DISUSUN OLEH
1. MIHATUL HASANAH
2. SARI HARTINI
Cover ............................................................................................................ 1
Daftar Isi ...................................................................................................... 2
BAB I Konsep teori medis ........................................................................... 4
1.1. ........................................................................................................... 4
1.2. ........................................................................................................... 5
BAB II Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................... 6
1. DEFINISI
Afiksia adalah perubahan patologis yang disebabkan oleh kurangnya oksigen
dalam udara pernafasan, yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia ( Dorland,2002).
Sedangakn asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. ( Subianto,2009).
2. ETIOLOGI
Factor penyebab terjadinya asfiksia neonatrum menurut ( ) adalah sebagai berikut:
1. Faktor- factor dari pihak janin seperti:
a. Gangguan aliran darah dalam tali pusar karena tekanan tali pusat.
b. Defresi pernafasan karena obat-obatan anastesi analgetik yang diberikan kepada
ibu, pendarahan intra karanial, dan kelaian bawaan ( hernia daiafragmatika,
atresia saluran pernafasan, hipoplasia paru-paru dll).
2 . Faktor- factor dari pihak ibu
a. Hipotensi mendadak paa Ibu karena pendarahan misalnya pada placenta previa
b. Hipertensi pada eklanpsia
c. Gangguan mendadak pada plasenta
3 . Faktor Neonatus
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun.
Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki
periode apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas kembali secara teratur maka bayi
mengalami asfiksia ringan.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob yaitu glikolisis glikogen tubuh
yang sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik karena gangguan metabolisme asam
basa, Biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia sedang - berat, tekanan darah bayi juga mulai
menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan
darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara
alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.
Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala
sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan/ persalinan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian O2 tidak dimulai segera. Kerusakan dan
gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.
Keterangan :
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.
PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan factor lain : anestesi,
Resiko Infeksi
Janin kekurangan O2 paru-paru terisi cairan
Nafas cepat
Ketidak
efektifan
pola nafas
Kerusakan otak,perdarahan
Kejang,
Gangguan metabolisme
basa
DJJ & TD
Hipovolemia Asidosi respiratorik
Resiko Gangguan
ketidakefektifan Pertukaran gas
Intoleransi perfusi jaringan otak
Aktifitas
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosisa asfiksia
pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2005), yaitu:
1. Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit. Selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak
teratur, hal ini merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium Dalam Air Ketuban
Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus
menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala
dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.
3. Pemeriksaan Darah Janin
Alat yang digunakan : amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan
kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7.2,
hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan
tanda-tanda gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu
diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut jika terdapat asfiksia, tingkatnya
perlu dikenal untuk dapat melakukan resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan
cara penilaian menurut APGAR.
4. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr
dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit.
5. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-
antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan asfiksia neonatorum adalah resusitasi neonatus atau bayi. Semua bayi
dengan depresi pernafasan harus mendapat resusitasi yang adekuat. Bila bayi kemudian
terdiagnosa sebagai asfiksia neonatorum, maka tindakan medis lanjutan yang komprehensif.
Tindakan resusitasi neonatorum akan dipastikan sendiri kemudian, namun pada intinya
penatalaksanaan terhadap asfiksia neonatorum adalah berupa :
Tindakan Umum:
Penilaian secara apgar ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan mortalitas bayi
baru lahir. Patokan klinik yang dinilai adalah
Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian secara apgar terhadap pada tabel dibawah ini (
Sofyan, 2001).
Nilai apgar ini biasanya dimulai satu menit setelah bayi lahir lengkap dan bayi telah diberi
lingkungan yang baik serta pengisapan lendir telah dilakukan dengan sempurna. Nilai apgar
semenit pertama ini baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Mulai
apgar berikutnya dimulai lima menit setelah bayi lahir dan ini berkolerasi erat dengan
kematian dan kesakitan meonatus. Dalam menghadapi bayi dalam asfiksia berat, dianjurkan
untuk menilai secara tepat, yaitu :
1. Menghitung frekuensi jantung dengan cara meraba hipisternum atau arteri tali pusat dan
menentukan apakah jumlah lebih atau kurang dari 100x/ mnt
2. Menilai tonus otot baik/buruk
3. Melihat warna kulit
Atas dasar penilaian klinis di atas, asfiksia pada bayi baru lahir dapat dibagi dalam :
B. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku/bangsa, tanggal mrs, tanggal
pengkajian, ruangan, diagnosa medis no. rekam medik)
b. Identitas penanggung jawab (nama orang tua, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
umur)
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan utama
Kesulitan bernafas akibat bersihan jalan nafas atau hipoksia janin akibat otot
pernapasan yang kurang optimal, RR >60 x/mnt, nafas mengap-mengap, warna kulit
sianotik
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 )
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung,usaha nafas, tonus otot
dan reflek)
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi
4. Pengkajian spesifik
Gradasi Hipoksi Iskemia Ensepalopati pada bayi
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Airway Management
1. Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
6. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
7. Auskultasi suara napas, catat
adanya suaran tambahan
8. Lakukan suction mayo
9. Berikan bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab udara
kassa basah NaCl lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan bangan
12. Monitor respirasi dan status
O2
1. B
u
k
a
j
a
l
a
m
n
a
p
a
s
,
g
u
n
a
k
a
n
t
e
k
n
i
k
c
h
i
n
l
i
f
t
a
t
a
u
j
a
w
p
e
r
l
u
2. B
u
k
a
j
a
l
a
n
D. Implementasi
b. Mengobervasi RR
a. Mengobservasi RR
e. Melakukan suction
4. Hipotermia
3. Memberikan antipiretik
DAFTAR PUSTAKA