Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP PERTUMBUHAN, UKURAN SEL

METAFASE DAN KANDUNGAN PROTEIN BIJI TANAMAN KACANG


HIJAU (Vigna radiata (L) Wilczek)

THE INFLUENCE OF KOLKISIN TO GROW, METAFASE CELL SIZE,


AND PROTEIN CONTEN OF GREEN BEANS PLANT
(Vigna radiata (L) Wilczek)

Sri Haryanti, Rini Budi Hastuti, Nintya Setiari, dan Agung Banowo
Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof. Soedarto SH, Kampus Tembalang, Semarang

ABSTRAK

T elah dilakukan penelitian tentang pengaruh kolkisin terhadap pertumbuhan, ukuran


sel dan kandungan protein biji kacang hijau.Penelitian ini dengan faktor tunggal yaitu
konsentrasi kolkisin yaitu 0% (K0), 0,05% (K1), 0,10% (K2), 0,15% (K3), dan 0,20%
(K4), masing –masing dengan 5 ulangan. Penelitian ini dilaksanakan dengan Rancangan
Acak Lengkap (RAL), dan jika ada beda nyata dilanjutkan uji Duncan pada taraf signifikasi
5%. Parameter yang diamati meliputi jumlah daun, berat basah,dan berat kering tanaman,
ukuran sel saat metafase, dan kandungan protein biji Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kolkisin menghambat pertumbuhan, meningkatkan ukuran sel saat metafase dan kandungan
protein biji.

Kata Kunci: Kolkisin, pertumbuhan, dan ukuran sel metafase.

ABSTRACT

T he aims of this experiment was to know of colchicine on growth, metaphase cell size
and improvement seeds protein. The experiment includes one factor is colchicines
consentration 0% (K0), 0,05% (K1), 0,l0% (K2), 0,15% (K3), and 0,20% (K4) with
5 replicates. The research use Complete Randomized Design, when there is a real difference
Duncan test will be used upon significant degree of 5%. The observed parameters are sum of
leafe, wet weight and dry weight plant, metaphase cell size and content protein seeds. The
result of research indicated that colchicines growth hampered, increased of metaphase cell
size and improvement protein seeds.

Keywords: colchicines, growth, and metaphase cell size.

112 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 112 - 120
PENDAHULUAN menjadi autoploid apabila genom yang
mengganda berasal dari genom yang sama
Menurut Rukmana (1997) saat ini (genom itu sendiri yang mengalami
pengembangan kacang hijau menempati penggandaan, misalnya n1 + n1) dan al-
urutan ketiga setelah kedelai dan kacang lopolyploid, yaitu apabila penggandaan
tanah. Permintaan kacang hijau dari tahun kromosom berasal dari genom-genom yang
ketahun semakin meningkat melebihi jum- berbeda (n1 + n2) berkumpul melalui
lah produksi nasional. Untuk memenuhi hibridisasi (Suryo, 1995).
kebutuhan tersebut pemerintah mengimpor Pada tumbuhan, poliploid dapat
kacang hijau hingga sebesar 20 ribu ton per bertahan hidup dan berkembang karena
tahun, untuk itu produksi kacang hijau tidak adanya kromosom sek. (Fransworth,
harus ditingkatkan. Usaha peningkatan 1988). Burns (1972) mengungkapkan
produksi ini hanya dapat tercapai apabila adanya ciri morfologi yang berbeda pada
pertumbuhan tanaman dapat ditingkatkan tanaman poliploid dibandingkan tanaman
menjadi lebih baik. diploidnya. Pada tanaman poliploid,
Salah satu cara untuk mencapai tuju- jumlah kromosom yang lebih banyak
an tersebut adalah memperlakukan benih menyebabkan ukuran sel dan inti sel ber-
kacang hijau dengan kolkisin. Kolkisin tambah besar. Sel yang berukuran lebih
(C22H25O6N) merupakan alkaloid yang besar menghasilkan bagian tanaman seperti
mempengaruhi penyusunan mikrotubula, daun, bunga, buah maupun tanaman
sehingga salah satu efeknya adalah menye- secara keseluruhan yang lebih besar. Selain
babkan penggandaan jumlah kromosom menyebabkan perubahan morfologi,
tanaman (terbentuk tanaman poliploid). menurut Dnyansagar (1992) peningkatan
Tanaman poliploid memiliki pola pertum- jumlah kromosom juga menyebabkan
buhan, ciri morfologi, anatomi, genetik, perubahan fisiologi pertumbuhan yang
fisiologi, dan produktivitas yang berbeda lambat, umur berbunga yang lebih
dibandingkan dengan tanaman diploi- panjang, peningkatan kandungan sel (vi-
dinya. Umumnya kenampakan tanaman tamin, protein, minyak atsiri,dan seba-
dan produktivitasnya lebih baik, sehingga gainya), tekanan osmotik sel meningkat,
secara ekonomis lebih menguntungkan serta munculnya sterilitas yang tinggi akibat
(Burns, 1972). Namun dapat terjadi secara ketidakteraturan mitosis.
alami karena pemisahan kromosom yang Kolkisin (C22H25O6N) merupakan al-
tidak teratur selama mitosis sel-sel repro- kaloid yang diekstrak dari biji dan umbi
duksi yang tidak teratur pada metosis tanaman Colchicum aurumnale Linn
sehingga kromosom gagal memisah sempur- (Suryo, 1995, Crowder, 1990). Menurut
na pada saat anaphase menghasilkan Eigsti dan Dustin (1957) kolkisin juga dite-
gamet dengan pengurangan atau penam- mukan pada tanaman Merendra sp, Gloriosa
bahan set kromosom, dan yang sengaja superba, Veratrum album, Tulipa sylvestris,
dibuat dengan zat penghambat mitosis dan lain-lain dengan bentuk dan kadar
misalnya dengan perlakuan asenaften, serta keaktifan yang berbeda-beda.
kloralhidrat, sulfanilamide, kolkisin, dll. Menurut Suryo (1995), Sheeler dan
Berdasarkan asal kromosom yang menga- Bianchi (1957) larutan kolkisin pada kon-
lami penggandaan, poliploid dibedakan sentrasi kritis tertentu akan menghalangi

Pengaruh Kolkisin terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel ... (Sri Haryanti, dkk.) 113
penyusunan mikrotubula dari benang- METODE PENELITIAN
benang spindle yang mengakibatkan keti-
dakteraturan pada mitosis. Apabila Sebagai larutan standar dibuat
benang-benang spindle tidak terbentuk larutan kolkisin 1,0% (1g dalam 100 ml
pada pembelahan mitosis sel diploid, aquades), dari larutan standar tersebut
kromosom yang telah mengganda selama dibuat larutan 0,05%; 0,10%; 0,15%;
interfase gagal memisah pada anaphase. 0,20% masing-masing sebanyak 30 ml, dan
Sebuah membrane inti kemudian terben- larutan 0% (aquades) sebagai kontrol.
tuk mengelilingi dua sel kromosom diploid Benih kacang hijau yang telah disiapkan
yang seharusnya menghasilkan dua sel direndam dalam air selama 1,5 jam. Setelah
anak, menghasilkan sel dengan empat sel ditiriskan kemudian direndam dalam
kromosom (tetraploid) (Gardner et al, larutan kolkisin selama 10 jam. Kemudian
1991). Pembelahan sel secara mitosis yang setelah itu dicuci dengan aquades untuk
mengalami modifikasi ini disebut C-mito- menghilangkan sisa kolkisin. Kecambah
sis, dan hasilnya adalah sel-sel yang yang telah diperlakukan dengan kolkisin
mengandung genom dua kali lipat dari ditanam masing-masing 4 kecambah untuk
jumlah genom semula. Jika pengaruh setiap polibag, setelah umur 10 hari diseleksi
kolkisin pada konsentrasi krisis ini dibiar- dan disisakan satu tanaman yang seragam.
kan berlanjut, maka kromosom akan Media tanam berupa campuran tanah, pasir
mengganda seperti deret ukur 4n, 8n, 16n, dan kompos = 1 : 1 : 1. Pemupukan berupa
32n dst. campuran Urea, TSP dan KCl dengan
Suryo (1995) mengemukakan bah- perbandingan berat 1 : 2 : 1 diberikan
wa larutan kolkisin efektif pada konsentrasi ketika tanaman berumur 30 hari setelah
0,001-1,00% dengan lama perlakuan 3-24 tanam sebanyak 30 g setiap tanaman .
jam, tetapi pada benih yang berkulit keras Parameter yang diamati yaitu antara
seperti benih kacang-kacangan, jagung,dan lain jumlah daun, berat basah dan berat
sebagainya konsentrasi 0,2% lebih dian- kering tanaman (umur 70 hari), ukuran sel
jurkan. Eigsti dan Dustin (1957) menun- ujung akar saat metafase (umur 15 hari) dan
jukkan bahwa konsentrasi 0,2% yang lebih kandungan protein biji/l00 biji (umur 70
umum dipakai untuk semua tanaman hari) ditentukan dengan metode Lowrrey
dengan lama perlakuan antara 24-96 jam. (Copeland, l994).
Konsentrasi kolkisin 0,01% dengan lama Pengamatan ukuran sel ujung akar
perendaman 6 jam pada akar dilaporkan pada metaphase dengan cara : mengambil
efektif menggandakan kromosom bawang dari bagian ujung akar yang aktif tumbuh
putih (Suryatinah, 1998). Pada jagung pada tanaman berumur 15 hari sepanjang
manis konsentrasi 0,25% dengan lama 1-1,5 mm dari ujung akar ; preparat dibuat
perlakuan selama 6 jam mampu mengin- dengan metode squash (pencet) dengan
duksi tanaman menjadi tetraploid (Lusia, media gliserin. Akar diperlakukan dengan
1990). Selanjutnya larutan kolkisin dengan 8-hidroksiquinolin 0,002 M pada suhu 4oC
konsentrasi 0,02% dan lama perlakuan 2 selama 24 jam, kemudian difiksasi dengan
jam, atau konsentrasi 0,04% dengan lama asam asetat 45% pada suhu 27oC selama
perlakuan 1 jam mampu menginduksi tana- 15 menit dan dilunakkan dengan HCl 1 N
man Stevia rebaudiana Bertonii M. menjadi pada suhu 30oC selama 2 menit. Pewarnaan
poliploid. kromosom menggunakan acetoorcein 2%

114 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 112 - 120
selama 2 jam. Diamati ukuran sel dan ke- HASIL DAN PEMBAHASAN
nampakan kromosom pada saat metaphase
dengan mikrometer dan mikroskop. Tabel l menunjukkan pengaruh
Penelitian dilakukan dengan Ranca- kolkisin pada benih kacang hijau terhadap
ngan Acak Lengkap faktor tunggal yaitu parameter pertumbuhan tanaman. Kecuali
konsentrasi larutan kolkisin yaitu 0%, pada perlakuan K4 kolkisin tidak membe-
0,05%, 0,10%, 0,15%, dan 0,20%. Setiap rikan pengaruh yang nyata terhadap penu-
perlakuan dengan 5 ulangan. Data yang runan jumlah daun dibandingkan kontrol.
diperoleh dianalisa dengan Anova (Analy- Rata-rata jumlah daun antara perlakuan
sis of Varians) pada taraf uji 5% dan apabila K0, K1, K2 dan K3 berbeda tidak nyata
terdapat perbedaan rata-rata antar pada uji Duncan dengan taraf uji 5%,
perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan sedangkan jumlah daun K4 berbeda tidak
pada taraf uji 5% . nyata dengan perlakuan K2 dan K3.

Tabel l. Rata-rata Jumlah Daun, Umur Berbunga, Berat Basah dan Berat Kering
Tanaman yang Diperlakukan dengan Kolkisin

Perlakuan Jumlah daun (helai) Berat basah (gram) Berat kering (gram)
K0 7,80a 22,53a 7,25a
K1 8,20a 21,49a 7,31a
Keterangan: Rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan nilai
K2 6,60abyang berbeda tidak nyata
19,33pada
a uji Duncan dengan
6,76taraf
a uji 5%.

K3 6,80ab 19,62a 6,88a


Jumlah Daun (helai)
K4 5,20b 6,45b 3,34b
9
8,2
7,8
8

6,6 6,8
7

6
5,2
Jumlah Daun

0
K0 K1 K2 K3 K4
Pe rla kua n

Gambar 1. Histogram Jumlah Daun Setelah Perlakuan Kolkisin

Pengaruh Kolkisin terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel ... (Sri Haryanti, dkk.) 115
Data jumlah daun yang menunjuk- tid ikut membelah selama mitosis. Pada saat
kan perlakuan kolkisin tidak menurunkan benih diperlakukan dengan kolkisin, mi-
jumlah daun secara nyata, kecuali pada tosis pada sel-sel embrio diikuti dengan
konsentrasi kolkisin tertinggi (gambar 1). pembelahan proplastid, meskipun kromo-
Pembelahan sel yang lambat juga menye- som yang telah mengganda mungkin gagal
babkan pem-bentukan dan perkembangan berpisah pada anaphase akibat rusaknya
primordial daun yang lambat, meskipun formasi mikrotubula penyusun benang-
berbeda tidak nyata. Daun merupakan or- benang spindle oleh kolkisin, sehingga
gan fotosintesis utama, sehingga menentu- menghasilkan tanaman yang mempunyai
kan jumlah asimilat yang dihasilkan yang kadar klorofil yang lebih tinggi. Menurut
diperlukan selama pertumbuhan dan Loveless (1991) jumlah klorofil yang
perkembangan tanaman. Kloroplast pada banyak sebagai pigmen utama dalam proses
tanaman berkembang dari struktur mikro fotosintesis meningkatkan efisiensi fotosin-
yang terdeferensiasi yang disebut proplas- tesis, sehingga bahan kering yang dapat
tid. Menurut Adams et al. (1970) proplas- ditimbun tanaman lebih banyak.

Gambar 2. Histogram Berat Basah dan Berat Kering Tanaman


Setelah Perlakuan Kolkisin

116 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 112 - 120
Perlakuan K4 menghasilkan berat K0 maupun K1. Rata-rata ukuran sel (K3)
basah dan berat kering yang rendah, seba- 17,03 µm x 22,33 µm, meningkat
gai efek jumlah daun yang berkurang dan dibandingkan kontrol dan relatif sama
pertumbuhan yang buruk akibat konsen- dengan perlakuan K2. Demikian juga uku-
trasi kolkisin yang tinggi. Menurut Sitom- ran sel akar perlakuan (K4) 18,97 µm x
pul dan Guritno (1995) penghambatan 24,85 µm relatif sama dengan perlakuan K2
pada awal fase pertumbuhan menyebabkan dan K3 yang meningkat dibandingkan
penurunan produksi biomassa yang nyata. kontrol. Ukuran sel dan inti terlihat sema-
Tanaman ini memiliki jumlah daun yang kin besar dan kromosom mengganda
sedikit, berukuran kecil, sehingga produk dengan jelas.
fotosintesis yang dihasilkan sebagai kom- Pengamatan sel akar menunjukkan
ponen biomassa tanaman sedikit. Sedang- bahwa ukuran sel dari tanaman dengan
kan tanaman yang memiliki daun yang perlakuan K2, K3 dan K4 lebih besar
lebih luas (K0, K1, K2 dan K3) akan dibandingkan ukuran sel tanaman kontrol
tumbuh lebih cepat karena mampu meng- maupun K1. Sel-sel berukuran lebih besar
hasilkan bahan kering yang lebih banyak. menurut Crowder (1990) menyebabkan
Produk fotosintesis yang lebih banyak pembelahan sel lebih lambat, sehingga
menyebabkan tanaman mampu memben- pertumbuhan tanaman lebih lambat pula.
tuk seluruh bagian tanaman dibandingkan Bentuk sel juga menunjukkan perubahan
tanaman dengan perlakuan K4. Perbedaan dari sel yang bentuknya memanjang (persegi
yang cukup besar pada awal pertumbuhan panjang) (K0, K1 dan K2) menjadi bentuk
selanjutnya menyebabkan perbedaan yang menyerupai bujur sangkar (K3dan
pertumbuhan pada tanaman tersebut. K4). Diduga bentuk sel-sel yang lebih pen-
Berat basah dan berat kering perla- dek ini menyebabkan pemanjangan akar
kuan K0, K1, K2 dan K3 berbeda tidak terhambat.
nyata. Berat basah dan berat kering teren- Kolkisin mempengaruhi pertumbu-
dah diperoleh pada perlakuan K4. Pada K han tanaman kacang hijau dengan mempe-
4 secara morfologi tanaman ini paling kecil ngaruhi penyusunan mikrotubula dalam sel.
karena kandungan air serta komponen- Menurut Sheeler dan Bianchi (1987) setiap
komponen sel tanaman yang dihasilkan dimmer penyusun mikrotubula (gabungan
paling sedikit. Produksi bahan kering tana- a dan b tubulin) mempunyai tempat pengi-
man merupakan resultan tiga proses yaitu kat spesifik bagi kolkisin. Dimmer yang telah
penumpukan asimilat melalui melalui berikatan dengan kolkisin akan mencegah
fotosintesis, penurunan asimilat akibat tersusunnya dimmer tersebut menjadi
respirasi dan akumulasi ke bagian sink. Laju mikrotubula. Apabila dimmer yang terha-
pembentukan daun baru dan lamanya ber- langi penyusunannya adalah mikrotubula
bagai fase perkembangan tanaman meru- penyusun benang spindle pada mitosis, akan
pakan indikator penting untuk menen- menyebabkan pembelahan sel terhambat
tukan produktivitas dan kromosom yang telah mengganda
Rata-rata ukuran sel metafase pada selama interfase gagal memisahkan diri,
akar tanaman perlakuan (K1) 14,50 µm x sehingga membentuk sel yang poliploid.
18,83 µm relatif sama dengan kontrol (K0) Selain menyusun benang-benang
13,83 µm x 19,38 µm, sedangkan (K2) spindle, mikrotubula bersama mikrofilamen
17,70 µm x 23,75 µm meningkat dibanding dan filamen intermediet juga menyusun

Pengaruh Kolkisin terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel ... (Sri Haryanti, dkk.) 117
Tabel 2. Rata-rata k

rangka sel yang berperan dalam proses tran- ran sebagai protein reseptor dan pengikat
sportasi intraseluler molekul kecil seperti air milekul lain pada permukaan sel (Wolfe,
dan ion anorganik pada sitoplasma 1982). Rusaknya formasi mikrotubula
(Kimball, 1995). Oleh karena itu, selain dalam sel menyebabkan gangguan trans-
menghalangi penyusunan dimmer mikro- portasi sel, sehingga molekul-molekul
tubula penyusun benang-benang spindle dalam sitoplasma tidak terdistribusi dengan
pada pembelahan sel, kolkisin dapat baik. Oleh karena itu pertumbuhan tana-
menghalangi perakitan mikrotubula man menjadi lambat setelah benih diper-
penyusun rangka sel dan mengacaukan tata lakukan kolkisin pada konsentrasi tinggi.
letak beberapa protein pada membran sel Lebih lanjut Dnyansagar (l992)
khususnya glikoprotein yang diatur oleh mengungkapkan bahwa peningkatan
mikrotubula dan mikrofilamen yang berpe- kandungan bahan organik seperti vitamin,

Tabel 2. Rata-rata kandungan protein biji (g/100 biji)

Keterangan: Rata-rata kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
nilai yang berbeda tidak nyata pada uji Duncan dengan taraf uji 5 %.

Gambar 3. Histogram Kandungan Protein Biji Setelah Perlakuan Kolkisin

118 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 112 - 120
kandungan protein biji

protein, sukrosa, minyak atsiri dan seba- kolkisin pada sel adalah mencegah penyu-
gainya pada organ penyimpan merupakan sunan mikrotubula sehingga dapat menye-
karakter khas dari tanaman poliploidi. babkan tanaman mempunyai genom
Genom yang rangkap sebagai sumber kode mengganda. Akibatnya ukuran sel-sel
genetik dalam sintesis protein memung- metafase pendek tetapi besar, morfologi
kinkan untuk meningkatkan kandungan tanaman mengalami perubahan fisiologi
protein biji. Keadaan ini memacu energi menjadi makin kecil, namun jumlah biji
lebih efektif untuk pengisian polong dan dalam setiap polongnya berkurang dengan
sel-sel endosperm biji. Hal ini diduga kandungan protein makin meningkat.
mampu meningkatkan kandungan protein
utamanya perlakuan K2, K3 dan K4. SIMPULAN
Griffiths et al (l996) menambahkan
adanya efek sehubungan dengan pening- 1. Perlakuan kolkisin mempengaruhi
katan jumlah gen dalam tanaman, yaitu pertumbuhan dan ukuran sel metafase
jumlah produk gen (RNA dan protein) akar tanaman kacang hijau.
sebanding dengan jumlah gen pada sel. 2. Konsentrasi kolkisin 0,20% adalah
Pada perlakuan K2, K3 dan K4 pening- konsentrasi tertinggi yang mengaki-
katan kandungan protein mungkin berhu- batkan penurunan pertumbuhan,
bungan dengan peningkatan jumlah gen namun meningkatkan kandungan pro-
dalam tanaman, mengingat pengaruh tein biji kacang hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, P., J.W Baker and G.E. Allen., l970. The study of Botany. Addition Wesley Publishing
Company. Massachussets
Allard, R.W., l992. Pemuliaan Tanaman. Jilid 2. Penerjemah Manna. Penerbit PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Burns, G.W., 1972. The Science Of Genetics, an Introduction to Heredity. Edisi ke-2, Penerbit
The Macamillan Company, New York.
Crowder, L.V., 1990. Genetika Tumbuhan, penerjemah Lilik Kusdiarti, Penerbit Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Dnyansagar, V.R., 1992. Cytology and Genetics, Tata McGraw-Hill Publishing Company
Ltd, New Delhi.
Eigsti, O.J., and P. Dustin., 1957. Colchicine ain Agriculture Medicine, Biology and Chemistry,
Penerbit Iowa State College Press, Iowa.
Fransworth, M.W., 1988. Genetics. Edisi ke-2, Harper & Row, Publishers, Inc. New York.
Gardner, E.J., M.J. Simmons and D.P. Snustad., 1991. Principles of Genetics. Edisi ke-2, Penerbit
John Wiley and Sons Inc. New York.

Pengaruh Kolkisin terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel ... (Sri Haryanti, dkk.) 119
Griffiths, J.F., J.H. Miller, D.T. Suzuki, R.C. Lewontin and W.M. Gelbart., 1996. An
Introduction to Genetics Analys. Edisi ke-6, Penerbit W.H. Freeman and Company,
New York.
Harborne, J.B., 1996. Metode Fitokimia, Penuntun Modern Cara Menganalisis Tumbuhan,
penerjemah Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung.
Kimball, J.W., 1995. Biologi. Jilid 2, edisi ke-5, Penerjemah Siti Soetarmi Tjitrosomo dan
Nawangsari Sugiri, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Loveless, A.R., 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik, Jilid 1 , Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lusia, S.O.R., 1990. “Pengaruh Konsentrasi Colchicine dan Waktu Perendaman pada Benih
Jagung Manis (Zea mays fa. Saccharata, Sturt) Terhadap Upaya Peningkatan koalitas
Hasil”. Skripsi. Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Mader, S.S., 1996. Biology, edisi ke-5 W.M.C. Brown Publisher, Dubuque.
Rukmana, R., l997. Kacang Hijau, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta
Salisbury, F.B, and C.W. Ross., l995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. ITB Bandung
Sheeler, P. and D.G. Bianchi., l987. Cell and Molecular Biology. John Wiley and Sons, Inc
Canada
Sitompul, S.M, dan B. Guritno., l995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press Yogyakarta
Suryatimah, S., l998. “Pengaruh Pemberian KOlkisin Terhadap Jumlah Kromosom , Distribusí
serta Usuran Stomata dan Kadar Minyak Atsiri pada Bawang Putih (Allium
sativum)”. Skripsi. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Suryo., l995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Wolfe, S.L., l983. Introduction to Cell Biology. Wadsworth Publishing Company, California.

120 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 112 - 120

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I Monografi
    Bab I Monografi
    Dokumen4 halaman
    Bab I Monografi
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Mikroemulsi
    Mikroemulsi
    Dokumen16 halaman
    Mikroemulsi
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Morfistum Finale
    Morfistum Finale
    Dokumen27 halaman
    Morfistum Finale
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Contoh Proposal Ape
    Contoh Proposal Ape
    Dokumen9 halaman
    Contoh Proposal Ape
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Wa0009
    Wa0009
    Dokumen8 halaman
    Wa0009
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • RPS Toksikologi
    RPS Toksikologi
    Dokumen5 halaman
    RPS Toksikologi
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Kasus Konstipasi-1
    Kasus Konstipasi-1
    Dokumen4 halaman
    Kasus Konstipasi-1
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Formulas I
    Formulas I
    Dokumen26 halaman
    Formulas I
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Lomba Sholawat Nabi
    Lomba Sholawat Nabi
    Dokumen3 halaman
    Lomba Sholawat Nabi
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Ikan Cair
    Ikan Cair
    Dokumen11 halaman
    Ikan Cair
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat