Anda di halaman 1dari 32

MALPRAKTEK KEDOKTERAN

FKIK UNIKA ATMA JAYA


Anggota
❖ Astria Aryani (201806010152)
❖ Stephen Alexander (201806010153)
❖ Marvel (201806010154)
❖ Alvin Handoyo (201806010162)
❖ Aisyah Nur Fajriana Arifin (201806010170)
❖ Adi Pratama Bulusa Fau (201806010175)
❖ Kezia (201806010193)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
● Hubungan dokter pasien didasari kepercayaan
● Hilangnya kepercayaan dan hasil pelayanan atau tindakan kesehatan
yang tidak sesuai harapan oleh masyarakat dianggap malpraktek
● Perlunya peraturan tentang malpraktek untuk melindungi dokter dan
pasien
Rumusan Masalah Tujuan Manfaat
1. Bagi penulis :
1. Apa definisi malpraktek? 1. Tujuan Umum : a. Untuk mengetahui lebih
2. Apa saja jenis-jenis Mengetahui penerapan banyak mengenai malpraktek
malpraktek? medikolegal dalam dalam praktik kedokteran.
3. Bagaimana pemahaman menghadapi malpraktek. b. Untuk memenuhi syarat
malpraktek di masyarakat? mengikuti ujian di
4. Apa unsur-unsur 2. Tujuan Khusus : Kepaniteraan Klinik Ilmu
malpraktek? a. Mengetahui definisi, jenis, Kedokteran Forensik dan
5. Apa saja sanksi malpraktek dan unsur-unsur Medikolegal di RSUP Dr.
dan bagaimana malpraktek kedokteran. Kariadi Semarang.
pengaduan malpraktek? b. Mengetahui sanksi pidana
6. Bagaimana upaya dan sanksi disiplin dari 2. Bagi anggota medis :
pencegahan malpraktek? malpraktek kedokteran, a. Agar anggota medis dapat
serta upaya pencegahan lebih memahami tentang
malpraktek. malpraktek kedokteran dan
dapat menghindari terjadinya
malpraktek kedokteran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
● Peraturan UU → tidak menyebutkan malpraktek
● KBBI → praktik kedokteran yang salah, tidak tepat, menyalahi UU/kode etik
● Black’s Law Dictionary → kegagalan dalam pelayanan dan keterampilan
dibandingkan dengan sejawat seprofesi → kerugian
● UU no 6 tahun 1963 → tindakan administratif ke tenaga kesehatan
● Malpraktek → bukan hanya di bidang Kedokteran
Jenis-Jenis Malpraktek
Dari segi etika profesi dan segi hukum :
Pemahaman Malpraktek Masyarakat
● Masyarakat memahami malpraktek kedokteran sebagai perilaku yang
bertentangan dengan prinsip kemanfaatan/tidak memperburuk
keadaan, integritas, menghormati hak-hak pasien, dan keadilan
● Masyarakat lebih menitikberatkan pada kondisi akhir pasien dan
kurang mempertimbangkan prosedur dan tindakan yang telah
dilakukan oleh dokter berdasarkan nilai-nilai moral dan standar medis
Pemahaman Malpraktek Masyarakat
Penyebab dari malpraktek yang terjadi di masyarakat :
● Terdapat kasus-kasus yang menjadi perhatian dokter, rumah sakit,
dan petugas kesehatan lainnya, seperti ketidaksiapan alat dan
tidak adanya persetujuan sebelum dilakukannya penatalaksanaan
● Kurangnya komunikasi yang baik antara tenaga medis dan pasien.
Pemahaman Malpraktik Masyarakat
Media massa :

● Pemahaman masyarakat tentang malpraktek tersebut umumnya berdasarkan pengetahuan


yang diperoleh dari media massa.
● Biasanya yang menjadi sasaran terbesar adalah dokter spesialis bedah (ortopedi, bedah plastik
dan saraf), spesialis anestesi serta spesialis kebidanan dan penyakit kandungan.
● Keterlibatan media dalam mengkritisi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan akuntabilitas
pelayanan tersebut secara sosial dan mencegahnya dari kelalaian dan keteledoran (careless
and negligence), serta dapat meningkatkan kesadaran mereka akan tanggung jawab profesional
dan moral, kode etik, penegakan hukum, dan hak-hak pasien.
Pemahaman Malpraktik Masyarakat
Perkembangan Teknologi :
● Kehadiran peralatan pelayanan kesehatan yang canggih memberikan peluang
keberhasilan yang lebih besar dalam tindakan medis yang dilakukan,
meskipun juga ada risiko yang ditimbulkan.
● Masuknya peralatan canggih tersebut memerlukan sumber daya manusia
yang dapat mengoperasikannya serta memperbaikinya kalau rusak.
● Teknologi yang berkembang menimbulkan ekspektasi akan keberhasilan
terapi yang dilakukan.
Unsur Kesengajaan (Intentional)
1. Menahan Pasien
● Pasal 333 KUHP “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum
merampas kemerdekaan (menahan) orang atau meneruskan tahanan
itu dengan melawan hak.”
● Pasal hanya melindungi kemerdekaan badan, bukan kemerdekaan jiwa
2. Membuka rahasia tanpa hak
● Pasal 322 KUHP “Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang
wajib disimpannya karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang
maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau bayar denda paling lama sembilan ribu rupiah.
3. Aborsi ilegal:

● Bertentangan dengan sumpah dokter yaitu untuk memelihara dan


mempertahankan hidup makhluk insani
● Aborsi hanya boleh dilakukan atas indikasi medis dan kegawatdaruratan

4. Eutanasia

● Mengakhiri penderitaan dari hidup pasien dengan sengaja atas


permintaan pasien sendiri dan keluarganya

5. SK palsu

● Pasal 267 KUHP: memberikan surat keterangan palsu

6. Praktik tanpa izin —> harus memiliki SIP atau SP


Unsur Pelanggaran

1. Negligence (kelalaian)
● Terjadi apabila seorang dengan tidak sengaja melakukan sesuatu (komisi)
yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu (omisi)
yang seharusnya dilakukan
● Duty, dereliction, damages, direct causalship
2. Maleficence (pelanggaran jabatan)
● Melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat dan layak.
3. Misfeasance (ketidak hati-hatian)

● Melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan


tidak tepat sehingga seperti melakukan tindakan medis dengan
menyalahi prosedur

4. Lack of skill

● Melakukan tindakan di luar kemampuan atau kompetensi seorang dokter,


kecuali pada situasi kondisi sangat darurat, seperti melakukan
pembedahan oleh yang bukan dokter, dan mengobati pasien di luar
spesialisasinya
Pengaduan Pelanggaran Hukum
● Pengaduan / laporan → lisan maupun tertulis → setelah itu
pengadu berhak mendapatkan surat tanda penerimaan laporan
dari penyelidik atau penyidik, sesuai dengan yang disebutkan
dalam KUHAP Pasal 108 ayat (1) dan ayat (6).
● Harus dibuktikan → mengakibatkan kerugian bagi pasien atau
kematian, kesesuaian dengan etika profesi (pasal 24 UU Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan).
Sanksi Pelanggaran Hukum
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

● Pasal 359 : menyebabkan matinya orang → penjara selama-lamanya 5 tahun /


kurungan selama-lamanya 1 tahun.
● Pasal 360 : menyebabkan orang luka berat → penjara selama-lamanya 5 tahun /
kurungan selama-lamanya 1 tahun.
● Pasal 361 : menyebabkan orang menjadi sakit / tidak dapat menjalankan
jabatannya atau pekerjaannya sementara → hukuman selama-lamanya 9 bulan
atau hukuman selama-lamanya 6 bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya Rp
4.500.000,00.
Sanksi Pelanggaran Hukum
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran

● Pasal 75 ayat 1 : praktik tanpa memiliki surat tanda registrasi → dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00.
● Pasal 76 : praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana
dimaksud dalam pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun
atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00.
● Pasal 79 : pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp
50.000.000,00 bila dokter atau dokter gigi dengan sengaja tidak memasang papan
nama, tidak membuat rekam medis, tidak memenuhi kewajiban.
Pengaduan Pelanggaran Etik
Berdasarkan MKEK, pengaduan diajukan secara tertulis dan harus memuat :
1) identitas pengadu
2) nama & alamat tempat praktik dokter dan waktu tindakan dilakukan
3) alasan sah pengaduan
4) bukti-bukti atau keterangan saksi
5) petunjuk yang menunjang dugaan pelanggaran etika tersebut.
Sanksi Pelanggaran Etik
● Bersifat pembinaan, ditetapkan oleh majelis pemeriksa Divisi Kemahkamahan
MKEK, atas nama pengurus IDI setingkat.
● Sanksi tergantung dari berat ringannya kesalahan yang dilakukan oleh dokter
teradu, dapat berupa:
○ penasehatan, peringatan lisan, peringatan tertulis, pembinaan perilaku,
reschooling, pemecatan sementara sebagai anggota IDI dengan
pencabutan sementara izin praktek maksimal 3 bulan untuk pelanggaran
ringan, 6 bulan untuk pelanggaran sedang, 12 bulan untuk pelanggaran
berat.
Pengaduan Pelanggaran Disiplin
Mengisi Formulir Pengaduan
Pengadu
Memberi data pendukung pengaduan

Petugas Verifikasi dan Klarifikasi data pendukung


Khusus pengaduan

Diterima Tidak
Pemeriksaan dapat
MKDKI Awal
Ditolak diterima

Ditolak Tidak
Pemeriksaan
dapat
Disiplin
MPD diterima
Pengehentian
pemeriksaan
Investigasi
Sidang Pemeriksaan Disiplin Keputusan Sela
MPD

Penetapan keputusan terhadap


teradu (Sidang selesai)

Sanksi Pelanggaran Disiplin


a. Dinyatakan tidak ditemukan pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi; atau
b. Dinyatakan teradu terbukti melakukan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi dengan
pemberian sanksi disiplin, berupa:
1. Peringatan Tertulis
2. Rekomendasi pencabutan STR yang bersifat :
➢ Sementara paling lama 2 tahun , dapat berupa :
- pencabutan seluruh kewenangan untuk melakukan Praktik Kedokteran
- pencabutan kewenangan pada area kompetensi tertentu untuk melakukan Praktik Kedokteran.
➢ Tetap atau selamanya
3. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan, yang dapat dilakukan
dalam bentuk:
➢mengikuti pendidikan pelatihan kedokteran berkelanjutan yang
terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
atau
➢bekerja di bawah supervisi (magang) di institusi pendidikan kedokteran
atau kedokteran gigi yang terakreditasi, fasilitas pelayanan kesehatan
dan jejaringnya, atau fasilitas pelayanan kesehatan lain yang ditentukan.
Upaya pencegahan
1. Sesuai indikasi medis
2. Sesuai standar profesi
a. Standar kompetensi
b. Standar sarana
c. Standar perilaku
3. Informed consent
a. Implied Consent
b. Expressed Consent
4. Mencatat semua (rekam medik)
5. Menjaga kerahasiaan
Kesimpulan
Malpraktek adalah praktik kedokteran yang salah, tidak tepat,
menyalahi undang-undang atau kode etik. Termasuk di dalamnya setiap
sikap tindakan profesional yang salah, kekurangan keterampilan yang tidak
wajar atau kurang kehati-hatian atau kewajiban hukum, praktek buruk atau
ilegal atau sikap immoral. Malpraktek berdasarkan etika profesi dan segi
hukum dibagi menjadi 2 yaitu malpraktek etik dan yuridis. Malpraktek
yuridis dibagi lagi menjadi 3 yaitu malpraktek perdata, pidana, administratif.
Kesimpulan
Zaman sekarang media massa dan kemajuan teknologi mempengaruhi
pemahaman malpraktek. Masyarakat masih menitikberatkan hasil
daripada proses pengobatan yang dijalani. Unsur malpraktek sendiri terdiri
dari kesengajaan (intensional) dan kelalaian. Sanksi malpraktek terdiri dari
hukum, disiplin, dan etik. Pencegahan malpraktek dapat dilakukan dengan
menerapkan 5 hal yaitu mengambil tindakan sesuai indikasi medis, bekerja
sesuai standar profesi, meminta persetujuan, mencatat semua tindakan
yang dilakukan terhadap pasien, dan menjaga kerahasiaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Schleiter KE. Difficult Patient-Physician Relationships and the Risk of Medical Malpractice
Litigation. AMA J Ethics. 2009 Mar 1;11(3):242–6.
2. Roter D. The Patient-Physician Relationship and its Implications for Malpractice Litigation. J
Health Caare Law Policy. 2006;9(2):304–14.
3. Arti kata malapraktik - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online [Internet]. [cited 2019 Apr
30]. Diunduh dari: https://kbbi.web.id/malapraktik
4. Campbell HC. Black’s Law Dictionary. 8th ed. WEST PUBLISHING CO.; (Definitions of the Terms
and Phrases of American and English Jurisprudence, Ancient and Modern).
5. Undang Undang Nomor 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan
6. Hukum malpraktek di Indonesia [Internet]. hukumonline.com/klinik. [cited 2019 Apr 30].
7. Nugraha, Caesario Indra. Skripsi : Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Malpraktek Dalam
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran di Indonesia. 2011. Medan: Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
8. Adi, Priharto, S.H. Tesis : Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Dalam Rangka Penanggulangan Tindak Pidana
malpraktek Kedokteran. 2010. Semarang: Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro.
9. Lusiana Khajjani, Irma. Skripsi : Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana di Bidang Medis. 2010.
Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
10. Sloan F, Shade J. Is there empirical evidence for defensive medicine? A reassessment. Journal of Health
Economic 2009; 28: 481-491.
11. World Medical Association. World medical association statement on medical malpractice.
http://www.wma.net/en/30publications/10policies/20archives/m2/index.html, 2 Desember 2013
12. Taborda JGU, Abdalla FE, Dohler C, Bins HDC. Legal control of the medical profession. Current Opinion
Psychiatry 2009; 22: 492- 496.
13. Madea B, Mushoff F, Presuss J Medical negligence in drug associated death. Forensic
International, 2009. pp. 190: 67-73.
14. Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP)
15. Undang Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
16. Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
17. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
18. Novianto, Widodo Tresno. Penafsiran Hukum dalam Menentukan Unsur-Unsur Kelalaian
Malpraktek Medik (Medical Malpractice). 2012. Solo: Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret.
19. Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
20. Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
21. Pedoman Organisasi dan Tatalaksana Kerja Majelis Kehormatan Etik Kedokteran. Pengurus
Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2008.
22. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No 20 tahun 2004 tentang Tata Cara Penanganan
Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin dokter dan Dokter Gigi
23. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. KKI
24. Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik. Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. KKI

Anda mungkin juga menyukai