Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

“DAYA TARIK FISIK INDIVIDU TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL PADA


MASA DEWASA AWAL MAHASISWA JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
UNJ”

Disusun Oleh :

Dosbiner

[1115051006]

PSIKOLOGI PENDIDIKAN’05

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2007

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Kehidupan manusia dapat berlangsung karena adanya hubungan timbal balik dengan
lingkungan hidupnya. Dalam hubungan ini manusia dituntut untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian ini mengakibatkan manusia
lebih banyak mengubah diri dibanding mengubah lingkungan. Dalam hal ini
hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya yang ditandai dengan penerimaan
diri terhadap orang lain. Penerimaan tersebut diindikatorkan dengan daya tarik
seseorang dalam berinteraksi di lingkungan sosial. Daya tarik tersebut menjadi hal
yang sulit untuk disadari seseorang, karena hal yang cukup sukar untuk diakui
dikalangan masyarakat.

Daya Tarik memiliki definisi yang beragam, pada pembahasan kali ini saya hanya
membatasi pada daya tarik fisik. Dari referensi yang saya dapatkan, menurut Baron
dan Byrne (1991), daya tarik fisik merupakan karakteristik eksternal yang
mempengaruhi perilaku nyata seseorang. Orang akan melakukan aksi pada saat
menangkap karakter eksternal orang lain yang tertangkap secara inderawi karena
penampilan fisik telah menarik perhatian lebih dahulu sebelum perilaku yang lain
muncul (Johnson dkk dalam Baron dan Byrne, 1991). Daya tarik fisik dapat dilihat
secara kasat mata, tetapi hal ini bersifat subjektif.
Penampilan fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
terutama persepsi sosial yaitu persepsi mengenai diri orang lain. Daya tarik fisik kerap
mewarnai keseluruhan kesan yang terbentuk mengenai diri orang lain. Orang yang
memiliki wajah yang menarik memiliki stereotip yang positif/baik. Orang terkesan
dengan daya tarik fisik seseorang yang lain karena secara sosial mereka dipandang
sebagai orang yang memiliki kelebihan-kelebihan lain seperti lebih kuat secara fisik,
lebih sensitif, lebih diterima secara sosial daripada orang yang tidak menarik secara
fisik. Banyak

orang percaya bahwa individu yang menarik secara fisik memiliki lebih banyak ciri
sifat kepribadian dan ciri sifat sosial yang diharapkan.

Hal ini menarik untuk saya jadikan pembahasan, karena fenomena yang saya
kemukakan diatas dapat dibandingkan dengan teori-teori yang saya paparkan. Maka
agar lebih memahami, saya menggunakan studi kasus dari tokoh yang saya inisialkan
namanya agar lebih menjaga privasinya. Dan tema yang saya angkat adalah “Daya
Tarik Fisik Individu Terhadap Lingkungan Sosial Pada Masa Dewasa Awal
Mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan UNJ”

b. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan fokus penelitiannya yaitu,


“Bagaimana daya tarik fisik mahasiswa Psikologi Pendidikan UNJ terhadap
lingkungan sosialnya?”

c. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menjelaskan bentuk daya
tarik fisik mahasiswa terhadap lingkungan sosialnya.

d. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat :

* Menambah khazanah keilmuan guna mengadakan penelitian yang relevan

* Mengembangkan teori tentang daya tarik fisik

2. Manfaat Praktis

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan :


* Bagi mahasiswa, dapat meningkatkan daya tarik fisik dengan berbagai cara sesuai
dengan keunggulannya

* Bagi para pendidik maupun orangtua, dapat memahami arti pentingnya daya tarik
fisik dalam penerimaan di lingkungan sosialnya seseorang sehingga dapat
mengarahkan ke arah yang lebih baik.

BAB II KERANGKA TEORETIK

a. Definisi Konsep-Konsep Kunci

1. Daya tarik Fisik

Daya tarik fisik adalah kombinasi dari gambaran wajah, fisik dan penampilan yang
dipandang sebagai suatu keindahan (Baron dan Byrne, 1994). Menurut Landy dan
Sigall (1974), daya tarik fisik adalah penampilan fisik seseorang secara keseluruhan.
Feingold (1990) menggambarkan daya tarik fisik sebagai keindahan (beauty) atau
good looks seseorang yang tertangkap secara visual oleh orang lain. Apabila
keseluruhan pendapat ketiga orang ahli diatas disatukan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai penampilan seseorang bergerak dalam kategori menarik
hingga kurang menarik. Menurut Salim (1991), menarik berarti menyenangkan hati
karena keindahan yang ditampilkan oleh seseorang.

Menurut Baron dan Byrne (1991), daya tarik fisik merupakan karakteristik eksternal
yang mempengaruhi perilaku nyata seseorang. Orang akan melakukan aksi pada saat
menangkap karakter eksternal orang lain yang tertangkap secara inderawi karena
penampilan fisik telah menarik perhatian lebih dahulu sebelum perilaku yang lain
muncul (Johnson dkk dalam Baron dan Byrne, 1991)

Menarik atau tidaknya wajah seseorang tidak selalu sederhana ukurannya. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Cunningham (1986) terdapat dua kategori wajah cantik
pada seorang wanita. Kategori pertama adalah wanita yang kekanak-kanakan, mata
lebar, hidung kecil dan berdagu sempit. Kategori kedua adalah wanita yang tampak
matang, tulang pipi

tinggi, pipi seperti busur, pupil mata besar dan banyak tersenyum. Langlois dan
Rogman (1990) berpendapat bahwa orang akan tertarik pada orang lain dengan wajah
berukuran sedang; misalnya orang dengan hidung sedang (tidak terlalu mancung atau
pesek), tinggi dahi juga sedang dan seterusnya.

Karakteristik daya tarik fisik terutama daya tarik wajah yang diuraikan di atas lebih
mengarah pada karakteristik daya tarik fisik wanita. Hal ini berkaitan dengan adanya
anggapan umum yang melekat pada masyarakat umum yang disitir oleh majalah Tiara
(no. 83, Juli 1993), yang menyatakan bahwa wanitalah yang memiliki daya tarik
terutama secara fisik. Wanita itu indah, di mata pria maupun wanita sendiri, tetapi pria
tidak.

Daya tarik fisik merupakan salah satu bagian dari penampilan yang menarik dan
penampilan yang menarik merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Hal ini
berkaitan dengan pernyataan yang disitir oleh majalah Tiara (no. 110, Juli 1994) dari
hasil pengkajian yang dilakukan Hamermesh dari University of Texas dan Biddle dari
Michigan State University. Dikatakan bahwa wajah yang menarik memperoleh
keberuntungan 5 % lebih banyak dibanding wajah orang yang memiliki daya tarik
fisik rata-rata; wajah wanita yang tingkat kemenarikannya rata-rata lebih beruntung
5% dari wanita yang berwajah di bawah rata-rata. Sedangkan pria yang berwajah di
bawah rata-rata keberuntungannya berkurang 5% dibanding mereka yang berwajah di
tingkat rata-rata.

2. Lingkungan Sosial

Kehidupan manusia adalah kehidupan yang bermasyarakat, yaitu sebagai anggota


keluarga, sebagai anggota kelompok dan sebagai anggota masyarakat. Kehidupan
bermasyarakat pada seorang anak terjadi pertama kali dalam suatu lingkungan yaitu
lingkungan keluarga. Salah satu bentuknya adalah kebutuhan akan bantuan dari orang
lain sekitarnya khususnya orang tuanya. Bantuan tersebut diperlakukan anak agar ia
dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar. Salah satu bantuan yang diperlukan
anak pada masa perkembangannya ialah mengembangkan aspek sosialnya.

Perkembangan sosial yang dimaksud adalah perolehan kemampuan berperilaku yang


sesuai dengan tuntutan sosial. Perkembangan sosial anak adalah kemampuan sosial
anak untuk berbuat sesuai dengan tuntutan sosial.

b. Analisis Keterkaitan antar Konsep

Daya tarik fisik merupakan indikator yang terlihat dalam penerimaan di lingkungan
sosial. Dalam kaitannya daya tarik fisik sangat subjektif sifatnya, namun mempunyai
landasan dalam menilai tingkat daya tarik fisik tersebut. Lalu ketika lingkungan sosial
adalah lingkup dimana seseorang mampu menjadi pribadi yang baik ataupun
sebaliknya yaitu buruk, lingkungan sosial menjadi suatu takaran dalam sistem
penerimaan diri atau penerimaan suatu pribadi terhadap kelompok.

BAB III METODOLOGI

a. Tujuan Khusus Penelitian


Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat daya tarik fisik terhadap lingkungan sosial mahasiswa Jurusan
Psikologi Pendidikan UNJ.

2. Memahami daya tarik fisik terhadap lingkungan sosial mahasiswa Jurusan


Psikologi Pendidikan UNJ.

b. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualititaf dengan teknik analisis isi
yaitu melakukan pengumpulan data, menganalisis data yang diperoleh dari semua
catatan lapangan, hasil angket dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan
mahasiswa Psikologi Pendidikan (PP), UNJ serta

analisis dokumen atau kajian pustaka. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
fenomenologis guna memperoleh seluruh data yang diharapkan.

c. Latar Penelitian

Penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan pemberian informasi tentang daya


tarik fisik terhadap lingkungan sosial mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan UNJ.
Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive sampling yaitu Psikologi Pendidikan
UNJ. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2005.
Jumlah sampel adalah 30 orang. Sampel diambil secara simple random sampling.

Objek pembahasan dalam penelitian ini adalah pemberian informasi tentang daya tarik
fisik terhadap lingkungan sosial mahasiswa Psikologi Pendidikan UNJ. Serta
penerapannya dilapangan. Yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat
pengaplikasiannya dilapangan. Subjek penelitian ini adalah para mahasiswa yang
mempunyai daya tarik fisik ataupun tidak mempunyai daya tarik fisik. Mahasiswa
yang akan dipilih untuk menjadi subjek penelitian adalah pada angkatan 2005 yang
dipilih secara acak atau random sampling.

d. Sumber Data dan Instrumen

Adapun sumber data diperoleh dalam penelitian ini adalah berasal dari pengamatan
atau observasi, pendapat tulisan, pendapat secara lisan wawancara dan analisis
dokumen atau kajian pustaka. Oleh karena itu instrumen yang digunakan adalah
sebagai berikut :

1. Panduan pengamatan atau observasi


2. Angket

3. Panduan wawancara

4. Panduan dokumentasi

e. Proses Pengumpulan Data

Adapun proses pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah peneliti
melakukan pengamatan secara partisipatif kepada mahasiswa PP UNJ. Dalam
pengamatan ini, peneliti yang ikut sebagai objek penelitian disertai dengan aktivitas
wawancara kepada mahasiswa PP. peneliti juga menyebarkan angket di akhir
pengumpulan data.

f. Proses Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data domain dan analisis
semantik. Selama dalam penelitian dilakukan catatan pribadi mengenai seluruh
kejadian yang tampak di lapangan dengan menggunakan tape recorder, mentranskrip
hasil catatan, melakukan evaluasi, dan kodifikasi data baik dari hasil angket maupun
wawancara.

g. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Data yang dikumpulkan harus dapat dipertanggungjawabkan. Untuk memperoleh


keabsahan data, peneliti menggunakan tiga teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu
perpanjangan keikutsertakan, triangulasi, dan auditing. Penggunaan ketika teknik
keabsahan data akan diuraikan sebagai berikut:

1. Perpanjangan Keikutsertakan

Perpanjangan keikutsertakan merupakan aspek penting dalam mengumpulkan data


penelitian kualitatif dengan beberapa alas an, yaitu peran peneliti sebagai instrument
utama dan untuk meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Peneliti
sebagai instrument utama dengan perpanjangan keikutsertakan akan banyak
mempelajari focus penelitian dan dapat menguji ketidak benaran informasi.

2. Triangulasi

Triangulasi dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai upaya mencari


kebenaran data dengan jalan memperbandingkan antara satu data dengan data lainnya.
Teknik triangulasi dengan sumber dimaksudkan untuk data yang berbeda, antara lain
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, atau
membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen.

3. Auditing

Auditing dalam penelitian kualitatif merupakan pemeriksaan seluruh proses kegiatan


penelitian mulai dari pengumpulan data sampai dengan pelaporan penelitian agar
dapat dipercaya keabsahannya. Yang bertindak sebagai sebagai auditor adalah
pembimbing atau promoter yang akan memeriksa bahan tentang data mentah, hasil
analisis data dan catatan mengenai proses yang digunakan.

H. Tahap-tahap Penelitian

Tahap pertama peneliti merumuskan judul yang akan dibuat lalu mengumpulkan
materi tentang judul yang akan diambil. Setelah itu melakukan observasi awal,
peneliti berusaha mengumpulkan data dengan teknik pengamatan, wawancara,
dokumentasi, dan angket. Lalu pada tahap pengumpulan data peneliti melakukan
reduksi data dalam catatan kasar dan merefleksikan hasil pengamatan, dokumentasi
dan wawancara. Setelah itu peneliti melakukan pernarik kesimpulan. Dan
membuatnya dalam bentuk makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriarti. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika Aditama.

Santrock, John W. 2003. Psychology. New York: McGraw-Hill Companies.

Santrock, John W. (1995). Life Span Development jilid 1. Jakarta:Erlangga

Santrock, John W. (1996). Life Span Development jilid 2. Jakarta:Erlangga


http://wikipedia.org/search/attractive.html

Anda mungkin juga menyukai