Anda di halaman 1dari 18

BAB XI

SEJARAH PERUSAHAAN
Ralph W. Hidy

Sejarah perusahaan (Business History) dalam arti yang seluas-luasnya mncakup semua
aktivitas paa pengusaa di masa lampau, sebagai disiplin ilmu, seperti yang dikembangkan
oleh kaum sejarawan, mempunyai sifat-sifat yang khusus. Sejarah perusahaan pada dasarnya
berpijak pada suatu asumsi, dan yang menjadi asumsi utama iaah bahwa orang suka pada
suatu kebebasan berkehendak dan dengan demikian, putusan-putusan pribadinya
mempengaruhi jalannya kejadian-kejadian bersejarah. Dari sini timbul keyakinan bahwa
putusan-putusan yang diambil dengan tujuan untuk mendapat keuntungan itu sejak lama telah
membentuk arus perubahan ekonomi dan sosial di berbagai tempat di dunia ini.
Dalam sejarah perusahaan, perubahan dipandang bersifat terus-menerus dan saling
berhubungan, jumah yang tidak tetap, dan taka da akhirnya, tetapi selalu atas inisiatif
manusia. Sifat-sifat metodologis tertentu dari sejarah perusahaan berasal dariasumsi-asumsi
dan ide-ide tersebut. Sejarah perusahaan menekankan terutama pada elemen-elemen mikro
enomi di masa lampau, dan memusatkan perhatian terutama pada proses perubahan dan
sumber asal perubahan itu. Alat-alat yang digunakan leh sejarawan perusahaan yang
profesional tergantung dari tujuannya dan dari pendekatan terhadap pengusaha yang
dipilihnya.
Sejarah perusahaan melingkupi banyak bidang, menampung banyak perhatian dan
menarik sejumlah besar disiplin ilmu. Karenanya menarik para peneliti dari banyak bidang
seperti sejarah, ekonomi, dan berbagai disiplin ilmu lain, serta mereka yang mempunyai
keahlian-keahlian lainnya. Sejarawan yang professional mendapat keuntungan dan kerugian
dari bidangnya yang bersifat kabur batasannya ini. Mereka mendapat keuntungan terutama
dari para penyumbang luar di bidang teori perusahaan dan dirugikan tertutaa karena
identifikasi umum dari bidang mereka dengan sejarah perusahaan yang ditulis oleh para
amatir yang tidak mencapai sandart ilmiah. Hal ini dapat dikatakan sebagai harga kemajuan
sebab sejarah perusahaan telah berkembang dengan lambat sebagai suatu disiplin ilmu dan
baru-baru ini saja mulai memusatkan perhatian pada studi untuk administrasi perusahaan
melalui sejarah perusahaan.
Karena sejarawan perusahaan yang professional terutama terdapat di sekolah-sekolah
administrasi perusahaan, tidaklah mengherankan bahwa keanekaragaman pendekatan mereka
untuk penelitiandan pengajaran sebagian besar disebabkan oleh penerapan tugas mereka pada
1
lembaga-lembaga semacam itu. Penerapan-penerapan baru dari sejarah perusahaan telah
ditemukan karena kurikulum sekolah-sekolah perdagangan telah diperluas dari spesialisasi
yang fungsional ke pemikiran yang lebih luas seperti tanggung jawab pengusaha dalam
masyarakat dan tantangan daerah-daerah yang belum atau kurang berkembang terhadap usaha
swasta. Jadi, bidang sejarah perusahaan selalu dalam proses perubahan sejak pertama kali
diakui sebagai suatu disiplin ilmu.
1. Perkembangan Awal oleh Gras di Harvard
Sejarah perusahaan sebagai bidang penelitian dan pengajaran ilmiah dimulai di Graduate
School of Business Administration di Universitas Harvard. Dekan Wallace B. Donham
yakin bahwa sejarah yang ilmiah dari “suatu keadaan yang khusus dari para pengusaha di
masa lampau” sangat penting agar keadaan-keadaan itu dapat diperbandingkan dengan
pengertian pada keadaan masa kini (Redlich, 1962, hlm 61-62). Untuk memulai pengajaran,
penelitian dan penulisan hal itu, pada tahun 1927 Donham memilih N.S.B. Gras, seorang
sarjana yang telah menunjukkan perhatiannya pada peranan usaha dan usahawan dalam
sejarah.
Karena pendidikan dan pengalamannya, pada mulanya Gras menggambarakan sejarah
perusahaan dengan sangat luas. Dari pembacaannya mengenai sejarah social, politik, dan
ekonomi, ia mengumpulkan data, baik tentang lingkungan dimana usahawan beekrja
maupun keterangan tentang pembentukan dan evolusi peralatan dan lembaga-lembaga
perusahaan. Dengan kesadaran bahwa faktor lingkungan sampai batas tertentu telah
mempengaruhi para usahawan, dia menolak determinasi ekonomi. Gras yakin bahwa para
sarjana harus mempelajari dan menganalisa putusan-putusan orang yang tercermin dalam
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan praktek-praktek dari perusahaan dagang.
Setelah memulai program ini, faktor ekonomi dan factor-faktor lainnya mendorong Gras
untuk mengubah pendekatannya pada bidang study yang baru ini. Gras dan kelompoknya
meletakkan bentuk baru pada ilmu ini. Mereka dan juga lainnya menerbitkan hsil penelitian
mereka, baik dalam JEBH maupun bulletin. Kurang lebih dalam waktu 10 tahun, Gras telah
memperbaruhi konsep-konsepnya dan telah memberi cap khusus pada sejarah perusahaan.
Sebaliknya, dari pelaksanaan awal harapnanya untuk mempelajari dan menulis sejarah
perusahaan dalam kerangka kerja politik, social, dan ekonomi yang luas, setingkat demi
setingkat ia sampai pada gambaran suatu biidang yang lebih sempit. Dari statemen yang
demikian ini dari pokok-pokok buku yang diterbitkan, banyak peninjau menerima ide yang
sayangnya belum seluruhnya ditnggalkan bahwa bagi Gras sejarah perdagangan adalah tak
lain dari sejarah badan usaha.
2
2. Perluasan pendekatan-pendekatan yang menyusul
Para sejarahwan mulai memakai pendekatan-pendekatan yng beraneka ragam untuk
menggarap sejarah perusahaan. Pada umumnya beberapa orang dapat menerima ide Gras,
tetapi beberapa sarjana lain menanggapi pemikiran Gras dengan lebih kritis, eksplisit, dan
inplisit. Lainnya yakin bahwa definisi permasalahannya teralu sempit ; mereka pikir sejarah
perusahaan dan para pegusaha lebih dari hanya sejarah administrasi perusahaan dan bahwa
Gras memberikan perhatian yang terlalu sedikit pada motivasi-motivasi dan lingkungan para
usahawan. Hamper semuannya lebih tertarik untuk menganalisa aktifitas para usahawanatau
dalam mencari penjelasan tentang perubahan dalam dunia usaha daripada sejarah
kapitalisme saja.
A. Studi Tentang Kewiraswastaan
Sekelompok sarjana yang paling berpengaruh mencari pengertian tentang
perubahan dalam sejarah perusahaan melalui konsep kewiraswastaan. Arthur H. Cole
mengulas perubahan-perubahan historis dalam konsep itu pada idato kepresidenan di
depan the economic history association (1946). Setahun kemudian dalam sebuah kertas
kerja yang diajukan pada organisasi yang sama, Joseph A. Schumpeter berpendapat
bahwa pemikiran inovasi, wiraswasta yang kreatif adalah pendorong utama timbulnya
perubahan dalam business (1947). Keduannya bersama-sama mendorong pembentukan
Pusat Riset untuk sejarah wiraswasta di Harvard pada tahun 1948. Dalam jangka waktu
10 tahun Pusat Riset ini telah mambantu melatih sejumlah sejarawan muda dan
menerbitkan hasil diskusi dan riset dalam Explorations in Interpreunial History.
Beberapa orang menerima analisa Pusat Riset tentang sejarah perusahaan, baik
dalam konteks sosiologis yang luas maupun ekonomi bahkan banyak yang mencatat
dengn persetuujuan bahwa Cole mengartikan kewiraswastaan sebagai “aktifitas yang
penuh maksud (termasuk rangkaian putusan yang menyatu). Dari seseorang atau
sekelompok individu yang saling berhubungan, yng bermaksud untuk memulai,
memelihara atau memperbesar sebuah unit usaha yang bertujuan mencari untung dalam
usaha produksi atau distribusi barang dan jasa”.
Sebagian tambahan pada konsep-konsep, ide, dan informasi yang dikemukan
oleh kelompok-kelompok Gras dan Cole, para sejarawan perusahaan telah mencari alat-
alat bantu dan teknik-teknik dari disiplin ilmu lain. Di tahun 1950an dan 1960an, riset
terus berlangsung yang mencerminkan penyatuan semua pendekatan yang terdahulu
dalam artikel ini. Beberapa sarjana memusatkan perhatian pada pengusaha sebagai
individu dalam masyarakat (misalnya Nevins, 1953). Dalam beberapa hal, sejarah yang
3
ditulis oleh orang dalam mempunyai keistimewaan karena penelitiannya yang
menyeluruh dan analisanya yang luas.

B. Studi Tentang Perusahaan dan Industri


Sejak tahun 1950, para ilmuwan telah memeberi tambahan yang penting pada
daftar perusahaan dagang yang telah dipelajari secara terperinci. Beberapa perusahaan
dagang yang besar telah digambarkan secara ilmiah dan terperinci. Dalam ukuran yang
luas hal ini menunjukkan peningkatan luar biasa yang timbul dari penyatuan ide-ide
tersebut. Suatu hasil studi yang sangat istimewa tentang abad pertengahan yang paling
banyak diteliti yitu mengenai timbul dan tenggelamnya Bank Medici (de Roover, 1963).
Dalam sejarah tentang perusahaan dagang yang besar, beberapa orang mahasiswa telah
memusatkan perhatian mereka pada jawaban dan penyesuaian diri par pengusaha pada
lingkungan hidup yang selalu berubah. Sebuah studi yang istimewa dilakukan dalam
mempelajari strategi utama dalam ukuran yang global. Yang patut dicatat adalah analisa
kebijaksanaan dan pelaksanaannya di perusahaan.-perusahaan industri minyak
bumi,khususnya yang disponsori oleh Business History Foundatin.
Sejarah yang baru tentang perusahaan-perusahaan kereta api di Amerika
cenderung mencerminkan secara luas mereka itu sebagai perusahaan angkutan yang
beroperasi untuk mendapat keuntungan di suatu lingkungan yang sedang berubah dengan
cepat. Sejumlah sejarawan telah mencoba memeplajari sejarah industry secara
keseluruhan dimana akhir-akhir ini. Diantara yang sedikit ini misalnya tentan karet dan
penyulingan, keduanya dalam perekonomian Inggris, dan yang istimewa dalam
jangkauannya dan analisa ekonominya adalah tentang industry minyak bumi di Amka
Serikat, para penulis pada awal penelitan mempunyai sejumlah besar sejarah baik
tentang perusahaan-perusahaan dagang tentang studi khusus.
3. Kecenderungan Masa Kini
Jumlah sejarawan perusahaan yang memusatkan perhatian mereka pada apa yang
disebut “perusahaan dala sejarah” telah meningkat. Mereka berusaha memahami interaksi
antara para pengusaha dengan lembaga-lembaga usaha di satu pihak dan bagian-bagian yang
berpengaruh dan berhubungan dengan lingkungan di pihak lain. Yang menonjol dibagian ini
adalah studi mengenai hubungan-hubungan antara pemerintah dan dunia usaha, dengan baik
tercermin dalam banyak artikel di BHR (dan di lain-lainnya).
Studi perbandingan dalam sejarah perusahaan telah menjadi lebih umum pada tahun-
tahun terakhir ini, memberikan interpretasi-interpretasi yang baru dan berarti bgai para
4
sejarawan perusahaan. Yang patut dicatat dari studi-studi tentang masa awal industrialisasi
adalah sebuah monograf yang menajdi pionir tentang teknik manajemen dari pada
entrepreneur Inggris.
Belum ada satu pun sintesa sejarah perusahaan yang dapat diterima secara luas,
bahkan untuk Amerika Serikat, suatunegara dimana literature untuuk bidang ini sangat
banyak. Untuk kepastiannya, beberapa cerita tentang keberhasilan usaha nasional telah
dihasilkan dan beberapa masa dalam sejarah perusahaan telah dinilai secara obyektif. Di
samping meningkatnya secara cepat studi tentang sejarah perusahan dan tentang perdagangan
dalam sejarah, para sarjana masih melihat secara nyata kurangnya perhatian akan sejumlah
besar masalah-masalah pokok yang penting.
Kuliah-kuliah resmi tentang sejarah perusahaan telah dikembangkan secara lambat
tetapi tetap. Sampai pertengahan tahun 1960-an, lebih dari enampuluh buah universitas,
akademi, dan sekolah-sekolah tentang usaha di Amerika Serikat memuat daftar kuliah-kuliah
di bidang ini, tetapi perhatiannya terpusat pada masalah-masalah pokok yang menyangkut
sejarah perusahaan menjadi ciri umum yang tunggal, sedang isi dan penekannya sangat
berbeda.

