Anda di halaman 1dari 8

TUGAS DISASTER PLAN

PENANGGULANGAN BENCANA
ANGIN PUTING BELIUNG DI KECAMATAN BUA
KABUPATEN LUWU SULAWESI SELATAN

DISUSUN OLEH:
Tiara Larasati Widyaswara
030.13.190

PEMBIMBING:
dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS /


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

1
PENDAHULUAN

Wilayah Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di antara dua benua yaitu
Benua Asia dan Benua Australia, serta berada di antara dua samudera yaitu Samudra Hindia
dan Samudra Pasifik. Letak geografis Indonesia tersebut mempunyai pengaruh terhadap
perubahan angin yang selalu berganti arah dua kali selama setahun. Hal ini terjadi karena
pergeseran matahari ke arah utara atau selatan dari garis khatulistiwa, sehingga wilayah
Indonesia mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Perubahan musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya disebut masa peralihan
antar musim atau lebih dikenal dengan musim pancaroba. Pada musim pancaroba cuaca di
wilayah Indonesia terkadang tak mudah di prediksi. Dimana pada musim pancaroba kerap
terjadi cuaca ekstrim, seperti hujan badai, hujan es, petir, angin kencang, angin puting
beliung, banjir dan longsor serta gelombang laut yang tinggi. Kejadian cuaca ekstrim ini
terjadi di hampir seluruh Indonsia selama bulan-bulan musim peralihan. Kejadian cuaca
ekstrim pada musim pancaroba yang paling banyak adalah bencana angin puting beliung.
Angin puting beliung merupakan tornado dalam skala yang kecil, namun risiko kerusakan
rumah yang disebabkan cukup besar.

Angin puting beliung terjadi karena proses perubahan arah angin asia dan angin
Australia yang terjadi dua kali setahun. Perubahan arah angin regional tersebut akan
mempengaruhi kestabilan beda tekanan udara permukaan dan lapisan atas yang cukup besar
sehingga menimbulkan daya sedot udara dari permukaan ke lapisan atas yang kuat. Melihat
hasil data perbandingan bencana alam per jenis kejadian selama periode tahun 1815-2014
(sumber data BNPB) yang terjadi di wilayah Indonesia, angin puting beliung menempati
urutan ke 2 terbesar yaitu 21 %.

2
HAZARD

Profil Daerah

Kabupaten Luwu adalah suatu kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan.
Secara geografis, Kabupaten Luwu terletak pada koordinat antara 2o3’45” sampai 3o37’30”
LS dan 119o15” sampai 121o43’11” BB. Batas utara dari Kabupaten Luwu adalah Kabupaten
Luwu Utara dan Kabupaten Tana Toraja, batas selatan adalah Kabupaten Sidrap dan
Kabupaten Wajo, batas barat adalah Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang, dan batas timur
adalah Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara. Kabupaten Luwu memiliki luas wilayah 3.000,25
km2. Jumlah penduduk pada Kabupaten Luwu adalah 375.535 orang, dengan kepadatan
penduduk 112 jiwa/km2.

Kabupaten Luwu terdiri atas 22 kecamatan, 20 kelurahan, dan 207 desa. Kecamatan di
Kabupaten Luwu antara lain Kecamatan Bajo, Kecamatan Bajo Barat, Kecamatan Basse
Sangtempe, Kecamatan Basse Sangtempe Utara, Kecamatan Belopa, Kecamatan Belopa
Utara, Kecamatan Bua, Kecamatan Bua Ponrang, Kecamatan Kamanre, Kecamatan Lamasi,
Kecamatan Lamasi Timur, Kecamatan Larompong, Kecamatan Larompong Selatan,
Kecamatan Suli, Kecamatan Suli Barat, Kecamatan Walenrang, Kecamatan Walenrang Barat,
Kecamatan Walenrang Timur, dan Kecamatan Walenrang Utara.

Kecamatan Bua memiliki empat belas desa dan satu kelurahan. Kelurahan yang
terdapat pada Kecamatan Bua yaitu Kelurahan Sakti. Desa yang terdapat pada Kecamatan
Bua antara lain Desa Barowa, Desa Bukit Harapan, Desa Karang-karangan, Desa Lare-lare,
Desa Lengkong, Desa Pabbaresseng, Desa Padang Kalua, Desa Pammeskang, Desa Posi,
Desa Puty, Desa Raja, Desa Tana Rigella, Desa Tiromanda, dan Desa Toddopuli.

Angin Puting Beliung

Angin puting beliung merupakan bencana yang sering terjadi di wilayah Indonesia. Hal
ini terjadi terutama pada saat musim pancaroba, yaitu pada saat peralihan musim. Curah
hujan yang tinggi di provinsi Sulawesi Selatan meningkatkan risiko terjadinya bencana angin
puting beliung di daerah ini. Angin puting beliung terjadi secara singkat antara 3-5 menit
dengan kecepatan mencapai 40-50 km/jam atau lebih, diikuti dengan angin kencang yang

3
kecepatannya berangsur-angsur melemah. Sedangkan angin kencang dapat berlangsung lebih
dari 30 menit atau bahkan lebih dari satu hari.

Di Teluk Bone, yang dekat dengan Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, terjadi bencana
angin puting beliung pada tanggan 2 Januari 2019. Angin terjadi dari arah barat daya ke arah
barat laut dengan kecepatan 10-35 kn/jam berdurasi sekitar 15-20 menit. Bencana angin
puting beliung tersebut merusak fasilitas-fasilitas di Pusat Pelelangan Ikan (PPI), di mana
mata pencaharian warga setempat adalah sebagai nelayan. Tidak dilaporkan adanya korban
jiwa pada bencana angin puting beliung tersebut.

4
VULNERABILITY

 SDM: tidak adanya badan khusus tanggap bencana angin puting beliung pada
Kabupaten Luwu.
 Sosial: pengetahuan masyarakat mengenai angin puting beliung yang masih kurang.
 Fisik: tidak adanya jalur evakuasi khusus pada peristiwa angin puting beliung.
 Tidak terdapat rumah sakit di Kabupaten Luwu dan hanya terdapat satu Puskesmas di
Kecamatan Bua.

5
CAPACITY

 Terdapat 1 Puskesmas pada Kecamatan Bua, yaitu di Kelurahan Sakti dan termasuk
jenis Puskesmas perawatan.
 Tidak terdapat rumah sakit di Kabupaten Luwu. Rumah sakit terdekat terletak di
Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang.
 Obat-obatan, bahan habis pakai, dan perlengkapan gawat darurat tersedia di Puskesmas
sesuai dengan standar.

6
DISASTER MANAGEMENT

Pencegahan
1. Sebelum terjadinya angin puting beliung
 Menyediakan tempat perlindungan yang aman dari angin puting beliung.
 Menyediakan sarana pendeteksi cuaca dan media informasi.
 Edukasi kepada masyarakat untuk mendengarkan dan menyimak siaran radio atau
televisi terkait perkiraan terkini cuaca daerah setempat.
 Edukasi kepada masyarakat untuk waspada terhadap perubahan cuaca.
 Edukasi kepada masyarakat untuk waspada terhadap tanda bahaya, berupa:
- Langit yang menggelap, sering kali menjadi berwarna kehijauan.
- Hujan berupa es dengan butiran yang besar.
- Suara gemuruh yang sangat keras seperti bunyi kereta api.
 Edukasi kepada masyarakat untuk pergi ke tempat perlindungan bila ada angin
puting beliung mendekat.
2. Saat terjadinya angin puting beliung
 Bila dalam keadaan bahaya, masyarakat segera ke tempat perlindungan.
 Jika sedang berada di dalam bangunan, segera menuju ke tengah ruangan pada
lantai terbawah menjauhi sudut ruangan, jendela, pintu, dan dinding terluar
bangunan, atau berlindung di bawah meja dengan posisi lengan melindungi
kepala dan leher. Jangan membuka jendela.
 Jika sedang berada di dalam kendaraan, segera hentikan dan tinggalkan
kendaraan, lalu carilah tempat perlindungan yang terdekat. Jangan mencoba
melarikan diri dengan kendaraan pada tempat dengan penduduk dan bangunan
yang padat.
 Jika sedang berada di luar ruangan dan jauh dari tempat perlindungan, maka yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut:
- Cari tempat datar terendah atau saluran air terdekat, berposisi tiarap, dengan
posisi lengan melindungi kepala dan leher.
- Jangan berlindung di bawah jembatan, jalan layang, dan sebagainya.
- Waspada terhadap benda yang diterbangkan oleh angin puting beliung.
3. Kesiapsiagaan
Memperkirakan kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat, misalnya sumber
makanan dan air bersih, obat-obatan, pakaian, dan tempat pengungsian.
4. Penanganan darurat
Menyelamatkan jiwa dan melindungi harta, serta menangani gangguan kerusakan
dan dampak lain dari bencana.
5. Pemulihan
 Rehabilitasi: membuat tempat pengungsian sementara selama rumah penduduk
belum aman dari angin puting beliung.
7
 Rekonstruksi: pembangunan kembali bangunan atau infrastruktur yang rusak
akibat angin puting beliung.
6. Mitigasi
Penataan kembali lahan desa.

Healthcare disaster plan


 Memastikan Puskesmas aman sebagai sentra pelayanan kesehatan pasca bencana angin
puting beliung.
 Menentukan tempat yang aman untuk pengungsian, misalnya balai desa, sekolah,
masjid, atau lapangan.
 Menunjuk seorang command leader di Puskesmas, yaitu salah satu dokter Puskesmas.
 Membuat peta jalur dan lokasi evakuasi bencana.
 Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat penunjang medis.
 Meminta bantuan Dinas Kesehatan setempat bila ada obat-obatan atau alat-alat
penunjang medis yang dirasa kurang.
 Bekerja sama dengan mantri-mantri dan bidan-bidan desa untuk membantu Puskesmas
dalam hal terjadinya bencana angin puting beliung.
 Bekerjasama dengan Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, mahasiswa
kedokteran, tim medis, warga, maupun relawan untuk mengevakuasi korban-korban
bencana.
 Menentukan triase, memilah-milah korban berdasarkan tingkat keparahan atau
kegawatdaruratannya.
 Membagi ruangan/tempat khusus di Puskesmas untuk pasien berdasarkan triase
tersebut.
 Membuat traffic flow dari pintu masuk Puskesmas ke ruang-ruang yang sudah
ditentukan sesuai dengan keadaan korban, sampai pintu keluar yang berbeda dengan
pintu masuk awal.
 Membuat papan informasi di depan Puskesmas yang berisi tentang data korban yang
berada di Puskesmas sebagai sumber informasi untuk keluarga korban dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai