Anda di halaman 1dari 15

Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

PERBEDAAN EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK DAN


TERAPI MUROTAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
PASIEN PRE OPERASI BEDAH MAYOR

Sukron

Prodi SI Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Palembang


Sukronmns@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang: Kecemasan pada pasien preoperasi arus diatasi, karena dapat menimbulkan
perubahan-perubahan fisiologis seperti meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan penyulit saat
operasi berupa perdarahan dan menghambat penyembuhan post operasi. Tujuan: Mengetahui
perbedaan efektivitas terapi musik klasik dan terapi murotal terhadap tingkat kecemasan pasien pre
operasi bedah mayor di Ruang Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2018.
Metode: Disain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment pretest and post test control
group desain. Populasi seluruh pasien pre operasi bedah mayor di Rumah sakit Muhammadiyah
Palembang, Metode pengumpulan data menggunaan kuesioner APAIS dengan sampel sebanyak 32
responden yang dibagi kedalam dua kelompok intervensi. Hasil: Kecemasan sebelum terapi musik
klasik pada pasien pre operasi bedah mayor adalah 20,25 dan setelah terapi musik klasik 18,56,
sebelum terapi murottal 21,69, setelah terapi murottal 20.00. Dari hasil analisi Ada perbedaan
signifikan tingkat kecemasan sebelum dan setelah mendengarkan terapi musik klasik (p-value 0,009),
dan sebelum dan setelah mendengarkan terapi murottal (p-value 0,014) namun tidak ada perbedaan
yang signifikan tingkat kecemasan pasien yang mendengarkan musik klasik dan mendengarkan
murottal (p-value 0,107) Kesimpulan: Terapi musik klasik dan terapi murotal sangat efektif
digunakan dalam menurunan tingkat kecemasan dan bisa menjadi bahan acuan bagi rumah sakit untuk
memberikan intervensi keperawatan bagi pasien yang akan menjalani tindakan operasi mayor.
Kata Kunci: Kecemasan, Musik Klasik, dan Terapi Murotal

ABSTRACT
Background: Anxiety in the preoperative patient should be addressed, becouse itmay lead to
physiological changes like increase blood pressure and cause complications during surgery in the
form of bleeding and inhibit postoperative healing. Objective: To know the difference of
effectiveness of classical music therapy and murotal therapy to anxiety level of patient pre major
surgery at surgery room of Muhammadiyah Hospital Palembang 2018. Method: The design of the
study is pre experiment with pre test and post test control group desing approach. The Population of
this study were all patients pre major surgical operation at Muhammadiyah Hospital Palembang and
sample of 32 respondents which si divided into two intervention groups. Result: Anxiety before
classical music therapy was 20.25, and after that 18,56, before murottal therapy 21.69 and after that
20.00. There are significant differences anxiety levels between before and after listening to classical
music therapy (p-value 0.009), and between before and after listening to murottal therapy (p-value
0.014) but, there was no significant difference in anxiety levels of patients listening to classical music
and listening to murottal (p-value 0.107). Conclusion: The classical music therapy and murotal
therapy are affective to reduce anxiety problems and it can be hospital regulations who has apply in
nursing intervention to apply nursing intervension for patients who will get operation.
Keywords: Anxiety, Classical Music, and Murotal Therapy

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |1


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

PENDAHULUAN dengan Efendy (2008, dalam Sari, 2017)


Operasi atau pembedahan adalah yang mengungkapkan bahwa dalam
suatu penanganan medis secara invasive keadaan cemas, tubuh akan memproduksi
yang dilakukan untuk mendiagnosa atau hormon kortisol secara berlebihan yang
mengobati penyakit, injuri, atau deformitas akan berakibat meningkatkan tekanan
tubuh (Nainggolan, 2013). darah, dada sesak, serta emosi tidak stabil.
Berdasarkan data dari World Akibat dari kecemasan pasien preoperasi
HealthOrganization (WHO), jumlah pasien yang sangat hebat maka ada kemungkinan
dengan tindakan operasi mencapai angka operasi tidak bisa dilaksanakan, karena
peningkatan yang sangat signifikan dari pada pasien yang mengalami kecemasan
tahun ke tahun (Chiang, 2012). Dalam sebelum operasi akan muncul kelainan
setip tindakan operasi sering menimbulkan seperti tekanan darah yang meningkat,
cedera dan 90% dari cedera akibat operasi sehingga apabila tetap dilakukan operasi
tersebut terjadi di negara berpenghasilan akan dapat mengakibatkan penyulit
rendah dan menengah (Sari (2016). terutama dalam menghentikan perdarahan,
Sedangkan menurut Pearse & Moreno dan bahkan setelah operasi akan
(2012) yang dikutip oleh Prabawati (2014) mengganggu proses penyembuhan (Sari,
lebih dari 230 juta operasi mayor dilakukan 2017).
setiap tahun di dunia, menyebabkan Tindakan operasi di Indonesia pada
keadaan pasien saat operasi akan lemah, tahun 2015 mencapai 1,2 juta jiwa (WHO,
meningkatkan komplikasi setelah operasi 2015). Berdasarkan Data Tabulasi Nasional
dilakukan dan menyebabkan kematian. Depkes RI (2015) tindakan bedah
Kecemasan pada pasien praoperasi menempati ururan ke-11 dari 50 pertama
harus diatasi, karena dapat menimbulkan penanganan pola penyakit di rumah sakit se
perubahan-perubahan fisiologis yang akan Indonesia (Hartoyo, 2015).
menghambat dilakukannya tindakan Tahapan dalam proses pembedahan
operasi (Smeltzer & bare, 2013). dibagi dalam tiga fase yang dimulai
Perubahan-perubahan fisiologis yang prabedah (preoperasi),bedah (intraoperasi),
terjadi pada pasien pre operasi akibat dan pascaoperatif (postoperasi) (Anggraini,
kecemasan akan meningkatkan tekanan 2014). Tahapan pre operasi merupakan
darah dan menimbulkan penyulit saat masa sebelum dilakukannya tindakan
operasi berupa perdarahan dan pembedahan yang dimulai sejak
menghambat penyembuhan post operasi ditentukannya persiapan pembedahan dan
(Faradisi, 2012). Hal tersebut sesuai berakhir sampai pasien berada di

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |2


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

mejabedah.Segala bentuk prosedur merasakan perubahan fisiologis yang


pembedahan selalu didahului dengan suatu sangat besar (Saputry, 2017).
reaksi emosional tertentu oleh Berdasarkan studi pendahuluan
pasien.Untuk menanggulangi atau dengan wawancara pada 6 pasien yang
menurunkan kecemasan pasien adalah akan menjalani tindakan operasi mayor
tugas perawat (Permadi, 2014). tanggal 06 Januari 2018, mengatakan
Kecemasan pre operatif kemungkinan cemas dan khawatir terhadap tindakan
merupakan suatu respon antisipasi terhadap operasi yang akan mereka jalani, Gejala
suatu pengalaman yang dapat dianggap yang dialami meliputi: gelisah, jantung
pasien sebagai suatu ancaman terhadap berdebar, nafsu makan menurun, tidak bisa
perannya dalam hidup, integritas tubuh, tidur. Sedangkan satu orang lainnya
atau bahkan kehidupannya itu sendiri menyatakan tidak terlalu cemas karena
(Permadi, 2014). telah pernah menjalani operasi yang sama
Wicaksono menyebutkan bahwa jenis sebanyak dua kali. Kemudian berdasarkan
penanggulangan gangguan kecemasan, hasil wawancara dengan 6 pasien pre
yaitu obat penenang, teknik relaksasi, operasi 3-4 jam sebelum dilakukan
cognitive behavioral therapy, emotional pembedahan mereka mengatakan merasa
freedom technique, hypnotherapy. cemas. Namun tidak melakukan upaya
Sedangkan menurut Lintiya (2015), apapun untuk dapat mengurangi
tindakan keperawatan untuk penanganan kecemasannya (RSMP, 2018).
masalah kecemasan pasien dapat berupa Berdasarkan uraian tersebut peneliti
tindakan mandiri oleh perawat, seperti tertarik untuk meneliti tentang perbedaan
teknik relaksasi dan distraksi. Salah satu efektivitas antara pemberian terapi musik
teknik distraksi yang dapat digunakan dengan terapi murotal terhadap penurunan
untuk mengatasi kecemasan adalah dengan kecemasan dengan judul “Perbedaan
mendengar musik klasik. Efektivitas Terapi Musik Klasik dan Terapi
Teknik distraksi lain yang juga dapat Murotal terhadap Penurunan Tingkat
digunakan untuk mengatasi kecemasan Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Bedah
adalah terapi murotal. Al-Kaheel (2011) Mayor di Ruang Bedah Rumah Sakit
menyebutkan bahwa dengan Muhammadiyah Palembang Tahun 2018”.
mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an,
seorang muslim, baik mereka yang METODE PENELITIAN
berbahasa Arab maupun bukan, dapat Penelitian ini menggunakan desain
Quasi eksperiment pre test and post test

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |3


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

control group desain. Peneliti intervensi. Penelitian diselesaikan setelah


membandingkan efektifitas terapi musik jumlah sampel mencapai target minimal
klasik dengan terapi murotal terhadap 16. Apabila terdapat responden yang di
tingkat kecemasan pasien pre operasi pada droup out maka digantian dengan
dua kelompok independen. responden lainnya. Kemudian kriteria
Lokasi dan Waktu Penelitan inklusi dan eksklusi pada penelitian ini
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap meliputi hal berikut berikut :
bedah kelas III di Rumah Sakit 1) Kriteria inklusif antara lain muslim,
Muhammadiyah Palembang pada bulan sebelum dua hari akan menjalani
Januari sampai dengan April dan selama operasi dan tidak mendapatkan terapi
bulan Maret ampai dengan April 2018 farmakologis berupa obat tidur seperti
untuk proses pengambilan data. clobazam yang berdampak pada
Populasi pada penelitian ini adalah kecemasan, dalam keadaan sadar, dan
semua pasien pasien pre operasi bedah bersedia menjadi responden penelitian
mayor yang dirawat diruang Bedah Rumah 2) Kriteria ekslusi antara lain pasien yang
Sakit Muhammadiyah Palembang pada turut dalam penelitian ini antara lain
bulan Maret s.d April 2018, sedangkan Responden yang telah menggunakan
sampel diambil dengan tehnik purposive terapi komplementer lain seperti terapi
sampling pada 32 pasien pre operasi bedah herbal dan pijat refleksi dan responden
mayor yang ada selama dua minggu masa yang tidak kooperatit.
penelitian. Besar sampel minimal Prosedur pengumpulan data dalam
berdasarkan ditentukan dengan rumus penelitian ini dilaksanakan dengan melalui
berikut (Ariawan, 1998 dikutip dari Novita, prosedur administrasi dan prosedur
2012) : penelitian. Alat pengumpulan data pada
α
(z1 2 + z1 − β)2 penelitian ini menggunakan format
2
n1 = n = 2a
( μ1 − μ2)2 pengkajian karakteristik pasien yang
Berdasarkan hasil perhitungan dari dikembangkan oleh peneliti. Instrumen
rumusan sampel diatas, maka sampel dari pengukuran kecemasan yang digunakan
penelitian ini diambil dari 32 kasus pasien adalah The Amsterdam Preoperative
pre operasi bedah mayor yang ada selama Anxiety and Information Scale (APAIS).
dua minggu masa penelitian. Sehingga Responden telah dipastikan bebas
dalam proses penelitian dilakukan dari rasa tidak nyaman, responden diberi
pengumpulan sampel dengan acuan sampel penjelasan terlebih dahulu, dan selama
minimal 16 responden untuk setiap pelaksanaan peneliti dan asisten peneliti

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |4


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

memastikan bahwa kenyamanan responden kepercayaan 95 %. Kemudian untuk


tetap terjaga Untuk memenuhi prinsip melihat perbedaan antar kelompok
keadilan, setelah pengumpulan data selesai intervensi digunakan uji t independen.
peneliti memberikan juga terapi musik
klasik pada kelompok intervensi II dan HASIL PENELITIAN
sebaliknya juga memberikan terapi murotal Analisa Univariat
pada semua responden pada kelompok Analisis univariat adalah cara analisis
intervensi I yang bersedia dan dengan mendeskripsikan atau
memungkinkan untuk dapat menerima menggambarkan data yang telah terkumpul
terapi tersebut. sebagaimana adanya tanpa membuat
Pengolahan Data dalam penelitian ini kesimpulan yang berlaku untuk umum.
meliputi pengecekan data, pemberian kode Karakteristik Responden
data, pemrosesan data, pembersihan data, Disteribusi karakteristik responden
dan keluaran hasil data. Sedangkan analisa berdasarkan umur, jenis kelamin,
data meliputi analisis univariat yang pekerjaan, pendidikna dan riwayat operasi.
disajikan dalam bentuk nilai mean, median, Dapat dilhat pada table berikut ini.
dan standar deviasi. Serta Analisis Bivariat
dengan uji t dependen dengan Interval

Tabel 1.
Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden
n %
1 Umur Mean =43,19 SD= 7,137 Min= Max= 58
33
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 11 34,3
Perempuan 21 65,6
3 Pekerjaan
Bekerja 12 37,5
Tidak Bekerja 20 66,8
4 Pendidikan
SD dan SMP 22 68,8
SMA 7 21,9
Perguruan Tinggi 3 9,4
5 Riwayat Operasi
Ya 10 31,2
Tidak 22 68,8

Berdasarkan tabel di atas diketahui responden 43,19 dengan umur termuda 33


bahwa dari 32 responden rata-rata umur tahun dan tertua 58 tahun. Kemudian
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |5
Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

diketahui sebagian besar responden Kecemasan Pasien Sebelum Pemberian


berjenis kelamin perempuan yaitu, 21 Terapi Musik Klasik
Distribusi frekuensi hasil analisa data
orang (65,6%), bersetatus tidak bekerja 20
pada variabel kecemasan sebelum
orang (66,8%), berpendidikan SD atau
mendengarkan musik klasik, dapat dilihat
SMP yaitu, 22 orang (68,8%), dan tidak
pada table berikut ini.
ada riwayat operasi 22 orang (68,8%).

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Kecemasan Sebelum Mendengarkan Musik Klasik

95% CI
Variabel Mean SD Min-Mak

Low Up
Kecemasan Sebelum
Mendengarkan Musik 20,25 2,23 16-23 19,06 21,44
Klasik

Hasil analisis didapatkan rata-rata sebelum mendengarkan musik klasik


kecemasan sebelum terapi musik klasik adalah diantara 19,06 sampai dengan
adalah 20,25, dengan standar deviasi 2,23. 21,44.
Nilai kecemasan terendah 16 dan tertinggi Kecemasan Pasien Setelah Pemberian
23. Dari hasil estimasi interval dapat Terapi Musik Klasik
Distribusi kecemasan pasien setelah
disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata
pemberian terapi musik klasik, dapat dilihat
kecemasan pasien pre operasi bedah mayor
pada table berikut ini
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Kecemasan Setelah Mendengarkan Musik Klasik

Variabel Mean SD Min-Mak 95% CI

Low Up
Kecemasan Setelah
Mendengarkan Musik Klasik 18,56 3,01 14-25 16,96 20,17

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |6


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

Hasil analisis didapatkan rata-rata kecemasan pasien pre operasi bedah


kecemasan setelah terapi musik klasik mayor setelah mendengarkan musik klasik
adalah 18,56 (95% CI: 16,96 – 20,17), adalah diantara 16,96 sampai 20,17.
dengan standar deviasi 3.01. Nilai Kecemasan Pasien Sebelum Pemberian
Terapi Murottal
kecemasan terendah 14 dan tertinggi 25.
Distribusi kecemasan pasien sebelum
Dari hasil estimasi interval dapat
pemberian terapi murottal, dapat dilihat
disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata
pada table berikut ini.

Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Kecemasan Sebelum Mendengarkan Murottal

Variabel Mean SD Min-Mak 95% CI


Low Up
Kecemasan Sebelum
Mendengarkan Murottal 21,69 2,30 17-25 20,46 22,91

Hasil analisis didapatkan rata-rata adalah diantara 20,46 sampai dengan


kecemasan sebelum terapi murottal adalah 22,91.
21,69, dengan standar deviasi 2,30. Nilai Kecemasan Pasien Setelah Pemberian
Terapi Murottal
kecemasan terendah 17 dan tertinggi 25.
Distribusi frekuensi dari tinggkat
Dari hasil estimasi interval dapat
kecemasan pasien setelah pemberian terapi
disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata
murottal, dapat dilihat pada tabel sebgai
kecemasan pasien pre operasi bedah
berikut ini.
mayor setelah mendengarkan murottal
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Kecemasan Setelah Mendengarkan Murottal

Variabel Mean SD Min-Mak 95% CI

Low Up
Kecemasan Setelah
Mendengarkan Murottal 20,00 1,63 17-22 19,13 20,87

Hasil analisis didapatkan rata-rata 22. Dari hasil estimasi interval dapat
kecemasan setelah terapi murottal adalah disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
20, dengan standar deviasi 1,6. rata-rata kecemasan pasien pre operasi
Nilaikecemasan terendah 17 dan tertinggi bedah mayor setelah mendengarkan

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |7


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

murottal adalah diantara 19,13 sampai Perbedaan nilai kecemasan pada


dengan 20,87. intervensi musik klasik, dapat dilihat pada
Analisa Bivariat table berikut ini.
Perbedaan Nilai Kecemasan pada
Intervensi Musik Klasik

Tabel 6.
Rata-Rata Nilai Kecemasan Sebelum dan Setelah Musik Klasik

Variabel Mean SD SE p-
value
Kecemasan Pretest 20,25 2,23 0,55
pasien pre 0,009
operasi Postest 18,56 3,01 0,75

Berdasarkan Tabel di atas dapat yang signifikan antara kecemaan pasien


dilihat bahwa rata-rata kecemasan sebelum sebelum dan setelah diberikan terapi
mendengarkan musik klasik adalah 20,25 musik klasik.
dengan standar deviasi 2,23. Kemudian
setelah musik klasik rata-rata nilai
kecemasan adalah 18,56 dengan standar Perbedaan Nilai Kecemasan pada
Intervensi Murottal
deviasi 3,01. Terlihat nilai mean
Hasil penelitian berdasarkan analisis
perbedaan antara sebelum dan setelah
data perbedaan nilai kecemasan pada
adalah 1,688 dengan standar deviasi 2,24.
intervensi murottal, dapat dilihat pada tabel
hasil uji statistik didapatkan nilai 0,009
berikut ini.
maka dapat disimpulkan ada perbedaan

Tabel 7.
Distribusi Berdasarkan Nilai Kecemasan Sebelum Dan Setelah Terapi Murottal

Variabel Mean SD SE p- value


Kecemasan Pretest 21,69 2,30 0,57
pasien pre 0,014
operasi Postest 20,00 1,63 0,40

Berdasarkan Tabel di atas dapat adalah 20 dengan standar deviasi 1,63.


dilihat bahwa rata-rata kecemasan sebelum Terlihat nilai mean perbedaan antara
mendengarkan murottal adalah 21,69 sebelum dan setelah adalah 1,688 dengan
dengan standar deviasi 2,30. Kemudian standar deviasi 2,41. hasil uji statistik
setelah murottal rata-rata nilai kecemasan didapatkan nilai 0,014 maka dapat

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |8


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

disimpulkan ada perbedaan yang Perbedaan Nilai Kecemasan pada


signifikan antara kecemaan pasien Kedua Intervensi
Perbedaan nilai kecemasan pada
sebelum dan setelah diberikan terapi
kedua intervensi, dapat dilihat pada table
murottal
berikut ini.

Tabel 8.
Rata-Rata Nilai Kecemasan Responden Pada Kelompok Music Klasik dan Murottal

Equal Variances
Variabel n Mean SD SE Assumed
t Sig.
Musik Klasik 16 18,56 3,01 0,75
-1,679 0,104
Murottal 16 20,00 1,63 0,40

Berdasarkan Tabel di atas dapat Terapi musik dapat berdampak positif


dilihat rata-rata nilai kecemasan responden untuk mengatasi stress/kecemasan. Terapi
yang mendengarkan musik klasik adalah musik merupakan teknik yang sangat
18,56 dengan standar deviasi 3.01, mudah dilakukan danterjangkau, tetapi
sedangkan untukresponden yang efeknya menunjukkan betapa besar dan
mendengarkan murottal adalah 20 dengan music dalam mempengaruhi ketegangan
standar deviasi 1,63. Hasil uji statistik atau kondisi rileks pada diri
didapatkan nilai p=0,104, berarti pada seseorang, karena dapat merangsang
alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan pengeluaran endorphine dan serotonin
yang signifikan rata-rata nilaikecemasan yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga
pasien yang mendengarkan musik klasik metanonim sehingga bisa merasa lebih
dan mendengarkan murottal. rileks pada tubuh seseorang yang
PEMBAHASAN mengalami stress/kecemasan (Mucci,
Perbedaan Kecemasan Sebelum dan 2002 dalam Risnawati 2017). Musik
Sesuadah Pada Kelompok Intervensi masuk melalui telinga, menggetarkan
Musik Klasik
gendang telinga, menguncang cairan di
Terapi musik adalah suatu terapi
telinga dalam serta menggetarkan sel-sel
kesehatan menggunakan musik dimana
berambut di dalam koklea untuk
tujuannya adalah untuk meningkatkan atau
selanjutnya melalui saraf koklearis menuji
memperbaiki kondisi fisik, emosi,
ke otak, seperti system limbic yang
kognitif, dan sosial bagi individu dari
berhbungan dengan perilaku emosional.
berbagai kalangan usia (Risnawati 2017).