5
BAB XII
SEJARAH INTELEKTUAL
Crane Brinton

Istilah “sejarah intelektual” telah mempunyai kedudukan yang cukup mantap di Amerika
Serikat, meskipun Guide to Historical Association tidak sering memakai istilah ini melainkan
lebih suka memakai “sejarah kebudayaan” (cultural history) atau “ide-ide sosial”. Namun, dii
dunia Barat istilah yang biasanya dipakai Ideengeschichte Histoire de la pansee, dan masih
banyak lagi istilah-istilah yang lain. Dalam arti yang seluas-luasnya, sejarah intelektual dapat
dikatakan mempunyai-sebagai pokok masalah-data apa saja yang ditinggalkan oleh aktivitas
fikiran-fikiran manusia. Bahan-bahan yang terpenting adalah karya para filsuf, seniman,
penulis, ilmiawan yang tercatat dalam karya-karya mereka dan dalam sejarah khusus dari
disiplin spesifik seperti : filsafat kesusastraan, agama, ilmu-ilmu pengetahuan, dan kesenian.
Akan tetapi, sejarah intelektual bukan saja suatu ringkasan atau sintesa dari data demikian ;
tetapi biasanya juga mencari kembali dan mengerti penyebaran karya pimpinan-pimpinan
kebudayaan ide-ide mereka pada masyarakat tertentu, dan sejarah intelektual juga mencoba
mengerti hubungan antara ide demikian pada suatu pihak dan lain pihak “kecenderungan”
dan kepentingan” serta faktor-faktor non intelektual pada umumnya, dalam sosiologi
perorangan dan masyarakat.
Meskipun demikian, sejarah intelektual tidak dapat diartikan sebagai semacam sejarah
utama. Sebagai bahan penelitian diambil dari hasil-hasil pemikiran ; dan sejarah intelektual
tidak dengan sendirinya menghabiskan permainan intelek dari sejarawan itu sendiri mengenai
bermacam-macam materi yang ditinggalkan masa lampau. Tetapi tentunya penulisan sejarah
meminta dari sejarawan sekurang-kurangnya perhatian minimal mengenai catatan pemikiran
manusia. Teristimewa dalam karya-karya modern seperti dalam bidang sejarah sosial dan
ekonomi ; suatu kesadaran tentang adanya peningkatan peranan ide-ide. Namun biasanya,
meskipun secara kasar, sejarah intelektual dapat dibatasi oleh kepentingan utamanya, lisan
dan tulisan, bahkan memakai suatu istilah yang masih diragukan dikalangan sejarawan yang
“berteori”.
Tipe-tipe sejarah intelektual
Tak mungkin mengadakan klasifikasi secara kasar macam-macam sejarah intelektual.
Kita akan mencoba mengadakan klasifikasi secara kasar kedalam tiga tipe, dengan
memberi peringatan seperlunya, bahwa setiap karya dapat menyentuh ketiga titik itu.
a. Pertama
6
Ada sejarah intelektual yang mencoba mengembangkan “fakta” tentang siapa
menulis apa dan bilamana, dalam bentuk apa dipublikasikan, dan pula tentang
fakta-fakta yang sama tentang apa yang dihasilkan dalam media budaya selain
dengan kata-kata khususnya bila mana media ini di peruntukan untuk propaganda.
Apa yang menarik perhatiannya dalam sejarah intelektual ialah terutama,
bagaimana karya-karya Greco Roman – manuskrip-manuskrip asli dapat tetap
disalin bahkan sering kembali ke kebudayaan Barat melalui terjemahan Arab dan
seterusnya melalui terjemahan latin di abad pertengahan. Kebanyakan penelitian
hampir-hampir tidak dapat dipisahkan dari studi persoalan-persoalan sosiologi
pengetahuan, dari pengaruh sederhana yang nyata dari A tehadap B sampai usaha-
usaha yang lebih rumit untuk menganalisa hubungan antara kata-kata dan
tindakan-tindakan. Tetapi perlakuan fakta adalah usaha pendahuluan yang esensial
dalam penulisan sejarah intelektual seperti bentuk penulisan sejarah lain.
b. Kedua
Ada lagi bentuk sejarah intelektual yang lebih sukar, juga lebih sibuk dengan
pengadaan dari pada menganalisa dan mensintesa fakta-fakta. Bentuk penelitian
ini di Amerika khususnya cenderung untuk memakai istilah “Sejarah Pemikiran”.
Disini kita berhubungan dengan apa yang dinamakan kartografi ide-ide. Sekolah-
sekolah yang dibentuk sekeliling Artur O. Lovejoy di John Hopkins memebri
suatu contoh yang baik. Lovejoy mengidentifisir sebagai “Cluster of Idea”, istilah
yang kompleks sangat umum seperti “alam”, “akal”, “romantis” karya Great
Chain of Being (1936) mendapat sejak dalam kebudayaan Barat. Salah satu
pengelompokan ide yaitu suatu hierarki dari unsur yang hidup, yang saling
berhubungan dari makhluk yang mempunyai rasa sampai makhluk yang hidup
tinggi dan paling baik perkembangannya. Lovejoy dan rekan-rekannya telah
menemukan enam puluh macam arti kata nature. Hal ini dapat diterapkan ppada
karya pemikir tertentu. Apa yang dimaksud sebenarnya oleh Hobbes, Locke,
Rousseau dengan “kontrak sosial”, atau apa yang diinginkan Nietzsche untuk
seorang “superman”, dan apa yang harus dilakukan. Untuk ini ada contoh yang
sangat jelas antara perbedaan efek dari kata “federalis” bilamana di pakai di
Perancis atau Amerika Serikat tahun 1793 atau ketika kata ini dipakai di New
England atau Virginia pada waktu yang sama.
Kedua bentuk sejarah Intelektualyang disebut pertama adalah esensial untuk yang
ketiga, yang merupakan pusat perhatian sejarah intelektual masa kini. Suatu contoh yang baik
7
meskipun sudah usang dari bentuk sejarah intelekual ini dimungkinakn oleh suatu debat tua
mengenai Pencerahan terhadap Revolusi Perancis (lihat Church, 1964). Suatu sudut yang
ekstrim diambil oleh Felic Rocqiuain dalam L’esprit Revolsionaire Avent la Revolution,
adalah keluhan yang sangat keras yang spesifik, yang sangat penting dalam menghasilkan
revolusi. Posisi Roquaian mempunyai arti untuk sejarawan-sejarawan intelektual, sebagai
suatu kemungkinan refleksi dari ide-ide Marxist dan merupakan refleksi dari
ketidakpercayaan politikus Perancis yang radikal tahun 1870 untuk suatu bentuk “idealisme”.
Metaphor dari Taine yang terkenal dalam karyanya Origines de la France
Contemporaine adalah ciri khasnya. Bila seorang laki-laki minum segelas dan
menghabiskannya dan kemudian jatuh mengeluarkan busa dari mulutnya yang sangat
menghebohkan, maka kita tahu bahwa ada racun dalam gelas; orang itu adalah seorang
Jacobin, dan gelas itu terisi dengan ide-ide yang filsuf. Semua dapat dipakai seperti apa yang
kita lakukan, metaphor dari sejarah intelektual sebagai “kartografi dan ide”. Akan tetapi,
pembuat peta tidak menilai, mengadakan evaluasi, kritik, ataupun memberi komentar
mengenai “terrestrial globe” yang sedang di petakannya.
Memakai sekali lagi bidang Pencerahan sebagai contoh, sejarawan intelektual tidak
hanya berbeda jauh dalam interpretasi tentang apa yang dimaksudkan pemikir politik abad ke
18. Contract Social karya Rosseau adalah salah satu titik yang baik untuk pusat problem
tersebut. Jacob T. Talmon dalam karyanya Rise of Totalitarian democracy berpendapat,
bahwa maksud Rosseau dengan karyanya itu adalah mengusahakan suatu kekuasaan yang
berdaulat yang kekuasaannya mutlak dan bahwa pengaruhnya terhadap aktifis politik seperti
Roberspiere dan Babuef adalah pasti untuk membenarkan arbitrasi mereka terhadap
“Totalitarisme Demokrasi”. Ernst Cassirer, ang karyanya Question of Jean-Jacqeues Rosseau,
diterjemahkan dari kata pendahulu yang sangat baik oleh Peter Gay, menganggap bahwa
Rosseau, menginginkan kemauan umum diwakili oleh suatu imperative moral yang di cita-
citakan.

8
BAB XIII
SEJARAH KEBUDAYAAN
Joseph H. Greenberg

Sejarah kebudayaan adalah bagian sejarah umum mengenai perkembangan historis


bangsa-bangsa yang belum mengenal tulisan, pada waktu sekarang dan masa lampau. Sejarah
kebudayaan hampir selalu dipelajari oleh para antropolog kebudayaan, jka dalam keterangan
ini termasuk ahli-ahli seperti para arkeolog linguistik. Definisi ini menunjukkan bahwa dalam
prinsip tidak ada perbedaan yang nyata antara sejrah seorang sejarawan professional dan
sejarawan kebudayaan. Tetepi jelas, bahwa perbedaan itu tidak dapat dipertahankan secara
prinsip. Seperti telah tercantum dalam buku-buku standar pedoman historiografi, tugas
penyelidikan historis menyertakan pemakaian segala macam bukti tentang masa lampau.
Tujuan sejarah kebudayaan sesungguhnya tidak berbeda dari tujuan sejarah
konvensional, terutama jika sejarah konvensional dipandang dari aspek yang sangat umum
dan tidak hanya sebagai sejarah politik, tetapi sebagai sejarah dari segala aspek kebudayaan.
Maka perbedaan-perbedaan antara sejarah kebudayaan dan sejarah konvensional adalah
perbedaan tingkatan bukan perbedaan jenis. Akan tetapi, dengan perkembangan penentuan
tanggal dengan metode radio aktif dan metode-metode lain yang tepat, pebedaan ini akan
cenderung dihapus.
1. Metodologi Umum
Semua penyelidikan historis dimulai dengan perkiraan-perkiraan (in ferences)
yang kerap kali sangat kompleks dibanding bukti-bukti yang ada pada waktu
sekarang. Hubungan antara bukti sendiri dan fakta dari mana bukti itu merupakan
bekas, adalah dua tipe logika yang utama, sebab dan akibat, seperti kalau sebuah
artefak diambil sebagai bukti dari aktifitas manusia yang membuatnya, atau
merupakan symbol atau penunjuk, seperti dalam laporan lisan (baik tertulis atau
lisan), dimana bukti merupakan uraian fakta itu.
Sebagai contoh, jika pada suatu ketika di masa lampau, satu bangsa meminjam
kultinasi sebuah tanaman yang menghasilkan makanan dari bangsa lain, mereka juga
mengoper variasi-variasi genetic yang dimanfaatkan oleh bangsa pemberi dan metode
penanaman yang sama atau semacamnya. Mereka dapat meminjam nama tanaman itu
sendiri atau terminology lain yang ada hubungannya dengan kultifasinya itu. Jadi data
mengenai suatu macam genetic yang khusus dari sebuah tanaman adalah penting
mengingat keseluruhan macam-macam distribusi geografisnya dan sejarah genetic
9
yang direkonstruksi dari jenis-jenis sendiri itu dalam hubungan dengan bentuk asal
yang liar. Metode-metode pertanian adalah bagian dari suatu bahasa dan harus dinilai
dari segi adanya atau tidak adanya dalam bahasa-bahasa yang serumpun, berasal dari
suatu klasifikaasi linguistic sendiri yang didasarkan atas bukti linguistic.
2. Metode Khusus
Bukti lisan. Semua bukti lisan mempunyai nilai sebagai sumber uraian-uraian
menurut tata cara linguistic oleh pengamat kejadian, atau kejadian-kejadian asli.
Perbedaan antara sumber tertulis dan sumber lisan berasal dari cara transmisi
selanjutnya. Keuntungan bagi penulisan, karena semi permanen, adalah akan
mengalami lebih sedikit reproduksi dan akan sedikit berubah selama reproduksi-
reproduksi itu. sumber literer kerap kali berisi laporan yang pada suatu ketika dicatat
dari tradisi lisan, demikian, bahwa laporan itu diteruskan secara lisan pada awal
riwayatnya dan dengan penulisannya kemudian. Sebaliknya terjadi pula, bila
formulasi literer menjadi pokok transmisi cerita rakyat. Para ahli antropolgi
mengambil sebagai titik tolak, pemikiran mengenai bangsa-bangsa primitive sebagai
bangsa tanpa sejarah tertulis, tetapi mulai tahun 1850 menjadi nyata, bahwa luasnya
dan mutunya sumber eksteren dan dalam beberapa hal (Afrika Barat).
Persoalan=persoalan tuntutan tanah oleh orang Indian di Amerika Serikat membuka
jalan untuk mengadakan jalan untuk mengadakan riset dokumentasi mengenai
pendudukan tanah dan pola-pola pemakaiannya dalam periode pribumi.
Sumber utama lain dari laporan lisan adalah tradisi lisan dan yang termasuk
disini tidak hanya cerita sejarah yang diteruskan secara lisan, tetapi juga macam-
macam bahan lisanyang mengandung informasi sejaarah, misalnya pribahasa dan
puisi epis. Tradisi lisan harus dipakai secara kritis, dan memang memerlukan sebuah
metodologi yang dalam prinsip sangat menyerupai prinsip untuk diwajibkan untuk
studi sumber dokumentasi. Tradisi lisan telah diterbitkan tanpa indikasi orang, tempat,
atau tanggal, dari mana mereka berasal, dari fakta-fakta, dan tanpa versi yang
berbeda. Ukuran waktu dan ketepatan kronologis dari tradisi lisan sesungguhnya
terbatas, tetapi dengan keterbatasan ini dapat memberikan informasi yang penting dan
dapat dipercaya, apabila diperlukan dengan kritis.

10
BAB XIV
SEJARAH ETNIS
A. Pengertian Sejarah Etnis
Sejarah etnis atau ethnohistory adalah peneilitian sejarah mengenai bangsa-bangsa
bukan Eropa yang digunakan oleh beberapa sarjana Amerika Utara seperti ahli antropologi
budaya, ahli arkeologi dan sejarawan untuk menjelaskan tulisan-tulisan dan penelitian
mereka mengenai suku-suku pribumi di Dunia Baru (Amerika). Antropologi merupakan ilmu
yang mempelajari umat manusia dari segi keanekaragaman fisik dan kebudayaan yang
dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Penelitian
ini menggunakan bahan-bahan lisan dan arkeologi serta kerangka konseptusl serta
pengertian-pengertian ilmu antropologi sosial dan budaya, untuk mereknstruksi sejarah
susku-suku pribumi sebelum dan sesudah ada hubungan dengan bangsa Eropa.
Etnohistorian menyatukan sumber-sumber sejarah mereka dengan kerja lapangan
etnografis di kalangan masyarakat yang masa lampaunya sedang direkronstruksi. Dengan
tujuan menyajikan sejarah secara utuh yang memperhitungkan mengenai sistem sosial dan
nilai-nilai budaya bangsa pribumi. Jadi, sejarawan etnis (ethnohistorian) dari Amerika Utara
sangat memperhatikan lokasi dan migrasi suku-suku Indian, perubahan kebudayaan dalam
menghadapi lingkungan baru, sejarah demografis, hubungan-hubngan sebenarnya antara
berbagai suku dengan orang-orang Eropa da pengaruh berbagai kegiatan seperti perdagangan
kulit dan peperangan atas orang-orang India Amerika. Pendekatan dan persoalan karakteristik
sejarah etnis tergantung dari sifat masyarakat pribumi yang sedang diselidiki pada masa, tipe
dan lama waktu dominasi Eropa, bahan-bahan dokumentasi yang ada dan orientasi teoritis
dari para ahli antropologi yang telah menyelidiki daerah tersebut.
Hubungan seorang antropolog dengan sejarawan yaitu antropologi dan ilmu sejarah
sangat berkaitan satu sama lain. Antropolog menyumbangkan banyak teori untuk ilmu sejarah
terutama pada konsep mengenai simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi
kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris. Sementara itu, sejarawan pun
menyumbangkan kritiknya terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial, permasalahan sejarah yang
juga bisa dikaji oleh ilmu sosial lain, dan diakronis. Jadi, Antropolog dan sejarawan memiliki
keterkaitan dan saling mendukung satu sama lainnya
Sejarah etnis berbeda dalam beberapa segi dari karya-karya para sejarawan kolonial
yang konvensional. Sejarawan etnis biasanya memiliki pengalaman lapangan daerah tersebut,
sehingga lebih mendalami interpretasinya mengenai bahan dari beberapa dokumen-dokumen.

11
Para sejarawan etnis cenderung berpikir dalam kerangka sistematis dan fungsional serta tidak
dalam kerangka kebetulan dan keadaan-keadaan tertentu.sejarawan etnis mencoba memakai
pengetahuan umumnya mengenai organisasi-organisasi budaya dan sosial serta
merekonstruksikan kesatuan-kesatuannya dalam konsep tersebut yaitu ssebagai sebagian
“masyarakat berdsarkan clan”, “masyarakat petani”, dan “masyarakat patrimonial”.
Ethnohistorian mencoba melihat peristiwa-peristiwa sejarah dari sudut pribumi dan tidak dari
sudut penguasa Barat, juga bila dia menggunakan bahan-bahan dokumen pegawai Eropa. Dia
lebih tertarik pada pengaruh kebijakasanaan kolonial dan prakteknya daripada sebab-
musabab di negara induk yang menghasilkan kebijaksanaan tersebut.
1. Sejarah Pendekatan Sistematis
Para sejarawan yang banyak menggunakan bahan-bahan sejarah dalam
memperkembangkan ilmu perbandingan sosal dan kebudayaan adalah antara lain Voltaire,
Gustav Klemm, Sir Henry Maine, J.E. McLennan, J.J. Bachofen, N.D. Fustel de Caulanges,
L.H. Morgan, dan E.B. Tylor. Para ahli antropologi ini menggunakan keterangan-keterangan
mengenai peradaban-peradaban kuno seperti India (Hindu), Eropa-Barbar, lembaga-lembagas
abad pertengahan dan kisah-kisah para misionaris dan kisah-kisah perjalanan dar syrakat-
masyarakat primitif. Dalam rekronstruksi mereka yang bersifat luas dan spekulatif mengenai
sejarah umat manusia, mereka menemukan dan mengkategorkan beberapa aspek pokok dari
masrakat primitif dan petani. Yang lebih ditekankan oleh mereka disini adalah bagaimana
merekan menunjukkan bahan dokumendokumen dengan dijelaskan oleh teori-teori
perbandingan dapat dipakai untuk mengerti beberapa tahap tertentu dari perubahan sosial dan
budaya.
Para sarjana Amerika yang beraliran Distributions atau Historical School berdiri atas
usaha untuk menemukan elemen kebudayaan dan masyarakat daari “kebudayaan lisan”
melalui anggota-anggota tua suku Indian yang masih hidup. Benda-benda atau sifat-sifat
sosial dan budaya tersebut, benda-benda dari kebudayaan material, dan data linguistik
diselidiki secara geografis dalam usaha melihat hubungan-hubungan sejarah atau kronologi
antara suku-suku. Contoh tipikal pendekatan ini adalah Sapir Time persprective in Aboriginal
American Culture. Namun para ahli antropologi berlainan dengan ahli etnologi, mereka
hanya mementingkan perkembangan generalisasi dari struktur masyarakat yang diperoleh
dari studi perbandingan masyarakat primitif tanpa melihat sejarah masing-masing studi
sinkronis yang harus dibedakan dari studi diakronis atau dari studi masyarakat yang berubah
sepanjang zaman, sebab yang terkahir ini hanya menjelaskan keunikan mereka.

12
Beberapa contoh yang pertama bersifat dengan jelas dan secra sistematis bersifat karya,
etnohistoris diterbitkan oleh Smithsonian Institute dalam tahun 1940 dan sangat sesuai sekali
nila kumpulan karangan tersebut didedikasikan pada Swanton yang dala studinya mengenai
suku-suku Indian di Amerika Tenggara. William Fenton menggunakan dokumen-dokumen
abad ke-17 dan 18 untuk melacak tempat tinggal suku-suku Iriqouis (1940). Wlliam Duncan
Strong menunjukkan bahwa bahan-bahan dari dokumen yang dipergunakan dengan data-data
arkeologis dapat memberikan riwayat sepanjang zaman mengenai lokasi-lokasi tertentu.
(1940). Penelitia Julian Steward mengenai masyarakat –masyarakat Great Basin menyatukan
ekologi, sejarah, arkeologi dan etnografi serta menghasilkan berbagai pengertian mengenai
berbagai proses struktural dan budaya (1940). Ketiga penelitian ini menunjukkan pendekatan
etnohistoris yang akan diresmikan tahun 1950-an.
Disamping proses perkembangan interen, para sejarawan etnis menunjukkan bahwa
sudah ada pengaruh tak langsung dari luar. Umpamanya orang-orang Eropa dan Arab sudah
berpengaruh pada masyarakat pribumi dan kebudayaan mereka sebelum didomonasi Eropa.
Perubahan besar terjadi karena perdagangan budak di Afrika Barat dan Timur, perdaganagan
melwati Sahra dan perdagangan gading di Afrika Timur dan Tengah. Perdaganagan kulit di
Amerika Utara menyebbabkan perng besar-besaran antar suku sehingga mengubah cara hidup
suku-suku yang tinggal diperbatasan itu.

2. Sumber dan Metode


a. Dokumen Tertulis
Dalam penggunaan dokumen-dokumen, sejarawan biasanya dapat menggunakan
beberapa dokumen resmi tertentu seperti dokumen-dokumen perpajakan, survei tanah dan
dokumen-dokumen dari berbagai proses pengadilan. Biasanya dokumen ini memberikan
data terbaik karena dokumen ini tidak disaring sebelumnya oleh birokrat, maka sejarawan
etnis harus mengerti untuk memahami berbagai interpretasi yang diberikan pada
dokumen-dokumen resmi dan tidak resmi dan pada keterangan politik dari data lain.
Sejarawan etnis harus mengerti struktur administrasi kolonial dan mnegetahui keterlibtana
para pejabat yang menulis dokumen-dokumen tersebut.
Di daerah-daerah seperti Uganda, emirat-emirat Nigeria Utara dan negeri-negeri
Malaya di mana orang-orang Eropa memerintahs secara tidak langsung dn mencoba
memelihara sistem-sistem politik pribumi, dokumen-dokumen dihasilkan oleh orang-
orang dri masyarakat pribumi sendiri. Perkembangan politik dan sosal dapat diteliti
melalui pandangan-pandangan orang-orang pribumi.
13
b. Tradisi Lisan
Tradisi lisan meliputi berbagai macam soal dan terdapat dalam berbagai bentuk.
Masyarakat dengan lembaga-lembaga politik senral dan negara-negara penjajah sering
menghasilkan sejarah lisan yang baik dan sering ada ahli-ahli yang bertugas merekam dan
mewariskan tradisi tersebut. Dalam penggunaan bentuk-bentu itu dari tradisi lisan, sudah
jelas bahwa orang harus sangat hati-hati, karena sejarah tersebut mencerminkan juga
struktur-struktur sosial dan politik, hari kini dan tidak saja pada masa lampau.
Sejarah lisan mencerminkan kesatuan-kesatuan sosial dalam masyarakat desa-desa
dan kesatuan-kesatuan garis keturunan memeiliki cerita-cerita mengenai masa lampau
yang secara khusus berfugsi untuk menghubungkan golongan yang satu dengan yang
lainnya, dan yang mengoreksi berbagai versi lokal dan mendukung hubungan-hubungan
tersebut. Hubungan antara tradisi lisan dan struktur politik knontemporer tidak saja
berguna untuk menilai masa lampau seperti tercantum dalam tradisi lisan akan tetapi juga
keadaan politik yang sebenarnya pada waktu tradisi lisan tersebut dicatat.
c. Kerangka Kerja
Kerja lapangan adalah mutlak bagi sejarawan etnis. Kerja lapangan adalah bagian
besar dari latihan sejarawan etnis, melalui kerja lapangan dia mengembangkan kepekaan
mengenai struktur masayrakat yang sukar diperoleh melalui studi bukti-bukti dokumen
saja. Ide-ide mengenai hubungan dari proses sejarahdapat diuji di lapangan di mana
berbagai aspek masyarakat dan kebudayaan masih hidup.

BAB XV
RETORIKA SEJARAH
1. Pengertian Retorika
Persepsi adalah proses yang terintegrasi dalam individu, yang terjadi sebagai reaksi
atas stimulus yang diterimanya (bersifat individual). Sebuah konsensus (kesamaan persepsi
kolektif pada satu isu tertentu) yang tercapai melalui diskusi sosial akan menimbulkan opini
publik. Sedangkan pada diri individu sendiri, opini bisa bersifat laten atau manifes. Opini
yang bersifat laten disebut sikap. Sikap adalah suatu predisposisi terhadap sesuatu obyek,
yang didalamnya termasuk sistem kepercayaan, perasaan, dan kecenderungan perilaku
terhadap obyek tersebut. Sikap bisa dipelajari, bersifat stabil, melibatkan aspek kognisi dan
afeksi, dan menunjukkan kecenderungan perilaku.

14
Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric” dan bersumber dari perkataan Latin
“rhetorica” yang berarti ilmu bicara. Retorika sebagai suatu ilmu memiliki sifat-sifat rasional,
empiris, umum, dan akumulatif (Haryono dalam Susanto, 1988:73-74). Menurut saya,
rasional disini adalah suatu hal yang disampaikan pembicara harus sistematis, berurutan dan
masuk akal. Empiris yaitu disajikannya fakta-fakta yang dapat dirasakan panca indera.
Umum adalah kebenaran yang tidak bersifat rahasia, sehingga bisa diketahui oleh khalayak
ramai. Sedangkan akumulatif adalah perkembangan dari ilmu yang sudah ada sebelumnya.
Dimana ilmu itu terus dikembangkan dan disempurnakan sebaik mungkin.

Public speaking atau retorika adalah suatu komunikasi tempat komunikator berhadapan
langsung dengan publik. Retorika mempunyi tujuan untuk mempengaruhi audiens serta
retorika adalh suatu bentuk komunikasi langsung dengan massa.

Dalam buku Theories of Human Communication karangan Little John, dikatakan


bahwa studi retorika sesungguhnya adalah bagian dari disiplin ilmu komunikasi. Mengapa?
karena di dalam retorika terdapat penggunaan simbol-simbol yang dilakukan oleh manusia.
Karena itu Retorika berhubungan erat dengan komunikasi Persuasi. Sehingga dikatakan
retorika adalah suatu seni dari mengkonstruksikan argumen dan pembuatan pidato. Little
John mengatakan re torika adalah ” adjusting ideas to people and people to ideas” (Little
John, 2004,p.50)

Selanjutnya dikatakan bahwa Retorika adalah seni untuk berbicara baik, yang
dipergunakan dalam pros s komunikasi antarmanusia (Hendrikus, 1991,p.14) Sedangkan oleh
sejarawan dan negarawan George Kennedy mendefinisikan re torika sebagai …” the energy
inherent in emotion and thought, transmitted through a system of signs, including language
to other to influence their decisions or actions” (dikutip dalam Puspa, 2005:p.10) atau kalau
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Retorika adalah…”suatu energi yang inheren
dengan emosi dan pemikiran, yang dipancarkan melalui sebuah sistem dari tanda-tanda,
termasuk didalamnya bahsa yang ditujukan pada orang lain untuk mempengaruhi pendapat
mereka atau aksi mereka”

Pengertian retorika dewasa ini mencakup beberapa hal, yaitu prinsip komposisi yang
efektif dan persuasif orator. Hal ini harus diperhatikan bagi seorang orator agar dapat bekerja
secara efisien dan efektif. Serta prinsip komposisi prosa yaitu ajaran teoritis mengenai seni
ditambah dengan cara-cara yang dipergunakan dalam prosa. Jadi, retorika adalah suatu

15
bentuk seni berbicara efektif dan efisien untuk berkomunikasi maupun dalam usaha mencapai
tujuan.

2. Sejarah Retorika

Sejarah Retorika dimulai pada tahun 467 sebelum Masehi, Korax seorang Yunani dan
muridnya Teisios (keduanya berasal dari Syrakuse –Sisilia) menerbitkan sebuah buku yang
pertama tentang Retorika. Tetapi retorika sebagai seni dan kepandaian berbicara, sudah ada
dalam sejarah jauh lebih dahulu. Misalnya dalam kesusteraan Yunani kuno, Homerus dalam
Ilias dan Odyssee menulis pidato yang panjang. Juga bangsa-bangsa seperti Mesir, India dan
Cina sudah mengembangkan seni berbicara jauh hari sebelumnya.

Plato, menjadikan Gorgias dan Socrates sebagai contoh retorika yang benar, atau re
torika yang berdasarkan pada Sophisme dan re torika yang berdasar pada filsafat. Sophisme
mengajarkan kebenaran yang relatif. Filsafat membawa orang kepada pengetahuan yang
sejati. Ketika merumuskan retorika yang benar-benar membawa orang pada hakikat – Plato
membahas organisasi gaya, dan penyampaian pesan. Dalam karyanya, Dialog, Plato
menganjurkan para pembicara untuk menganal ”jiwa” pendengarnya. Dengan demikian,
Plato meletakkan dasar-dasar re torika ilmiah dan psikologi khalayak. Ia te lah mengubah re
torika sebagai sekumpulan teknik (sophisme ) menjadi sebuah wacana ilmiah.

3. Lima Hukum Retorika (the Five Canons of Rhetoric).

Aristoteles, murid Plato yang paling cerdas melanjutkan kajian retorika ilmiah. Ia
menulis tiga jilid buku yang be rjudul De Arte Rhetorica. Dari Aristoteles dan ahli retorika
klasik, kita memperoleh lima tahap penyusunan pidato : terkenal sebagai Lima Hukum
Retorika (the Five Canons of Rhetoric), yakni :

a. Inventio (penemuan)

Pada tahap ini, pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui
metode persuasi yang paling tepat. Bagi Aristoteles, retorika tidak lain dari kemampuan
untuk menentukan, dalam kejadian tertentu dan situasi te rtentu, metode persuasi yang ada”.
Dalam tahap ini juga, pembicara merumuskan tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen)
yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.

16
b. Dispositio (penyusunan).
Pada tahap ini, pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan.
Aristoteles menyebutnya Taxis yang berarti pembagian. Pesan harus dibagi ke dalam
beberapa bagian yang berkaitan secara logis. Susunan berikut ini mengikuti kebiasaan
berpikir manusia : pengantar, pernyataan, argumen, dan epilog. Menurut Aristoteles,
pengantar berfungsi menarik perhatian, menumbuhkan kredibilitas (ethos), dan menjelaskan
tujuan
c. Elocutio (gaya).

Pada tahap ini pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat
untuk “mengemas”pesannya. Aristoteles mengatakan agar menggunakan bahasa yang tepat,
benar dan dapat dite rima, pilih kata-kata yang jelas dan langsung, sampaikan kalimat yang
indah, mulia, dan hidup, dan sesuaikan bahasa dengan pesan, khalayak dan pembicara.

d. Memoria (memori)
Pada tahap ini pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya, dengan
mengatur bahan-bahan pembicaraannya. Aristote le s menyarankan “jembatan keledai” untuk
memudahkan ingatan.
e. Pronuntiatio (penyampaian)
Pada tahap ini, pembicara menyampaikan pesannya secara lisan. Disini akting sangat
berperan. Pembicara harus memperhatikan suara (vocis) dan gerakan-gerakan anggota badan.
(ge stus moderatio cum venustate )

Rhetorical Analysis Aristoteles menyebut bahwa ada tiga cara untuk mempengaruhi
manusia. Pertama, pembicara harus sanggup menunjukkan kepada khalayak bahwa ia
memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat
(ethos). Kedua, pembicara harus menyentuh hati khalayak, perasaan, emosi, harapan,
kebencian, dan kasih sayang mereka (pathos) yang kemudian oleh para ahli retorika modern
disebut sebagai imbauan emosional atau emostional appeals. Ketiga, pembicara meyakinkan
pendengar/khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai bukti. Disini
pendekatan yang dipakai adalah melalui otak dari khalayak (logos). Selain ketiga hal tadi,
Aristoteles juga menyebutkan dua hal lain yang efektif untuk mempengaruhi pendengar.
Yakni Entimem (enthymeme) dan Contoh (example ) (Griffin, 2006 : p, 321). Entimem
adalah berasal dari bahasa Yunani : “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran. Ini

17
adalah sejenis sylogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah,
tetapi untuk menimbulkan keyakinan.

Dalam bukunya, Em Griffin mengatakan Enthymeme as “the strongest of the proofs”.


Disebut tidak lengkap karena sebagian premis dihilangkan. Selain entimem, Contoh adalah
cara lainnya. Disampaikan dengan mengemukakan beberapa contoh. Secara induktif
pembicara membuat kesimpulan umum.

Kajian mengenai retorika menjadi penting dalam kajian mengenai public re lations
karena menurut para ilmuwan, Retorika kegiatan Public Relations sarat dengan apa yang
disebut oleh Heath (1992) sebagai “Perilakuperilaku simbolik yang bertujuan atau bisa
digunakan untuk berbagi dan mengevaluasi informasi, membentuk keyakinan, serta
membangun normanorma untuk aksi kolektif yang terkoordinasi.

Penelitian-penelitian Retorika di bidang Public Relations banyak mengilustrasikan


bagaimana “symbolic strate gy” ini te lah banyak dimanfaatkan te rutama untuk hal-hal yang
berkaitan dengan “corporate advocacy” dan “issues management”. Penelitian-penelitian yang
dilakukan oleh Crable dan Vibbert (1985), Vibbert (1987) dan Heath dan nelson (1986)
membuktikan bahwa “issues can be created by institutional rhetors, and that through the use
of symbolic strategies, communication can influence the public policy debate

18

Anda mungkin juga menyukai