Anda di halaman 1dari 11

DASAR-DASAR APRESIASI PROGRAM TELEVISI

Disusun sebagai salah satu tugas Bahasa Indonesia

Oleh Kelompok 3:

1. Arifian Kusuma H. (04/XII-A2)


2. Bethana Saputri (08/ XII-A2)
3. Bidari Putri R. (09 /XII-A2)
4. Yoppik Disma G. (28/ XII-A2)
5. Yulius Fajar A.L. (29 /XII-A2)

SMA NEGERI 4 SURAKARTA


SURAKARTA
2013
Bab 1
Evolusi Kebudayaan Dalam Hubungan Dengan Media Komunikasi

Sebelum ada bahasa, manusia mampu berkomunikasi dengan baik. Bagi peradaban
manusia, munculnya bahasa percakapan atau komunikasi lisan sekitar 30 ribu tahun yang
lalu merupakan suatu peristiwa yang amat penting. Ada yang mengatakan bahwa pernyataan
tersebut adalah suatu revolusi. Terdapat indikasi, perkembangan teknologi komunikasi yang
muktahir dalam arti tertentu, kita kembali kepada budaya lisan zaman dahulu, yang dikenal
manusia selama puluhan ribu tahun sebelum ada tulisan. Oleh sebab itu, kebudayaan yang
sedang kita masuki sekarang dapat disebut kebudayaan lisan yang kedua atau dalam bahasa
Inggris disebut secondary orality.
1. Kebudayaan LIsan
Kebudayaan lisan bergantung pada suara dan bunyi. Suatu gagasan terungkap
melalui bunyi-bunyi tertentu. Ketika satu kata diucapkan, kata itu sudah hilang. Lain
dengan tulisan atau lukisan yang setelah dibuat tetap ada dan tetap dapat dilihat. Dalam
budaya lisan, nama-nama itu sangat penting. Nama tersebut bukan sekedar label, karena
label tersebut hanya ada dalam budaya tulis. Nama tersebut seakan-akan menghadirkan
seluruh kebudayaan seseorang, seekor binatang atau sebuah tumbuhan. Mengingat nama
berarti mengingat seluruhnya.
2. Kebudayaan Tulis
Tulisan tersebut baru berfungsi jika di dalam kebudayaan tertentu orang-orang
sepaham mengenai arti tanda-tanda tertentu. Harus terdapat suatu kesepakatan bersama
dahulu. Salah satu kemungkinan adalah jika gambar tertentu dikaitkan dengan arti
tertentu. Komunikasi tulisan jauh lebih dari dokumentasi bahasa lisan. Suatu komunikasi
lisan dapat ditulis dan kemudian di tempat lain serta pada waktu yang berbeda yang
tertulis tersebut dapat dibacakan dengan suara nyaring sehingga menjadi lisan kembali.
Sepuluh perbedaan cara berfikir yang mudah masuk akal, yaitu :

a. Satu Arah
Sikap dasar seorang penulis adalah satu arah artinya selama menulis, penulis tidak
mengharapkan jawaban (kecuali kalau on-line di internet, suatu situasi yang lebih
mendekati budaya lisan).
b. Informatif
Umumnya tulisan tersebut dimaksudkan untuk memberi informasi. Namun,
komunikasi lisan lebih menyerupai suatu pertunjukan sehingga banyak unsur yang
tidak terungkap ikut mewarnai pembicaraan.
c. Kejadian
Komunikasi lisan pada zaman sebelum ada tulisan pada umumnya tidak puas dengan
berkata saja, tetapi ada sesuatu yang dibuat kepada orang lain sehingga proses
komunikasi tersebut merupakan suatu kejadian.
d. Sekolah Formal
Komunikasi lisan yang terjadi dengan sendirinya.
e. Pemikiran Abstrak
Budaya tulis menciptakan pemikiran abstrak karena suatu kata dilihat sebagai barang
yang dapat dipindahkan kemana saja.
f. Analisis
Dalam budaya lisan setiap studi mengandaikan analisis yang membutuhkan dokumen.
g. Pikiran Menyeluruh
Pikiran kita harus menyeluruh. Jika tidak demikian kita melihat segala sesuatu
seakan-akan terpisah satu dengan yang lain, hubungan antarmanusia dan hubungan
antara manusia dan alam menjadi terganggu.
h. Daya Ingat
Dalam budaya lisan segala sesuatu yang diucapkan mudah hilang, sehingga kita
membutuhkan daya ingat dengan adanya komunikasi.
i. Cerita Antagonis
Cerita antagonis memudahkan kita dalam budaya lisan mengingat pembicaraan yang
terlalu objektif dan lepas dari segala perasaan.
j. Kata Klise
Dalam budaya lisan orang sering memakai kata klise dan pepatah yang mudah
dihafalkan.
3. Kebudayaan Audiovisual
Menurut Roger Fidler budaya audiovisual merupakan suatu mediamorfosis
sebanding dengan budaya lisan dan budaya tulis. Penemuan yang mendasari perubahan
ini berasal dari abad yang lalu, khususnya pemakaian listrik untuk kepentingan
komunikasi. Telegram pertama dikirim oleh Samuel Morse pada tahun 1844, Graham
Bell mengajukan paten untuk telepon pada 1876, kemudian pada tahun 1895 Guglielmo
Marconi berhasil mengirim berita lewat gelombang udara, siaran radio berupa suara dan
music baru pertama kali terjadi pada tahun 1906, dan televisi pertama didemonstrasikan
33 tahun kemudian yaitu pada New York World’s Fair 1939. Televisi mengalami
perkembangan yang luar biasa. Pada tahun 1981 separuh dari penduduk Indonesia sudah
biasa menonton televisi.
Orang yang pertama yang melihat kekhasan komunikasi audiovisual sebagai
kebudayaan baru adalah Marshall McLuhan. Pada tahun-tahun 1960-an dia mengutarakan
pendapat bahwa melalui tulisan manusia dijauhkan dari realitas dunia dan orang lain,
sementara televisi membuat kita lebih “interdependent”, bergantung pada satu sama lain
dan pada dunia atau alam.
Jenis program tertentu yang bukan hanya disukai di Negara asalnya, melainkan
juga di seluruh dunia, misalnya telenovela yang dapat mengatasi segala perbedaan
kebudayaan.
Istlah lain yang melukiskan kebudayaan audiovisual dicetak oleh Walter Ong.
Menurut dia, kebudayaan televisi yang kita hadapi sekarang pantas disebut sebagai
budaya lisan kedua (secondary orality).
BAB 2
KEBUDAYAAN AUDIOVISUAL SEBAGAI PELENGKAP
KEBUDAYAAN TULIS

Bahasa merupakan kemajuan terhadap komunikasi antarmanusia pada zaman sebelum


manusia mengenal bahasa. Demikian juga penemuan tulisan yang memungkinkan bahasa
dibekukan dalam sebuah dokumen dilihat sebagai kemajuan terhadap komunikasi yang
bersifat lisan.
Selain banyak kemajuan yang tidak dapat disangkal, kebudayaan tulis juaga membawa
kerugian. Rasa kekeluargaan dan kedaulatan rakyat berkurang, demikian juga solidaritas
antarnegara dan kerukunan antaragama.
George Orwell dalam bukunya “1984” yang dikarang pada tahun 1948 meramalkan,
televisi akan membuat dunia menjadi semacam penjara, karena semua akan dikontrol oleh
seorang penguasa melalui alat-alat elektronis. Namun yang terjadi bukan itu. Kita tidak
dimasukkan dalam penjara, tetapi dalam tempat hiburan, bukan dengan paksaan, melainkan
atas kemauan kita sendiri. Akibatnya juga sama. Hidup kita dikuasai oleh diktator-diktator
yang bermodal besar sesuai dengan kepentingan mereka. Para dictator itu tidak perlu takut.
Televisi tidak akan mengganggu mereka, karena bagaimanapun rakyat tidak mau ikut
berfikir, rakyat hanya mau dihibur. Inilah yang dibuat oleh televisi yaitu menghibur rakyat.
Jika televisi dilihat dengan cara demikian, satu-satunya harapan bagi kebudayaan kita
adalah, jika kita kembali ke budaya tulis dan televisi itu ditiadakan (Jerry Mander). Namun,
mengingat masyarakat kita sudah kecanduan televisi, harapan ini sangat tipis.
Neil Postman maupun Jerry Mander membandingkan keunggulan kebudayaan tulis
dengan kelemahan kebudayaan audiovisual dengan mengesampingkan fakta bahwa baik
kebudayaan tulis maupun kebudayaan audiovisual kedua-duanya mempunyai keunggulan
dan kelemahan. Kebudayaan tulis tidak perlu digantikan dengan kebudayaan audiovisual
ditiadakan.
Kita jangan melihat kebudayaan audiovisual terpisah dari kebudayaan yang
mendahuluinya. Dengan demikian kita dapat mengetahui kepincangan-kepincangan
kebudayaan tulis yang dapat dikoreksi oleh kebudayaan audiovisual.
12 kepincangan sebagai penghambat dalam evolusi kebudayaan yang didominasi oleh
kebudayaan tulis :
• Kecenderungan memutlakkan otak sebelah kiri
• Kecenderungan mengabaikan puisi
• Kecenderungan membekukan perkembangan organis
• Kecenderungan mengutamakan birokrasi
• Kecenderungan menciptakan perbedaan kelas
• Kecenderungan ke arah militerisme
• Kecenderungan menyingkirkan segala yang bersifat minoritas
• Kecenderungan membuat manusia menjadi individualis
• Kecenderungan seni dijadikan komoditas
• Kecenderungan mengutamakan ilmu dan kemajuan teknologi di atas kebutuhan manusia
• Kecenderungan untuk memisahkan ilmu dan teknologi dari alam
• Kecederungan menciptakan antagonisme antaragama
BAB 3
KOMUNIKASI UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAN
KEBUDAYAAN AUDIOVISUAL

Alat-alat komunikasi modern, khususnya radio dan kemudian juga televisi dipandang
sebagai sarana sangat ampuh dalam membangun negara-negara yang ketinggalan. Selama
lebih dari setengah abad teori-teori mengenai hal itu mengalami perubahan-perubahan yang dapat
dibagi menjadi 3 periode:
1. Periode penyebaran inovasi mulai 1940
- Tugas media komunikasi dalam hal ini adalah untuk membuat orang terbelakang
menjadi modern. Caranya dengan menyebarluaskan ide-ide “modern” yang belum
tentu baru, tetapi yang diandaikan belum diketahui oleh masyarakat yang dianggap
terbelakang.
2. Periode komunikasi partisipatif mulai 1970
- Pola penyebaran inovasi sangat cocok dengan pemerintah otoriter. Dengan pola ini
segala sesuatu dapat dirancang dan diatur secara sentral. Itulah sebabnya, di banyak
Negara yang tidak demokratis pola penyebaran inovasi masih tetap dipakai sampai
sekarang.
3. Periode komunikasi memperbarui kebudayaan menjelang akhir abad ke-20
- Pembaruan kebudayaan adalah sebuah proses perubahan cultural dan structural
dengan tujuan tertentu yang dipermudah oleh kegiatan komunikasi rakyat setempat
yang proaktif dalam lingkungan kebudayaan tertentu.
BAB 4
TELEVISI DAN MASYARAKAT

Kesimpulan dari buku Neil Postman, yaitu televisi tersebut tidak etis, bahkan
sangat buruk. Jerry Mander mengatakan, televisi harus ditiadakan, dihilangkan sama sekali.
Sangat perlu kita melihat dahulu televisi tersebut sebenarnya apa danbagaimana televisi
berfungsi dalam masyarakat.
1. Teori Mengenai Lima Fungsi
a. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia
Fungsi televisi tersebut adalah mengamati kejadian di dalam masyarakat dan
kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.
b. Menghubungkan satu dengan yang lain
Televisi yang menyerupai mosaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan
satu dengan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah
dokumen tertulis.
c. Menyalurkan kebudayaan
Televisi dalam hal ini lebih proaktif. Televisi tidak hanya mencari, tetapi juga ikut
memperkembangkan kebudayaan.
d. Hiburan
Hiburan menjadi fungsi penting di dalam budaya lisan dan kebudayaan
audiovisual. Tanpa hiburan tidajk ada tayangan yang ditonton.
e. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat
Televisi harus bersifat proaktif memberi motivasi dan menganjurkan supaya
orang mau dibantu secara preventif.
2. Teori-teori yang Lain
a. Teori pengatur agenda
Yang dimaksud dengan agenda di sini adalah tema-tema yang menjadi
percakapan di dalam masyarakat.
b. Teori pengatur jadwal harian
Televisi sebagai penyita waktu pada jam-jam tertentu. Kecuali jika ada siaran
langsung peristiwa olahraga atau peristiwa-peristiwa lain yang menarik perhatian
khalayak ramai, kebanyakan orang menonton televisi tanpa maksud tertentu sebagai
kebiasaan.
c. Teori komunikasi antarpribadi yang tidak langsung
Televisi bukan komunikasi antarpribadi secara langsung, melainkan berupa
siaran. Akan tetapi siaran pun umumnya berasal dari percakapan antarpribadi.
d. Teori kegunaan dan keuntungan
Pemirsa televisi ternyata lebih aktif daripada yang umumnya disangka. Terutama
teori ini mau membantah anggapan, televisi secara langsung dapat mengerahkan
masyarakat dengan tujuan tertentu.
3. Televisi sebagai Pembudayaan
Televisi merupakan suatu kebudayaan. Kebudayaan ini diciptakan oleh televisi
dalam kerja sama dengan masyarakat luas yang mempergunakan televisi. Hal ini sudah
merupakan suatu kenyataan entah kita senang dengan televisi entah tidak. Namun,
kebudayaan ini bukan sesuatu yang sudah jadi sehingga dapat didokumentasikan dan
dianalisis. Televisi terus menerus membudayakan masyarakat dan masyarakat
membudayakan televisi.
BAB 5
ETIKA BARU UNTUK TELEVISI

