Sesak Nafas
Step 1
1. Sesak nafas : kondisi sulit napas, suplai O2 tidak sebanding yang dibutuhkan
2. Pitting edema : edema yang saat ditekan, cekungannya bertahan beberapa waktu
3. Gallop : kelainan bunyi jantung (3), lambat pengisian darah saat diastolik
4. JVP : suatu pemeriksaan fisik, untuk mengukur batas antara vena jugularis
dengan sternum menggunakan 2 penggaris. Melihat tekanan
diatrium dextra. Posisi pasien 45o kondisi rileks
5. Obat diuretik : obat yang berfungsi untuk membuang kelebihan air
6. CTR : cardio thoracic Ratio, untuk melihat perbandingan rongga dada
Dilihat ukuran janatung dari rontgen normal nya < 50%
7. Rontgen : untuk melihat orang yang akan diperiksa menggunakan radiasi
untuk mengambil bagian tubuh belakang
Step 2
1
Step 3
1. -Diabetes melitus
-Hipertensi
-Dislipidemia
-Obesitas
-Rokok
-Riwayat gangguam jantung
-Usia
-Jenis kelamin
2. -Sesak nafas terus menerus saat istirahat
-Sering sesak saat naik tangga
-Bengkak 2 tungkai
-Dispneu
-Gangguan nafas saat perpindahan posisi
3. Hipertensi
- Primer : tidak tentu sebab nya
- Sekunder : stress ysng memicu saraf simpatis
- Renal : natrium berlebih, retensi urin
- Vascular : dari kelenturan endotel
- Hormon : angiotensin, aldosteron
4. Anamnesis :
- Sesak nafas pada malam hari
- Sesak nafas pada saat perubahan posisi
- Sesak nafas pada saat aktivitas
Pemeriksaan fisik :
- Peningkatan tekanan vena jugularis
- Peningkatan frekuensi nafas
- Gallop
- Peningkatan tekanan darah
- Nadi 110x/menit
- CTR > 50%
2
Pemeriksaan penunjang
- X-ray thoraks
- Rontgen
5. Penatalaksanaan
Non farmakologi
- Diet : kurangi konsumsi garam
- Merokok harus dihentikan
- Istirahat yang cukup
Farmakologi
Step 4
1. Faktor resiko
- Hipertensi : peningkatan tekanan ventrikel kiri (hipertrofi) menyebabkan sesak
Nafas
- Aktivitas Fisik menurun : HDL menurun, obesitas terjadi aterosklerosis
Menyebabkan keluhan pada pasien
- Jenis kelamin : laki-laki lebih berisiko
- Gagal jantung : terjadi penyempitan arteri coroner sehingga aliran darah yang
bawa O2 tidak hancur
- Diabetes melitus : karena viskositas darah meningkat dan resistensi insulin
Menyebabkan sesak nafas
2. - Ventrikel kiri bisa menampung 1000 ml dan paru 50 ml
Vena cava superior inferior cabang dari vena jugularis sehingga meningkatkan tekanan
darah
3. Hipertensi dicetuskan dari perifer
Diabetes melitus menyebabkan aliran darah lambat sehingga tekanan cardiac out put
menurun
3
4. Mayor :
- Sesak nafas pada malam hari
- Distensi vena-vena leher
- Ronki basah halus
- Gallop (S3)
- Kardiomegali
- Peningkatab tekanan vena jugularis
- Ortopneu
Minor
- Edema ekstremitas
- Batuk pada malam hari
- Efusi pleura
- Hepatomegali
- Dispneu d’effort
5. Diuretik
- Tiazid (hidroklorotiazid)
- Hemat kalium (spironolacton)
- Loop diuretik (furosemid)
6. Komplikasi
Syok kardigenik
Gangguan keseimbangan elektrolit
MIND MAP
Patofisiologi
Etiologi
Penegakan
Farmako Non
Diagnosis Farmako
4
Komplikasi
Step 5
Step 6
Belajar Mandiri.
Step 7
Gagal jantung dapat didefinisikan sebagai sindrom klinik yang ditandai dengan seesak nafas
dan kelelahan yang disebabkan oleh kelainan struktur dan gangguan fungsi jantung yang
menyebabkan kegagalan jantung untuk memberikan suplai darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan.
Perubahan struktur atau fungsi dari ventrikel kiri dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya
gagal jantung pada seorang pasien, meskipun etiologi gagal jantung pada pasien tanpa
penurunan Ejection Fraction (EF) berbeda dari gagal jantung dengan penurunan EF. Terdapat
pertimbangan terhadap etiologi dari kedua keadaan tersebut tumpang tindih. Di Negara-negara
industri, Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi penyebab predominan pada 60-75% pada
kasus gagal jantung pada pria dan wanita.
Hipertensi memberi kontribusi pada perkembangan penyakit gagal jantung pada 75%
pasien, termasuk pasien dengan PJK. Interaksi antara PJK dan hipertensi memperbesar risiko
pada gagal jantung, seperti pada diabetes mellitus. Emboli paru dapat menyebabkan gagal
jantung, karena pasien yang tidak aktif secara fisik dengan curah jantung rendah mempunyai
risiko tinggi membentuk thrombus pada tungkai bawah atau panggul. Emboli paru dapat
berasal dari peningkatan lebih lanjut tekanan arteri pulmonalis yang sebaliknya dapat
mengakibatkan atau memperkuat kegagalan ventrikel. Infeksi apapun dapat memicu gagal
5
jantung, demam, takikardi dan hipoksemia yang terjadi serta kebutuhan metabolik yang
meningkat akan memberi tambahan beban pada miokard yang sudah kelebihan beban
meskipun masih terkompensasi pada pasien dengan penyakit jantung kronik.
6
2. Patofisiologi Gagal Jantung
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada jantung dan
secara sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh karena penekanan
kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir
diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan meningkatkan panjang serabut
miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini
berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik
tapi, tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama atau kronik akan dijalarkan ke
kedua atrium dan sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik.
Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan
dan timbul edema paru atau edema sistemik.penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan
dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa
sistem saraf dan humoral.
Aktivitas sistem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer : adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ – organ vital, tetapi jika aktivitas ini sangat
meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Retensi vaskular perifer dapat
juga merupakan determinan ulata afterload ventrikel, sehingga aktivitas simpatis berlebihan
dapat meningkatkan fungsi jantung itu sendiri.
Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal
dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan
cairan.
7
Sistem renin – angiotensin – aldesteron juga akan teraktivasi, menimbulkan
peningkatan retensi vaskular perifer selanjutnya dan peningkatan afterload ventrikel kiri
sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar
arginin vasopresin dalam sirkulasi yang meningkat, yang juga bersifat vasokontriktor dan
penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial
akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap
efek natriuretik dan vasodilator. Gagal jantung pada masalah utama kerusakan dan kelakuan
serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang mengisi pada setiap kontriksi tergantung pada tiga faktor
:
1. Preload : jumlah darah yang mengisi pada jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2. Kontraktilitas : mengacu pada perubahan kekuatan kontaksi yang terjadi pada
tingkat sel dan perubahan panjang regangan serabut jantung.
3. Afterload : mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan
arteriol.
8
3. Penegakan Diagnosis
Berdasarkan American Heart Association, klasifikasi dari gagal jantung kongestif yaitu
sebagai berikut :
a. Stage A
Stage A merupakan klasifikasi dimana pasien mempunyai resiko tinggi, tetapi belum
ditemukannya kerusakan struktural pada jantung serta tanpa adanya tanda dan gejala
(symptom) dari gagal jantung tersebut. Pasien yang didiagnosa gagal jantung stage A
umumnya terjadi pada pasien dengan hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes
melitus, atau pasien yang mengalami keracunan pada jantungnya (cardiotoxins).
9
b. Stage B
c. Stage C
Stage C menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan struktural pada jantung bersamaan
dengan munculnya gejala sesaat ataupun setelah terjadi kerusakan. Gejala yang
timbuldapat berupa nafas pendek, lemah, tidak dapat melakukan aktivitas berat.
d. Stage D
The New York Heart Association mengklasifikasikan gagal jantung dalam empat kelas,
meliputi :
a. Kelas I
Aktivitas fisik tidak dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal tidak
menyebabkan dyspnea, kelelahan, atau palpitasi.
b. Kelas II
Aktivitas fisik sedikit dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal menyebabkan
kelelahan, dyspnea, palpitasi, serta angina pektoris (mild CHF).
c. Kelas III
Aktivitas fisik sangat dibatasi, melakukan aktivitas fisik sedikit saja mampu
menimbulkan gejala yang berat (moderate CHF)
10
d. Kelas IV
Pasien dengan diagnosa kelas IV tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun, bahkan
dalam keadaan istirahat mampu menimbulkan gejala yang berat (severe CHF).
Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul sesuai dengan gejala gagal jantung kiri diikuti gagal jantung kanan
dan terjadinya di dada karena peningkatan kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan tanda – tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan
bising akibat regurgitasi mitral.
11
5) S3 dan S4
6) Hiperresonan pada perkusi
7) Pitting edema
8) Hepatomegali
9) Anoreksia
10) Nokturia
11) Kelemahan
Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa CHF yaitu:
f. Scan jantung
h. Kateterisasi jantung
i. Rongent Dada
j. Elektrolit
k. Oksimetri Nadi
12
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
m. Pemeriksaan Tiroid
4. Farmakologi
Dalam tulisan ini kami mengacu kepada petunjuk atau guidelines dari
European Society of Cardialogy (ESQ tahun 2001 dan 2005 serta American Heart
Association 2001. Tingkat rekomendasi (Class) dan tingkat kepercayaan (evidance)
mengikuti format petunjuk atau guidelines dari ESC 2005, di mana untuk
rekomendasi:
Class I : Adanya bukti/kesepakatan umum bahwa tindakan bermanfaat
dan efekif
Class II : Bukan kontroversi
IIa Adanya bukti bahwa tindakan cenderung bermanfaat.
Manfaat dan efektivitas kurang terbukti
Class III :Tindakan tidak bermanfaat bahkan berbahaya sedangkan tingkat
kepercayaan:
A: data berasal dari uji random multipel atau metaanalisis
B: data berasal dari satu uji random klinik
C: konsensus, pendapat para pakar, uji klinik kecil, studi retrospektif atau
registrasi.2
Upaya Pencegahan
- Pencegahan gagal jantung. harus selalu menjadi objektif primer terutama pada
kelompok dengan risiko tinggi.
- Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, faktor risiko jantung
koroner.
13
- Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark ulangan.
- Pengobatan hipertensi yang agresif.
- Koreksi kelainan kongenital serta penyakit jantung katup.
- Memerlukan pembahasan khusus.
- Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang
mendasari, selain modulasi progresi dari disfungsi asimtomatik menjadi gagal
jantung.2
14
Riwayat angioedema, Stenosis renal bilateral, Kadar kalium serum > 5,0
mmol/L , Serum kreatinin > 2,5 mg/dL, Stenosis aorta berat.2
Diuretik
Tabel. Diuretik2
Loop diuretic, tiazid, metolazon
o Penting untuk pengobatan simtomatik bila ditemukan beban cairan berlebihan,
kongesti paru dan edema Derifer. (I, A)
o Tidak ada bukti dalam memperbaiki survival, dan harus dikombinasi dengan
penyekat enzim konversi angiotensin atau penyekat beta.2
15
b) Terbukti menurunkan angka masuk rumah sakit, meningkatkan klasiflkasi
fungsi (I, A).
c) Pada disfungsi jantung sistolik sesudah suatu infark miokard baik simtomatik
atau asimtomatik, penambahan penyekat beta jangka panjang pada pemakaian
penyekat enzim konversi angiotensin terbukti menurunkan mortalitas (I, B).
d) Sampai saat ini hanya beberapa penyekat beta yang direkomendasi yaitu
bisoprolol, karvedilol, metoprolol suksinat, dan nebivolol (I,A)
e) Indikasi:
Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40%, Gejala ringan sampai berat (kelas
fungsional II - IV NYHA), ACEI / ARB (dan antagonis aldosteron jika
indikasi) sudah diberikan, Pasien stabil secara klinis (tidak ada perubahan
dosis diuretik, tidak ada kebutuhan inotropik i.v. dan tidak ada tanda retensi
cairan berat).
Kontraindikasi
16
Tabel. Penyekat Angiotensin II yang tersedia dan dosis2
a. Masih merupakan alternatif bila pasien tidak toleran terhadap penyekat enzim
konversi angiotensin.
b. Penyekat angiotensin II sama efeketif dengan penyekat enzim konversi
angiotensin pada gagal jantung kronik dalam menurunkan morbiditas dan
mortalitas (Ila, B).
c. Pada infark miokard akut dengan gagaljantung atau disfungsi ventrikel,
penyekat angiotensin II sama efektif dengan penyekat enzim konversi
angiotensin dalam menurunkan mortalitas (I, A).
d. Dapat dipertimbangkan penambahan penyekat angiotensin II pada pemakaian
penyekat enzim konversi angiotensin pada pasien yang simtomatik guna
menurunkan mortalitas (Ila, B).
e. Indikasi:
Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40%, Sebagai pilihan alternatif pada pasien
dengan gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II - IV NYHA) yang
intoleran ACEI, ARB dapat menyebabkan perburukan fungsi ginjal,
hiperkalemia, dan hipotensi simtomatik sama sepert ACEI, tetapi ARB tidak
menyebabkan batuk.
f. Kontraindikasi:
Sama seperti ACEI, kecuali angioedema, Pasien yang diterapi ACEI dan
antagonis aldosteron bersamaan, Monitor fungsi ginjal dan serum elektrolit
serial ketika ARB digunakan bersama ACEI.2
17
a. Merupakan indikasi pada flbrilasi atrium pada berbagai derajat gagal jantung,
terlepas apakah gagaljantung bukan atau sebagai penyebab.(I,B)
b. Kombinasi digoksin dan penyekat beta Iebih superior dibandingkan bila
dipakai sendiri-sendiri tanpa kombinasi.
c. Tidak mempunyai efek terhadap mortalitas, tetapi dapat menurunkan angka
kekerapan rawat inap. (11a, A).2
Vasodilator
Tidak ada peran spesifik direct pada gagal jantung kronik (III,A).2
Obat Penyekat Kalsium
a. Pada gagal jantung sistolik penyekat kalsium tidak direkomendasi, dan
dikontraindikasikan pemakaiaan kombinasi dengan penyekat beta (III, C).
b. Felodipin dan amlodipin tidak memberikan efek yang Iebih baik untuk
survival bila digabung dengan obat penyekat enzim konversi angiotensin dan
diuretik. (III,A)
c. Data jangka panjang menunjukkan efek netral terhadap survival, dapat
dipertimbangkan sebagai tambahan obat hipertensi bila kontrol tekanan darah
sulit dengan pemakaian nitrat atau penyekat beta.2
lnotropik Positif
a. Pemakaian jangka panjang dan berulang tidak dianjurkan karena
meningkatkan mortalitas (III, A)
b. Pemakaian intravena pada kasus berat sering digunakan, namun tidak ada
bukti manfaat, justru komplikasi lebih sering muncul (II b, C).
c. Penyekat fosfodiesterase, seperti milrinon, enoksimon efektif bila digabung
dengan penyekat beta, dan mempunyai efek vasodilatasi perifer dan koroner.
Namun disertai juga dengan efek takiaritmia atrial dan ventrikel, dan
vasodilatasi berlebihan dapat menimbulkan hipotensi.
d. Levosimendan, merupakan sensitisasi kalsium yang baru, mempunyai efek
vasodilatasi namun tidak seperti penyekat fosfodiesterase, tidak menimbulkan
hipotensi. Uji klinis menunjukkan efek yang lebih baik dibandingkan
dobutamin.2
18
Anti Trombotik
a. Pada gagal jantung kronik yang disertai fibrilasi atrium, riwayat fenomena
tromboemboli, bukti adanya trombus yang mobil, pemakaian antikoagulan
sangat dianjurkan (I, A)
b. Pada gagal jantung kronik dengan penyakit jantung koroner, dianjurkan
pemakaian antiplatelet (Ila, B)
c. Aspirin harus dihindari pada perawatan rumah sakit berulang dengan gagal
jantung yang memburuk.2
Anti Aritmia
a. Pemakaian selain penyekat beta tidak dianjurkan pada gagaljantung kronik,
kecuali pada atrial fibrilasi dan ventrikel takikardi.
b. Obat aritmia klas I tidak dianjurkan
c. Obat anti aritmia klas II (penyekat beta) terbukti menurunkan kejadian mati
mendadak (I, A) dapat dipergunakan sendiri atau kombinasi dengan amiodaron
(IIa, C).
d. Anti aritmia klas III, amiodaron efektif untuk supraventrikel dan ventrikel
aritmia (I A) amiodaron rutin pada gagaljantung tidak dianjurkan.2
19
Gambar. Strategi Pengobatan pada pasien gagal jantung kronik simptomatik (NYHA II-
IV) 2012.3
20
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan pengobatan gagal
jantung dan dapat memberi dampak bermakna perbaikan gejala gagal jantung, kapasitas
fungsional, kualitas hidup, morbiditas dan prognosis. Manajemen perawatan mandiri dapat
didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik,
menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal
perburukan gagal jantung.
1) Diet
Pasien gagal jantung dengan diabetes, dislipidemia atau obesitas harus diberi diet yang sesuai
untuk menurunkan gula darah, lipid darah, dan berat badannya. Asupan NaCl harus dibatasi
menjadi 2-3 g Na/hari, atau < 2 g/hari untuk gagal jantung sedang sampai berat. Restriksi cairan
menjadi 1,5-2L/hari hanya untuk gagal jantung berat.
3) Aktivitas fisik
Olah raga yang teratur seperti berjalan atau bersepeda dianjurkan untuk pasien
gagal jantung yang stabil (NYHA kelas II-III) dengan intensitas yang nyaman bagi
pasien.
5) Bepergian
Hindari tempat-tempat tinggi dan tempat-tempat yang sangat panas atau lembab.
Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup pasien.
Berdasarkan literatur, hanya 20 - 60% pasien yang taat pada terapi farmakologi maupun non-
farmakologi
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan berat badan
> 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas pertimbangan dokter (kelas
rekomendasi I, tingkatan bukti C)
Asupan cairan
Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada pasien dengan gejala
berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada semua pasien dengan gejala ringan
sampai sedang tidak memberikan keuntungan klinis (kelas rekomendasi IIb, tingkatan bukti C)
21
Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal jantung
dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala dan
meningkatkan kualitas hidup (kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti C)
Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada gagal jantung berat.Kaheksia
jantung (cardiac cachexia) merupakan prediktor penurunan angka kelangsungan hidup.Jika
selama 6 bulan terakhir berat badan > 6 % dari berat badan stabil sebelumnya tanpa disertai
retensi cairan, pasien didefinisikan sebagai kaheksia. Status nutrisi pasien harus dihitung
dengan hati-hati (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti C)
Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik stabil.
Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di rumah sakit atau di
rumah (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti A).
22
Daftar Pustaka
23