Anda di halaman 1dari 14

Zat- Zat Toksik yang Berada di Alam

Mata Kuliah Toksikologi

Nama : Rania Aisha N


NPM : 260110170128

1. Glikoalkaloid

Glikoalkaloid merupakan senyawa kelas nitrogen yang mengan


senyawa steroid scffold atau monosaccharida. Glikoalaloid merupakan
metabolit sekunder yang ditemukan pada tanaman dengan genus solanum
speperti pada kentang, Tomat, dan Terong. Glikoalkaloid lebih tidak toksis
daripada alkaloid glikon karena bioavibilitas nya yang rendah.(Osman,
2013)
Glikoalkaloid pada dosis yang sangat rendah umumnya tidak
memberikan efek toksik terhadap tubuh, karena dapat di hidrolisis p[ada
sistem pencernaan atau dicerna secara enzimetik oleh bakteri glikosida di
usus besar. Akan tetapi apabila glikoalkaloid dikonsumsi dengan dosis
tinggi dapat menyebabkan efek toksisk pada sistem pencernaan seperti,
mual, muntah, diare dan Sakit perut, Terkadang dosis yang lebih tinggi
dapat menyebabkan lemahnya pengelihatan dan badan menjadi lemas.
(Osman, 2013)
Untuk menghindari masuknya glikoalkaloid dihendaki untuk
mengubas bagian kulit dari tanaman yang mengandung senyawa tersebut
sebelum di konsumsi. ( BPOM, 2006)
Penanganan Keacunan yang dapat dilakukan berupa dekontaminasi
lambung , Akan tetapi dekontaminasi lambung tidak menjami bahwa semua
bahan racun dapat dikeluarkan secara sempurna oleh karena itu Porsedur ini
jarang dilakukan. Selain itu bisa bisa diberikan arang aktif yang diberikan
secara peroral dan dapat digunakan dengan bantuan pipa nosogastrik,
apabila arang tidak tersedia dapat dilakukan induksi muntah dengan
mernagsang diding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula.
Selain itu bisa dilakukan Bilas Lambung, Bilas lambung dilakukan apabila
keracunan terjadi kurang dari waktu 1 jam setelah masuknya racun kedalam
tubuh. Bilas lambung tidak boleh dilakukan kepada pasien dengan
keracunan bahan korosif atau hidrokarbon. ( HCFC, 2016)

2. Glikosida Sianogenik

Glikosida Sianogenik merupaka senyawa hidrokarbon yang


berikatan dengan gugus CN dan juga gugus gula. Senyawa ini merupakan
metabolit sekunder dari sianogenesis tumbuhan tingkat tinggi.( Wulandarai
dan Zulfadli, 2017)
Glikosida sianogen terdapat pada beberapa famili tanaman berbuga,
fungi, dan paku-pakuan. Senyawa glikosida sianogenik terdiri dari beberapa
jenis seperti amigdalin yang terkandung didalam almod, dhurin yang
terkandung didalam shorgum, Linamarin yang terkandung pada singkong,
Lotaustralin yang terkandung pada singkong, Prunasin yang terkandung
pada stone fruit dan tazyphylin yang terkandung pada bambu. ( Wulandarai
dan Zulfadli, 2017)
Glikosida sianogenik dapat terhidrolisis melalui mekanisme
enzimatik dengan hasil berupa asam sianida atay asam prusat yang bersifat
sangat toksik. Hal tersebut dikarena kan senyawa tersebut mempunyai
kemampuan untu mengikat mineral-mineral. Mineral sendiri berperan
dalam membantu optimasi kerja enzim sebagai kofaktor dan menghambat
reduksi dari oksigen pada mitokondria didalam sel , menganggu proses
transport elektron dan mengambar berbagai macam kerja
enzim.(Wulandarai dan Zulfadli, 2017)
Selain itu ion sianida dari asam sianida dapat berikatan dengan Fe
pada heme dan bereaksi dengan gerik sehinga membentuk cytochrom
oxidasi membentuk suatu kompleks yang dapat menghambat jalut respirasi,
sehingga hemoglobin tidak dapat melepas oksigen pada sel sehingga dapat
menyebabkan hipoksia pada sel diaman sel kekurangan kadar oksigen.
(Wulandarai dan Zulfadli, 2017)
Penanganan Keacunan yang dapat dilakukan berupa dekontaminasi
lambung , Akan tetapi dekontaminasi lambung tidak menjami bahwa semua
bahan racun dapat dikeluarkan secara sempurna oleh karena itu Porsedur ini
jarang dilakukan. Selain itu bisa bisa diberikan arang aktif yang diberikan
secara peroral dan dapat digunakan dengan bantuan pipa nosogastrik,
apabila arang tidak tersedia dapat dilakukan induksi muntah dengan
mernagsang diding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula.
Selain itu bisa dilakukan Bilas Lambung, Bilas lambung dilakukan apabila
keracunan terjadi kurang dari waktu 1 jam setelah masuknya racun kedalam
tubuh. Bilas lambung tidak boleh dilakukan kepada pasien dengan
keracunan bahan korosif atau hidrokarbon. ( HCFC, 2016)
3. Asam Oksalat
Asam oksalat merupakan senyawa dengan nama sistemasi asam
etanadionata. Asam oksalat dapat berada di berbagai macam tumbuhan
seperti Bayam, Rhubarb, dan Teh. Asam oksalat dalam tumbuhan biasanya
akan mengalami pengendapan membenutk kristal oksalat, namu tidak
semua asam oksalat terbentuk menjadi kristal. Kristal asam oksalat
berfungsi sebagai proteksi dari tumbuhan tersebut (NLM, 2019)
Asam oksalat apabila di konsumsi secara berlebihan dapat
menyebabkan mual, kram, penurunan detak jantung, sakit kepala, sakit
perut, dan muntah, Selain itu asam oksalat juga dapat menyebabkan iritasi
pasa saluran pencernaan karena bersifat asam kuat, dan asam oksalat dapat
meningkatkan kristalisasi dari batu ginjal oleh karena itu disarankan untuk
tidak mengkonsumsi tumbuhan yang mengandung asam oksalat secara
berlebihan. (NML, 2019)
Penanganan Keacunan yang dapat dilakukan berupa dekontaminasi
lambung , Akan tetapi dekontaminasi lambung tidak menjami bahwa semua
bahan racun dapat dikeluarkan secara sempurna oleh karena itu Porsedur ini
jarang dilakukan. Selain itu bisa bisa diberikan arang aktif yang diberikan
secara peroral dan dapat digunakan dengan bantuan pipa nosogastrik,
apabila arang tidak tersedia dapat dilakukan induksi muntah dengan
mernagsang diding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula.
Selain itu bisa dilakukan Bilas Lambung, Bilas lambung dilakukan apabila
keracunan terjadi kurang dari waktu 1 jam setelah masuknya racun kedalam
tubuh. Bilas lambung tidak boleh dilakukan kepada pasien dengan
keracunan bahan korosif atau hidrokarbon. ( HCFC, 2016)
4. Kurkubitasin

Kurkubitasin merupaka terpen tertasikli dengan struktur steroid yang


diisolasi dati tumbuhan dengan famili cucurbitacease seperti, labu, groud,
dan mentimun. Kurkubitasin memiliki rasa yang bahit dan berbau tajam.
Apabila kurkubitin tertelan dapat menimbulkan efek toksik seperti kram,
mual, muntah, diare hingga pingsan . Oleh karena itu perlu dihindari
konsumsi berlebihan tanamabn yang mengandung senyawa tersebut.
(American Chemical Society, 2019)
Penanganan Keacunan yang dapat dilakukan berupa dekontaminasi
lambung , Akan tetapi dekontaminasi lambung tidak menjami bahwa semua
bahan racun dapat dikeluarkan secara sempurna oleh karena itu Porsedur ini
jarang dilakukan. Selain itu bisa bisa diberikan arang aktif yang diberikan
secara peroral dan dapat digunakan dengan bantuan pipa nosogastrik,
apabila arang tidak tersedia dapat dilakukan induksi muntah dengan
mernagsang diding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula.
Selain itu bisa dilakukan Bilas Lambung, Bilas lambung dilakukan apabila
keracunan terjadi kurang dari waktu 1 jam setelah masuknya racun kedalam
tubuh. Bilas lambung tidak boleh dilakukan kepada pasien dengan
keracunan bahan korosif atau hidrokarbon. ( HCFC, 2016)

5. Kumarin
Senyawa kumarin merupakan senyawa lakton yang terbentuk dari
fenolik ortokumarik yaitu suatu orto hidroksi sinamat, dimana jika gugus
fenoliknya berikatan dengan suatu molekul glukosa dapat membentuk suatu
molekul glikosida dengan kumarin yang terikata pada rantai ke 6. Kumarin
yang sederhana merupakan fenilpropanoid yang terdiri dari cicin benxen
dengan rantai sampi akifatik( Fitriana dan Susy, 2018)
Senyawa kumarin dengan konsentrasi yang tinggi dapat ditemukan
pada senyawa vanilin, mullein, licorie, aprikot, kayu manis, rumput bison,
Kacang tonks, Woodruff, lavender, Stroberi dan ceri. Kumarin yan
berlebihan dapat menyebabkan rasa nyeri pada kulit jika terkana paparan
cahaya matahari. ( Fitriana dan Susy, 2018)
Penanganan Keacunan yang dapat dilakukan berupa dekontaminasi
lambung , Akan tetapi dekontaminasi lambung tidak menjami bahwa semua
bahan racun dapat dikeluarkan secara sempurna oleh karena itu Porsedur ini
jarang dilakukan. Selain itu bisa bisa diberikan arang aktif yang diberikan
secara peroral dan dapat digunakan dengan bantuan pipa nosogastrik,
apabila arang tidak tersedia dapat dilakukan induksi muntah dengan
mernagsang diding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula.
Selain itu bisa dilakukan Bilas Lambung, Bilas lambung dilakukan apabila
keracunan terjadi kurang dari waktu 1 jam setelah masuknya racun kedalam
tubuh. Bilas lambung tidak boleh dilakukan kepada pasien dengan
keracunan bahan korosif atau hidrokarbon. ( HCFC, 2016)
6. Fitohemaglutin

Fitohemaglutin merupakan senya lectin yang terkandung didalam


kacang-kacangan , akan tetapi senyawa ini paling banyak terkandung
didalam kacang merah. Pada kacang merah mentah kadar fitomeaglurin
yang diukur dalan hemagglutining unit (Hau), yaitu sebesar 20.000 hingga
70.000 sedangkan pada kacang merah yang sudah dimasak kadar
fitoghemaglutin sebesar 200 hingga 400 hau. Kadar Hemaglutin yang
berlebih dapat menyebabkan keracunan yang diikuti dengan rasa mual dan
muntah, diare parah, dan kram perut. Biasa gejala keracunan timbul setelah
1 sampai 3 jam dari konsumsi tumbuhan yang mengandung fitohemaglutin
(BBB, 2017)
Penanganan Keacunan yang dapat dilakukan berupa dekontaminasi
lambung , Akan tetapi dekontaminasi lambung tidak menjami bahwa semua
bahan racun dapat dikeluarkan secara sempurna oleh karena itu Porsedur ini
jarang dilakukan. Selain itu bisa bisa diberikan arang aktif yang diberikan
secara peroral dan dapat digunakan dengan bantuan pipa nosogastrik,
apabila arang tidak tersedia dapat dilakukan induksi muntah dengan
mernagsang diding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula.
Selain itu bisa dilakukan Bilas Lambung, Bilas lambung dilakukan apabila
keracunan terjadi kurang dari waktu 1 jam setelah masuknya racun kedalam
tubuh. Bilas lambung tidak boleh dilakukan kepada pasien dengan
keracunan bahan korosif atau hidrokarbon. ( HCFC, 2016)

7. Aflatoksin

Aflatoksin merupakan suatu senyawa yang bersifat toksin dan


berasal dari fungsi Aspergiluus. Alfaktoksin merupakan kontaminan yang
sering ditemukan pada produk pangan. Aflatoksin termasuk kedalam
mikotoksin yang memiliki efek toksit terhadap hewan dan juga dapat
menyebabkan karsinogenik pada hati. (Nurul, 2017)
Penanganan Keacunan yang dapat dilakukan berupa dekontaminasi
lambung , Akan tetapi dekontaminasi lambung tidak menjami bahwa semua
bahan racun dapat dikeluarkan secara sempurna oleh karena itu Porsedur ini
jarang dilakukan. Selain itu bisa bisa diberikan arang aktif yang diberikan
secara peroral dan dapat digunakan dengan bantuan pipa nosogastrik,
apabila arang tidak tersedia dapat dilakukan induksi muntah dengan
mernagsang diding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula.
Selain itu bisa dilakukan Bilas Lambung, Bilas lambung dilakukan apabila
keracunan terjadi kurang dari waktu 1 jam setelah masuknya racun kedalam
tubuh. Bilas lambung tidak boleh dilakukan kepada pasien dengan
keracunan bahan korosif atau hidrokarbon. ( HCFC, 2016)

8. Saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida steroid atau triterpen yang


dapat ditemukan dalam berbagai tanaman dikotil seperti kacang-kacangan ,
kelompok pinang dan caryphyllaceae. Saponin memliki karakteristik
khusus berupa rasa yang pahit, dapat membentuk buih atau busa, dan dapat
menghemolisis sel-sel darah merah. Saponin bersifat sangat toksik pada
ikan dan hewan berdarah dingin.( Yanuarto, 2017)
Selain itu saponin apabila dikonsumsi berlebihan oleh manusia
dapat menyebabkan ititasi selaput mulut dan ititasi pada saluran pencernaan
sehingga aborbsi dari nutri terganggu, hal tersebut dikarenakan saponin sulit
terabsorbsi pada saluran cerna sehinggan saponin terakumulasi pada saluran
cerna dan menimbulkan efek toksik. (Yanuarto, 2017)
Penanganan Keacunan yang dapat dilakukan berupa dekontaminasi
lambung , Akan tetapi dekontaminasi lambung tidak menjami bahwa semua
bahan racun dapat dikeluarkan secara sempurna oleh karena itu Porsedur ini
jarang dilakukan. Selain itu bisa bisa diberikan arang aktif yang diberikan
secara peroral dan dapat digunakan dengan bantuan pipa nosogastrik,
apabila arang tidak tersedia dapat dilakukan induksi muntah dengan
mernagsang diding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula.
Selain itu bisa dilakukan Bilas Lambung, Bilas lambung dilakukan apabila
keracunan terjadi kurang dari waktu 1 jam setelah masuknya racun kedalam
tubuh. Bilas lambung tidak boleh dilakukan kepada pasien dengan
keracunan bahan korosif atau hidrokarbon. ( HCFC, 2016)

9. Gossipol

Gossipol merupakan zat warna atau pigmen yang terdapat didalam


kelenjar pigmen pada biji kapas. Konsentrasi Gossipol didalam biji kapas
berkisar 0,4 -1,7 %. Gossipol merupaka senyawa yang cenderung bersifat
reaktif dan dapat menyebabkan beberapa gela toksik pada hewan. Senyawa
ini menyebabkan gizi pada tepung biji kapas yang berupa sumber protein
menurun. Gejala toksik yang timbul apabila keracunan gosipol adalah
penurunan berat badan, anoreksia, lelah, lemah, gangguann pernapasan dan
dapat menyebabkan kematian dalam beberapa kasus. (Ivana, 2014)
Penanganan Keacunan yang dapat dilakukan berupa dekontaminasi
lambung , Akan tetapi dekontaminasi lambung tidak menjami bahwa semua
bahan racun dapat dikeluarkan secara sempurna oleh karena itu Porsedur ini
jarang dilakukan. Selain itu bisa bisa diberikan arang aktif yang diberikan
secara peroral dan dapat digunakan dengan bantuan pipa nosogastrik,
apabila arang tidak tersedia dapat dilakukan induksi muntah dengan
mernagsang diding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula.
Selain itu bisa dilakukan Bilas Lambung, Bilas lambung dilakukan apabila
keracunan terjadi kurang dari waktu 1 jam setelah masuknya racun kedalam
tubuh. Bilas lambung tidak boleh dilakukan kepada pasien dengan
keracunan bahan korosif atau hidrokarbon. ( HCFC, 2016)

10. Goitrogen

Goitrogen merupakan senyawa tioglukosida yang terkandung pada


beberapa tanaman dengan famili cruciferae, khususnya pada tanaman
dengan genus Brassica. ( Gaitan, 1988)
Goitrogen memiliki toksisitas yang tinggi terhadap kelenjar tiroid
dimana Goitrogen akan mengingibisi pengunaan iodine oleh kelenjar tirois,
selain itu Goitrogen menginhibisi pelepasan dari hormon tiroid dan
menganggu konversi T4 hormon menjadi Hormon T3 Aktif. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya pembekakan kelenjar Tiroid. (Gaitan, 1988)
Penanganan Keacunan yang dapat dilakukan berupa dekontaminasi
lambung , Akan tetapi dekontaminasi lambung tidak menjami bahwa semua
bahan racun dapat dikeluarkan secara sempurna oleh karena itu Porsedur ini
jarang dilakukan. Selain itu bisa bisa diberikan arang aktif yang diberikan
secara peroral dan dapat digunakan dengan bantuan pipa nosogastrik,
apabila arang tidak tersedia dapat dilakukan induksi muntah dengan
mernagsang diding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula.
Selain itu bisa dilakukan Bilas Lambung, Bilas lambung dilakukan apabila
keracunan terjadi kurang dari waktu 1 jam setelah masuknya racun kedalam
tubuh. Bilas lambung tidak boleh dilakukan kepada pasien dengan
keracunan bahan korosif atau hidrokarbon. ( HCFC, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

American Chemical Society. 2019. Cucurbitacins. Tersedia Secara Online di


https://www.acs.org/content/acs/en/molecule-of-the-
week/archive/c/cucurbitacins.html [ Diakses pada 12 Juni 2019]

BBB. 2017. Phytoheamagglutinin. Tersedia Secara Online di


https://www.med.navy.mil/sites/nmcphc/Documents/nepmu-
6/Epidemiology/FDA-Food-Borne-Pathogens/Natural-
Toxins/Phytohaemagglutinin.pdf [ Diakse pada 12 Juni 2019 ]

BPOM. 2006. Racun Alami pada Tanaman Pangan . Tersedia Secara Online di
https://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/157/RACUN-ALAMI-
PADA-TANAMAN-PANGAN.html [ Diakses pada 12 Juni 2019]

Fitriana, dan Susy. 2018. Sintesis Senya 3-asetil-7-(hidroksi) Kumarin dan


Aktivitasnya Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Shigella
flexneri. Indonesian Journal of Material Chemistry. Vol 1(1) :9-13.

Gaitan,E. 1988. Goitrogens. Tersedia Secara Online di


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2464986 [ Diakses pada 12 Juni
2019]

HCFC. 2016. Prinsip Penatalaksanaan Keracunan. Tersedia Secara online di


http://www.ichrc.org/151-prinsip-penatalaksanaan-terhadap-racun-yang-
tertelan [ Diakses pada 12 Juni 2019]

Ivana,C. 2014. Gossypol Toxciticy from Cottonseed Product. Tersedia secara


online di https://www.hindawi.com/journals/tswj/2014/231635/ [ Diakses
pada 12 Juni 2019 ]

NLM. 2019. Oxalic Acid. Tersedia Secara Online di https://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-


bin/sis/search/a?dbs+hsdb:@term+@DOCNO+1100 .[ Diakses pada 12
Juni 2019]
Nurul,A. Aflatoksin : Cemaran dan Metode Analisisnya dalam Makanan. Jakarta :
Badan Litbangkes, Kemenkes RI.

Osman,A. 2013. Plant Toxin : Glycoalkaloids. Tersedia Secara Online di


https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-
dentistry/glycoalkaloid [ Diakses pada 12 Juni 2019]

Wulandarai dan Zulfadli. 2017 Uji Kualitatif Kandungan Sianida dalam Rebung,
umbi Talasa dan Daun Singkong. Jurnal Edukasi Kimia. Vol 2 (1) : 41- 47.

Yanuarto. 2017. Saponin : Impact on Livestock. Jurnal Pertenakan Sriwijaya. Vol


6(2) : 79-90.

Anda mungkin juga menyukai