Anda di halaman 1dari 23

A.

Konsep Dasar Persalinan Normal


1. Pengertian Intranatal
Intranatal care adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu ( Nugroho, 2011).
Persalinan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Persalinan
spontan adalah persalianan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
melaluai jalan lahir. Persalianan buatan adalah persalinan dibantu dengan
tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan dengan
operasi cesarean. Persalianan anjuran adalah persalinan tidak dimulai
dengan sendirinya, baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian phytomenadione. Rukiyah, dkk (2012).
Erawati (2011), memaparkan bahwa ada beberapa istilah yang
berkaitan dengan persalinan berdasarkan usia kehamilan dan berat badan
bayi, yaitu :
1) Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil kehamilan sebelum usia kehamilan
22 minggu atau bayi dengan berat kurang dari 500 gram.
2) Partus Imatur
Pengeluaran hasilkehamilan antara usia kehamilan 22 minggu sampai
28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram sampai 999
gram.
3) Partus Prematur
Pengeluaran hasil kehamilan antara usia kehamilan 28 minggu sampai
37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1.000 gram sampai
2.499 gram
4) Partus Matur atau Aterm
Pengeluaran hasil kehamilan antara usia kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu atau bayi dengan berat badan 2.500 gram atau lebih.
5) Partus Pascamatur atau Serotinus
Pengeluaran hasil kehamilan setelah usia kehamilan 42 minggu.
2. Klasifkasi Persalinan
Berdasarkan paparan dari (Hutahean, 2009) Persalinan
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu partus normal dan partus abnormal.
1) Partus Normal/ Partus Biasa
Partus Normal adalah kelahiran bayi melalui vagina dengan letak
belakang kepala/ ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat/ pertolongan
istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi),
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Jenis persalinan menurut usia kehamilannya ada 3, yaitu :
a. Immature : > 20-28 minggu.
b. Premature : 28-36 minggu.
c. Post mature : lebih 2 minggu dari taksiran partus (42 minggu).
2) Partus Abnormal
Partus Abnormal dalah kelahiran bayi melalui vagina dengan
bantuan tindakan atau alat seperti ekstraksivakum, embriotomi, atau lahir
perabdomen dengan seksio saesaria.

3. Tanda dan Gejala Persalinan


Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri
turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan
dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor
pains). Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (bloody show) (Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu :
a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil
pada bagian servik.
c. Kadang-kadang ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar
4. Faktor Persalinan
a. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal. Passage terdiri dari:
1. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
a) Os. Coxae
b) Os illium
c) Os. Ischium
d) Os. Pubis
e) Os. Sacrum = promotorium
f) Os. Coccygis
2. Bagian lunak: otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
Pintu Panggul
1) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
2) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut
midlet
3) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,
disebut outlet
4) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet
dan outlet.
Bidang-bidang:
1) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium
2) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
3) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri.
4) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccyges
b. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan
tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya
kontraksi dan retraksi otot-otot Rahim
1) Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
a) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot
rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.
Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan
kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
b) Kontraksi otot-otot dinding perut
c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
2) Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
a) Kontraksi simetris
b) Fundus dominan
c) Relaksasi
d) Involuntir: terjadi di luar kehendak
e) Intermitten: terjadi secara berkala (berselang-seling)
f) Terasa sakit
g) Terkoordinasi
h) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan akibat his:
1) Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka
(dilatasi).
2) Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga
ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
3) Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
(bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia
fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus
diperhatikan dari his:
1) Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
persepuluh menit.
2) Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin
meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa
aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan
sewaktu persalinan masih dini.
3) Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukurr dengan
detik, misalnya selama 40 detik.
4) Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5) Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his
datang tiap 2 sampe 3 menit
6) Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.
His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme
usus, kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His
palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup
bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien
sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam
kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi otot Rahim
1) Inertia Uteri
a) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal
yang terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula
kekuatannya sudah lemah
b) Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian
melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan,
bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah.
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun
janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke
rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
2) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
a) Persalinan Presipitatus
b) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat
mungkin fatal
c) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
- Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam
persalinanT
- Tauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan
inversion uteri
- Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian
janin dalam rahim
3) Inkoordinasi otot Rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi
kontraksi otot rahim adalah:
a) Faktor usia penderita relatif tua
b) Pimpinan persalinan
c) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
d) Rasa takut dan cemas

c. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa, Janin merupakan
passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala
karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kelainan-
kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger adalah kelainan
ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi,
kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.

d. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa
bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah
mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai
suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi :
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
2) Pengalaman bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
1) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
2) Persalinan sebagai ancaman pada self-image
3) Medikasi persalinan
4) Nyeri persalinan dan kelahiran
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan.

5. Patofisiologi
6. Tahap Persalinan
Berdasarkan paparan dari Erawati (2011), Tahapan persalinan dibagi
menjadi 4 kala, yaitu :
1) Kala I (Pembukaan)
Kala I dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan
serviks menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan serviks.
Kala I dibagi menjadi :
a) Fase Laten
Fase laten yaitu fase yang sangat lambat dari 0-3 cm yang
membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam dan biasanya batas waktu
normal pada fase laten untuk primigravida maksimal 20 jam dan
untuk multigravida 14 jam.
b) Fase Aktif
Fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat pada
primigravida dan multigravida yang terbagi lagi menjadi :
- Fase akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4
cm yang dicapai dalam 2 jam
- Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang
dicapai dalam 2 jam
- Fase deselerasi (kurangnya percepatan), dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm selam 2 jam.

2) Kala II (Pengeluaran)
Kala II atau kala pengeluaran janin adalah tahap persalinan yang
dimulai dengan pembukaan servik lengkap sampai bayi keluar dari
uterus. Kala II pada primi para biasanya berlangsung 1,5 jam dan
multipara biasanya berlangsung 0,5 jam. Perubahan yang terjadi pada
kala II, yaitu sebagai berikut.
a) Kontraksi (His)
His pada kala II menjadi terkoordinasi, lebih lama (25 menit),
lebih cepat kira-kira 2-3 menit sekali. Sifat kontraksi uterus simetris,
fundus dominan, diikuti relaksasi.
b) Uterus pada saat kontraksi
Otot uterus menguncup sehingga menjadi tebal dan menjadi
lebih pendek. Kavum uterus lebih kecil serta mendorong janin dan
kantong amnion kearah segmen bawah uterus dan serviks.
c) Pergeseran organ dasar panggul
Organ-organ yang ada dalam panggul adalah vesika urinaria,
dua ureter, kolon, uterus, rektum, tuba uterina, uretra, vagina, anus,
perineum, dan labia. Pada saat persalinan, peningkatan hormon
relaksin menyebabkan penigkatan mobilitas sendi, dan kolagen
menjadi lunak sehingga terjadi relaksasi panggul. Hormon relaksin
dihasilkan oleh korpus luteum. Karena adanya kontraksi, kepala
janin yang sudah masuk ruang panggul menekan otot-otot dasar
panggul sehingga terjadi tekanan pada rektum dan secar reflek
menimbulkan rasa ingin mengejan, anus membuka, labia membuka,
perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala tampak divulva
pada saat his
d) Ekspulsi janin
Ada beberapa gerakan yang terjadi pada ekspulsi janin, yaitu
sebagai berikut :
- Floating
Floating yaitu kepala janin belum masuk pintu atas panggul.
Pada primigravida, floating biasa terjadi saat usia kehamilan 28
minggu sampai 36 minggu, namun pada multigravida dapat
terjadi pada kehamilan aterm atau bahkan saat persalinan
- Engagement
Engagement yaitu kepala janin sudah masuk pintu atas panggul.
Posisi kepala saat masuk pintu atas panggul dapat berupa
sinklitisme atau asinklitisme. Sinklitisme yaitu sutura sagitalis
janin dalam posisi sejajar dengan sumbu panggul ibu.
Asinklitisme yaitu sutura sagitalis janin tidak sejajar dengan
sumbu panggul ibu. Asinklitisme dapat anterior dan posterior.
- Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam terjadi karena kepala janin menyesuaikan
dengan pintu tengah panggul. Sutura sagitalis yang semula
melintang menjadi posisi anterior posterior
- Ekstensi
Ekstensi dalam proses persalinan yaitu kepala janin
menyesuaikan pintu bawah panggul ketika kepala dalam posisi
ekstensi karena dipintu bawah panggul bagian bawah terdapat os
sakrum dan bagian atas terdapat os pubis. Dengan adanya
kontraksi persalinan, kepala janin terdorong kebawah dan
tertahan oleh os sakrum sehingga kepala dalam posisi ekstensi
- Putaran paksi luar
Putaran paksi luar terjadi pada saat persalinan yaitu kepala janin
sudah keluar dari panggul. Kepala janin menyesuaikan bahunya
yang mulai masuk pintu atas panggul dengan menghadap kearah
paha ibu.
3) Kala III
Kala III persalinan (kala uri) adalah periode waktu yang dimulai
ketika bayi lahir dan berakhir, pada saat plasenta sudah dilahirkan
seluruhnya. Segera setelah bayi dan air ketuban tidak lagi berada dalam
uterus, kontraksi akan berlangsung, dan ukuran rongga uterus akan
mengecil. Pengurangan ukuran uterus ini akan menyebabkan
pengurangan ukuran tempat plasenta. Karena tempat melekatnya plasenta
tersebut lebih kecil, plasenta akan menjadi lebih tebal atau mengkerut
dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian pembuluh darah yang
kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan
terus mengalami perdarahan hingga uterus seluruhnya berkontraksi.
Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan kontraksi dan menekan semua
pembuluh darah ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat
melekatnya plasenta tersebut. Sebelum uterus berkontraksi ibu dapat
kehilangan darah 360-560 cc/menit dari tempat melekatnya plasenta
tersebut. Uterus tidak dapat sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta
lahir seluruhnya. Pelepasan plasenta dilihat dari mulainya melepas, yaitu
sebagai berikut :
a) Pelepasan plasenta dapat dimulai dari tengah/sentral (menurut
Schultze) yang ditandai dengan keluarnya tali pusat semakin
memanjang dari vagina tanpa adanya perdarahan per vagina.
b) Pelepasan plasenta dapat dimulai dari pinggir yang ditandai dengan
keluarnya darah tidak melebihi 400 ml, berarti patologis.
c) Pelepasan plasenta dapat bersamaan.
4) Kala IV
Kala IV yaitu masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik,
atas pertimbangan praktis masih diakui adanya kala IV persalinan
meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya nifas
(puerperium).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. USG
b. Pemeriksaan Hb

8. Penatalaksanaan
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature
B. Konsep Asuhan Keperawatan Persalinan Normal
1. KALA I (fase laten)
a. Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau
keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan
atau terdiri dari flek lendir.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
2) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang
mengingat informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi
informasi.
3) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina
berulang dan kontaminasi fekal.
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan
peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
5) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d
ketidakadekuatan sistem pendukung.
c. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan asuhan 1. Orientasikan klien pada
situasi kebutuhan keperawatan selama lingkungan, staf dan
tidak terpenuhi ……..diharapkan ansietas prosedur
pasien berkurang dengan 2. Berikan informasi tentang
kriteria hasil: perubahan psikologis dan
1. TTV fisiologis pada persalinan
2. Pasien dapat 3. Kaji tingkat dan penyebab
mengungkapkan ansietas
perasaan cemas-nya 4. Pantau tekanan darah dan
3. Lingkungan sekitar nadi sesuai indikasi
pasien tenang dan 5. Anjurkan klien
kondusif mengungkapkan perasaannya
6. Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien

2. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji persiapan,tingkat


tentang kemajuan keperawatan pengetahuan dan harapan
persalinan b/d kurang selama….,pengetahuan klien
mengingat informasi pasien tentang persalinan 2. Beri informasi dan kemajuan
yang diberikan, meningkat dengan criteria persalinan normal
kesalahan interpretasi hasil: 3. Demonstrasikan teknik
informasi. 1. Pasien dapat pernapasan atau relaksasi
mendemonstrasikan dengan tepat untuk setiap
teknik pernafasan dan fase persalinan
posisi yang tepat untuk
fase persalinan
3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji latar belakang budaya
infeksi maternal b/d keperawatan klien.
pemeriksaan vagina selama….diharapkan 2. Kaji sekresi vagina, pantau
berulang dan infeksi maternal dapat tanda-tanda vital.
kontaminasi fekal. terkontrol dengan criteria 3. Tekankan pentingnya
hasil: mencuci tangan yang baik.
1. TTV 4. Gunakan teknik aseptic saat
2. Tidak terdapat tanda- pemeriksaan vagina.
tanda infeksi 5. Lakukan perawatan perineal
setelah eliminasi.
4. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau masukan dan
kekurangan cairan b/d keperawatan haluaran.
masukan dan selama…,diharapkan 2. Pantau suhu setiap 4 jam
peningkatan cairan seimbang dengan atau lebih sering bila suhu
kehilangan cairan kriterian hasil: tinggi, pantau tanda-tanda
melalui pernafasan 1. TTV vital. DJJ sesuai indikasi.
mulut. 2. Input dan output cairan 3. Kaji produksi mucus dan
seimbang turgor kulit.
3. Turgor kulit baik 4. Kolaborasi pemberian cairan
parenteral.
5. Pantau kadar hematokrit.
5. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan pemahaman dan
koping individu tidak keperawatan harapan terhadap proses
efektif b/d selama…..,diharapkan persalinan
koping pasien efektif 2. Anjurkan mengungkapkan
ketidakadekuatan
dengan criteria hasil: perasaan
system pendukung. 1. Pasien dapat 3. Beri anjuran kuat thd
mengungkapkan mekanisme koping positif
perasaannya dan
4. Bantu relaksasi
2. KALA I (fase aktif)
a. Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
2) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan
tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
3) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
4) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi
vertexs.
5) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/
jam pada primipara)
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian
presentasi.
2) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi
mekanik kandung kemih.
3) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis
situasi.
4) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan
pertambahan mobilitas gastrik.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay
oksigen dan aliran darah
c. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji derajat
berhubungan dengan keperawatan ketidaknyamanan secara
tekanan mekanik dari selama…..,diharapkan verbal dan nonverbal
bagian presentasi. nyeri terkontrol dengan 2. Pantau dilatasi servik
criteria hasil: 3. Pantau tanda vital dan DJJ
1. TTV 4. Bantu penggunaan teknik
2. Pasien dapat pernapasan dan relaksasi
mendemonstrasikan 5. Bantu tindakan kenyamanan
kontrol nyeri spt.
6. Gosok punggung, kaki
7. Anjurkan pasien berkemih 1-
2 jam
8. Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9. Dukung keputusan klien
menggunakan obat-
obatan/tidak
10. Berikan lingkungan yang
tenang
2. Perubahan eliminasi Setelah dilakukan asuhan 1. Palpasi di atas simpisis pubis
urin b/d perubahan keperawatan 2. Monitor masukan dan
masukan dan kompresi selama….,diharapkan haluaran
mekanik kandung eliminasi urine pasien 3. Anjurkan upaya berkemih
kemih. normal dengan criteria sedikitnya 1-2 jam
hasil: 4. Posisikan klien tegak dan
1. Cairan seimbang cucurkan air hangat di atas
2. Berkemih teratur perineum
5. Ukur suhu dan nadi, kaji
adanya peningkatan
6. Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan pemahaman dan
koping individu tidak keperawatan harapan terhadap proses
efektif b/d krisis selama….,diharapkan persalinan
situasi. koping pasien efektif 2. Anjurkan mengungkapkan
dengan criteria hasil: perasaan
1. Pasien dapat 3. Beri anjuran kuat terhadap
mengungkapkan mekanisme koping positif
peraannya dan bantu relaksasi
4. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau aktivitas uterus secara
cedera maternal b/d keperawatan manual
efek obat-obatan selama….,diharapkan 2. Lakukan tirah baring saat
pertambahan mobilitas cidera terkontrol dengan persalinan menjadi intensif
gastrik. criteria hasil: 3. Hindari meninggikan klien
1. TTV tanpa perhatian
2. Aktivitas uterus baik 4. Tempatkan klien pada posisi
3. Posisi pasien nyaman tegak, miring ke kiri
5. Berikan perawatan perineal
selama 4 jam
6. Pantau suhu dan nadi
7. Kolaborasi pemberian
antibiotik (IV)
5. Risiko tinggi terhadap Setelah asuhan 1. Kaji adanya kondisi yang
kerusakan gas janin b/d keperawatan menurunkan situasi uteri
perubahan suplay selama….,diharapkan plasenta
oksigen dan aliran janin dalam kondisi baik 2. Pantau DJJ dengan segera
darah dengan criteria hasil: bila pecah ketuban
1. DJJ 3. Instuksikan untuk tirah
2. Presentasi kepala (+) baring bila presentasi tidak
3. Kontraksi uterus masuk pelvis
teratur 4. Pantau turunnya janin pada
jalan lahir
5. Kaji perubahan DJJ selama
kontraksi

3. KALA II
a. Pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri /
teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung
kemih
5) Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
2) Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
3) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada
interaksi hipertonik
c. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi derajat
tekanan mekanis keperawatan ketidaknyamanan
pada bagian selama….,diharapkan 2. Berikan tanda/ tindakan
presentasi nyeri terkontrol dengan kenyamanan seperti
criteria hasil: perawatan kulit, mulut,
1. TTV perineal dan alat-alat
2. Pasien dapat tahun yang kering
mendemostrasikan 3. Bantu pasien memilih
nafas dalam dan teknik posisi yang nyaman
mengejan untuk mengedan
4. Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
5. Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi
2. Perubahan curah Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tekanan darah
jantung b/d fluktasi keperawatan dan nadi tiap 5 – 15
aliran balik vena selama…..,diharapkan menit
kondisi cardiovaskuler 2. Anjurkan pasien untuk
pasien membaik dengan inhalasi dan ekhalasi
criteria hasil: selama upaya mengedan
1. TD dan nadi 3. Anjurkan klien /
2. Suplay O2 tersedia pasangan memilih posisi
persalinan yang
mengoptimalkan
sirkulasi
3. Risiko tinggi Setelah asuhan 1. Bantu klien dan
terhadap kerusakan keperawatan pasangan pada posisi
integritas kulit b/d selama….,diharapkan tepat
pada interaksi integritas kulit terkontrol 2. Bantu klien sesuai
hipertonik dengan criteria hasil: kebutuhan
1. Luka perineum 3. Kolaborasi epiostomi
tertutup (epiostomi) garis tengah atau medic
lateral
4. Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan kateterisasi

4. KALA III
a. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan
kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang
masukan oral, muntah.
2) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan
3) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan
c. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien untuk
terhadap kekurangan asuhan keperawatan mendorong pada kontraksi
volume cairan b/d selama….,diharapkan 2. Kaji tanda vital setelah
kurang masukan cairan seimbang pemberian oksitosin
oral, muntah. denngan criteria hasil: 3. Palpasi uterus
1. TTV 4. Kaji tanda dan gejala shock
2. Darah yang keluar ± 5. Massase uterus dengan
200 – 300 cc perlahan setelah
pengeluaran plasenta
6. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Bantu penggunaan teknik
trauma jaringan asuhan keperawatan pernapasan
setelah melahirkan selama….,diharapkan 2. Berikan kompres es pada
nyeri terkontrol dengan perineum setelah
criteria hasil: melahirkan
1. Pasien dapat control 3. Ganti pakaian dan liner
nyeri basah
4. Berikan selimut
penghangat
5. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Palpasi fundus uteri dan
terhadap cedera asuhan keperawatan massase dengan perlahan
maternal b/d posisi selama….,diharapkan 2. Kaji irama pernafasan
selama persalinan cidera terkontrol 3. Bersihkan vulva dan
dengan criteria hasil: perineum dengan air dan
1. Plasenta keluar utuh larutan antiseptic
2. TTV 4. Kaji perilaku klien dan
perubahan system saraf
pusat
5. Dapatkan sampel darah tali
pusat, kirim ke
laboratorium untuk
menentukan golongan
darah bayi
6. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral

5. KALA IV
a. Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi,
mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia,
atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau
HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml
untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya
anastesi spinal
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau
perbaikan episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin
atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi
umbilicus, perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis,
striae mungkin pada abdomen, paha dan payudara.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma, edema jaringan, kelelahan
fisik dan psikologis, ansietas
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d
kelelahan/ketegangan miometri
3) Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan
anggota keluarga
c. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA
NOC NIC
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efek Setelah dilakukan 1. Kaji sifat dan derajat
hormone, asuhan keperawatan ketidaknyamanan
trauma,edema selama….,diharapkan 2. Beri informasi yang tepat
jaringan, kelelahan nyeri terkontrol dengan tentang perawatan selama
fisik dan psikologis, criteria hasil: periode pascapartum
ansietas 1. Pasien dapat control 3. Lakukan tindakan
nyeri kenyamanan
4. Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5. Beri analgesic sesuai
kemampuan
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Tempatkan klien pada
kekurangan volume asuhan keperawatan posisi rekumben
cairan b/d selama….,diharapkan 2. Kaji hal yang
kelelahan/ketegangan cairan simbang dengan memperberat kejadian
miometri criteria hasil: intrapartal
1. TD 3. Kaji masukan dan
2. Jumlah dan warna haluaran
lokhea 4. Perhatikan jenis persalinan
dan anastesi, kehilangan
daripada persalinan
5. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit
6. Dengan perlahan massase
fundus bila lunak
7. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea
8. Kolaborasi pemberian
cairan parentral

3. Perubahan ikatan Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk


proses keluarga b/d asuhan keperawatan menggendong, menyentuh
transisi/peningkatan selama…..,diharapkan bayi
anggota keluarga proses keluarga baik 2. Observasi dan catat
dengan criteria hasil: interaksi bayi
1. Ada kedekatan ibu 3. Anjurkan dan bantu
dengan bayi pemberian ASI,
tergantung pada pilihan
klien
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah dkk. 2012. Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ). Edisi Revisi.


Jakarta: Trans Info Media.
Erawati Dwi Ambar. 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Hanretty, Kevin P. 2010. Ilustrasi Obstetri edisi ketujuh. Jakarta: CV Pentasada
Media Edukasi.
Hutahaean, Serri. 2009. Asuhan keperawatan dalam maternitas dan ginekologi.
Jakarta: CV. Trans Indonesia.
International, NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
Kusuma, H., Nurarif, A. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Manuaba,C., Manuaba, F.,& Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,
dan KB. Jakarta: EGC
Norma, Nita. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, Taufan. 2012. Buku Ajar Obstretri. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai