagai berikut:

- Survei secara umum seperti tanggal, area survey, alat yang digunakan nama
perangkat survei;

- Sistem referensi geodetik seperti horizontal dan vertikal datum, termasuk


transformasi dari WGS 84 ke datum lokal;

- Kecepatan gelombang suara;

- Hasil dan prosedur kalibrasi;

- Akurasi yang dihasilkan bergantung dengan nilai kepercayaan yang dipakai.

Kualitas data dapat dihasilkan melalui kontrol kualitas yang efektif, baik secara
otomatis maupun manual. Kontrol kualitas otomatis (tidak interaktif), pada cara ini
koordinat yang didapatkan dikontrol secara otomatis menggunakan program dengan
algoritma statistik. Dan pada kontrol kualitas manual, koordinat yang didapatkan dikontrol
secara manual dan terpisah sesuai bidang yang diuji seperti plot kedalaman, plot error,
single profile, single beam, dan sebagainya.
2.7. Penyajian Data

2.7.1. Bagan Kedalam Diagram

Kualitas data batimetri telah menjadi prosedur subjektif. Untuk pengguna, kualitas
data yang disajikan dinilai melalui diagram reliability. Diagram ini menampilkan sisipan
grafik dan menunjukkan daerah survey bersama dengan beberapa detail misalnya skala,
spasi baris, dan tahun survey. Sayangnya data yang ditampilkan terbatas. Diagram
reliatibility menggunakan sedikit data dalam menentukan kedalaman.

Konsep asli dari diagram reliability adalah untuk menentukan kualitas data survey
dan menggambarkan klasifikasi berbeda pada diagram dalam hal kualitas. Namun, ada
kekhawatiran atas kompleksitas diagram reliability dan kesulitan dalam penggunaan data
tersebut. Jika terlalu rumit diagram reliability menjadi sulit untuk membangun sebagai
kegiatan kartografi, rawan kesalahan dalam konstruksi, dan penggunaannya akan
diabaikan oleh pengguna. Dengan demikian, alternative diagram realibility yang ada
sebagai indicator kualitas akhir. Sumber diagram dan varian yag sama ditunjukkan pada
grafik semua dianggap untuk menyajikan kekurangan.

2.7.2. Zona Kepercayaan ( Zones of Confidence)

Konsep ZOC dikembangkan oleh IHO untuk menyajikan suatu klasifikasi terhadap
data batimetri. ZOC memberikan tampilan sederhana dan klasifikasi dari navigasi, dengan
cara mengidentifikasi berbagai level kepercayaan yang dapat ditempatkan bersamaan
dengan data.

- ZOC A1, digunakan untuk mengetahui seluruh fitur dari dasar laut dan
kenampakannya beserta kedalamannya. Biasanya survei dilakukan
berdasarkan datum WGS 84, menggunakan DGPS atau tiga garis posisi
menggunakan multibeam. ZOC A1 digunakan untuk daerah tertentu seperti
terusan, area tambatan, pelabuhan, dll.

- ZOC A2, diperuntukkan untuk mengetahui seluruh fitur dari dasar laut dan
kenampakannya beserta kedalamannya, namun ketelitian lebih rendah
daripada ZOC A1. Biasanya dilakukan menggunakan modern echosounder
dengan sonar.

- ZOC B, diperuntukkan untuk mengetahui hanya sebagian dari fitur dasar


laut. Data dari ZOC B memiliki kesamaan posisi dan kedalaman seperti ZOC
A2.

- ZOC C, posisi dan akurasi dari kedalamannya lebih rendah dari ZOC B. Tidak
semua area diukur dan anomali dari kedalaman bisa saja muncul. ZOC C
menandakan bahwa para pelayar harus berlayar dengan berhati-hati dan
kewaspadaaan.

- ZOC D, data posisi dan kedalaman berada dalam kualitas yang rendah
sehingga tidak layak untuk digunakan sebagai informasi pendukung. Tidak
semua area disurvei dan anomali dari kedalaman mungkin akan muncul
dalam area yang luas.
- ZOC U, kualitas data batimetri belum dapat ditentukan.

Berikut Kategori dari Zona Keyakinan dalam data – Tabel ZOC


2.8. Produksi Data

Produksi data akhir bisa baik dalam bentuk digital dan analog. Skema diagram yang
diberikan di bawah ini.

Data digital harus dalam format yang didefinisikan secara langsung dan diimpor ke
dalam database utama. Karena setiap survei biasanya meliputi dokumen pendukung yang
banyak dan file data digital, file harus jelas diberi label dengan cara yang baik untuk user.
Idealnya, prosedur operasi standar yang disepakati oleh IHO dan lapangan unit yang
mencakup dokumen tersebut dan file data. Data manual harus jelas, ringkas dan dalam
bentuk yang dapat dibaca dengan baik.

Setelah data dikumpulkan, diproses dan diplot dalam bentuk digital file akan
diproses ke proses akhir, persediaan yang umumnya harus mencakup

- Lembar halus.
- Digital file lembaran halus dengan atribut.
- Raw dan data batimetri yang diproses.
- Tide, kecepatan suara dan konfigurasi kapal file.
- Side file data scan.
- Laporan deskriptif dan laporan tambahan.
- log lapangan dan dokumentasi pengolahan.
- Dokumentasi Kalibrasi.

2.9. Sistem Informasi Kelautan (Nauctical Information System / NIS)

Sistem informasi kelautan adalah kombinasi dari ketrampilan individu, data spasial
dan deskriptif, metode analisis, perangkat lunak komputer dan perangkat keras yang
diatur untuk mengotomatisasi, mengelola dan menyampaikan informasi melalui presentasi
seperti kertas dan grafik digital. Sebelumnya, penggunaan utama dari database grafik
kelautan adalah dalam kertas grafik. Ketelitian posisi grafik harus memenuhi ketelitian dari
sistem penentuan posisi. Untuk memanfaatkan dinamika metode penentuan posisi
modern, kebutuhan grafik digital muncul yang bersamaan fungsi dengan grafik dicetak
tradisional. Standar internasional untuk data hidrografi digital telah dikembangkan oleh
Organisasi Hidrografi Internasional (IHO). Versi valid standar, S-57 edisi 3.1 diadopsi sebagai
standar resmi IHO pada bulan November 2000 dan juga ditetapkan dalam Organisasi
Maritim Internasional (IMO) Standar Kinerja untuk Display Bagan Elektronik dan Sistem
Informasi (ECDIS). S-57 menjelaskan standar yang akan digunakan untuk pertukaran data
hidrografi digital antara Kantor Hidrografi nasional dan untuk distribusi data digital dan
produk untuk produsen, pelaut, dan pengguna data lainnya. Produk digital yang paling
signifikan yang disampaikan di Format S-57 adalah grafik navigasi elektronik (Electronic
Navigational Chart / ENC). Sebuah NIS memiliki empat subsistem fungsional utama :

- Input Data. Subsistem Input data memungkinkan pengguna untuk mengambil,


mengumpulkan, dan mengubah data spasial dan tematik ke dalam bentuk digital.
Input data biasanya berasal dari kombinasi peta hard copy, foto udara, gambar
penginderaan jauh, laporan, dokumen survei, dll

- Data Base - Penyimpanan dan pengambilan. Penyimpanan data dan subsistem


pengambilan untuk mengatur data, spasial dan atribut, dalam bentuk yang
memungkinkan untuk dengan cepat diambil oleh pengguna untuk di analisis, dan
memungkinkan update secara cepat dan akurat yang harus dibuat ke database.

- Data Base - Manipulasi dan Analisis. Data manipulasi dan analisis subsistem
memungkinkan pengguna untuk menentukan dan melaksanakan prosedur spasial
dan atribut untuk menghasilkan informasi yang diperoleh. Subsistem ini umumnya
dianggap sebagai jantung GIS.

- Data Output. Subsistem data output memungkinkan pengguna untuk


menghasilkan menampilkan grafis, biasanya peta, dan laporan tabular mewakili
produk informasi yang diperoleh.

2.9.1. Proses Kompilasi


Kompilasi data melibatkan perakitan semua data spasial dan data atribut di NIS.
Peta Data dengan proyeksi umum, skala, dan sistem koordinat harus dikumpulkan
bersama-sama dalam rangka membangun database NIS yang terpusat. Data juga harus
diperiksa untuk kompatibilitas dalam hal konten dan waktu pengumpulan data. Pada
akhirnya, data akan disimpan di NIS sesuai dengan persyaratan format tertentu yang
ditetapkan.

Sebuah peta dasar adalah satu set persyaratan standar untuk data. Ini menyediakan
standar yang akurat untuk kontrol geografis, dan juga mendefinisikan model atau template
yang digunakan untuk membentuk semua data ke dalam bentuk yang kompatibel.

Setelah data disusun dan parameter peta dasar yang ditetapkan pengguna
ditererjemahkan ke dalam format yang kompatibel dengan computer dimana proses ini
disebut sebagai "konversi" atau "digitalisasi,". Digitalisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai teknik misalnya Scanning. Gambar berikut ini menunjukkan
berbagai jenis proses kompilasi.

- Manual : pekerjaan kartografi secara tradisional, didasarkan pada pemisahan warna


dan proses manual. Kualitas garis yang tinggi dicapai dengan proses yang disebut
"scribing". Setiap warna yang digunakan pada peta yang jelaskan di piring warna
film yang terpisah dan simbol dan nama digabungkan foto-mekanis untuk
menghasilkan warna memisahkan untuk pencetakan. Kartografi tradisional,
didefinisikan sebagai teknik manual yang digunakan untuk produksi grafik kertas
(sebelum munculnya komputer).
- Semi otomatis: Semi otomatis kartografi adalah kombinasi teknik manual dan
dibantu komputer digunakan untuk produksi grafik kertas. Meskipun, berisi
langkah-langkah yang terlibat dalam manual tetapi beberapa dari mereka yang
dilakukan oleh otomatis berarti misalnya contouring dilakukan dengan komputer.
- Computer Assisted Kartografi: Penggunaan komputer dibidang pemetaan dan
sistem informasi geografis telah menambahkan dimensi baru untuk teknik
kartografi dan penggunaan data spasial

2.9.2. Presentasi

Dalam survey hidrografi penyajian informasi sangat bervariasi tergantung dari


penggunaan yang dibutuhkan. Penyajian informasi ini dapat disajikan secara grafis,
menggunakan simbol-simbol, atau secara tekstual. Oleh karena itu, penyimpanan informasi
tersebut tentunya harus independen dan fleksibel. Hal ini akan memudahkan pengguna
data untuk presentasi jika sewaktu-waktu membutuhkan data yang sama. Selain itu, juga
memudahkan untuk proses updating konten dari data tersebut. Karena adanya model data
yang digunakan berbeda-beda tentunya cara penyajian dan presentasi terkait data
tersebut akan berbeda tergantung dari data yagn akan disampaikan. Sebagai contoh, ENC
dan kertas grafik menyajikan data dasar yang sama dengan cara yang berbeda melalui
model presentasi yang beragam dan bervariasi.

Berikut rinciannya:
 Peta Laut Analog

Merupakan gambaran grafis secara kartografis yang menunjukkan sifat dan bentuk
dari pantai, kedalaman air, konfogurasi dasar laut, lokasi bahaya di laut, pasang
surut, tempat komando navigasi, karakteristik magnetis bumi dsb. Selain itu, peta
laut analog dapat dijadikan sebagai dokumen kerja yang digunakan oleh pelaut
untuk kegiatan navigasi dalam penentuan jalur pelayaran yang aman dan tentunya
untuk pemilihan jalur yang efektif dan efesien agar anggaran biaya pelayarannya
tidak begitu mahal.

 Peta Laut Digital

Diartikan sebagai database standar yang meliputi konten, struktur, dan


format yang disajikan dalam bentuk digital, seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut.

Peta laut digital dapat digunakan sebagai navigasi modern di era digital ini dan
tentunya memberikan manfaat yang signifikan untuk navigasi maritim,
keselamatan, dan perdagangan. Peta laut digital tidak hanya sebagai grafis yang
ditampilan secara digital namun sistem grafisnya adalah kombinasi data geografis
dan tekstual sehingga dapat mempermudah penggunanya, misalnya dalam
memberikan perintah bantuan kemaritiman, positioning kapal, pemetaan
bawah/fitur laut, navigasi, mendeteksi bahaya yang tidak terlihat. Untuk saat ini
ENC adalah sistem navigasi real-time yang mengintegrasikan berbagai informasi
yang ditampilkan dan diinterpretasikan oleh Angkatan Laut yang merupakan bentuk
yang paling canggih dari sistem peta digital untuk kegiatan navigasi laut.

 Peta Laut Format Vektor

Atau sering disebut dengan ENC (Electronic Navigational Chart) adalah data vector
sesuai ketentuan IHO s-57 untuk struktur dan formatnya. ENC dikeluarkan dan
digunakan oleh ECDIS atas ijin pemerintah. ENC berisi semua informasi grafik ya ng
diperlukan untuk navigasi yang aman serta berisi informasi tambahan selain yang
terkandung dalam peta laut analog (misalnya, arah berlayar). Secara umum, S-57
ENC adalah kumpulan data struktural berlapis object-oriented yang dirancang
untuk berbagai aplikasi hidrografi. Sebagaimana didefinisikan dalam IHO S-57 Edisi
3, data terdiri dari serangkaian titik, garis, fitur, dan benda-benda.

 Peta Laut Format Raster

Disebut dengan Hydrography Chart Raster Format (HCRF) merupakan format yang
dikembangkan oleh UKHO dan digunakan oleh Admiralty Raster Chart Service
(ARCS) dan Asutralian HO Seafarer Chart Service. Peta laut raster memiliki standar
yang sama dengan akurasi dan presisi seperti peta laut analog yang saat ini dapat
dikombinasikan dengan Electronic Charting System (ECS).
 Perpaduan/Pengkombinasian Peta Laut

Pengkombinasian ini digunakan dalam kepentingan bisnis peta laut semua data
produknya di diskrit kartografi digital dan disajikan dalam bentuk vektor.
Kecanggihan kapasitas sistem komputer selama beberapa tahun terakhir telah
membuka alternatif transfer data dengan cepat melalui metode digital dengan
raster scanning dan kemudian menggunakan teknik penggabungan raster-vektor
yang sebelumnya didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai