Anda di halaman 1dari 15

VENTILASI DAN PENGKONDISIAN UDARA

A. Ventilasi Tambang Bawah Tanah


Ventilasi tambang bawah tanah menyiapkan aliran udara untuk pekerjaan tambang di
bawah tanah dengan volume yang cukup untuk menipiskan dan menghilangkan debu dan
gas-gas berbahaya (contohnya NOx, SO2, metan, CO2, dan CO) dan untuk mengatur suhu.
Sumber dari gas-gas ini adalah peralatan yang beroperasi menggunakan mesin diesel,
peledakan dengan bahan peledak, dan ore itu sendiri. Komponen terbesar dari biaya operasi
untuk ventilasi tambang adalah listrik untuk tenaga kipas ventilasi, yang mencakup sepertiga
dari seluruh biaya daya listrik khusus tambang bawah tanah.
1. Jenis Ventilasi
Ventilasi flow-through adalah rangkaian ventilasi utama untuk tambang. Udara masuk
ke tambang dari permukaan melalui shaft, raise atau adit. Udara disalurkan ke tambang
melalui ventilasi dalam raise dan jalan-jalan, dan aliran diatur oleh regulator dan kipas
ventilasi yang dipasang permanen. Sistem ventilasi tambahan mengambil udara dari
sistem flow-through dan menyebarkannya ke area kerja tambang melalui kipas ventilasi
yang dipasang sementara, venturi dan susunan sekali pakai atau saluran baja. Kipas
tambahan dan sistem saluran dapat berupa sistem forcing, dimana udara segar didorong
masuk ke tambang utama, atau sistem exhausting dimana udara yang terkontaminasi
dihisap ke luar.
2. Pengatur ventilasi
Diperlukan volume udara yang cukup untuk ventilasi yang baik. Kekuatan dari daya
listrik diperlukan untuk menggerakkan kipas-kipas. Dengan menerapkan pengaturan
variable kecepatan jumlah udara maka daya dapat dioptimalkan. Di setiap tempat di
tambang dimana orang-orang diharuskan bekerja atau hanya untuk dilalui, udara
mengandung kurang lebih 19% oksigen atau lebih dari 0,5% CO2 atau beberapa gas
berbahaya dengan jumlah yang bisa mempengaruhi kesehatan orang; persentasi dari gas
yang mudah terbakar tidak melebihi 0,75% dalam tubuh pada umumnya dari udara yang
kembali dari beberapa area ventilasi dan 1,25% di beberapa tempat di tambang.
3. Regulasi
Volume (dengan satuan feet3/mnt atau meter3/s) dari udara yang diperlukan ventilasi
pada tambang bawah tanah ditentukan oleh insinyur pertambangan berdasarkan
parameter luasnya. Di beberapa negara persyaratan minimum dijelaskan berdasarkan
undang-undang, peraturan, dan patokan. Namun, di beberapa negara berkembang
persyaratan aturan ventilasi tidak cukup, dan perusahaan tambang harus meningkatkan
aliran ventilasi, terkhusus dimana ventilasi mungkin diperlukan untuk mengurangi suhu
di dalam tambang yang panas, namun tekanan juga harus diperhitungkan. Setiap CMR
130-2-(i) di setiap area ventilasi, tidak kurang dari 6 m3/mnt dari udara per pekerja di area
dengan waktu kerja yang penuh atau tidak kurang dari 2,5 m3/mnt udara per ton setiap
harinya dengan waktu yang lama.
4. Pemanasan
Pada perubahan cuaca ventilasi udara butuh pemanas selama musim dingin. Ini akan
membuat pekerjaan lebih ramah lingkungan untuk penambang, dan mencegah
pembekuan pada pekerjaan, terutama pada pipa air. Tambang di kutub utara dimana
penambangannya berada diatas lapisan es (permafrost) pemanasan mungkin tidak akan
terjadi untuk mencegah lapisan es (permafrost) meleleh. “Cold Mines” seperti Tambang
Raglan dan Tambang Nanisivik yang dirancang untuk beroperasi dibawah 0°C.
Suhu bola basah (wet bulb temperature) di beberapa tempat kerja tidak melebihi
33,5°C dan jika suhu bola basah melebihi 30,5°C susunan dibuat untuk ventilasi yang
sama dengan aliran udara yang berpindah pada kecepatan tidak kurang dari 1m/s.

B. Teknik Ventilasi Tambang


Ventilasi adalah proses untuk mengantarkan aliran udara segar sepanjang saluran udara,
area kerja dan titik layanan bawah tanah. Tujuan utama menyediakan oksigen untuk pekerja
tambang:
 Untuk menipiskan konsentrasi ledakan dan gas beracun, asap dan radon untuk
keselamatan lingkungan dan mengeluarkannya dari tambang
 Untuk mencairkan konsentrasi debu yang melalui udara ke tingkat yang diterima secara
fisiologi dan menghilangkannya dari tambang
 Untuk menyediakan lingkungan yang dapat diterima secara termal dimana orang dapat
bekerja tanpa ketidaknyaman yang semestinya atau bahaya kelelahan akibat panas dan
untuk menghilangkan panas dari tambang sebagaimana seperlunya.

1. Penggunaan ventilasi di tambang


Untuk menjamin kecukupan ventilasi dari tambang, ketentuan dibuat untuk jalan yang
cocok atau jalur-jalur (biasanya disebut saluran udara) agar udara mengalir ke bawah
tambang ke tempat kerja dan rute-rute keluar dari tambang ketika terjadi ketidakcocokan
untuk penggunaan lebih lanjut.
Saluran udara yang dilewati oleh udara segar dari permukaan ke tempat kerja disebut
saluran masuk atau downcast, dan umumnya dari main shaft atau drift dan jalan kendaraan
ke tambang. Saluran udara yang dilewati oleh udara setelah melewati ventilasi tempat kerja
di tambang disebut saluran pengembalian atau upcast.

C. Sifat dan Perilaku Udara


1. Udara Alami
Fakta penting yang perlu diingat bahwa udara merupakan campuran mekanis dari
beberapa gas dan air yang menguap. Secara alami disebut keadaan murni, biasanya
mengandung unsur pokok dalam keadaan kering:
Volume Berat
Nitrogen 78,09% 75,53%
Oksigen 20,95% 23,14%
Carbon dioksida 0,03% 0,046%
Argon dan gas lainnya 0,93% 1,284%
Berdasarkan perhitungan yang menyangkut pengontrolan kualitas, biasanya udara
kering diasumsikan dan diperhitungkan masalah volumenya, kira-kira komposisinya sebagai
berikut:
Oksigen 21%
Nitrogen dan gas inert 79%
Untuk masalah yang melibatkan karbon dioksida, digunakan 0,03% untuk kandungan
yang tepat. Bermacam gas langka berikatan dengan nitrogen karena mereka secara kimia
dan fisika tidak dapat bereaksi, sejauh ini bersangkutan dengan kondisi udara.
Perlu diingat, bahwa udara kering tidak ada di keadaan atmorfer normal. Ini adalah
hipotesis, tetapi cocok untuk diterapkan dalam perhitungan psikometri. Udara jenuh, udara
yang semuanya mengandung uap air kemungkinan pada kondisi suhu dan tekanan yang
sudah ada, itu lebih dari sekali ditemui, dan pada udara super jenuh (fog) itu tidak biasa.
Situasi ini biasa dihadapi insinyur pada keadaan udara di tambang, akan tetapi udara biasa
atau udara lembab, yang merupakan campuran dari udara kering dan uap air, bermacam-
macam volume dari 0,1% sampai 3% (biasanya lebih dari 1% di tambang). Insinyur tidak
boleh melupakan fakta bahwa ia harus mengkondisikan dan menangani campuran tersebut.

2. Sifat-sifat udara
Udara tidak berwaarna, tidak berbau, tidak berasa, dan pemicu proses pembakaran dan
kehidupan. Sifat-sifat lainnya dapat diklasifikasikan berdasarkan fisik dan psikometri. Sifat
fisik terdiri dari cairan, baik secara diam atau bergerak; pengontrolan jumlah berkaitan
dengan sifat dinamika. Sifat psikometri berhubungan dengan perilaku termodinamika udara
dan campuran uap air dan sangat penting pada kontrol suhu kelembaban.
Untuk kenyamanan, semua sifat udara yang digunakan tertera di bawah sesuai abjad,
bersama dengan definisi, symbol, serta satuan.
 Derajat kejenuhan (µ) : perbandingan antara uap air di udara pada kondisi tertentu dan
pada titk jenuh, dengan temperature konstan. Biasanya digunakan kelembaban khusus.
Dalam %.
 Density (w): berat udara tertentu, atau berat per satuan volume. Tidak perlu bingung
dengan massa density. Satuan dalam lb/cu ft
 Entalpi (h): total kandungan panas udara; jumlah dari entalpi udara kering dan uap air,
per satuan berat dari udara kering. Satuannya dalam Btu/lb.
 Entropi (s): perbandingan jumlah panas yang ditambanhkan ke udara dengan suhu
konstan ketika ditambahkan. Satuan dalam Btu/ °R
 Kecepatan aliran (G): berat aliran udara kering per satuan waktu. Satuan dalam lb/ jam
 Kandungan panas, tingkat perubahan (q): kecepatan perubahan kandungan panas atau
entalpi dari udara per satuan waktu. Mungkin sensible, laten, atau total. Satuan dalam
Btu/ jam.
 Massa jenis (ρ): massa udara per satuan volume. Satuan dalam lb-massa/cu ft
 Daya (Pa): tingkat kinerja pekerjaan, biasanya disebut horsepower udara. Satuan dalam
hp.
 Tekanan (P): kekuatan yang digunakan udara per satuan luas, salah satunya meteran atau
bersifat mutlak. Tekanan atmosfer (Pb) diukur oleh barometer. Satuan dalam psi atau in.
(merkuri)
 Pressure head, atau head (H): ketinggian kolom air setara dengan tekanan yang diberikan
oleh udara. Umumnya digunakan daripada tekanan, terutama untuk perbedaan yang
menyebabkan aliran udara. Satuan dalam in. (air)
 Kuantitas(Q): laju aliran volumetric udara per satuan waktu. Satuan dalam efm.
 Kelembaban relatif (ϕ): perbandingan tekanan uap udara pada kondisi tertentu dan
kejenuhan, dengan temperature konstan. Kelembaban relatif dan derajat kejenuhan secara
numeric tidak sama berdasarkan berat. Satuan dalam %
 Berat jenis (s): perbandingan densitas dari gas dan udara. Biasanya udara kering=1.
 Heat specific (c): panas yang diperlukan untuk meningkatkan temperature per satuan
berat udara 1°F. Biasanya panas tertentu dalam keadaan konstan (cp) dalam kondisi
udara. Satuan dalam Btu/lb/°F.
 Kelembaban spesifik(W): kelembaban mutlak atau berat dari kandungan uap air
 Volume Spesifik (v): volume per satuan berat udara kering. Tidak sama berbanding
dengan densitas, yang merupakan satuan volume campuran. Satuan dalam cu ft/lb
 Temperature, titik embun (tdp): temperature dimana kondensasi air terjadi, temperature
jenuh. Satuan dalam oF
 Temperatur, bola kering (td) : temperatur ditunjukkan oleh termometer kering
konvensional, ukuran dari kandungan panas sensible udara. Satuan dalam oF.
 Temperature, bola basah(tw): temperature yang mana berasal dari penguapan air ke udara
yang membawa udara ke adiabatic jenuh pada temperature dengan kapasitas ukuran
penguapan udara. Dinyatakan oleh thermometer dengan sumbu basah. Satuan dalam oF
 Tekanan uap (pv): sebagian tekanan dari uap air diudara. Tekanan barometer adalah
jumlah sebagian tekanan dari udara kering dan uap air. Satuan dakam in. (merkuri).
 Kecepatan (V): laju aliran linier udara per satuan waktu. Satuan dalam fpm
 Viskositas, mutlak (µ): tarikan atau geseran tahanan udara menjadi gerakan. Satuan
dalam lb-sec/ft2
 Viskositas, kinematik (v): perbandingan antara viskositas mutlak dengan massa jenis.
Satuan dalam ft2 /sec
Berikut tabel konstanta untuk udara kering dan faktor konversi yang digunakan dalam
pengerjaan kondisi udara:
Berat atom 29
Berat jenis 1
Konstanta gas 53.3
Densitas dari udara standar (diatas permukaan laut dan 70 oF) 0,075lb/cu ft
Tekanan standar barometer (di atas permukaan laut) 14,7 psi atau
29,92in.
merkuri
Specific heat pada tekanan konstan 0,24 Btu/lb/ oF
Perbandingan dari specific heat dengan tekanan konstan dan 1.4
volume (untuk gas dengan atom diatomic)

