Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PRESTASI UJI OSCA I

PADA MAHASISWA AKPER PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Ida Untari
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK
Peningkatan mutu pendidikan merupakan tuntunan masyarakat
bagi institusi pendidikan. Salah satu tuntutan mahasiswa DIII
Keperawatan adalah kemampuan dalam hal pemberian tindakan
keperawatan. Untuk menguji kemampuan mahasiswa dilakukan uji
ketrampilan di laboratorium yang menggunakan metode OSCA
(Objective Structured Clinical Assesment) yang dilaksanakan tiap
akhir semester. Data prestasi uji OSCA mahasiswa masih rendah
yang disebabkan oleh banyak factor, salah satunya adalah
kecemasan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara
kecemasan dengan prestasi uji OSCA I pada mahasiswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analisa kuantitaif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa AKPER PKU Muhammadiyah Surakarta tingkat I tahun
ajaran 2006/ 2007 dengan sample sejumlah 30 menggunakan
teknik random sampling. Instrumen menggunakan Hamilton Rating
Scale Anxiety (HRS-A) dan lembar observasi ketrampilan
laboratorium. Analisa data menggunakan uji korelasi person
product moment test.
Hasil penelitian didapat nilai korelasi hubungan kecemasan
dengan prestasi uji OSCA I sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai kritis
0,05 pada signifikasi 5%.
Terdapat hubungan negative antara kecemasan dengan prestasi
uji OSCA I Pada mahasiswa tingkat I. Semakin tinggi kecemasan
semakin rendah nilai prestasi uji OSCA I dan semakin rendah
tingkat kecemasan semakin tinggi nilai prestasi uji OSCA I.

Kata kuncui : Kecemasan, Prestasi, Uji OSCA I

PEDAHULUAN tertinggi adalah 86 dan terendah 68


Pada saat ini masyarakat sebagai batas lulus. Factor-faktor yang
menuntut peningkatan mutu mempengaruhi dari prestasi belajar
pelayanan di bidang kesehatan atau salah satunya adalah kecemasan
profesionalisme. Salah satu untuk (BPK, 2006 : 45).
menjaga mutu kelulusan, kebijakan Kecemasan adalah pola reaksi
yang dibuat berupa ujia laboratotium yang kompleks ditandai oleh
berupa Objective Structured Clinical perasaan-perasaan kecemasan yang
Asassement. Ujian ini merupakan kuat dan disertai dengan gejala-gejala
evaluasi kompetensi profesional somatis seperti berdebar-debar
comprehensive meliputi uji jantung, rasa tercekik, sesak didada,
pengetahuan, sikap dan prilaku yang gemetar, pingsan dan lain
dievaluasi secara serentak. (Riwanto, sebagainya. Selain itu rasa cemas
2005 : 5) . dapat juga menjadi tanda adanya
Data yang didapatkan dari bahaya yang tidak melindungi kita
bagian pendidikan, prestasi uji OSCA dari bahaya fisik, tetapi dari bahaya
belum maksimal. Pada tahun 2006 nilai psikologis (Rochelle S.A., 1986 : 48).

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 10


Gejala klinis atau keluhan- 8) Mampu menjelaskan tentang
keluhan yang sering dikemukakan oleh konsep tumbuh kembang manusia. 9)
orang yang mengalami gangguan Mampu menjelaskan tentang konsep
kecemasan antara lain sebagai berikut diri pada manusia. 10) Mampu
: 1) Cemas, khawatir, firasat buruk, melakukan asuhan keperawatan
takut akan pikirannya sendiri, mudah pada kien dengan gangguan body
tersinggung. 2) Merasa tegang, tidak mecanik dan body alighment.
tenang, gelisah, mudah terkejut. 3) Faktor-faktor yang
Takut sendirian, takut pada keramaian mempengaruhi prestasi belajar.
dan banyak orang. 4) Gangguan pola Menurut Nana Sudjana ( 1989 : 34) ada
tidur, mimpi-mimpi yang 2 faktor utama, yaitu : 1) Faktor dari
menegangkan. 5) Gangguan diri siswa, meliputi kemampuan,
konsentrasi dan daya ingat. 6) motivasi, minat, sikap, perhatian serta
Keluhan-keluhan somatik, misal rasa kebebasan belajar. 2) Faktor dari luar
sakit pada otot dan tulang, dimana lingkungan terutama kualitas
pendengaran berdenging (tinitus), pembelajaran adalah naik turunnya
berdebar-debar, sesak nafas, atau efektif tidaknya proses
gangguan pencernaan, gangguan pembelajaran dalam mencapai tujuan
perkemihan, sakit kepala dan lain pembelajaran.
sebagainya. Pendapat lain bahwa prestasi
Prestasi adalah hasil dari suatu belajar juga dipengaruhi oleh faktor
evaluasi / penilaiaan yang berarti internal dan eksternal (Dimiyati, 1999 :
suatu tindakan untuk menentukan nilai 138). Faktor internal tersebut meliputi :
sesuatu. Dalam arti luas. Evaluasi sikap siswa terhadap proses belajar,
adalah suatu proses dalam motivasi, konsentrasi belajar,
merencanakan, memperoleh data kemampuan mengolah bahan ajar,
untuk membuat alternatif-alternatif mampu menyimpan perolehan hasil
keputusan (Sri Esti, 2002 : 397). Prestasi belajar, mampu menggali hasil belajar
yang dimaksudkan disini adalah yang telah tersimpan, mampu
prestasi uji OSCA I, dimana kurikulum berprestasi dan menjadi unjuk hasil
dari Akper PKU Muhammadiyah belajar, meningkatkan rasa percaya
Surakarta yang mengharuskan untuk diri siswa, intelegensi dan keberhasilan
dilakukan uji OSCA adalah pada mata belajar dan kebiasaan belajar.
kuliah Kebutuhan Dasar Manusia Sedangkan faktor eksternal meliputi :
(KDM) I. dosen sebagai pembimbing belajar
Tujuan dari uji OSCA ini siswa, sarana dan prasarana belajar,
mengevaluasi ketrampilan secara kondisi pembelajaran, kurikulum yang
komprehensive meliputi pengetahuan, diterapkan dan lingkungan sosial siswa.
sikap dan prilaku secara serentak atau Ujian dengan metode OBJEKTIF
bersama-sama. Kompetensi dasar STRUCTURED CLINICAL ASASSEMENT
yang akan dicapai mahasiswa adalah (OSCA) ini dikuti oleh mahasiswa
: 1) Mampu melakukan asuhan tingkat I semester I. Mata kuliah yang
keperawatan pada klien dengan diujikan adalah mata kuliah
gangguan personal hygiene. 2) Kebutuhan Dasar Manusia I (KDM).
Mampu melakukan asuhan Waktu yang digunakan masing-masing
keperawatan pada klien dengan stase adalah 7 menit, terdiri dari 14
kehilangan dan duka cita. 3) Mampu stase meliputi : 4 stase prosedur (sikap
melakukan perawatan luka. 4) Mampu dan ketrampilan), 8 stase
melakukan pemeriksaan fisik. 5) pengetahuan (kognitif), 1 stase
Mampu melakukan pemeriksaan vital istirahat dan 1 stase presensi
sign. 6) Mampu menyiapkan klien kehadiran, sehingga untuk
sebelum dan sesudah tindakan operasi menyelesaikan uji OSCA I
(pre dan post operasi). 7) Mampu membutuhkan waktu selama 98 menit
menyiapkan dan melaksanakan atau 1 jam 38 menit.
tindakan sterilisasi maupun desinfektan.

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 11


Tujuan dalam penelitian ini dimana semakin tinggi kecemsan
adalah menganalisa antara hubungan mahasiswa maka akan mendapatkan
kecemasan yang mempengaruhi nilai uji OSCA I yang rendah. Begitu
prestasi uji OSCA I pada mahasiswa sebaliknya, semakin rendah tingkat
Akper PKU Muhammadiyah Surakarta. kecemasan mahasiswa semakin tinggi
pula nilai uji OSCA I.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di PEMBAHASAN
laboratorium Akademi Keperawatan Berdasarkan analisis data yang
PKU Muhammadiyah Surakarta telah dilakukan, maka dapat dilakukan
dengan waktu penelitian Desember pembahasan bahwa kecemasan
2007. merupakan perasaan takut yang
Metode penelitian berupa bersifat lama pada sesuatu yang tidak
kuantitatif korelasi dengan populasi jelas dan berhubungan dengan
mahasiswa AKPER PKU perasaan yang tidak menentu dan
Muhammadiyah Surakarta tingkat I tidak berdaya. Menurut Hartono (2004 :
sebanyak 30 orang pada tahun ajaran 8-9) kecemasan dapat diekspresikan
2006/2007. Teknik pengambilan secara langsung melalui perubahan
sampel dengan acak / random fisiologi dan tingkah laku atau secara
sampling. tidak langsung melalui munculnya
Instrumen Penelitian gejala atau mekanisme koping
menggunakan alat ukur kecemasan sebagai upaya untuk melawan
berupa skala kecemasan dari HRS-A kecemasan.
dan lembar observasi ketrampilan Dampak kecemasan pada
laboratorium. respon fisologis pada kecemasan
ringan dan sedang adalah
HASIL PENELITIAN meningkatnya kapasitas seseorang.
Hasil analisa kecemasan berpengaruh Pada kecemasan berat dan panik
pada prestasi adalah sebagai berikut : akan melemahkan atau meningkatkan
1. Uji Prasyarat kapasitas yang berlebihan. Respon
Berikut disajikan uji prasyarat : fisiologis yang berhubungan dengan
kecemasan diatur oleh otak melalui
Tabel 1. Uji prasyarat Kolmogorov Smirnov Test system saraf autonomik, dimana reaksi
No Variabel Nilai p autonomik ini mempunyai 2 jenis
1 Kecemasan 0,810 respon , yaitu : 1) Respon parasimpatis
2 Prestasi OSCA I 0,088
yang akan menghemat respon tubuh.
2) Respon simpatis yang akan
mengaktifkan respon tubuh.
Dari tabel diatas dapat diketahui
Pada respon yang pertama,
bahwa nnilai p hitung uji prasayarat
seseorang akan menjadi pendiam
mempunyai nilai lebih besar dari nilai
atau banyak mengurangi aktifitasnya
kritis 0,05 sehingga korelasi keduanya
sedangkan respon kedua adalah
dapat diujikan dengan uji korelasi
sebaliknya, dimana seseorang akan
Product Moment Test.
menjadi lebih aktif atau yang disebut
dengan hiperaktif. Keadaan keduanya
2. Uji Korelasi
tidak menguntungkan tubuh, hal ini
Dari uji product moment test
dapat dilihat secara nyata pada
didapatkan nilai p hitung sebesar 0,000
seseorang dengan kecemasan, dapat
lebih kecil dari nilai kritis 0,05. Hal ini
menimbulkan berupa gangguan baik
bermakna bahwa ada hubungan
secara kognitif, afektif maupun
kecemasan dengan prestasi uji OSCA I
psikomotor. Salah satu contoh pada
pada mahasiswa. Tingkat korelasi
bagian kognitif, orang tidak dapat
dapat dilihat dari nilai r, dimana nilai r
berkonsentrasi yang baik. Apabila itu
sebesar - 0,607 bertanda negative
terjadi dalam menghadapi ujian atau
artinya, hubungan keduanya cukup
tes maka tentulah hasil prestasi suatu
erat dengan hubungan yang terbalik,

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 12


tes tidak akan mendapatkan nilai yang Guna meningkatkan mutu
maksimal. Hal ini mendukung dari teori pendidikan terutama prestasi uji OSCA
Rochelle S.A., (1986 : 49) bahwa : Ada I dapat dilakukan dengan melengkapi
orang yang mengalami cemas lewat atau melakukan standardisasi
perut yang mual, rasa cemas pembuatan soal meliputi analisis soal
terungkap dengan bermacam- validitas dan reliabilitas, tingkat
macam bentuk, mulai dari perasaan kesukaran, dan daya beda
kabur dan tidak berat sampai dengan mahasiswa, bila memungkinkan soal
perasaan yang menyebabkan pikiran yang dibuat diujicobakan terlebih
tidak dapat berpusat dan tidak dapat dahulu pada tempat lain yang
berpikir nyata. mempunyai karakteristik sama dengan
Akibat dari pikiran yang tidak tempat yang akan dilakukan
dapat berpusat dan tidak dapat penelitian. Akademi keperawatan PKU
berpikir nyata, maka menurut peneliti Muhammadiyah mempunyai nilai
keadaan ini akan mengakibatkan hasil akrediatasi B sehingga pada uji coba
prestasi belajar mahasiswa tidak di tempat lain harus pada akademi
maksimal. Selain itu, hasil penelitian ini keperawatan yang mempunyai nilai
mendukung dari penelitian Sarason, akrediatsi B pula.
Davidson, Lightall, Waite dan Ruebush, Beberapa faktor yang
(1990) menyimpulkan bahwa : Siswa mempengaruhi prestasi belajar mata
yang mempunyai kecemasan tinggi kuliah apapun terbagi menjadi 2
cenderung mendapat skor yang lebih macam, yaitu faktor internal dan
rendah daripada skor siswa yang eksternal. Faktor internal adalah faktor
kurang cemas. yang berasal dari dalam diri sendiri,
Hal ini, menurut peneliti semakin sedangkan faktor eksternal adalah
seseorang mendapat kecemasan kondisi yang ada diluar diri pribadi
yang tinggi maka skor prestasi yang mencangkup keluarga dan
seseorang tersebut akan menjadi lebih lingkungan sekitar. Faktor dalam diri
rendah, begitu sebaliknya semakin sendiri salah satunya adalah
rendah atau ringan kecemasan kecemasan yang juga merupakan
seseorang maka skor prestasi salah satu dari beberapa masalah
seseorang menjadi lebih tinggi atau belajar dibidang psikologis ataupun
baik, dengan kata lain hubungan dari emosional peserta didik.. Sekecil
keduanya (kecemasan dan prestasi) apapun dari masalah belajar itu akan
berbanding terbalik atau negatif. tampak saat kita melalukan evaluasi
pada peserta didik.
PENUTUP Mengenali masalah belajar
Kesimpulan secara umum dapat dilakukan
Terdapat hubungan negatif dan dengan melakukan observasi dengan
cukup kuat / signifikan antara cara pengamatan terhadap tingkah
kecemasan dengan prestasi uji OSCA I, laku peserta didik selama kegiatan
dimana nilai kecemasan mahasiswa belajar dan kondisi yang kurang
semakin tinggi maka nilai prestasi uji mendukung dari kegiatan belajar.
OSCA I akan semakin rendah, begitu Aspek-aspek yang perlu diamati
sebaliknya nilai kecemasan mahasiswa adalah : (1) Kebiasaan dalam
semakin rendah maka prestasi uji menyelesaikan tugas belajar, (2)
OSCA I semakin tinggi. Ketekunan dalam belajar, (3)
Ketertiban dalam proses belajar, (4)
Implikasi Cara mereaksi stimulus, (5) Hubungan
Sebagai suatu penelitian sosial peserta didik, (6) Kondisi fisologis
terapan, kesimpulan yang ditarik dan psikologis peserta didik, (7) Sarana
mempunyai implikasi dalam bidang belajar yang dimiliki.
pendidikan dan penelitian selanjutnya. Ada beberapa upaya yang
Implikasi tersebut adalah : dapat digunakan untuk menangani
masalah belajar secara umum, yaitu

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 13


(1) Pengajaran perbaikan, (2) Program memperhatikan daya beda tinggi
pengayaan, (3) Pembelajaran dan mempunyai tingkat kesulitan
individual, (4) Layanan khusus atau yang bervariasi sehingga benar-
bimbingan dan konseling individu. benar mampu menjadi alat
Pada upaya nomor empat yaitu evaluasi dari prestasi mata kuliah
layanan bimbingan dan konseling tertentu.
yang bertujuan agar peserta didik 2. Persiapan tempat yang nyaman
yang menjadi kasus terbebas dari dan aman, persiapan alat untuk
hambatan mental emosional sehingga uji prosedur perlu dipersiapkan
dapat mengikuti kegiatan belajar dengan lengkap sehingga tidak
secara wajar. Dalam hal ini layanan ada komponen atau item yang
dilakukan oleh petugas bimbingan terlewatkan oleh mahasiswa
dan konseling (BK) atau konselor ketika melakukan tindakan
akademi atau psikolog. Dalam bidang prosedur keperawatan.
ini di Akper PKU Muhammadiyah 3. Mengingat kecemasan
Surakarta yang bertanggung jawab merupakan faktor yang selalu ada
pada bimbingan dan konseling adalah dalam diri manusia dan pada
Pembantu Direktur III bidang penelitian memberikan konstribusi
kemahasiswaan. dalam mempengaruhi prestasi uji
Dalam penelitian ini OSCA I yang cukup besar, maka
kecemasan merupakan faktor yang mahasiswa perlu diingatkan untuk
mempengaruhi dari prestasi uji OSCA I, menggunakan berbagai macam
untuk itu ada beberapa hal yang teknik relaksasi yang dapat
dapat dilakukan untuk mengurangi digunakan dan tepat untuk
rasa kecemasan pada mahasiswa, mengatasi kecemasan tersebut.
diantaranya adalah (1) Menyiapkan 4. Apabila faktor kecemasan berat
ruangan untuk ujian yang senyaman dan sangat berat didapatkan
mungkin, (2) Diberikannya waktu untuk pada peserta didik, maka peserta
orientasi meliputi tempat dan fasilitas didik tersebut harus mendapatkan
yang akan digunakan untuk ujian , (3) layanan khusus berupa bimbingan
Tata cara atau prosedur ujian perlu konseling khususnya bidang
disampaikan sejak awal, (4) psikologis.
Perlengkapan alat sesuai standar dan
prosedur yang akan diujikan, (5) Waktu DAFTAR PUSTAKA
untuk istirahat uji OSCA I, (6) teknik Dadang Hawari. 2001. Manajemen
relaksasi untuk mengatasi kecemasan Stress Cemas dan Depresi.
ataupun mengurangi kecemasan Jakarta. : Balai peneribit FKUI.
yang selalu ada. Dimiyati, Mujiono. 1999. Belajar Dan
Diharapkan dengan upaya Pembelajaran. Jakarta : Rineka
mengidentifikasi faktor-faktor yang cipta.
mempengaruhi prestasi belajar peserta Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
didik, melakukan usaha untuk Tengah. 2005. Kebijakan Dinas
mengatasi permasalahan yang ada, Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
memberikan rasa aman dan nyaman Tentang Uji Kompetensi. Jawa
di lingkungan belajar dapat Tengah.
menurunkan kecemasan yang pada Nana Syaodih S. 2006. Metode
akhirnya akan memaksimalkan potensi Penelitian Pendidikan. Bandung :
peserta didik dibidang evaluasi Remaja rosdakarya.
pendidikan. Nana Sudjana, Ibrahim. 1983.
Penelitian dan Penilaian
Saran Pendidikan. Bandung : Remaja
1. Perangkat atau instrumen tes yang rosdakarya.
akan digunakan perlu dilakukan Rochelle S.A. 1986. Emosi (Bagaimana
analisis meliputi uji validitas Mengenal, Menerima,
maupun reliabilitas,

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 14


Mengarahkannya), Yogyakarta : Suharsini Arikunto. 2002. Prosedur
Kanisius. Penelitian, Suatu Pendekatan
Sri Esti W.D. 2002. Psikologi Pendidikan. Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Jakarta.: Grasindo. Sukardi. 1986. Penilaian Keberhasilan
Sugiyono.1999. Statistik Nonparametris Belajar Dalam Pendidikan
Untuk Penelitian. Bandung : Kesehatan. Surabaya
ALFABETA

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 15

Anda mungkin juga menyukai