2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3825
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TESIS
OLEH:
EVA DIANSARI MARBUN
NIM 147014023
TESIS
OLEH:
EVA DIANSARI MARBUN
NIM 147014023
ii
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan TIM Penguji pada hari Kamis
Tanggal 8 Febuary 2018.
Mengesahkan :
Tim Penguji Tesis
Ketua Tim Penguji Tesis : Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt
Anggota Tim Penguji Tesis : Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt
Dr. Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt
Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt
Yandani, S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt
iii
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat adalah asli karya
saya sendiri, bukan plagiat dan apabila dikemudian hari diketahui tesis saya
tersebut plagiat karena kesalahan saya sendiri maka saya bersedia diberi sanksi
apapun oleh Program Studi Magister Farmasi Fakultas Farmasi USU. Saya tidak
akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
iv
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang tak
dengan judul Uji Efek Ekstrak Etanol Kulit Batang Kecapi (Sandoricum koetjape
Merr.) Sebagai Antidiare Yang Diinduksi Dengan Oleum Ricini Dan Bakteri
Escherichia coli Pada Marmut Jantan, sebagai salah satu syarat untuk mencapai
Selama menyelesaikan penelitian dan tesis ini penulis telah banyak mendapatkan
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu
penulis ingin menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang tiada terhingga
kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,
M.Hum.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. Masfria,
Apt., yang telah menyediakan fasilitas dan kesempatan bagi penulis menjadi
Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., dan ibu Prof. Dr.
Rosidah, M.Si., Apt selaku Sekretaris Program Studi Magister Farmasi yang
4. Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. dan Ibu Dr. Aminah Dalimunthe, M.Si.,
vi
5. Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.dan ibu. Yuandani, M.Si.,Ph.D., Apt.
Selaku ketua dan anggota komisi penguji yang telah memberikan saran dan
6. Ibu Prof. Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D., Apt Kepala Departemen
memberikan cinta dan kasih sayang, pengorbanan baik materi maupun motivasi
serta doa tulus yang tidak pernah berhenti, juga kepada, kepada Kakak dan adik
saya, serta buat rekan mandike, masria, michael, nina, chika, hans, ade, gita diah,
reny, fina, noli, yana, dara, vegi, darwin, daus, eka dan semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam
penelitian tesis ini. Kiranya Tuhan memberikan balasan yang berlipat ganda atas
kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari
bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata semoga tulisan ini dapat
farmasi.
vii
Abstrak
Kata kunci: ekstrak kulit batang kecapi, oleum ricini, Escherichia coli, antidiare
viii
Abstract
ix
Halaman
JUDUL ............................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
xi
xii
3.6.7 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Dalam Air ................... 48
3.6.8 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Dalam Asam ............. 49
xiii
xiv
xv
Gambar Halaman
4.1 Gambar Grafik Perbandingan Berat Fases Normal Pada Kedua Penginduksi 74
4.2 Gambar Grafik % Kontraksi Otot Polos Organ Usus Besar Yang Dikontraksi
Dengan Pemberian Seri Konsentrasi Asetilkolin .......................................... 79
4.3 Grafik % Relaksasi Setelah Pemberian Seri Konsentrasi Ekstrak Etanol Kulit
Batang Kecapi Pada Otot Polos Usus Besar ............................................... 82
4.5 Grafik % Relaksasi Setelah Pemberian Seri Konsentrasi Atropin Sulfat dan
Ekstrak Kulit Batang Kecapi Pada Otot Polos Usus Besar ........................... 86
xvi
Tabel Halaman
3.1 Tabel Pemberian Asetilkolin Secara Kumulatif Pada Organ Bath ............. 61
3.2 Tabel Pemberian Konsentrasi Ekstrak Etanol Kulit Batang Kecapi Secara
3.3 Tabel Pemberian Atropin Sulfat Secara Kumulatif pada Organ Bath ........ 66
4.3 Tabel Waktu Setelah Diberikan Ekstrak Etanol Kulit Batang Kecapi Pada
Penginduksi Oleum Ricini Dan Bakteri ....................................................... 73
4.4 Tabel Perbandingan Berat Fases Normal Pada Kedua Penginduksi ........... 74
4.5 Data Uji Seri Konsentrasi Asetilkolin Klorida Terhadap Otot Polos
Usus besar ... ................................................................................................ 79
4.6 Data Rata-rata Hasil % Relaksasi Ekstrak Etanol Kulit Batang Kecapi ...... 81
4.7 Data Rata-rata Hasil % Relaksasi Atropin Sulfat ........................................ 84
4.8 Data Data Rata-rata Hasil Relaksasi Ekstrak Etanol Kulit Batang Kecapi dan
atropin sulfat ............................................................................................... 86
xvii
Lampiran 5 Gambar Feses cair, Feses lembek, feses padat ............................... 104
Lampiran 11 Data Waktu Proses Dari Fases Diare sampai ke Fases Normal ... 114
Lampiran 14 Gambar Data Hasil Seri Konsentrasi Uji Motilitas ...................... 126
Lampiran 16 Data Efek Relaksasi Atropin Pada Konsentrasi Usus Besar ........ 130
Lampiran 17 Data Efek Relaksasi Ekstrak kulit batang kecapi pada Konsentrasi
Usus Besar ...................................................................................... 131
xviii
PENDAHULUAN
hayati Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan
Zaire. Jika dilihat dari keanekaragaman floranya, cukup banyak jenis tumbuhan
Indonesia secara tradisional semakin disukai karena efek samping lebih kecil dari
Diare adalah penyebab kematian utama kedua pada anak umur dibawah 5
tahun. Setiap tahunnya sekitar 760.000 anak pada umur di bawah 5 tahun
meninggal karena diare (WHO, 2013). Diare merupakan kondisi di mana terjadi
peningkatan frekuensi buang air besar dan penurunan konsistensi feses yang
keluar dibandingkan dengan pola usus individu normal (Wells., dkk, 2009).
Peningkatan motilitas usus juga dapat menyebabkan diare. Iritasi pada usus akan
tersebut dengan selaput lendir usus, sehingga penyerapan air dan elektrolit akan
dikatakan pernah mengalami diare. Banyak orang yang mengalami diare dengan
onset yang cepat menderita penyakit yang tidak terlalu parah dan dapat sembuh
komplikasi berat bila tidak ditangani dengan benar. Bila diare hanya beberapa kali
sehari dan berhenti dalam 1-2 hari, hal ini tidak perlu penanganan khusus. Bila
ekskresinya sering yaitu 8-15 kali sehari, disertai perut mules, feses cair dan
banyak, maka perlu diwaspadai. Bahaya terbesar ialah kehilangan cairan tubuh
dan garam, terutama natrium dan kalium, apalagi bila terjadi berhari-hari.
Terutama orang lanjut usia dan bayi, peka sekali dan mudah berakhir dengan
dengan adanya efek samping dari penggunaan obat modern. Obat tradisional lebih
dipilih karena dianggap mempunyai efek samping yang lebih kecil. Perlu
maka efek samping obat tradisional masih lebih kecil daripada efek samping obat
Sumatera Utara bahwa rebusan dari kulit batang kecapi juga dapat dijadikan
sebagai obat anti diare. Kecapi termasuk familia Meliaceae mengandung senyawa
flavanoid, saponin, tanin, glikosida dan steroid / triterpenoid, fenol dan polifenol
(Djumidi, 1997). Selain itu, dari penelitian terdahulu telah dilaporkan bahwa daun
dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan
fungi serta digunakan sebagai obat tradisional untuk keputihan dan antipiretik
antidiare ekstrak etanol kulit batang kecapi, pada marmut jantan yang dibuat diare
dengan oleum ricini dan marmut yang diinduksi bakteri Escherichia coli.
Penelitian ini juga melakukan efek dan keadaan motilitas usus. Oleh karena itu
a. apakah ekstrak etanol kulit batang kecapi mempunyai efek antidiare pada
c. apakah ekstrak etanol kulit batang kecapi memiliki efek relaksasi terhadap otot
polos usus besar marmut secara in vitro yang telah diinduksi dengan asetilkolin
klorida?
1.3 Hipotesis
ini adalah
a. ekstrak etanol kulit batang kecapi mempunyai efek antidiare yang telah
b. ekstrak etanol kulit batang kecapi mempunyai efek antidiare yang telah
c. ekstrak etanol kulit batang kecapi memiliki efek relaksasi terhadap kontraksi
otot polos usus besar marmut terisolasi secara in vitro yang telah diinduksi
asetilkolin klorida.
1.4 Tujuan
a. efek antidiare ekstrak etanol kulit batang kecapi yang telah diinduksi oleum
b. efek antidiare ekstrak etanol kulit batang kecapi yang telah diinduksi bakteri
otot polos usus besar marmut terisolasi secara in vitro yang telah diinduksi
1.5 Manfaat
data penelitian dalam usaha pemanfaatan tumbuhan kulit batang kecapi sebagai
obat antidiare .
Ekstrak
Diinduksi Etanol kulit batang
E.coli kecapi variasi dosis Diare Saat mulai
invivo 400 mg/kg
bb, 800 mg/kg bb, terjadinya diare
1600 mg/kg bb
Konsistensi fases
Variasi dosis invitro
0,5 mg/ml, 1 Frekuensi diare
mg/ml, 1,5 mg/ml,
2 mg/ml, 2,5 Lama terjadinya
mg/ml, 3 mg/ml, diare
3,5 ml, 4 mg/ml. Nilai tegangan
Kontraksi atau
relaksasi otot kontraksi atau
Usus polos usus relaksasi otot
Di induksi
besar besar pada polos usus besar
asetilkolin
marmut marmut marmut
terisolasi terisolasi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
Diare merupakan pengeluaran feses cair berulang kali atau lebih dari 3
kali sehari atau diare adalah suatu keadaan yang frekuensi defekasinya melebihi
frekuensi normal dengan konsistensi feses yang encer. Volume feses lebih dari
250 ml/ hari dapat dianggap abnormal (Walsh, dan O’Shaughnessy, 1997).
perlintasan chyumus dipercepat dan masih banyak mengandung air pada saat
lambung usus yang disebabkan oleh kuman atau toksinnya ( Tjay dan Kirana,
2007).
100-200 ml per jam tinja. Diare sebenarnya adalah proses fisiologis tubuh untuk
sebagainya) atau bahan-bahan makanan yang dapat merusak usus agar tidak
frekuensi meningkat dengan konsentrasi tinja lebih lembek atau cair, bersifat
mendadak dan berlangsung dalam waktu 7-14 hari (Walsh, dan O’Shaughnessy,
1997).
1) Fase prodromal (Sindrom Pradiare), antara lain : perut terasa penuh, mual,
2) Fase diare, antara lain : diare dengan segala akibatnya berlanjut yaitu dehidrasi,
3) Fase penyembuhan, antara lain : diare makin jarang, mules berkurang penderita
bubur (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut
oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari
90% air dan sisa-sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar
(colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di colon mencerna lagi sisa-
sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar dari sisa-sisa tersebut dapat
diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga diresorpsi kembali
sehingga akhirnya isi usus menjadi lebih padat (Tjay dan Rahardja, 2007).
chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat
cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air dan atau terjadinya hipersekresi.
Pada keadaan normal, proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit
berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh
beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin, sekresi diatur oleh prostaglandin
diare yaitu dengan cara virus melekat pada sel-sel mukosa usus, yang
dalam darah dan menimbulkan gejala hebat (seperti : demam tinggi, nyeri
c) Diare parasiter
Diare ini biasanya terjadi di daerah (sub) tropis. Jenis parasit yang dapat
kurang 5 hari setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa
sebagai salah satu gejalanya, seperti kanker usus besar dan beberapa penyakit
cacing (contohnya : cacing gelang dan cacing pita). Beberapa obat juga dapat
dapat diakibatkan oleh penyinaran dengan sinar-x atau radioterapi. (Tjay dan
Rahardja, 2007).
1990). Diare osmotik timbul pada pasien yang saluran ususnya terpapar dan tak
sekresi melepaskan toksin atau senyawa lain yang menyebabkan usus halus
5) Motilitas dan waktu transit usus abdonimal. Terjadi motilitas yang lebih cepat
dan tidak teratur sehingga isi usus tidak sempat diabsorpsi. Mekanismenya
melibatkan unsur salah cerna dengan diikuti komponen osmotik dan sekresi.
epitel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus dan usus besar
10
a) Diare infeksi spesifik: titis abdomen dan poratitus, disentri bani (Shigella).
a) Diare infeksi enternal atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus,
parasit).
b) Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus (otitis, media,
dkk., 2002)
a) Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, dan bisa
berlangsung terus selama beberapa hari. Diare ini disebabkan oleh karena
infeksi usus sehingga dapat terjadi pada setiap umur dan bila menyerang
b) Diare kronik merupakan diare yang berlangsung lebih dari dua minggu,
sedangkan diare yang sifatnya menahun diantara diare akut dan diare kronik
1. Diare ditandai dengan buang air besar dimana frekuensinya meningkat dari
keadaan normal dan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair.
11
selama pengamatan.
terjadinya diare (saat konsistensi feses kembali normal) dengan waktu mula-
mula terjadinya diare (saat konsistensi berlendir atau berair) (Adnyana, 2004).
Apapun bentuk diarenya, usaha pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan
onset tiba-tiba dan tidak terlalu parah seringkali dapat sembuh sendiri tanpa
dan obat-obatan (Abdoerrachman dkk, 2002). Resiko terbesar pada diare adalah
WHO menganjurkan ORS (Oral Rehydration Solution). ORS adalah suatu larutan
dari campuran NaCl 3,5 g; KCl 1,5 g; Na Sitrat 2,5 g; dan glukosa 20 g dalam 1
liter air matang (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada penderita diare perlu pula
dilakukan diet berupa bahan makanan yang tidak merangsang timbulnya diare dan
mudah dicerna. Contoh diet yang baik pada penderita diare adalah sebagai
12
teh agak pekat. Sedangkan pada hari kedua sampai kelima, nasi tim dengan kaldu
ayam, sayur yang dihaluskan, garam, dan beberapa tetes kecap (Tjay dan
Rahardja, 2007).
elektrolit oleh mukosa usus: candu dan alkaloidanya, derivat - derivat peptidin
b) Adstringensia
c) Adsorbensia
(adsorbsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang
adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga
mucilagines, zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka- lukanya
yang terdapat antara lain dalam buah apel) dan garam-garam bismut, serta
alumunium.
13
b) kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara
Ada dua sistem saraf yang memegang peranan penting dalam fungsi
saluran pencernaan, yaitu sistem saraf intrinsik yang terdiri atas sistem saraf
enterik, dan sistem saraf ekstrinsik yang terdiri atas sistem saraf otonom
dari esofagus sampai ke anus. Sistem saraf enterik terdiri atas dua pleksus, yaitu:
Pleksus ini terbentang di antara lapisan otot longitudinal dari lapisan otot
2004).
14
terletak di dalam kedua pleksus sistem saraf enterik, yaitu pleksus mienterikus dan
Sistem syaraf ini merangsang sistem pencernaan melalui dua cara, yaitu:
(2) secara tidak langsung, yaitu melalui neuron sistem syaraf enterik.
dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm. Caecum terletak pada fossa iliaca
caecum sampai ke permukaan visceral dari lobus kanan hepar untuk membelok ke
15
melalui arteri ileocolica dan arteri colica dextra, cabang arteri mesenterica
superior. Vena ileocolica dan vena colica dextra, anak cabang mesenterika
Colon transversum merupakan bagian usus besar yang paling besar dan
paling dapat bergerak bebas karena bergantung pada mesocolon, yang ikut
cabang arteria mesenterica superior , tetapi memperoleh juga darah melalui arteri
colica dextradan arteri colica sinistra. Penyaluran balik darah dari colon
melintas retroperitoneal dari flexura coli sinistrake fossa iliaca sinistra dan disini
2009). Rectum adalah bagian akhir intestinum crassum yang terfiksasi. Ke arah
Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat
16
250 ml (Ganong,2008).
kolon bagian distal pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses
sampai waktu yang tepat untuk ekskresi feses dan oleh karena itu disebut kolon
sejumlah kecil selulosa, dengan cara ini menyediakan beberapa kalori nutrisi
Dinding usus besar terdiri dari empat lapisan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis eksterna dan serosa. Mukosa terdiri atas epitel selapis silindris,
besar tidak mempunyai plika dan vili, jadi mukosa tampak lebih rata daripada
yang ada pada usus kecil (Sudoyo, 2006). Submukosa di bawahnya mengandung
sel dan serat jaringan ikat, berbagai pembuluh darah dan saraf. Tampak kedua
lapisan otot di muskulus eksterna. Baik kolon tranversum maupun kolon sigmoid
melekat ke dinding tubuh oleh mesenterium, oleh karena itu, serosa menjadi
lapisan terluar pada kedua bagian kolon ini. Di dalam mesenterium terdapat
jaringan ikat longgar, sel-sel lemak, pembuluh darah dan saraf (Eroschenko,2003).
17
gelendong di bagian tengah terbesar dan kedua ujungnya meruncing. Otot polos
memiliki serat yang arahnya searah dengan panjang sel disebut miofibril. Seratp
protein otot yaitu aktin dan miosin. Sel otot polos dilapisi oleh selaput yang
mikron dengan diameter 20 mikron. Otot polos merupakan otot tak sadar, karena
bekerja diluar kesadaran kita dan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom (Irianto,
2004).
atau listrik pada neuron tersebut. Demikian pula neuron kolinergik akan
terhadap ion Na+, K+, atau Cl-. Potensial istirahat suatu neuron = -70 Mv. Pada
naik menjadi +20 mV. Depolarisasi ini merambat dari badan sel ke tepi sepanjang
akson (propagasi) dengan kecepatan tertentu dan setelah tiba diujung akson akan
merangsang pembebasan ACh. ACh yang bebas di celah sinaps, lalu berikatan
dengan reseptor kolinergik pada prinsipnya juga melanjutkan aliran listrik ke arah
18
Kontraksi otot polos dapat di mediasi oleh beberapa jalur, seperti reseptor
cGMP.
berbagai fungsi vital, di otak, sistem saraf otonom terutama saraf parasimpatis.
terdiri dari 5 subtipe yaitu: M1, M2, M3, M4 dan M5. Resptor M1, M3 dan M5
protein Gi dan dengan suatu kanal ion. Respons yang timbul dari aktivasi reeptor
muskarinik oleh ACh dapat berbeda, tergantung pada subtipe reseptor dan
perifer dan sel perietal lambung. Reseptor ini memperantarai efek eksitatori
sehingga mampu meningkatkan eksitasi sistem saraf pusat (SSP) dan sekresi
eksitatori, terdapat pada beberapa organ antara lain otot polos sistem pencernaan
dan mata, endotelium pembuluh darah, kelenjar eksokrin. Aktivasi pada reseptor
19
sekresi asam lambung dan neurotransmisi pada bagian otak. Histamin pada
dasarnya muncul dalam semua jaringan, tetapi tidak didistribusikan secara rata,
dengan jumlah yang tinggi ditemukan dalam paru, kulit, dan saluran cerna.
mengeluarkan efeknya dengan cara berikatan kepada satu atau lebih dari empat
tipe reseptor-reseptor H1, H2, H3 dan H4. Beberapa efek farmakologik histamin
diperantarai oleh kedua reseptor H1 dan H2, sedangkan lainnya diperantarai hanya
oleh satu kelas. Sebagai contoh, reseptor H1 penting dalam kontraksi otot polos
dapat ditemukan di semua jaringan dan organ. Prostaglandin disintesis dalam sel
dari prekusor asam lemak esensial, termasuk salah satunya adalah asam
sekresi lambung dan motilitas. Pada saluran pencernaan, PGE2 dan PGF2α
20
menjadi L-Citrulline oleh nitrit oxide synthase (NOS). Elektron yang tidak
sama dengan mediator inflamasi yang lain yang menyebabkan kerusakan sel. NO
berpotensi merelaksasi arteri dan vena otot polos dan secara kuat menghambat
agregasi dan adhesi. Asupan NO berperan sebagai agen vasodilator dan mungkin
berguna untuk terapi. NO juga berperan pada regulasi jaringan pada proses
pada organ usus yaitu penurunan motilitas. Contoh antagonis muskarinik dari
21
M4, M5) dengan respon yang berbeda pada tiap jaringan tubuh manusia. Semua
penelitian ini menggunakan organ yang direndam dalam larutan fisiologis yang
sesuai, temperatur diatur atau dikondisikan pada kondisi yang sama dari mana
organ tersebut berasal serta pengaturan aliran oksigen. Percobaan organ terisolasi
sebagai tempat kerja. Hasil yang didapat dari percobaan organ terisolasi adalah
dapat direkam dan dapat diukur untuk selanjutnya dapat dibuat kurva dosis
22
persiapan yang baik dan seluruh percobaan harus betul-betul terkontrol. Hewan
2.8 Konstipasi
oleh siapa saja tanpa mengenal usia. Seseorang dapat dikatakan mengalami
konstipasi jika terjadi penurunan frekuensi buang air besar yang biasanya ditandai
dengan buang air besar yang susah dan feses yang keras. Konstipasi terjadi akibat
perlambatan gerakan feses melalui usus sehingga feses terakumulasi pada usus
Pada umumnya penderita hanya mengalami konstipasi dalam jangka waktu yang
singkat, sementara pada penderita lainnya dapat menjadi kronis (jangka lama)
lambatnya perpindahan feses dari proksimal menuju kolon distal dan rektum..
dalam kolon distal. Gangguan kedua adalah pelvic floor dysfungtion, kondisi ini
23
Kombinasi dari kedua gangguan tersebut juga dapat terjadi pada konstipasi
penggunaan tumbuhan.
daerah pegunungan dengan ketinggian 1200 meter atau lebih. Kecapi diperkirakan
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Ordo : Rutales
Famili : Meliaceae
Genus : Sandoricum
Spesies : Sandoricum koetjape Merr.
24
(Aceh), Hasapi, Sotul (Batak), Kasapi, Santu (Makasar), Sentul (Jawa) (Anonim 1,
2008).
menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, membulat atau
agak runcing di pangkal, meruncing di ujung, hijau berkilat di sebelah atas, hijau
kusam di bawahnya. Anak daun ujung bertangkai panjang, jauh lebih panjang dari
Pohon kecapi berbunga dari bulan Juni sampai Oktober dan berbuah
biji, tetapi dapat juga dengan sistem tempel atau okulasi (Sastrapradja dkk, 1977)
1980) juga sebagai obat batuk, obat mulas dan keputihan (Anonim 1, 2008).
25
pengobatan cacing gelang dan kurap, akarnya untuk obat kembung, diare, sakit
pinggang serta untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan (Anonim 1, 2008).
2.10.1 Glikosida
menjadi gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Umumnya glikosida
Glikosida umumnya cukup larut dalam air dan alkohol tetapi sedikit larut dalam
eter. Ikatan glikosidik resisten terhadap hidrolisis oleh alkali tetapi mudah pecah
oleh asam mineral encer seperti asam sulfat encer (Supriyatna, dkk., 2010).
a. Tipe O-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan
b. Tipe C-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan
C, yakni gula melekat pada aglikon melalui ikatan karbon. Contoh : aloin.
c. Tipe S-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan
S. Contoh: sinigrin.
d. Tipe N-glikosida, ikatan antara bagian dari glikon dengan aglikon melalui
26
C6, artinya kerangka karbonya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzene
mencangkup banyak pigmen yang banyak terdapat pada tumbuhan mulai dari
jamur sampai angiospermae. Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam
bagian vegetatif maupun dalam bunga. Fungsi flavonoid pada tumbuhan adalah
2.10.3 Saponin
mengikat satu atau lebih gula sehingga memiliki sisi hidrofil dan lipofil dengan
nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun (bahasa Latin sapo berarti
sabun). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan
busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering
menyebabkan hemolisis sel darah merah.Dalam larutan yang sangat encer saponin
Uji saponin adalah dengan mengocok ekstrak alkohol air dari tumbuhan
dalam tabung reaksi, maka akan terbentuk busa yang bertahan lama pada
27
ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Cara ekstraksi yang tepat
tergantung pada bahan tumbuhan yang diekstraksi dan jenis senyawa yang
diisolasi (Ditjen, POM., 1995). Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi
a. Cara dingin
2. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru
b. Cara panas
28
temperatur titik didihnya dan selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50oC.
Oleum ricini atau castor oil atau minyak jarak berasal dari biji Ricinus
communis suatu trigleserida risenosolat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam
usus halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam
pencahar. Sebagai pencahar obat ini tidak banyak digunakan lagi karena banyak
obat yang lebih aman. Minyak jarak menyebabkan dehidrasi yang disertai
gangguan elektrolit. Obat ini merupakan bahan induksi diare pada penelitian diare
dikhususkan untuk diare non spesifik seperti diare akibat salah makan (makanan
29
dan usus dalam memetabolisme laktosa (terdapat dalam susu hewani) disebut
Oleum ricini mengandung dua bahan berbahaya yaitu suatu protein yang
sangat toksik, risin, dan kaya akan kandungan trigliserida, asam risinoleat.
Trigliserida dalam minyak jarak di usus halus akan dihidrolisis oleh lipase
menjadi gliserol dan zat aktifnya yakni asam risinoleat, yang terutama bekerja di
usus halus untuk menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit serta mempercepat
molekul 513,51. Pemerian berupa serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada
suhu lebih kurang 225° disertai peruraian. Mudah larut dalam methanol, dalam
isopropyl alkohol dan dalam kloroform, sukar larut dalam air dan asam encer (
Derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat
tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat, sehingga tidak mengakibatkan
absorpsi dan sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada
cepat, juga bertahan lebih lama. Efek samping berupa rasa mengantuk, pusing dan
30
manusia dan hewan. Escherichia coli dipakai sebagai organisme indikator, karena
jika terdapat dalam jumlah yang banyak menunjukkan bahwa pangan atau air
Kingdom : Prokaryota
Divisi : Bacteriophyta
Kelas : Bacteria
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Bacteriaceae
Marga : Escherichia
Jenis : Escherichia coli
anaerob fakultatif, biasanya dapat bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri
ini umumnya hidup pada rentang 20-400C, optimum pada 370C. Escherichia coli
merupakan bakteri yang secara normal terdapat di dalam usus dan berperan dalam
31
parameter ada tidaknya materi fekal di dalam suatu habitat khususnya air.
Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang ada dalam tinja manusia dan
kedalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat organic dari
lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organic yang di butuhkan.
Zat organic diperoleh dari sisa organism lain. Bakteri ini menguraikan zat organic
dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energy dan mineral.
Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran
infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh
bakteri lain ( Jawetz dkk., 1995 ). Penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli
yaitu :
32
90% wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya anatara lain sering kencing,
disuria, hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang berhubungan dan infeksi dengan
2. Diare
ETEC penyebab yang sering dari diare wisatawan dan penyebab diare pada
33
berkembang.
3. Sepsis
4. Meningitis
Escherichia coli dan streptokokus adalah penyebab utama meningitis pada bayi.
tumbuhan dan memiliki gigi pemotong seperti pahat yang berguna untuk
memotong dan mengerat. Membrana nictitans terdapat pada sudut mata. Lubang
telinga luar dilengkapi dengan daun telinga. Struktur kelenjar susu terletak di
lipatan paha, alat-alat kelamin luar dan tungkai terdapat pada badannya. Tungkai
depan berjari tiga dan tungkai belakang berjari empat (Pratigno, 1982).
rangka yang mempunyai kendio okspital, pada rahangya terdapat gigi yang bentuk
dan besarnya berbeda untuk setiap individu. Kaki teradaptasi untuk berjalan,
34
aortanya hanya terdapat di sebelah kiri. Ukuran paru-paru relatif besar, kompak
untuk diberikan pada anaknya sebagai minuman pertama setelah lahir. Mamalia
(truncus), dan ekor (cauda) pada umumnya. Sistem pencernaan pada mamalia
dimulai dari rima oris, di dalam rima oris bermuara glandula salives diantaranya
menghasilkan HCl, dan pepsin. Intestinum dibagi menjadi intestinum tinue dan
intestinum crassum. Intestinum tinue dibagi lagi menjadi colon dan rectum, di
dalam duodenum bermuara dua kelenjar, yaitu hepar dan pankreas. Hepar sebagai
kelenjar empedu yang disimpan di dalam vesica felea. Fase setelah melalui hepar,
systicus yang datang dari vesica felea dan menjadi ductus choleductus yang
dalam duodenum. Colon dimulai dari caecum dimana pada ujungnya bermuara
lebih baik dari semua mamalia yang ada dalam satu spesies, jumlahnya kira-kira
35
chyumus dipercepat dan masih banyak mengandung air pada saat meninggalkan
tubuh sebagai tinja. Selain itu diare disebabkan karena bertumpuknya cairan di
Oleum ricini atau castor coil atau minyak jarak berasal dari biji Ricinus
communis suatu trigleserida risenosolat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam
usus halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam
pencahar. Sebagai pencahar obat ini tidak banyak digunakan lagi karena banyak
obat yang lebih aman. Minyak jarak menyebabkan dehidrasi yang disertai
gangguan elektrolit. Obat ini merupakan bahan induksi diare pada penelitian diare
dikhususkan untuk diare non spesifik seperti diare akibat salah makan (makanan
dan usus dalam memetabolisme laktosa (terdapat dalam susu hewani) disebut
36
lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organic yang di butuhkan.
Zat organic diperoleh dari sisa organism lain. Bakteri ini menguraikan zat organic
dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energy dan mineral.
Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran
sebagai anti motilitas, antisekretori dan anti bakteri ( Otshudi, dkk., 2000).
Kandungan senyawa aktif yang diduga berkontribusi besar terhadap efek antidiare
ekstrak etanol kulit batang kecapi. Tannin dapat mengurangi intensitas diare
dengan cara menciutkan selaput lender usus dan mengecilkan pori sehingga akan
menghambat sekresi cairan dan elektrolit ( Tjay dan Rahardja, 2007 ). Selain itu,
sifat adstringen tannin akan membuat usus halus lebih tahan (resisten) terhadap
rangsangan senyawa kimia yang mengakibatkan diare, toksin bakteri dan induksi
diare oleh oleum ricini (Kumar, 1983). Tannin diklasifikasikan menjadi sua
memiliki kemampuan adstringen lebih besar terhadap diare yang disebabkan oleh
infeksi. Protein tannat yang dipecah akan berikatan dengan hydrolyzed tannin
37
DIARE
(Gastroenteritis → Gangguan pada Saluran cerna)
Oleum Ricini {mengandung trigliserida dari asam Bakteri Escherichia Coli (termasuk
risinoleat} bakteri Heterotrof)
Hidrolisis oleh enzim lipase pankreas
Gliserin + asam risinoleat (surfaktan anionik) Dalam jumlah besar akan menjadi
patogen
DIARE
ANTI DIARE
Ekstrak kulit batang Kecapi Loperamid HCl. (analog dengan Meperidin → efeknya
seperti Opioid dalam usus)
Menghentikan Diare
Gambar 2.2 Kerangka teori secara in vivo
38
terminal oleh Na-dependent carrier membrane. Carier ini dapat diblok oleh
(carrier B). Transporter ini dapat diblok oleh vesamicol. ACh diproduksi dalam
saat potensial aksi mencapai terminal dan merangsang influks sejumlah ion Ca2+.
ke celah sinaps. Proses pelepasan vesikel ACh diblok oleh toxin botullinum
melalui proses enzimatik dengan memindahkan dua asam amino dari satu atau
lebih protein yang berfusi Setelah keluar dari terminal presinaptik, molekul ACh
akan terikat pada reseptor dan mengaktifkan reseptor ACh (kolinoseptor). ACh
menjadi kolin dan asetat, yang mengakhiri kerja ACh. Kebanyakan sinaps
kolinergik memiliki AChE dalam jumlah banyak, sehingga waktu paruh ACh
pada sinaps sangat pendek. AChE juga ditemukan di jaringan lain, seperti sel
39
asetilkolin dengan memblok ikatan ACh dan reseptor kolinergik muskarinik pada
neuroefektor yang terdapat pada otot polos, otot jantung dan sel kelenjar di
ganglia perifer dan juga pada sistem saraf pusat Mekanisme Kerja. Atropin dan
Antagonis atropine yang bersifat kompetitif ini dapat diatasi bila konsentrasi
daripada hambatannya terhadap injeksi choline esters. Hal ini disebabkan karena
pelepasan asetilkolin oleh ujung saraf kolinergik dekat dengan reseptor sehingga
neuroefektor(Harahap, 2015)
40
Atropin sulfat
41
METODE PENELITIAN
hewan percobaan, pengujian efek antidiare secara oral pada hewan percobaan dan
tahapan pengujian efek ekstrak etanol kulit batang kecapi pada kontraksi usus
3.1.1 Alat
berdasar rata, desikator, freeze dryer (Edward), kaca objek, kaca penutup (deg
mortir dan stamper, neraca kasar (Ohaus), neraca listrik (Chyo JP2-600), neraca
sonde, plastic, Penguap vakum putar (Buchi), alat destilasi untuk penetapan kadar
air, stopwatch, spatula, spuit 1 ml, satu sdkkat preparasi organ (Germany), vortex
(Boeco Germany), pengaduk (Dell), empat set organ bath volume 50,0 ml
42
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : marmut jantan,
ekstrak kecapi, obat imodium sebagai pembanding, aquabides, etanol teknis 96%,
karboksi metal selulosa (CMC), Oleum ricini dan bakteri Escherichia coli adalah
senyawa yang sering digunakan untuk membuat marmut diare, bahan kimia yang
digunakan adalah larutan tirode (terdiri dari NaCl, KCl, MgCl 2, NaH2PO4,
yang sehat dengan berat badan ± 400 gram. Satu minggu sebelum penelitian
Populasi kecapi yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari daerah
Porsea Kabupaten Toba Samosir , Provinsi Sumatra Utara. Sampel diambil dari
43
November 2016.
Sebanyak 4,5 kg kulit batang kecapi dicuci dibawah air mengalir hingga bersih,
ditiriskan, ditimbang berat basah, diperoleh berat segar 4,0 kg, dikeringkan dalam
rak pengering selama 5 hari pada suhu 400C, disortasi kering, ditimbang berat
kering dan diperoleh berat 2,2 kg. Sampel kering kemudian diserbukan ( dengan
cara memblender). Kemudian serbuk diayak dan disimpan dalam wadah plastik.
Cara Kerja :
jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali
cairan mulai menetes dan diatas simplisia masi terdapat selapis cairan penyari,
44
bagian. perkolat dituangkan dalam bejana, lalu disaring dan terakhir diuapkan,
tidak meninggalkan sisa. Perkolat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap
rotary evaporator tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari -400C hingga
jam dan diperoleh ekstrak sebanyak 62,9201 gram ( DitJen POM, 1974 ).
Sebanyak 1 gram besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling sampai
air suling secukupnya sampai KI larut dengan sempurna, lalu ditambahkan 2 gram
iodium sedikit demi sedikit. Setelah semuanya larut, dicukupkan dengan air suling
Sebanyak 8,0 gram bismuth (II) nitrat dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat
dan dilarutkan 27,2 gram kalium iodida dalam 50 ml air suling, lalu dicampurkan
45
Sebanyak 1,358 gram raksa (II) klorida dilarutkan dalam air suling
hingga 60 ml, pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 gram kalium iodida lalu
ditambahkan dengan asam nitrat 0,5 N secukupnya hingga diperoleh larutan 100
Timbal (II) asetat sebanyak 9,5 gram dilarutkan dalam air yang baru
46
simplisia diatas objek glass yang telah ditetesi larutan kloralhidrat, ditutupi
1. Penjenuhan toluen
Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat,
Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air
kedalam labu alas bulat berisi toluen jenuh, dipanaskan selama 15 menit, setelah
toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes tiap detik hingga sebagian air
Bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen, setelah semua air tersuling.
mendingin sampai suhu kamar. Volume dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih
kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan
air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu
47
jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan
penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan
pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dihitung terhadapbahan yang telah
etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,
kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.
Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dihitung terhadap
dimasukkan dalam krus porselen yang telah dipijar dan ditara. Krus dipijar
selama 3 jam, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.
Kadar dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (WHO, 1998).
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25
ml air selama 5 menit. Dikumpulkan bagian yang tidak larut, disaring dengan
kertas bebas abu, dicuci dengan air panas dan dipijar pada suhu 450 oC sampai
bobot tetap. Kadar abu yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah
48
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam
25 ml asam klorida encer selama 5 menit. Bagian yang tidak larut asam
didinginkan dan ditimbang. Kadar dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
glikosida.
asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan sebagai berikut :
a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Meyer, akan
endapan pada 2 golongan larutan percobaan yang digunakan (Depkes, RI., 1995).
49
ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil
alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna
terbentuk busa setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan
(III) klorida 1%.Jika terjadi warna hijau, biru, atau kehitaman adanya tanin
(Farnsworth, 1966).
dengan air suling (7:3) dan 10 ml asam sulfat 2 N, lalu direfluks selama 1 jam,
suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0.4 M, lalu dikocok dan didiamkan 5 menit,
50
dengan temperatur tidak lebih dari 50oC. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol.
penangas air, pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi molish,
sehingga terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan yang menunjukkan
adanya glikosida.
dalam 5 mL asam asetat anhidrat, lalu ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat.
RI., 1995).
51
dengan karbogen (O2 95%, CO2 5%). Selanjutnya larutan diatur pada pH 7,4.
polos pada ileum. Dibuat larutan induk dengan cara melarutkan asetilkolin klorida
kali.
klorida 2x10-1 M.
selama 3 menit.
selama 3 menit.
52
selama 3 menit.
selama 3 menit.
hingga 5 ml. Diperoleh konsentrasi ekstrak 160 mg/ml (larutan stock). DMSO
merupakan pelarut yang inert, non-toksik, dan dapat melarutkan hampir seluruh
senyawa dan merupakan pelarut yang semipolar, namun masih dapat bercampur
dengan media tirode. Batas penggunaan jumlah pelarut DMSO yang ditambahkan
ke dalam organ bath (40ml) adalah sebesar 400 μl atau 1% v/v (Husori, 2011).
kolinergik. Senyawa ini dapat menghambat kontraksi otot polos pada ileum.
Dibuat larutan induk dengan cara melarutkan atropin sulfat ke dalam akuades
sehingga didapat konsentrasi 138,968 mg/ml. Kemudian dibuat larutan yang lebih
53
a. Atropin sulfat 13,8968 mg/ml Dipipet 500 μl larutan baku atropin sulfat
b. Atropin sulfat 1,3897 mg/ml Dipipet 500 μl larutan atropin sulfat 13,8968
selama 3 menit.
c. Atropin sulfat 0,1389 mg/ml Dipipet 500 μl larutan atropin sulfat 1,3897
selama 3 menit.
d. Atropin sulfat 0,0139 mg/ml Dipipet 500 μl larutan atropin sulfat 0,1389
selama 3 menit.
e. Atropin sulfat 0,00139 mg/ml Dipipet 500 μl larutan atropin sulfat 0,0139
54
1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut. Media Mueller Hinton Agar disterilkan di
Sebanyak 13 gram media nutrient broth yang sudah jadi ditimbang dan
dilarutkan dengan air suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut sempurna.
Media dimasukkan dalam erlenmeyer steril yang bertututp dan disterilkan dalam
tabung reaksi, diletakkan pada sudut kemiringan 30-45oC dan dibiarkan memadat,
Satu koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril, lalu ditanam
pada media MHA miring dengan cara menggores. Kemudian diinkubasi dalam inkubator
pada suhu 36-37oC selama 18 jam. Peremajaan ini dilakukan sebanyak 3 kali (Depkes,
1995).
55
Koloni bakteri Escherichia coli diambil dari stok kultur dengan jarum ose
steril, lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan nutrient
broth (NB), diinkubasi sampai didapat kekeruhan yang sama dengan larutan
Standar Mc.Farland berarti konsentrasi bakteri adalah 108 CFU/ml (Difco and
bahan uji, kontrol, obat pembanding, induktor diare dan pengujian efek antidiare.
Loperamid HCl sebagai pembanding, suspensi ekstrak kulit batang kecapi sebagai
sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa
yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml (Anief,
2003).
20 tablet. Tablet digerus dan diambil serbuk sebanyak 56,3 mg. Serbuk
demi sedikit sambil digerus homogen lalu diencerkan dengan suspensi CMC 1%
56
bb, 800 mg/kg bb, dan 1600 mg/kg bb digerus dalam lumpang, lalu ditambahkan
suspensi CMC 1% sedikit demi sedikit sambil digerus homogen lalu diencerkan
pada hewan percobaan terhadap parameternya. Parameter yang diamati yaitu saat
mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare.
Dosis yang digunakan yaitu dosis 400, 800 dan 1600 mg. Dosis I 400 mg, dosis II
HCl dosis 1 mg/kg bb dan kontrol suspensi CMC dosis 1% bb. Urutan penelitian
sebagai berikut:
3.11.3.1 Pengujian Efek Diare Pada Marmut Jantan Yang Diinduksi Dengan
Oleum Ricini
c. Dua puluh lima ekor marmut diberikan oleum ricini berdasarkan berat badan
yaitu :
57
pembanding
kecapi dosis 1600 mg/kg bb. Semua perlakuan diberikan secara oral.
(berlendir/ berair, lembek, dan normal), diameter serapan air, berat feses,
3.11.3.2 Pengujian Efek Diare Pada Marmut Jantan Yang Diinduksi Dengan
Bakteri Escherichia coli
c. Dua puluh lima ekor marmut diinduksi bakteri Escherichia coli 108 cfu/ml , dan
yaitu :
pembanding
58
kecapi dosis 1600 mg/kg bb. Semua perlakuan diberikan secara oral.
(berlendir/ berair, lembek, dan normal), diameter serapan air, berat feses,
a. Diare ditandai dengan buang air besar dimana frekuensinya meningkat dari
keadaan normal dan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair.
b. Saat mulai terjadinya diare, caranya dengan mancatat waktu mula- mula
terjadinya diare (dalam menit) setelah pemberian oleum ricini dan bakteri
Escherichia coli.
d. Berat feses, caranya dengan menimbang berat feses (dalam gram) setiap buang
e. Frekuensi diare, caranya dengan menghitung berapa kali terjadi diare selama
pengamatan.
terjadinya diare (saat konsistensi feses kembali normal) dengan waktu mula-
59
dibersihkan dari lapisan mesenteric yang melindunginya dan usus dibersihkan dari
kotoran yang ada pada usus besar. Saat jaringan sudah rileks, dipotong segmen
usus bagian bawah sepanjang 2-3 cm. Dengan menggunakan jarum kedua ujung
potongan usus diikat dengan benang pada arah yang berlawanan. Benang bagian
bawah usus diikatkan pada batang penahan jaringan dan benang bagian atas usus
bath yang berisi larutan tirode, dengan suhu larutan dipertahankan 37 ºC sambil
diaerasi dengan karbogen secara terus menerus. Jaringan yang telah terisolasi
Dibiarkan beberapa saat sampai kondisi ritmik yang optimal (Vogel, dkk., 2002).
maksimum yang dapat ditunjukkan terhadap kontraksi usus besar marmut, guna
bath 10-8 sampai 3 x 10-3 M (Tabel 3.1). usus besar marmut yang telah
diberikan larutan asetilkolin dengan konsentrasi didalam organ bath 10-8 sampai 3
60
maksimum).
kumulatif:
kemudian
kemudian
61
kemudian
kemudian
kemudian
vii. Dipipet 140 μl asetilkolin klorida 2 x 10−3 M kedalam organ bath volume 40
kemudian
viii. Dipipet 400 μl asetilkolin klorida 2 x 10−3 M kedalam organ bath volume 40
kemudian
ix. Dipipet 140 μl asetilkolin klorida 2 x 10−2 M kedalam organ bath volume 40
kemudian
kemudian
xi. Dipipet 140 μl asetilkolin klorida 2 x 10−1 M kedalam organ bath volume 40
kemudian
62
xiii. Setelah diperoleh hasil kemudian dihitung % kontraksi usus besar yang
3.12.3 Pengujian Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Kulit Batang Kecapi pada
Otot Polos Usus Besar melalui Induksi Asetilkolin
dilakukan dengan penambahan ekstrak etanol kulit batang kecapi kedalam organ
bath. Pemberian ekstrak etanol kulit batang kecapi diberikan secara kumulatif
sehingga diperoleh konsentrasi bertingkat yaitu 0,5 – 4 mg/ml ekstrak etanol kulit
batang kecapi.
pergantian larutan tirode tiap 15 menit) dengan tujuan agar kontraksi dan relaksasi
pada usus besar stabil. Setelah usus besar marmut mencapai kondisi yang stabil,
63
Dari larutan baku dipipet berturut-turut ekstrak etanol kulit batang kecapi
i. Dipipet 125 μl ekstrak etanol kulit batang kecapi 160 mg/ml kedalam organ bath
kemudian
ii. Dipipet 125 μl ekstrak etanol kulit batang kecapi 160 mg/ml kedalam organ
mg/ml, kemudian
iii. Dipipet 125 μl ekstrak etanol kulit batang kecapi 160 mg/ml kedalam organ
bath volume 40 ml yang sama sehingga konsentrasi yang diperoleh adalah 1,5
mg/ml, kemudian
iv. Dipipet 125 μl ekstrak etanol kulit batang kecapi 160 mg/ml kedalam organ
mg/ml, kemudian
64
bath volume 40 ml yang sama sehingga konsentrasi yang diperoleh adalah 2,5
mg/ml, kemudian
vi. Dipipet 125 μl ekstrak etanol kulit batang kecapi 160 mg/ml kedalam organ
mg/ml, kemudian
vii. Dipipet 125 μl ekstrak etanol kulit batang kecapi 160 mg/ml kedalam organ
bath volume 40 ml yang sama sehingga konsentrasi yang diperoleh adalah 3,5
mg/ml, kemudian
viii. Dipipet 125 μl ekstrak etanol kulit batang kecapi 160 mg/ml kedalam organ
mg/ml.
ekstrak etanol kulit batang kecapi terhadap kontraksi usus besar dan
3.12.4 Pengujian Efek Relaksasi Atropin Sulfat Pada Kontraksi Otot Polos
Usus Besar Melalui Induksi Asetilkolin
Usus besar marmut dikondisikan dengan larutan tirode dalam organ bath
65
kumulatif :
i. Dipipet 200 μl larutan baku atropin sulfat 0,00139 mg/ml kedalam organ bath
ii. Dipipet 400 μl larutan baku atropin sulfat 0,00139 mg/ml kedalam organ bath
iii. Dipipet 140 μl larutan baku atropin sulfat 0,0139 mg/ml kedalam organ bath
iv. Dipipet 400 μl larutan baku atropin sulfat 0,0139 mg/ml kedalam organ bath
66
vi. Dipipet 400 μl larutan baku atropin sulfat 0,1389 mg/ml kedalam organ bath
vii. Dipipet 140 μl larutan baku atropin sulfat 1,3896 mg/ml kedalam organ bath
viii. Dipipet 400 μl larutan baku atropin sulfat 1,3896 mg/ml kedalam organ bath
3.13.1 Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kontraksi otot polos
usus besar pada komputer (program komputer : LabChart® 7.02). Data yang
respon.
67
dibawah ini:
log EC80 [ ]
Keterangan:
Selanjutnya, data disajikan dalam bentuk tabel dan nilai rata-rata ± SEM
(Standar Error Mean) (Husori, 2011). Data dari hasil uji invivo dan invitro
dilakukan secara statistik dengan membuat data anova dan kolerasi dari percobaan
tersebut.
68
Sandoricum koetjape Merr., suku Meliaceae. Hasil Identifikasi dapat dilihat pada
berwarna coklat tua pada bagian belakang dan keabu-abuan pada bagian depan.
kalsium oksalat bentuk druse,rambut penutup Stomata tipe parastitik, butiran pati,
jaringan parenkim. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 4 ( halaman
103)
Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia kulit batang kecapi dapat dilihat
69
Materia Medika Indonesia (MMI), sehingga tidak ada acuan untuk menentukan
parameter simplisia tersebut. Hasil penetapan kadar air simplisia kulit batang
kecapi adalah 5,98 % telah memenuhi standarisasi kadar air simplisia secara
umum yaitu tidak lebih dari 10% (Depkes RI, 1995). Kelebihan air dalam
Hasil karakterisasi simplisia kulit batang kecapi diperoleh kadar sari larut
air sebesar 15,35 % dan kadar sari larut etanol sebesar 14,82 %. Tujuan
dilakukannya penetapan kadar sari yaitu untuk mengetahui kadar sari bahan yang
Hasil penetapan kadar abu total pada simplisia kulit batang kecapi
sebesar 6,42 %dan kadar abu tak larut asam sebesar 1,56 %. Penentuan kadar abu
temperatur tertentu, karena senyawa organik dan turunannya akan terdestruksi dan
menguap sehingga yang tertinggal hanya unsur mineral dan anorganik, hal ini ini
menunjukkan kandungan mineral internal dan eksternal yang terdapat pada suatu
sekunder yang mempunyai aktivitas biologi yang terdapat dalam simplisia dan
70
terpenoid.Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak dari daun pugun tanoh
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol kulit batang kecapi
Hasil
No. Pemeriksaan Kandungan
Simplisia Ekstrak
1. Alkaloid + +
2. Flavonoid + +
3. Tanin + +
4. Glikosida + +
5. Saponin + +
6. Terpenoid + +
Keterangan: (+) : ada () : tidak ada
terdapat pada simplisia kulit batang kecapi, baik bersifat polar maupun non polar,
Pengujian efek antidiare dari suspensi ektrak etanol kulit batang kecapi
diawali dengan orientasi dosis.Dosis orientasi yang digunakan yaitu dosis 200,
400, 800, 1600 mg/ kg bb.Dari keempat dosis yang diuji, dosis 400, 800, 1600
memberikan efek antidiare. Sedangkan dosis 200 mg/kg bb tidak dapat digunakan
71
dengan berat badan dari marmut.Hasil penentuan saat mulai terjadinya diare,
pembanding sampai ke variasi dosis ekstrak diperoleh waktu rata-rata dari kedua
penginduksi yatu 352,5 menit Lampiran 9 ( halaman 110). Hasil penelitian juga
menunjukkan berat feses pada awal diare yaitu rata-rata dari berat feses awal
( halaman 117).
Pemberian ekstrak etanol kulit batang kecapi dosis 400 ; 800; 1600
mg/kg bb dan Loperamid waktu diare sampai terbentuknya feses normal (padat)
CMC Na p < 0,05 yaitu sekitar 200 menit Lampiran 11( halaman 114). Setelah
dan variasi dosis ekstrak etanol kulit batang kecapi pada setiap penginduksi oleum
ricini dan penginduksi bakteri Escherichia coli . Hasil variasi dosis ekstrak kulit
(padat) adalah dosis400 mg/kg bb; 800 mg/kg bb dan 1600 mg/kg bb yang sama
dengan pemberian Loperamid (p > 0,05) dapat dilihat pada Lampiran 12 (halaman
72
Tabel 4.3 Waktu rata-rata setelah diberikan ektrak etanol kulit kecapi pada
penginduksi oleum ricini dan bakteri Escherichia coli, sampai
terbentuk feses normal (padat)
feses yang terjadi, dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok yaitu konsistensi
berlendir atau berair dengan diameter serapan air besar dari 1,5 cm, konsistensi
lembek dengan diameter serapan air antara 1 cm sampai 1,5 cm dan konsistensi
normal dengan diameter serapan air kecil dari 1 cm, selain mengamati diameter
serapan air dari feses yang terbentuk, juga diamati waktu terjadinya dan berat
feses yang terbentuk ( Enda, 2009 ). Dari hasil penentuan konsistensi feses pada
mengalami feses cair pada awal terjadinya diare dan pada konsistensi fesesnormal
(padat) setelah diberikan perlakuan. Hasil analisis statistik pada berat fases normal
(padat) dari kedua penginduksi memberikan nilai tidak bermakna pada uji
ANAVA dua arah (Kondisi yaitu pemberian penginduksi bakteri Escherichia coli
dan oleum ricini adalah sama / p > 0,05). Uji ANAVA dua arah terhadp
perlakuan didapatkan hasil yang bermakna (p < 0,05) Melihat hasil uji ANAVA
73
data kedua penginduksi untuk uji beda rata-rata dengan uji Duncan dapat dilihat
Tabel 4.4 Berat rata-rata feses normal setelah diberikan ektrak etanol kulit kecapi
Pada penginduksi oleum ricini dan bakteri Escherichia coli
1.0000
.9000
.8000
BERAT FESES (g)
.7000
.6000
.5000
.4000 Bakteri
.3000
.2000 Ol. Ricini
.1000
.0000
Kontrol CMC Loperamid Ekstrak 400 Ekstrak 800 Ekstrak 1600
Na mg/kgbb mg/kgbb mg/kgbb
PERLAKUAN
Gambar 4.1 Grafik perbandingan berat feses nomal dari penginduksi oleum ricini
dan baketeri Escherichia coli .
Hasil yang diperoleh dari setiap penginduksi dimana memiliki hasil yang
sama kuatnya dengan suspensi loperamid yaitu pada dosis ekstrak etanol kulit
batang kecapi 800 mg /kg bb dan 1600 g/kg bb (lihat Tabel 4.4 dan Lampiran 12
74
dosis yang berbeda mempengaruhi kekuatan untuk menekan diare, semakin tinggi
dosis yang diberikan semakin besar efek antidiare yang dihasilkan oleh dosis obat
digunakan obat spasmolitik, tetapi hal ini tidak dianjurkan pada diare akibat
infeksi kuman.
Terbuktinya efek daun jambu biji sebagai anti diare sekaligus anti bakteri
(Ajizah, 2004 ). Dimana pada hasil penelitian ini terjadi hal sama pada kuman
yang berarrti semakin sedikit jumlah bakteri yang mampu bertahan hidup. Ini
75
dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif, namun
hilangnya fungsi dinding sel sebagai protektor tekanan osmotik. Hal tersebut
menyebabkan sel bakteri menjadi peka terhadap tekanan osmotik, adanya tekanan
osmotik yang tinggi dalam sel bakteri akan menyebabkan terjadinya lisis pada sel
ada efek fenolik dari flavonoid yang terdapat di dalam daun Psidium guajava(
menghambat motilitas usus sehingga mengurangi sekresi cairan dan elektrolit (Di
Carlo, G., dkk . 1993 ).Dimana dari hasil karakterisasi simplisia pada kulit batang
kecapi juga terdapat senyawa flavanoid sehingga kulit batang kecapi juga dapat
76
pada usus.
mukosa usus halus dan merangsang penyerapan balik air di lumen usus. Kondisi
ini pada akhirnya dapat mengurangi diare (Tjay and Rahardja, 2007; Oben, dkk,
2006; Kumar, dkk,2011). Tanin merusak protein menjadi protein tanat. Protein ini
membuat mukosa usus menjadi lebih resisten. Hal ini mengurangi eksresi air ke
lumen usus. Akibatnya reabsorpsi NaCl dan air menjadi lebih banyak (Chitme,
dkk, 2004). Senyawa lain, saponin, dapat mereabsorpsi sejumlah besar toksin
dengan aktivitas permukaan (Oben, dkk, 2006; Mohammed, dkk, 2009; Kumar,
dkk, 2011).
tersebut menyebabkan sel bakteri menjadi peka terhadap tekanan osmotik, adanya
tekanan osmotik yang tinggi dalam sel bakteri akan menyebabkan terjadinya lisis
pada sel bakteri tersebut senyawa tersebut untuk menonaktifkan adhesin bakteri
transport protein membran sel, dan perampasan mineral yang dibutuhkan oleh
bakteri (Bell dkk., 1965, Scalbert, 1991, Min dkk., 2003). Penonaktifan adhesin
antara tanin dengan enzim atau substrat enzim, hal tersebut mengakibatkan enzim
77
M) pada organ usus besar. Persentase kontraksi maksimal otot polos usus besar
dengan reseptor asetilkolin muskarinik pada sel organ efektor syaraf kolinergik
misalnya sel perietal lambung, otot jantung, dan otot polos saluran pencernaan.
Pada ileum, asetilkolin akan berinteraksi dengan reseptor muskarinik yang akan
78
Tabel 4.5 Data uji kontraksi seri konsentrasi asetilkolin klorida terhadap otot
polos usus besar
120
100
% Kontraksi
80
60
40
20
0
- 8,00 - 7,52 - 7,00 - 6,52 - 6,00 - 5,52 - 5,00 - 4,52 - 4,00 - 3,52 - 3,00
log Konsentrasi M
Gambar 4.2Grafik kontraksi otot polos organ usus besar terisolasi dengan
pemberian seri konsentrasi asetilkolin . Data yang disajikan
adalah nilai rata-rata ± SEM, n=5.
79
polos usus besar terisolasi.Kontraksi otot polos usus besar meningkat dengan
terjadi karena stimulasi reseptor muskarinik oleh agonis, dalam penelitian ini
motilitas saluran cerna. Reseptor M3 yang terdapat pada spinkter saluran cerna
kedua sub tipe ini membangkitkan pembentukan IP3 dan menyebabkan rilis ca2+
80
kinase (MLCK) yang akan memfosforilasi myosin light chain (MLC), akibatnya
terjadi interaksi miosin dengan aktin yang menghasilkan kontraksi otot polos
4.6.1 Hasil Pengujian Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Kulit Batang Kecapi
Pada Kontraksi Otot Polos Usus Besar Melalui Induksi Asetilkolin
Klorida
Pengujian efek relaksasi ekstrak etanol kulit batang kecapi terhadap otot
polos usus besar terisolasi dilakukan dengan cara mengkontraksi otot polos usus
seri konsentrasi ekstrak 0,5 – 4 mg/ml. Efek relaksasi ekstrak diamati melalui
pengamatan terhadap perubahan %efek relaksasi ekstrak pada organ usus besar.
Pemberian seri konsentrasi ekstrak etanol kulit batang kecapi menghasilkan efek
(Gambar 4.4) .
Tabel 4.6 Data rata-rata % relaksasi ekstrak etanol kulit batang kecapi.
81
80
% konsentrasi ekstrak 70
60
50
40
30
20
10
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
konsentrasi ekstrak (M)
Gambar 4.3Grafik %relaksasi setelah pemberian dosis ekstrak etanol kulit batang
kecapi pada otot polos usus besar terisolasi yang dikontraksi dengan
asetilkolin 5,6289 x 10-4 M. Data yang disajikan adalah nilai rata-
rata ± SEM, n = 5.
tipe M3 ) sehingga motilitas usus juga akan dihambat( Ikawati 2008 ). Flavonoid
mampu menghambat motilitas usus, mengurangi sekresi air dan elektrolit akibat
menghambat sekresi cairan usus akibat induksi prostaglandin ( Medina dkk., 1997
82
perapatan sel terluar sehingga menghambat sekresi cairan dan elektrolit yang
itu, senyawa aktif golongan saponin juga memiliki efek antidiare dengan
menghambat pelepasan histamin secara in vitro (Rao dan Gurfinkel, 2000). Hasil
terpenoid , karena adanya metabolit tersebut terjadi relaksasi otot polos usus besar
pada marmut. Dari hasil uji statistik ekstrak memberikan efek relaksasi dari
konsentrasi 0,5-4 M dimana 0,5 M sudah bisa merelaksasikan kontraksi usus, data
4.6.2 Hasil Pengujian Efek Relaksasi Atropin Sulfat Pada Kontraksi Otot
Polos Usus Besar Melalui Induksi Asetilkolin Klorida
Pengujian efek relaksasi atropin sulfat terhadap otot polos usus besar
terisolasi dilakukan dengan cara mengkontraksi otot polos usus besar dengan
atropin sulfat 6,95x10-6, 2,08 x 10-5, 6,95x10-5, 2,08 x 10-4, 6,95x10-4, 2,08 x 10-
3
,6,95x10-2, 2,08 x 10-2, M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
konsentrasi yang lainnya, dengan kata lain pemberian Atropin Sulfat konsentrasi
83
yang efektif dalam memperkecil persentase relaksasi usus. Efek relaksasi atropin
Untuk lebih memperjelas Tabel di atas dapt dilihat pada Gambar 4.4
120
% relaksasi Atropin sulfal
100
%
80 konsentrasi
60 atropin
40
20
0
-8 -7.52 -7 -6.52 -5 -5.52 -4 -4.52
Log Konsentrasi Atropin
84
kompetitif ini dapat diatasi bila konsentrasi asetilkolin pada reseptor di organ
injeksi choline esters. Hal ini disebabkan karena pelepasan asetilkolin oleh ujung
pada sistem saraf pusat. Efek atropin pada susunan saraf pusat hampir tidak dapat
ditemukan pada dosis yang lazim digunakan secara klinis (Sukohar., 2014 ).
Pengujian efek relaksasi atropin sulfat terhadap otot polos usus besar
dilakukan dengan cara mengkontraksi otot polos usus besar dengan asetilkolin
pengamatan terhadap perubahan %efek relaksasi ekstrak pada organ usus besar.
85
atropin sulfat pada otot polos usus besar meningkat sejalan dengan peningkatan
konsentrasi. Ekstrak etanol kulit batang kecapi juga memiliki pola efek relaksasi
yang sama dengan atropin sulfat. Grafik perbandingan %relaksasi dari ekstrak
etanol kulit batang kecapi dan atropin sulfat dapat dilihat di Gambar 4.6.
Pada Gambar 4.5 diindikasikan bahwa ekstrak etanol kulit batang kecapi
120
100
% relaksasi
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8
%Ekstrak Etanol Kulit Batang Kecapi konsentrasi
% konsentrasi atropin
Gambar 4.5 Grafik %relaksasi setelah pemberian seri konsentrasi (A) Ekstrak
Etanol Kulit batang Kecapi (1=0,5; 2=1; 3=1,5; 4=2; 5=2,5; 6=3;
7=3,5; 8=4 mg/ml) dan (B) atropin sulfat (1=6.95x10-6; 2=2.08x10-
5
; 3=6.95x10-5; 4=2.08x10-4;5=6.95x10-4; 6=2.08x10-3; 7=6.95x10-
86
80
70
60 AUC
atropin
50
AUC
AUC
40
70.511182 ekstrak
30 56.1295
20
10
0
selektif terhadap relaksasi otot polos usus besar dan mekanisme kerjanya pada
usus besar.
87
Uji korelasi untuk data di atas antar perlakuan invivo dengan invtro
dilkukan denan Korelasi Ganda 2 variabel (Lampiran 15, halaman 126). Hasil uji
adalah terdapat korelasi antara kedua variabel yaitu invivo dan invitro. Dengan
demikian maka dapat dikatakan bahwa berhentinya diare sama dengan waktu
88
5.1 Kesimpulan
(Sandoricum koetjape Merr.) sebagai antidiare yang diinduksi dengan oleum ricini
dan bakteri Escherichia coli pada marmut jantan, maka dapat disimpulkan :
1. Ekstrak etanol kulit batang kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) memiliki efek
antidiare pada marmut jantan pada dosis 800 mg/ kg bb dan dosis1600 mg/kg
BB yang telah diinduksi oleum ricini. Yang lebih efektif untuk antidiare ada di
2. Ekstrak etanol kulit batang kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) memiliki efek
antidiare pada marmut jantan pada dosis 800 mg/kg bb dan dosis 1600 mg/kg
bb yang telah diinduksi bakteri Escherechia coli. Yang lebih efektif dalam
3. Ekstrak etanol kulit batang kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) memiliki efek
relaksasi pada dosis 0,5 - 4 mg/ml terhadap kontraksi otot polos usus marmut
terisolasi yang diinduksi oleh asetilkolin klorida 5,659 x 10-4 M. Yang lebih
89
1. Penelitian lebih lanjut tentang pengujian senyawa kimia ekstrak kulit batang
90
Anonim. (2008). Kecapi Identitas Flora Kota Bekasi. Diakses tgl 28/10/2016.
Adnyana. (2004). Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih Dan Jambu
Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare.Act Pharmaceutica
Indonesia.Vol XXIX. No 1. Hal 18-20.
Bell TA, John L, Smart WWG. (1965). Pectinase and cellulose enzyme inhibitor
from sericea and certain other plants.Botanical Gazette. 126:40-45.
Brunton, L.L., Robinson, J., dan Stevenson, D.E. (1963). A note on the toxicity
and solvent properties of dimethyl sulphoxide. J. Pharm. Pharmacol.
15(1): 688-692.
Cahaya.N., Izma.H., Sari. D., (2016). Pengaruh Sirup Ekstrak Daun Dan Batang
Kajajahi ( Leucosyke capitellata Wedd.) Terhadap Diare Pada Mencit.
Prosiding seminar dan workshop.padang. 252
Calder, P.C. (2009). Polyunsaturated fatty acids and inflammatory processes: New
twist in an old tale. Biochimie. 91. 791-795.
91
Depkes RI. (1980), Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. Hal 63-67
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal.323-324, 334, 336, 337.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1, 9-10.
Dhiah. N.,Sugiyarto., Ari.S., (2013).AktivitasAntibakteri EkstrakDaun Carica
pubescens Dari Dataran Tinggi DiengTerhadap Bakteri Penyebab
Penyakit Diare.Jurnal.pasca.uns.ac.id. Vol.1, No.1, 2013 (hal1–12).
Difco and BBL Manual. (2009). Manual of Microbiological Culture Media.
Second edition. Sparks: Becton, Dickinson and Company 7 Loveton
Circle. Halaman 398,402.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 9,12, 33.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 896-898, 1194, 1201, 1216.
Di Carlo, G., Autore, G., Izzo, A.A., Maiolino, P., Mascolo, N., Viola, P.,Diurno,
M.V., & Capasso, F.(1993).Inhibition of Intestinal Motility
andSecretory by Flavonoids in Mice andRats: Structure Activity
Relationships,Journal of Pharmacy and Pharmacology,45 (12) : 1054-
1059.
92
93
Husori, D.I. (2011). Peranan Epitelial Terhadap Efek Relaksasi Senyawa Marmin
dari Agle marmelosCorrea pada Otot Polos Trakea Marmut Terisolasi.
Tesis. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Juliantina, F. R. (2008). Manfaat sirih merah (piper crocatum) sebagai agen anti
bakterial terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. JKKI – Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.
Katzung, B.G. ( 2004 ). Farmakologi dasar dan klinik, diterjemahkan oleh staf
dosen farmakologi dan fakultas kedokteran Universitas Airlangga, Edisi
VIII, Salemba Medika, Jakarta.
Kumar, R., ( 1983 ). Chemical dan Biochemical Nature of Fodder Tree tannins.
Journalof agricultural an food chemistry. Hal 31:1364-1366
Kumar, N.R., Vijayasankar, G.R., Prema, R., Jeevanandham, S., Murthy, G.L. and
Sekar, M. (2011),Prelude Studies of Anti Diarrheal Activity of Ethyl
Acetate Extract of Areial Part ofIndigofera purpurea on Isolated Rabbit
Ileum. Asian J. Pharm. Clin. Research. 4, 2, 85-87.
94
Mabberley, D.J., Pannell, C.M. and Sing, A.M. (1995). Meliaceae. Flora
Malesiana Series 1, 12: 1-407.
Masduki I, (1996). Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) terhadap
S. aureus dan E. coli. Cermin Dunia Kedokteran109 : 21-24.
Mansjoer, A, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Cetakan II, Media
Aesculapius, Jakarta.
Min BR, Barry TN, Attwood GT, McNabb WC. (2003). The effect of condensed
tannins on the nutrition and health of ruminants fed fresh temperate
forages: a review. Anim. Feed Sci. Technol. 106: 3-19
Mohammed, A., Ahmed, H., Goji, A.D.T., Okpanachi, A.O., Ezekiel, I and
Tanko, Y. (2009), Preliminary Anti Diarreal Activity of
Hydromethanolic Extract of Aerial part of Indigofera pulchra in
Rodents. Asian J. Med. Sc.1, 2, 22-25.
Munaf ST; Syamsul. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi Bagian II. Staf
Pengajar Laboratorium Farmakologi-FK UNSRI. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal 214.
Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe C.C. (2001). Farmakologi Ulasan
Bergambar. Lippincottt’s Illustrated Reviews: Farmacology.
Penerjemah Azwar Agoes. Edisi II. Jakarta. Widya Medika. Hal.259.
95
Oben, J.E., Assi, S.E., Agbor, G.A., and Musoro, D.F. (2006), Effect of
Eremomastax peciosa on Experimental Diarrhea. Afr. J. Trad. CAM, 3,
1, 95-100.
Oxoid. (1982). The Oxoid Manual of Culture Media, Ingredients and Other
Laboratory Service.Fifth edition. Basingstoke: Oxoid Ltd. Halaman 20.
Oenema, T.A. (2013). Muscarinic Receptors in Airway Smooth Muscle: Roles in
inflammation and remodeling. Dissertation. University of Groningen –
Netherlands. Hal. 15
Perry, Lily M. (1980). Medical Plant of Cast and Southeast Asia.
Cambridge,Massachusetts, London England: 291-292.
Perry, W.L.M. (2009). Pharmacological Experiments on Isolated Preparations.
Edisi II. Edinburgh: Churcill Livingstone. Hal. 25.
Pratigno, S. (1982). Makhluk Hidup II. Intan Pariwara, Jakarta.
Rahardjo, R. (2009). Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran EGC. Hal. 52-53.
Rao, V.S., Santos, F.A., Sobreira, T.T., Souza, M.F., Melo, C.L. and Silveira,
E.R., (1997).Investigations on The Gastroprotective and Antidiarrhoeal
Properties of Ternatin, A Tetramethoxyflavone fromEgletes viscosa,
Planta Med, 63, 2, 146-149.
Riswiyanti, A. (2002), Uji Aktivitas Antimikroba dan Profile KLT Fraksi Metanol Kulit
Batang Kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.)
TerhadapStaphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922,
Shigella disenteriae dan Candida albicansi.Skripsi.Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Sastrapraja, S., Niniek W.S., Sarkat D., Rukmini S. (1977). Ubi-ubian. LembagaBiologi
Nasional.LIPI. PN Balai Pustaka.
96
Setiawati, A., dan Gan, S. (2007). Obat Otonom. Dalam: Gunawan, S.G.
(Ed).Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: FKUI. Hal. 36, 44.
Sinaga, E. (2016). Uji AktivitasAntikejang Ekstrak Etanol Daun Titanus (Leea aequata
L.) Terhadap Ileum Marmut (Cavia cobaya) Terisolasi secara Invitro. Skripsi
Universitas Sumatera Utara.
Supriyatna., Mulyono.M.W., Yoppi. I., dan Maya F.R. (2010). Prinsip Obat Herbal :
Sebuah Pengantar untuk Fitoterapi. Yogyakarta : Deepublish. Hal 31.
Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Simandibrata M, Setiati S. (2006). Buku Ajar Ilmu
Penyakit dalam. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit dalam FKUI. Hlm. 366-368.
Sule, M.I., Njinga, N.S., Musa, A.M., Magaji, M.G. and Abdullahi, A. (2009),
Phytochemical andAntidiarrheal Studies of the Stem Bark of Cieba pentandra
(Bombacaceae).. 8, 1, 143-148
Swantara, Dira dan Yenni. (2009). Identifikasi Senyawa Antibakteri Pada Daun Kecapi
(Sandoricum koetjape (Burm.f.)).Jurnal Kimia(3) : 61-68, http://ejournal.
unud.ac.id/abstrak/j%20kim%20vol%203 %20no%202%20-1.pdf.
Syamsudin., dan Darmono. (2011). Buku Ajar Farmakologi Eksperimental. Jakarta: UI-
Press. Hal 76
97
Verheij, E.W.M. dan Coronel, R.E. (1997). Sumber Daya Hayati Asia Tenggara
2.Prosea. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Vogel, H.G., Bernward, A.S., Jurgen, S.,Gunter, M., dan Wolfgang, F.V.(2002),
Drug Discovery and Evaluation Pharmacologycal Assays,Springer-
Verley Berlin, Deidelbarg, Germany
Wells, B.G., J.T. Dipiro., T.L. Schwinghammer. dan C.V. Dipiro. (2009).
Pharmacotherapy Handbook. New York: McGraw-Hill Companies. p.
256.
Winda, G.E.(2010). Uji Efek Antidiare Ekstra Etanol Kulit Batang Salam (
Syzygium polyanthum (weight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan. Skripsi
Universitas Sumatera Utara.
Zunilda, D.S. (2007). Agonis dan Antagonis Muskarinik . Dalam: Gunawan, S.G.
(Ed). Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: FKUI. Hal. 56-57.
98
99
100
102
Keterangan Gambar :
103
104
105
Bejana organ
106
No. Berat sampel (g) Volume awal (ml) Volume akhir (ml)
1. 5,032 1,90 2,10
2. 5,0180 2,60 3,00
3. 5,0031 3,00 3,30
2,10 1,90
1. % Kadar air = x 100% = 3,97%
5,032
2,60 3,00
2. % Kadar air = x 100% = 7,97%
5,0180
3,00 3,30
3. % Kadar air = x 100% = 5,99%
5,0031
107
108
109
PERLAKUAN ( menit )
Rata-
KONTR
KONDISI rata
OL LOPERAMID 400 mg/kg bb 800 mg/kg bb 1600 mg/kg bb
TOTAL
CMC Na
BAKTERI 320 300 340 350 320
350 360 360 380 360
360 350 300 300 300
320 360 340 320 320
340 300 350 350 340
Rata-rata 338 334 338 340 328 335,6
± ± ± ± ± ± ±
S.D. 17,889 31,305 22,804 30,822 22,803 4,775
Dilakukan uji beda antar dua rata-rata dari nilai rata-rata kedua kondisi (induksi
Nilai variansi untuk kondisi (induksi oleum ricini) adalah 6,6562 = 44,302336
H0 : S21 = S22
HA : S21 ≠ S22
S2L 44,302336
f = -------- = ---------------- = 1,943
S2S 22,800625
110
kepercayaan ( α ) 95 % :
H0 : µ1 = µ2
HA : µ1 ≠ µ2
Kesimpulan :Nilai thitung < ttabel dan H0 diterima, yang artinya perbedaan dua rata-
adalah sama, sehingga waktu awal terjadinya diare diambil dari nilai
111
PERLAKUAN (g ) Rata-
KONDISI KONTROL LOPERAMI rata
400 mg/kg bb 800 mg/kg bb 1600 mg/ kg bb
CMC Na D TOTAL
BAKTER 0,923 0,907 0,858 0,813 0,913
I 0,900 0,805 0,806 0,915 0,831
0,834 0,907 0,816 0,807 0,891
0,856 0,804 0,861 0,798 1,001
0,806 0,816 0,881 0,864 0,835
0,8638 0,8478 0,8444 0,8394 0,8942 0,85792
Rata-rata ± ± ± ± ± ±
± 0,048 0,054 0,032 0,049 0,069 0,022
S.D.
0,937 0,817 0,916 0,800 0,908
OLEUM 0,836 0,917 0,869 0,916 0,819
RICINI 0,807 0,801 0,851 0,936 0,828
0,937 0,899 0,783 0,707 0,917
0,891 0,806 0,693 0,878 0,900
0,8816 0,848 0,8224 0,8474 0,8744 0,85476
Rata-rata ± ± ± ± ± ±
± 0,059 0,055 0,087 0,094 0,047 0,024
S.D.
Dilakukan uji beda antar dua rata-rata dari nilai rata-rata kedua kondisi (induksi
Nilai variansi untuk kondisi (induksi oleum ricini) adalah 0,024 2 = 5,76x10– 4
H0 : S21 = S22
HA : S21 ≠ S22
S2L 5,76x10– 4
f = -------- = ---------------- = 1,190
S2S 4,84x10– 4
112
kepercayaan ( α ) 95 % :
H0 : µ1 = µ2
HA : µ1 ≠ µ2
Kesimpulan : Nilai thitung < ttabel dan H0 diterima, yang artinya perbedaan dua rata-
113
PERLAKUAN (menit)
KONTRO TOTA
KONDISI LOPERAM 400 mg/kg 800 mg/kg 1600 mg/ kg
L L
ID bb bb bb
CMC Na
BAKTERI 1340 1080 1080 1080 1040
1348 1105 1105 1105 1103
1354 1132 1137 1117 1107
1334 1085 1105 1105 1105
1312 1175 1175 1169 1165
Sub total 6688 5577 5602 5576 5520 28963
n.Σ x2 – (Σ x)2
2
S = --------------------
n(n – 1)
S2besar
Uji Cohran : G = ------------ Gtabel = G0,05;5;5 = 0,6329
S2total
A. Penginduksi Bakteri :
5x8946920 – (6688)2 44734600 – 4472934 4
2
1. S = ---------------------------- = ------------------------------ = 262,8
5(5 – 1) 20
114
Melihat hasil uji di atas data tersebut adalah homogen selanjutnya dilakukan
dengan ANAVA dua arah’Rumus untuk uji ANAVA dua arah adalah :
∑ ∑ ∑ – ∑ ∑ ∑
115
∑ ⁄ ∑ ∑ ∑ MSB = SSB / b -1
∑ ∑ ⁄ – ∑ ∑ ∑ -SSA-SSB
Uji ANAVA Dua Arah data proses dari feses diare sampai membentuk feses padat
= 67972280 – 67544739,92
= 427540,08
= 67545446,8 – 67544739,92
= 706,88
= 67924852,6 – 67544739,92
= 380112,68
= 388,52
= 46382
116
Beda rata-rata antar perlakuan menurut Duncan bila nilainya lebih besar dari :
_______ _____________
ѴMSE / r x q0,05 ; t ; (n – t)→Ѵ1159,55/10 x 4,02 43,288
117
Duncan :
118
PERLAKUAN ( g )
KONDISI KONTROL LOPERAMI TOTAL
400 mg/kg bb 800 mg/kg bb 1600 mg/ kg bb
CMC Na D
BAKTER 0,8852 0,301 0,610 0,498 0,310
I 0,8827 0,327 0,681 0,530 0,312
0,8759 0,307 0,798 0,239 0,298
0,8873 0,238 0,590 0,398 0,305
0,8851 0,300 0,586 0,364 0,277
Sub total 4,4162 1,473 3,265 2,029 1.502 12,6852
n.Σ x2 – (Σ x)2
2
S = --------------------
n(n – 1)
S2besar
Uji Cohran : G = ------------ Gtabel = G0,05;5;5 = 0,6329
S2total
A. Penginduksi Bakteri :
5(5 – 1) 20
5(5 – 1) 20
5(5 – 1) 20
119
5(5 – 1) 20
------------------
S2total = 0,02275774
S2besar 0,0133892
Uji Cohran : G = ---------- = ------------------ = 0,5883361
S2total 0,02275774
Gtabel = 0,6329
5(5 – 1) 20
5(5 – 1) 20
5(5 – 1) 20
5(5 – 1) 20
5(5 – 1) 20
------------------
S2total = 0,013954515
S2besar 8,2625x10– 3
120
Gtabel = 0,6329
Melihat hasil uji di atas data tersebut adalah homogen selanjutnya dilakukan
dengan ANAVA dua arah’Rumus untuk uji ANAVA dua arah adalah :
∑ ∑ ∑ – ∑ ∑ ∑
∑ ⁄ ∑ ∑ ∑ MSA = SSA / a -1
∑ ⁄ ∑ ∑ ∑ MSB = SSB / b -1
∑ ∑ ⁄ – ∑ ∑ ∑ -SSA-SSB
= 15,91631555 – 13,15609031
= 2,76022524
= 13,15762821 – 13,15609031
= 1,5379016x10– 3
= 15,76523699 – 13,15609031
= 2,609146679
121
= 2,6934474x10– 3
= 0,686847212
kondisi penginduksi dengan uji Duncan.Hasil uji beda rata-rata antar pelakuan
Beda rata-rata antar perlakuan menurut Duncan bila nilainya lebih besar dari :
_________ ______________________
ѴMSE / r x q0,05 ; t ; (n – t) → Ѵ 0,017171803/10 x 4.02 0,1666
_ _ _ _ _
122
Duncan
Taraf Kepercayaan ( α ) 0,05
Perlakuan N
A B C D E
CMC Na 10 0,88367
Loperamid 10 0,2897
Ekstrak 400mg/kg BB 10 0,6633
Ekstrak 800 mg/kg BB 10 0,4219 0,4219 0,4219
Ekstrak 1600 mg/kg BB 10 0,3062 0,3062
123
–
Log EC80 [ ]
–
Keterangan:
X1 : Log. konsentrasi dengan respon tepat di bawah 80%
X2 : Log. konsentrasi dengan respon tepat di atas 80%
Y1 : % respon tepat di bawah 80%
Y2 : % respon tepat di atas 80%
–
1. Log EC80 [ ]
–
= -3,5908
EC80 = 0,25656x10-3 M
–
2. Log EC80 [ ]
–
= -3,0976
EC80 = 0,7987x10-3 M
–
3. Log EC80 [ ]
–
= -3,2160
124
–
4. Log EC80 [ ]
–
= -3,6639
–
5.Log EC80 [ ]
–
= -3,5179
= 0,5659x10-3 M
125
126
Keterangan :
Ry. x1. x2 = korelasi variabel x1 dan x2 dengan y
ry. x1 = korelasi prouct moment x1 dan y
ry. x2 = korelasi prouct moment x2 dan y
rx1. x2 = korelasi prouct moment x1 dan x2
R1
R3 R y ( Invitro)
R2
X Y X2 Y2 X.Y
1100 51,5218 1210000 2654,4958 56673,98
1109 16,6666 1229881 277,7755 18483,2594
1137 50 1292769 2500 56850
1103 23,8095 1216609 566,8922 26261,8785
1175 25 1380625 625 29375
∑ 5624 ∑ 166,9979 ∑ 6329884 ∑ 6624,1635 ∑ 187957,8147
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
127
Bakteri Vs % Relaksasi(x2terhadap y )
X Y X2 Y2 X.Y
1080 51,5218 1166400 2654,4958 55643,544
1105 16,6666 1221025 277,7755 18416,593
1117 50 1247689 2500 55850
1105 23,8095 1221025 566,8922 26309,4975
1169 25 1366561 625 29225
∑ 5576 ∑ 166,9979 ∑ 6222700 ∑ 6624,1635 ∑ 185444,6345
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
X Y X2 Y2 X.Y
1100 1080 1210000 1166400 1188000
1109 1105 1229881 1221025 1225445
1137 1117 1292769 1247689 1270029
1103 1105 1216609 1221025 1218815
1175 1169 1380625 1366561 1373575
∑ 5624 ∑ 5576 ∑ 6329884 ∑ 6222700 ∑ 6275864
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Ry. X1. x2 = √
128
= 1,2383
R2 / k
F = --------------------------
(1 – R2)/ (n – k – 1)
1,23832 / 2
= -------------------------------
(1 – 1,23832)/ (5 – 2 – 1)
Fhitung= 3,2858
Ftab (F0,05,2,2 ) = 19
invitro
Lampiran 16. Data efek relaksasi atropine sulfat pada kontraksi usus besar
melalui induksi Ach 5,6592 x 10-4
129
Lampiran 17.Data efek relaksasi ekstrak kulit batang kecapi pada kontraksi usus
besar melalui induksi Ach 5,6592 x 10-4
130
131
1 2 3 4 5 Rata-rata
1 18,812 8,4677 7,7272 11,6666 5,625 10,4597
2 27,4659 28,5161 12,9272 14,9999 11,875 19,1568
3 38,9615 43,0322 21,1090 24,5833 20,625 29,6622
4 43,7692 43,5483 35,4545 35,25 36,5625 39,0544
5 51,9230 48,3870 45 40,8333 52,8125 47,7911
6 58,6537 53,2257 49,3181 41,6667 57,5 52,0728
7 33,6538 53,6741 52,4999 41,6667 57,5 47,7989
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
132
300 360 350 360 300 1080 1105 1137 1105 1175
menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit
Ekstrak 800 355 390m 360 350 360m 1100 1125m 1132 1085m 1175
mg menit enit menit menit enit menit enit menit enit menit
300 360 350 360 300 1080 1105 1117 1105 1169
menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit
Ekstrak 1600 395 360 375 380 395 1080 1105m 1127 1105m 1162
mg menit menit menit menit menit menit enit menit enit menit
320 360 300 320 320 1040 1103 1107 1105 1165
menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Loperamid 0,916 0,869 0,851 0,783 0,693 0,286 0,321 0,277 0,302 0,288
0,858 0,806 0,816 0,861 0,881 0,301 0,327 0,307 0,238 0,300
CMC 1 % 0,800 0,916 0,936 0,707 0,878 0,883 0,880 0,879 0,889 0,887
0,813 0,915 0,807 0,798 0,864 0,885 0,882 0,875 0,887 0,885
Ekstrak 400 0,908 0,819 0,828 0,917 0,900 0,753 0,693 0,697 0,604 0,621
mg 0,913 0,831 0,801 1,001 0,835 0,610 0,681 0,798 0,590 0,586
Ekstrak 800 0,937 0,836 0,807 0,937 0,891 0,510 0,500 0,494 0,307 0,378
mg 0,923 0,900 0,834 0,856 0,806 0,498 0,530 0,239 0,398 0,364
Ekstrak 1600 0,817 0,917 0,801 0,899 0,806 0,297 0,357 0,312 0,307 0,287
mg 0,907 0,805 0,907 0,804 0,816 0,310 0,312 0,298 0,305 0,277
133
Descriptives
Konsentrasi Statistic Std. Error
Persen_Relaksasi_U 0,5 M Mean 29.3996 6.95595
sus
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 10.0868
Upper Bound 48.7124
5% Trimmed Mean 28.6002
Median 25.0000
Variance 241.926
Std. Deviation 15.55398
Minimum 16.67
Maximum 56.52
Range 39.86
Interquartile Range 20.52
Skewness 1.942 .913
Kurtosis 4.155 2.000
1M Mean 47.0230 5.67862
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 31.2567
Upper Bound 62.7894
5% Trimmed Mean 47.0143
Median 42.8171
Variance 161.233
Std. Deviation 12.69777
Minimum 33.33
Maximum 60.87
Range 27.54
Interquartile Range 24.72
Skewness .303 .913
Kurtosis -2.860 2.000
1,5 M Mean 57.5797 6.58416
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 39.2991
Upper Bound 75.8603
5% Trimmed Mean 57.4299
Median 57.1428
134
135
Descriptives
Persen_Relaksasi_Usus
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
0,5 M 5 29.3996 15.55398 6.95595 10.0868 48.7124 16.67 56.52
136
Persen_Relaksasi_Usus
Total 16194.970 39
Homogeneus subset
Persen_Relaksasi_Usus
Subset for alpha = 0.05
Konsentra
si N 1 2
Tukey HSDa 0,5 M 5 29.3996
1M 5 47.0230 47.0230
2M 5 56.5797 56.5797
1,5 M 5 57.5797 57.5797
2,5 M 5 62.3064 62.3064
3,5 M 5 63.5093 63.5093
3M 5 64.5093 64.5093
4M 5 68.1286
Sig. .078 .607
Duncana 0,5 M 5 29.3996
1M 5 47.0230 47.0230
2M 5 56.5797
1,5 M 5 57.5797
2,5 M 5 62.3064
3,5 M 5 63.5093
3M 5 64.5093
4M 5 68.1286
Sig. .137 .121
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
137
Descriptives
Persenrelaksasiusus
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
6,95.10 5 14.131620 14.4918668 6.4809599 -3.862409 32.125649 .0910 36.6154
-6
2,08.10 5 26.307420 9.4153191 4.2106587 14.616757 37.998083 15.0000 40.6328
-5
6,95.10 5 50.320080 25.9835502 11.6201969 18.057241 82.582919 29.8910 86.6452
-5
2,08.10 5 67.928960 16.5511073 7.4018802 47.378046 88.479874 50.0000 85.4839
-4
6,95.10 5 88.138820 5.7708689 2.5808111 80.973340 95.304300 80.0000 96.2500
-4
2,08.10 5 103.026020 15.0259490 6.7198087 84.368840 121.683200 83.3334 119.2307
-3
6,95.10 5 105.265580 13.1008266 5.8588678 88.998755 121.532405 83.3334 115.3846
-3
2,08.10 5 108.970960 18.5066113 8.2764082 85.991967 131.949953 83.3334 134.6153
-2
Total 40 70.511182 37.9248768 5.9964495 58.382218 82.640147 .0910 134.6153
Test of Homogeneity of Variances
Persenrelaksasiusus
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.619 7 32 .029
ANOVA
Persenrelaksasiusus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 48009.735 7 6858.534 27.150 .000
Within Groups 8083.819 32 252.619
Total 56093.555 39
Homogeneous Subsets
Persenrelaksasiusus
Subset for alpha = 0.05
konsentrasi N 1 2 3 4 5
Tukey 6,95.10-6 5 14.131620
138
139
Descriptives
PersenRelaksasi
95% Confidence Interval for
Mean
Std.
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Ekstrak0,5M 5 30.414060 13.0740974 5.8469141 14.180424 46.647696 16.6666 50.0000
Ekstrak1M 5 47.023040 12.6977749 5.6786176 31.256670 62.789410 33.3333 60.8696
Ekstrak1,5M 5 57.579720 14.7226387 6.5841642 39.299150 75.860290 42.8571 75.0000
Ekstrak2M 5 56.579720 13.3493591 5.9700149 40.004301 73.155139 42.8571 70.0000
Ekstrak2,5M 5 62.306420 21.7741624 9.7377015 35.270226 89.342614 33.3333 90.0000
Ekstrak3M 5 64.509300 21.6355217 9.6756995 37.645252 91.373348 33.3333 90.0000
Ekstrak3,5M 5 63.509300 26.5796506 11.8867811 30.506305 96.512295 23.8095 95.0000
Ekstrak4M 5 68.128350 14.7910880 6.6147756 49.762789 86.493911 46.4286 85.0000
Atropin6,95.10 5 15.531620 11.9644320 5.3506567 .675816 30.387424 6.4517 34.6154
-6
Atropin2,08.10 5 26.307420 9.4153191 4.2106587 14.616757 37.998083 15.0000 40.6328
-5
Atropin6,95.10 5 50.320080 25.9835502 11.6201969 18.057241 82.582919 29.8910 86.6452
-5
Atropin2,08.10 5 67.928960 16.5511073 7.4018802 47.378046 88.479874 50.0000 85.4839
-4
Atropin6,95.10 5 88.138820 5.7708689 2.5808111 80.973340 95.304300 80.0000 96.2500
-4
Atropin2,08.10 5 103.026020 15.0259490 6.7198087 84.368840 121.683200 83.3334 119.2307
-3
Atropin6,95.10 5 105.265580 13.1008266 5.8588678 88.998755 121.532405 83.3334 115.3846
-3
Atropin2,08.10 5 108.970960 18.5066113 8.2764082 85.991967 131.949953 83.3334 134.6153
-2
Total 80 63.471211 30.7818312 3.4415134 56.621050 70.321372 6.4517 134.6153
PersenRelaksasi
140
PersenRelaksasi
1.334 15 64 .209
ANOVA
PersenRelaksasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 56659.452 15 3777.297 13.287 .000
Within Groups 18194.717 64 284.292
Total 74854.170 79
PersenRelaksasi
Kelompok N 1 2 3 4 5 6
a
Tukey HSD Atropin6,95.10 5 15.531620
-6M
Atropin2,08.10 5 26.307420 26.307420
-5M
Ekstrak0,5M 5 30.414060 30.414060 30.414060
141
Ekstrak1,5M 5 57.579720
Ekstrak2,5M 5 62.306420
Ekstrak3,5M 5 63.509300
Ekstrak3M 5 64.509300
Cases
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
142
Descriptives
NilaiAUC
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Ekstrak1 5 19.689220 6.6112643 2.9566473 11.480251 27.898189 12.4999 27.5000
143
NilaiAUC
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Ekstrak1 5 19.689220 6.6112643 2.9566473 11.480251 27.898189 12.4999 27.5000
ANOVA
NilaiAUC
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 8938.250 13 687.558 9.838 .000
Within Groups 3913.571 56 69.885
Total 12851.821 69
NilaiAUC
144
Atropin6 5 52.072840
145