Berikut ini kita menggunakan 2 prinsip:


1. Etika Berdasarkan Kosmologi
Menurut kosmologi baru, dunia ini berasal dari satu bola api yang meletus pada jarak
15 miliar tahun cahaya dari kita. Semua yang kita alami secara potensial sudah ada sejak
semula dan menjadi kenyataan melalui evolusi yang sangat panjang. Oleh sebab itu
semua yang ada, pantas dihormati sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Semua makhluk yang pernah ada dan yang ada sekarang mempunyai tiga cirri.
Pertama, setiap makhluk merupakan individu, artinya dia berbeda dengan semua yang
lain. Kedua, setiap makhluk merupakan subjek. Ketiga, setiap makhluk berkomunikasi
dengan semua makhluk yang lain.
Ketiga ciri yang ditemukan oleh para kosmolog itu kita pakai sebagai dasar suatu
etika, kita dapat mengatakan, suatu kegiatan adalah baik jika tiga cirri tersebut dihormati
dan buruk jika tiga cirri tersebut diabaikan.di dalam kosmologi kita dapat mengamati
bagaimana setiap individu dengan berhubungan pada semua individu yang lain
memperkembangkan diri untuk mencapai kesempurnaan pribadi.
2. Etika Berdasarkan Konsensus Global
Penyelewengan-penyelewengan yang paling dahsyat justru terjadi di beberapa
Negara yang menganut ideology ateis. Jika demikian, tidak ada jalan lain kecuali kembali
kepada agama. Akan tetapi, kita tidak dapat kembali kepada suatu agama eksklusif yang
menutup diri untuk mempertahankan identitasnya. Agama semacam ini melanggar etika
kosmologi dan melestarikan kepincangan yang berasal dari kebudayaan tulis. Pada zaman
globalisasi yang didukung oleh kebudayaan audiovisual eksklusivisme semacam ini tidak
dapat dipertahankan lagi. Terdapat empat tututan yang dirumuskan sebagai pedoman
yang tidak dapat dicabut, yaitu:
a. Tuntutan pertama adalah supaya kita melibatkan diri dalam suatu kebudayaan tanpa
kekerasan dan menghormati kehidupan.
b. Tuntutan kedua adalah oleh wakil-wakil semua agama tersebut, supaya kita
melibatkan diri dalam kebudayaan solidaritas dan dalam system ekonomi yang adil.
c. Tuntutan ketiga adalah seharusnya kita melibatkan diri dalam kebudayaan toleransi
dan hidup jujur.
d. Tuntutan keempat adalah menyangkut kebudayaan kesamaan hak dan persekutuan
antara laki-laki dan perempuan.
Tuntutan tersebut menyangkut seluruh kebudayaan ketika para pemirsa juga memainkan
peranan penting. Oleh sebab itu, pembaruan kebudayaan yang dituntut oleh agama-agama
perlu diusahakan oleh seluruh umat beragama dan juga oleh semua pemirsa televisi.

Anda mungkin juga menyukai