1 in, air = 5,2 psf


1 psi = 2,036 in. merkuri = 27,7 in. air
1 in. merkuri = 0,491 psi = 13,6 in. air
Tanpa membuat refrensi pada tabel faktor konversi, kesetaraan dapat dihitung melalui:
p=w1H1=w2H2
dimana p adalah tekanan, w adalah densitas, dan H adalah head.

D. Gas Tambang dan Pengontrolannya


1. Udara Tambang
Udara normal mengandung 20,93 % oksigen, 79,04 % nitrogen (termasuk argon dan gas
langka) dan 0,03 % karbon dioksida dari volume. Jumlah total dari gas lain kurang dari 0,01
%. Pada udara normal, kelembaban juga selalu ada, dari gesekan 1 % sampai maksimum
sekitar 6 %.
Selain oksigen, nitrogen dan karbon dioksida, tambang bawah tanah juga terdapat gas
lain dalam jumlah yang sedikit yakni metana, karbon monoksida, nitrogen oksida,
hidrokarbon yang tak terbakar, sebagian hidrokarbon oksida (aldehida), amonia, hidrogen
sulfida, dan sulfur dioksida, bahkan dibawah kondisi normal.

3. Bahaya-Bahaya
a) Bahaya Racun
Gas beracun yang dimaksud adalah, jika menghirup nafas gas tersebut dalam
konsentrasi yang cukup serta dalam waktu yang cukup, maka dengan serius akan
menyebabkan kecacatan dan mungkin dapat mematikan seseorang. Terdapat beberapa hal
yang dapat dilakukan jika terkena bahaya tersebut tergantung dengan aksi yang tedapat
pada tubuh:
 Gas sesak nafas
 Gas pengganggu
 Gas beracun
b) Threshold limit values (TLVs) atau nilai ambang batas
Terdapat nilai yang menunjukan konsentrasi zat beracun di dalam udara dan mewakili
kondisi agar pekerja yang terkena berulang kali zat tersebut tidak menimbulkan efek yang
buruk. Terdapat 3 kategori yaitu:
 Time weighted average (TLV-TWA)
 Short-term exposure limit (TLV-STEL)
 Celling (TLV-C)
Time weighted average didasarkan pada kegiatan tambang konvensional dengan waktu
kerja 8 jam perhari atau 40 jam perminggu dan dikonsentrasikan agar tidak melebihi
batas yang telah ditetapkan dari TLV. Short-term exposure limit merupakan konsentrasi
maksimum pembongkaran hingga 15 menit tanpa dampak buruk yang disediakan bahwa
(i) tidak lebih dari 4 kali kemunculan perhari dengan jarak waktu 1 jam dan (ii) Short-
term exposure limit sehari-hari tidak terlampaui. Ceiling merupakan konsentrasi yang
semestinya tidak terlampaui bahkan untuk sesaat.
c) Bahaya Ledakan
Beberapa gas dapat meledak. Contohnya, metana-campuran udara meledak ketika
konsentrasi metana dalam udara antara 5,3 dan 14 %. Dibawah dan diatas angka ini,
metana akan terbakar jika terkena api. Gas lain yang bersifat meledak yang ditemukan di
tambang yaitu
Karbon monoksida 12,5 sampai 74 % ledakan
Hidrogen sulfida 4 sampai 44 % ledakan

3. Penyebab dan Kontrol Gas Tambang


Gas-gas berbahaya di tambang biasanya terjadi pada kegiatan :
 Peledakan
 Penggunaan mesin diesel
 Penambangan batubara
 Ledakan bawah tanah dan api
 Oksidasi kayu, batubara yang longgar, perapian dan lain-lain
 Mengebor hingga terkena air
Ledakan dan kebakaran pada tambang biasanya menghasilkan selain karbon dioksida,
karbon monoksida dalam jumlah besar, disebabkan oleh pembakaran yang tidak sempurna.
Kayu yang membusuk perlahan-lahan bercampur dengan oksigen, sering melepaskan
karbo dioksida melalui fungi. Di bawah kondisi basah, beberapa diantaranya mungkin bisa
dibentuk. Batubara lepas, pirit, dan lain-lain. juga oksigen. Tempat dimana tidak ada
sirkulasi udara, kekurangan oksigen dapat berkembang. Dalam kasus ektrem, mungkin tidak
ada cukup oksigen untuk menunjang kehidupan. Pengeboran melalui cara kerja lama yang
mengadung air, sering kali hasil dari pelepasan hidrogen sulfida menumpuk dalam air yang
menumpuk melalui tindakan pada pembakaran.
Teknik-teknik yang dipilih untuk menjaga kadar gas diterima bergantung pada sumber
gas dan sifat kejadiannya. Teknik umum yang digunakan dalam mencegah orang untuk
mendapatkan gas adalah sebagai berikut:
 Pencegahan pembentukan gas
 Pencegahan paparan orang
 Meluasnya gas
 Penghapusan gas

4. Deteksi dan monitoring gas tambang


Peraturan tambang diberbagai negara sering kali harus diuji karena adanya racun dan
gas ledak yang dapat meledak di udara untuk menentukan apakah atmosfer atau tidak
memenuhi standar yang ditetapkan untuk keselamatan dan kesehatan. Untuk.., perkiraan
waktu untuk memegang instrumen portable yang digunakan. Untuk memantau gas-gas
tambang secara terus-menerus, peralatan portable harus dipasang dilokasi lokasi strategis,
biasanya dipasang tanda bahaya ketika tabung gas yang sudah disiapkan telah dikeluarkan.
Selain itu, instrumen-instrumen yang stasioner dapat digunakan dengan sistem telemetri
untuk mengirimkan informasi dari beberapa stasiun ke permukaan atau ke pusat bawah
tanah untuk pengelolaan tambang untuk mengambil tindakan yang tepat tanpa perlu
ditunda.

E. Quality Control
Didalam tambang, terdapat 2 hal yang menjadi masalah utama dalam pengendaliannya
yaitu gas dan debu. Perhatian difokuskan pada beberapa detail. Dari hal itu terdapat
beberapa kendali yang akan dilakukan oleh ahli pengaturan udara tambang untuk mengatasi
kendala dari gas dan debu tersebut.
1. Pernapasan manusia. Perlunya mempertahankan udara segar yang cukup bersih, yang tidak
terkontaminasi senyawa asing serta mengandung kadar oksigen normal, perlu dipersiapkan
lebih awal. Alasan terpenting untuk menyediakan udara bersih dengan oksigen yang cukup
untuk kebutuhan hidup manusia. Sistem pernapasan manusia membutuhkan oksigen, untuk
memperkaya aliran darah, dan melepaskan karbon dioksida dalam proses pernapasan.
Seorang pekerja tambang yang bekerja akan mengkonsumsi 0,07 cfm oksigen tetapi
membebaskan hanya 0,07 x 0,9 = 0,063 cfm karbon dioksida.

2. Kuantitas udara yang diperlukan. Dari informasi diatas, ini dapat digunakan untuk
menghitung jumlah udara minimum yang diperlukan untuk bernafas. 2 kondisi yang dapat
dibagun yaitu : (1) kandungan oksigen akan diencerkan dibawah batas aman yang
disarankan (2) kandungan karbon dioksida akan di naikkan di atas ambang batasnya.
 Kandungan Oksigen Minimum. The U.S Bereau of Mines dan agen keselamatan dan
kesehatan lainnya yang diakui, menyarankan 19,5 % sebagai kandungan minimal oksigen
yang tersedia.
 Kandungan Maksimum karbon Dioksida. Konsentrasi maksimum karbon dioksida yang
tersedia yaitu sebanyak 0,5 %.
Ini jelas bahwa tuntutan yang lebih ketat adalah karbon dioksida: dibutuhkan udara
segar lebih untuk menjaga kadar karbon dioksida turun hingga 0,5 % lalu kadar oksigen
lebih dari 19 %. Ahli Industri menyarankan 10 – 30 cfm dari udara segar unstuk setiap orang
didalam bangunan. Dapat disimpulkan bahwa kira-kira 20 cfm dari udara segar untuk setiap
orang adalah semua yang dibutuhkan untuk memelihara lingkungan hidup yang sehat, dan
kondunsif untuk bekerja.

3. Pengurangan Oksigen. Hal yang menyebabkan terjadinya penipisan oksigen yaitu (1)
permulaan dari pengenceran oksigen, (2) perpindahan gas oksigen, (3) kombinasi proses.
Mungkin ada beberapa proses di bawah tanah yang menyebabkan berkurangnya oksigen.
Berkurangnya oksigen dapat terjadi oleh penyerapan, penyerapan, dan oksidasi. Air tanah
akan mengikat oksigen di daerah tambang dengen penyerapan. Batubara mengandung
oksigen dipermukaannya. Oksidasi mineral sulfida dengan lambat dapat mengambil
beberapa oksigen dari air.
Efek dari Kekurangan Oksigen.
Kadar oksigen Efek
17 % Nafas lebih cepat, bernapas lebih dalam (sebanding dengan
ketinggian 5000 ft)
15 % Pusing, berdenging ditelinga, detak jantung cepat
13 % Kehilangan kesadaran jika dalam waktu lama
9% Pingsan
7% Sekarat (sebanding dengan ketinggian 5,5 mil)
6% Kematian

4. Gas Tambang. Gas tidak memiliki sifat fisika khusus serta tidak dapat diamati secara fisik
oleh indra manusia. Gas tersebut mencakup oksigen, nitrogen, karbon dioksida, karbon
monoksida, dan methane yang semuanya relatif sama. Gas yang paing berbahaya di tambang
yaitu methane dan karbon monoksida. Namun telah berkembang metode yang dapat
mendeteksi keberadaan dari gas-gas tersebut.

F. Gas
Kontrol Pernapasan Manusia. Satu-satunya yang diperlukan dalam pengontrolan
hembusan karbon dioksida dari manusia ialah dengan dilusi di aliran udara ventilasi utama.
Kontrol Gas Baterai. Sejumlah kecil hydrogen yang terbebas pada pengisian baterai
penyimpanan konvensional di bawah tanah dapat dikontrol dengan mengisolasi stasiun
pengisian dan pendelusian debit dengan pemisahan udara atau dengan ventilasi bantuan.
1. Penentuan Syarat Dilusi
Dilusi dengan menggunakan ventilasi masih menjadi metode yang paling sukses dalam
praktik pengontrolan gas di pertambangan. Ventilasi juga digunakan sebagai sarana
serbaguna untuk mengontrol banyak gas.
Jumlah udara segar yang diperlukan untuk mendelusikan ketidakmurnian dibawah
MAC atau tingkat yang diinginkan lainnya dapat ditentukan dengan persamaan:
Qg
𝑄= − 𝑄𝑔
(MAC) − B
Dimana Qg adalah gas yang masuk dalam efm dan B adalah konsentrasi gas dalam udara
normal. Jika ketidakmurnian tidak mencapai batas dalam keadaan udara normal, maka B =
0. Hubungan ini sebelumnya digunakan untuk menghitung kebutuhan udara masuk untuk
bernapas. Tetapi Qg prlu dikurangi jika terkontaminasi dengan menggantikan jumlah udara
segar yang sama.

2. Gas Peledakan dan Pengontrolannya


a) Gas Peledakan
Gas hasil dari peledakan adalah karbon dioksida nitrogen, dan uap. Bagaimana pun
juga, gas berbahaya, termasuk karbon monoksida dan nitrogen oksida juga merupakan
gas hasil dari peledakan. Rokok juga merupakan hal yang dapat menimbulkan asap yang
mengandung uap dan produk padat dari pembakaran. Meskipun rokok bukan merupakan
zat beracun, namun jika penggunaannya berlebih akan menyebabkan sakit kepala yang
parah, oleh karena itu harus dihindarkan. Unsur dan jumlah asap peledakan tergantung
pada bahan kimia dan fisik peledak yang digunakan. Faktor-faktor yang dapat
meningkatkan asap yang dihasilkan yaitu isi bahan peledak yang buruk, burden yang
tidak memadai, priming yang tidak memadai, tahanan air tidak cukup, pengisolasian yang
kurang, reaktivitas bahan peledak terhadap batuan (hydrogen sulfide dalam jumlah besar
dapat dihasilkan pada peledakan batuan yang sangat keras), dan detonasi yang tidak
lengkap. Tergantung dari tipe ledakan dan kondisi dimana ia diledakkan, 100 kg bahan
peledak dapat memproduksi jumlah gas kira-kira sebagai berikut:
Karbon dioksida 10 – 27 m3
Karbon monoksida 1,2 – 4 m3
Nitrogen oksida 0,6 – 4,4 m3
Ammonia 0.03 – 0.3 m3

b) Pengontrolan Gas Peledakan


Sistem ventilasi sama pentingnya seperti laju aliran volume udara. Berdasarkan study
yang dilakukan oleh Nicholas dan Wall (1971), ventilasi dengan system exhausting adalah
sistem ventilasi yang terbaik. Pada tambang batubara yang banyak mengandung gas, system
ventilasi exhausting mungkin lebih cocok untuk penjagaan dari gas methan dan ledakan debu.
Observasi di tunnel mengindikasikan bahwa debu bisa mencapai jarak sekitar 20 m
(Szechy, 1976). Laju aliran volume udara segar bisa dihitung dengan menggunakan
persamaan:
20AN
𝑄=
t
Dimana:
Q = Laju aliran volume udara segar, m3/s
A = Cross Section area pada tunnel, m2
N = Waktu pertukaran udara
t = Waktu debu harus didelusikan, s
Hal yang juga penting diperhatikan adalah kecepatan udara di tunnel dalam range 0,7
– 1 m/s untuk waktu difusi yang cepat.
Debu nitrogen dari peledakan dapat dikurangi dengan menyemprotkan water blast,
yang dapat melarutkan nitrogen kecuali NO. Debu-debu dapat terperangkap di batuan
yang pecah dan akan terbebas jika batu diangkut. Penyiraman yang tepat akan membuang
gas tersebut.
Dalam beberapa kasus asap dan debu harus dibuang dari udara dengan penyaring asap-
debu. Udara ditarik perlahan (<15 m/minute) sepanjang 1 m dari vermikulit yang
terkelupas dengan menyemprotkan potassium permanganat dan sodium karbonat di air
secara menyeluruh. NO akan teroksidasi oleh potassium permanganat sehingga NO2 yang
terbentuk diserap oleh sodium karbonat. Kemudian udara akan melewati penyaring debu.
Untuk meminimalisir pembentukan asap beracun, sebaiknya lakukan praktik sesuai
dengan prosedur. Bahan peledak yang buruk dan berbahaya sebaiknya tidak digunakan.
Di lubang yang basah, digunakan bahan peledak yang mempunyai tahanan air yang
memadai.

3. Gas Mesin Diesel dan Pengontrolannya


a) Emisi Gas Buang Dari Mesin Diesel
Bahan bakar diesel mengandung 85-86% karbon, 13-14% hydrogen, dan 0,05-0,7%
sulfur. Untuk setiap 1 kg bahan bakar diesel, dibutuhkan 15 kg udara untuk pembakaran
sempurna, hal ini menghasilkan sekitar 6.4 m3 gas buang. Jika pencampuran dan
pengoksidasian bahan bakar dan udara dibawah batas normal, maka gas buang akan
mengandung 73% nitrogen, 13% karbon dioksida, dan 13% air. 1% produk gas buang
yang tersisa dibawah kondisi mesin yang kurang optimal akan mengandung hidrokarbon
yang tidak terbakar, sebagian hidrokarbon yang teroksidasi, karbon monoksida, oksidasi
nitrogen dan sulfur dioksida.

b) Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Emisi Gas Buang


Emisi gas buang mesin diesel tergantung pada rasio dari bahan bakar dan udara.
Menaikkan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan akan menaikkan kekuatan mesin tetapi
akan lebih banyak oksidasi nitrogen, karbon monoksida, dan asap yang dihasilkan.
Dengan memberikan batasan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan pada mesin maka
jumlah emisi yang dihasilkan pun dapat dikurangi.
Konsntrasi semua emisi yang tidak diinginkan meningkat dengan memberikan beban.
Umumnya, nitrogen oksida terbentuk ketika tercapainya temperature pembakaran yang
tinggi. Sedangkan kondisi ini akan membuat jumlah produksi polutan lainnya berkurang.

c) Pengontrolan Emisi Gas Buang


Untuk setiap kW yang dikirim, mesin diesel memproduksi sekitar 0,0006 m3/s gas
buang. Gas beracun terbentuk jika gas buang asap berada diatas konsentrasi rata-rata.
Pengontrolan dilakukan dengan menambahkan pengencer udara dengan jumlah yang
cukup pada konsentrasi racun yang rendah atau dengan mengurangi racun dari gas buang
ke tingkat yang aman. Dilusi dengan menggunakan ventilasi merupakan cara yang
sederhana dan praktis untuk diterapkan.

4. Dilusi Menggunakan Ventilasi


Kebutuhan ventilasi minimum tergantung pada mesin. Konsentrasi dari kehadiran
polutan pada gas buang dari mesin diesel ialah:
Karbon dioksida 100 000 ppm
Karbon Monoksida 2 000 ppm
Nitrat Oksida 900 ppm
Nitrogen dioksida 100 ppm
Sulfur dioksida 215 ppm
Laju aliran volume udara yang dibutuhkan untuk mengurangi konsentrasi gas ke tingkat
aman dapat dihitung dengan persamaan:
Ce x q
𝑄=
(Ctlv − Ca)
Dimana:
Q = Laju aliran volume udara yang dibutuhkan dalam m3/s per Kw
CE = Konsentrasi gas yang dikeluarkan, ppm
q = Jumlah gas buang, m3/kW
CTLV = TLV gas, ppm
Ca = Konsentrasi sekitar gas pada keadaan normal, ppm
KONVERSI SATUAN

Oksigen dan Tingkat Inhalasi Udara Dalam Pernapasan Manusia


Tingkat Udara Dihirup Udara Konsumsi Hasil Konsumsi
Aktivitas Pernapasan, per respirasi, Dihirup, cu Oksigen, Pernapasan Oksigen, cms
per menit cu in. in./min cfm

istirahat 12 – 18 24 – 43 300 – 800 0,01 0,75 0,000004719


Sedang 30 90 – 120 2800 – 3600 0,07 0,9 0,000033036
Sangat Kuat 40 150 6000 0,10 1,0 0,000047194

Anda mungkin juga menyukai