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |9


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

Menurut Aemilia (2007) dalam Risnawati Menurut Faradisi (2012) dengan terapi
(2017) dengan mendengaran musik, murotal maka kualitas kesadaran
system limbic ini teraktivasi dan individu seseorang terhadap Tuhan akan
pun menjadi rileks. meningkat, baik orang tersebut tahu arti Al
Hasil penelitian Ferawati dan Siti Qur’an atau tidak. Kesadaran ini akan
Amiyakun (2015) menjelaskan ada menyebabkan totalitas kepasrahan kepada
pengaruh pemberian terapi musik dalam Allah SWT, dalam keadaan ini otak berada
penurunan tingkat kecemasan. Penelitian pada gelombang alpha.
ini dilakukan selama 14 hari secara Gelombang alpha merupakan
berturut-turut dengan durasi 15 menit. gelombang otak pada frekuensi 7-14 Hz.
Peneliti berasumsi bahwa musik klasik Ini merupakan keadaan energi otak yang
dapat menurunkan tingkat kecemasan optimal dan dapat menyingkirkan stres.
pasien pre operasi bedah mayor, karena Dalam keadaan tenang otak dapat berpikir
ketika diperdengarkan musik kasik, maka denganjernih dan dapat melakukan
harmonisasi dalam musik klasik yang perenungan tentang adanya Tuhan, akan
indah akan masuk telinga dalam bentuk terbentuk koping atau harapan positif pada
suara (audio), menggetarkan genderang pasien.
telinga, mengguncangkan cairan diteling Sejalan dengan teori Zulkrnaini dkk,
dalam serta menggetarkan sel-selrambut di (2012) yang menyatakan bahwa
dalam koklea untuk selanjutnya melalui mendengarkan al-Qur’an terbukti
saraf koklearis menuju otak dan meningkatkan gelombang alpha yang
menciptakan imajinasi keindahan di otak merupakan gelombang yang berhubungan
kanan dan otak kiri. Yang akan dengan kedamaian atau ketenangan
memberikan dampak berupa kenyamanan internal individu, misalnya saat meditasi.
dan perubahan perasaan hingga Selain itu al-Qur’an menjadi kebutuhan
menurunkan stres yang sedang dihadapi bagi umat muslim (Tumiran dkk, 2013)
pasien. tidak hanya untuk terapi saja namun
Perbedaan Nilai Kecemasan Pada sebagai dzikir (Maulana, 2015).
Kelompok Intervensi Murottal Penelitian oleh Zahrofi (2013)
Terapi murotal memberikan dampak
menunjukkan adanya pengaruh pemberian
psikologis kearah positif dikarenakan
terapi murottal Al Qur’an terhadap tingkat
ketika murotal diperdengarkan dan sampai
kecemasan pasienhemodialisa di Rumah
ke otak, maka murotal ini akan
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta (p =
diterjemahkan oleh otak (Maulana, 2015).
0,001). Penelitian lain yang dilakukan oleh

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 10


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

Faradisi (2012) juga menunjukkan murotal positif sedangkan intensitas bunyi 60 dB


Al Qur’an efektif dalam menurunkan yang menimbulkan kenyamanan.
kecemasan pasien pare operasi (p = 0,000) Hasil penelitian serupa oleh
Berdasarkan uraian tersebut maka Riwmawati (2017), hasil penelitian
peneliti menyimpulkan bahwa terapi menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi
murottal Al-Quran mampu secara nyata murottal dan terapi musik dalam
menurunkan stres yang dirasakan oleh penurunan tingkat kecemasan mahasiswa
pasien pre operasi, karena Al-Qur’an itu dalam menghadapi tugas akhir (Skripsi).
sendiri memiliki empat fungsi yang Selain itu tidak ada perbandingan secara
meliputi pengajaran, obat, petunjuk serta signifikan antara terapi murottal dan terapi
rahmat atau sebagai obat penyembuh dari musik karena selama proses penelitian
segala kegelisahan sehingga dapat efek terapi murottal dan terapi musik
menimbulkan efek menenangkan dalam sama-sama membuat responden merasa
hati. Sehingga maksud kata rahmat disini rileks hal ini dikarenakan pada saat
yaitu ayat Al-Qur’an dapat menjadi obat mendengar terapi murottal dan terapi
yaitu untuk menenangkan jiwa. musik dapat mengeluarkan hormon
Perbedaan Kecemasan pada Kelompok kortisol dan endorphin yang membuat
Musik Klasik dan Murottal perasaan menjadi rileks dan tenang.
Murottal Al-Qur’an dan musik klasik Namun jika dilihat dari tingkat kecemasan
adalah bunyi yang sama-sama memiliki dan nilai P maka terapi murottal lebih
irama yang lambat yaitu 60-70 efektif menurunkan tingkat kecemasan
ketukan/menit. Hal ini berkaitan dengan dibandingkan terapi musik tapi dilihat dari
intensitas bunyi yang diterima oleh hasil uji statistik tidak ada perbedaan
responden yaitu sebesar 80 dB maka, secara signifikan antara kedua terapi.
secara keseluruhan setelah diberikan bunyi Penelitian Saputry (2013) tentang
murottal Al-Qur’anOleh karena itu bunyi pengaruh pemberian murottal Al-Qur’an
murottal Al-Qur’an dan musik klasik yang dan musik klasik terhadap tekanan darah
diperdengarkan memiliki intensitas bunyi pada pasien pra operasi menunjukkan hasil
yaitu 88,1 dB untuk murottal Al-Qur’an bahwa pengaruh intensitas bunyi Murottal
dan 87,9 dB untuk musik klasik. Intensitas Al-Qur’an dan musik klasik sebesar 80 dB
tersebut merupakan intensitas yang dirasa memberikan perubahan sebesar 10 hingga
tepat untuk diperdengarkan karena bunyi 30 mmHg menuju tekanan darah normal
dengan intensitas 50 dB merupakan selama dua hari. Kemudian hasil
intensitas bunyi yang membawa pengaruh penelitian Faradisi (2012) tentang

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 11


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

efektivitas terapi murotal dan terapi musik KESIMPULAN DAN SARAN


klasikterhadap penurunan tingkat Kesimpulan
kecemasan pasien pra operasi di 1. Rata-rata kecemasan sebelum terapi
Pekalongan menunjukkan hasil pengkajian musik klasik adalah 20,25.
sebelum diberikan terapi sebagian besar 2. Rata-rata kecemasan setelah terapi
pasien mengalami cemas sedang. Uji beda musik klasik adalah 18,56.
tingkat kecemasan dengan terapi musik 3. Rata-rata kecemasan sebelum terapi
menunjukkan pemberian terapi music murottal adalah 21,69.
efektif menurunkan tingkat kecemasan 4. Rata-rata kecemasan setelah terapi
pasien. Kemudian Uji beda tingkat murottal adalah 20.
kecemasan dengan terapi murotal juga 5. Ada perbedaan signifikan tingkat
menunjukkan terapi murotal efektif kecemasan antara sebelum dan setelah
menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji mendengarkan terapi musik klasik (p-
beda tingkat kecemasan dengan terapi value 0,009).
musik dan murotal diperoleh nilai t hitung 6. Ada perbedaan signifikan tingkat
sebesar 2,946 (p = 0,000 < 0,05). kecemasan antara sebelum dan setelah
Berdasarkan uraian tersebut maka mendengarkan terapi murottal (p-value
peneliti berasumsi bahwa tidak adanya 0,014).
perbedaan yang berarti antaraterapi 7. Tidak ada perbedaan yang signifikan
murottal dan musik klasik dikarenakan tingkat kecemasan setelah
keduanya merupakan terapi komplementer mendengarkan music klasik dan
yang berdasarkan keindahan yang mendengarkan murottal (p-value
duhantarkan melalui pendengaran. Selain 0,107).
itu, peneliti menyakini ada faktor lain yang Saran
turut mempengaruhi penurunan tingkat 1) Pendidikan Keperawatan
kecemasan responden yaitu keadaan psikis Hasil penelitian diharapkan ini dapat
responden selama terapi dimana responden dikembangkan dan dimasukan dalam
mengungkapkan bahwa responden merasa kurikulum mata kuliah keperawatan
rileks pada saat mendengarkan terapi yang medikal bedah.
diberikan oleh peneliti. Namun terdapat 2) Rumah Sakit Muhammadiyah
responden yang tidak mengalami Terapi musik klasik maupun terapi
penurunan kecemasan selama proses murottal terbukti sangat efektif dalam
penelitian. menurunkan menurunkan kecemasan
pasien pre operasi bedah mayor, maka

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 12


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

disarankan agar terapi musik klasik dengan masalah lainnya selain bedah
dan murottal dapat menjadi salah satu mayor seperti pasien terminal dan
intervensi mandiri keperawatan yang proses persalinan dengan jumlah
dapat dilakukan perawat untuk responden lebih banyak, dengan
mengatasi kecemasan pasien pre bedah menggunakan kelompok kontrol,
mayor khususnya, dan kecemaan dengan menggunakan ruangan yang
pasien umumnya dengan cara lebih kondusif, dengan kriteria lebih
memasukan terapi tersebut dalam spesifik, waktu terapi dan frekuensi
daftar intervensi keperawatan. lebih panjang, menggunakan desain
3) Peneliti Selanjutnya penelitian yang lebih baik, atau dengan
Dapat melakukan penelitian lebih membandingkan dengan terapi yang
lanjut tentang pengaruh terapi musik digunakan di rumah sakit yang telah
klasik dan murottal pada pasien ditambahkan dengan intervensi ini

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrocman, A. Perdana, S. & Andhika, S.(2008). Muratalal-qur‟an: alternative terapi suara


baru. Jurnal ProsidingSeminar Nasional Sains dan Teknologi-II. Lampung:
Universitas NegeriLampung.
Al Kaheel, A.D. (2011). Al-Qur‟an TheHealing Book. Jakarta: Tarbawi Press.

Anggraini,S., D. (2014).Pengaruh TerapiMusik Terhadap Tingkat Persepsi Nyeri pada


Pasien Infark Miokard di RS Dr. M. Djamil Padang. Fakultas IlmuKeperawatan
Universitas Indonesia.(Unpublished Thesis Paper).

Aqil, A.A. & Charis, M.A. (2016).5 AmalanPenyuci Hati. Jakarta: QultumMedia.

Azwar S. (2012). Teori Skor Klasik. In Reliabilitas dan Validitas. Ed 4. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar; 2012: 26-50.

Brunnerdan Suddarth, 2011.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8, volume 1, EGC,


Jakarta.

Chiang, L (2012). The effect of music andnature sounds on cancer pain and anxiety in
hospice cancer patients. FrancesPayne Bolton School of Nursing CaseWestern
Reserve University. (Unpublished dissertation paper).

Djohan.2016. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Galaupress: Yogyakarta

Faradisi, F. (2012).Efektivitas terapi murotal dan terapi musik klasik terhadap penurunan
tingkat kecemasan pasien pra operasi di pekalongan.Jurnal IlmiahKesehatan. 5(2):7.
Diakses sabtu, 26Desember 2018 (19:15).http://www.journal.stikesmuh-pkj.ac.id/
journal/index.php/jiks/ article/ view/ 7/6.

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 13


Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

Firdaus (2016). Uji validasi konstruksi dan reliabilitas instrumen the amsterdampreoperative
anxiety and information scale (APAIS) versi indonesia. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Jakarta.
(Unpublished ThesisPaper)

Handayani,R. Fajarsari, D. Asih, D.R.T. Rohmah, D.N. (2014). Pengaruh terapi murrotal al-
qur‟an untuk penurunan nyeri persalinan dan kecemasan pada ibu bersalin kala I fase
aktif. Jurnal IlmiahKebidanan. 1(2):12.
Hastono, S. P. (2009). Modul Analisis Data. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Heru. (2008). Ruqyah Syar‟i BerlandaskanKearifan Lokal.Diakses kamis, 16 Juni 2015,


pukul 20:16 wib.Pada http://trainermuslim.com/feed/rss.

Jatmiko (2015).Pemberian terapi murotal terhadap penurunan tingkat kecemasan pra operasi
fraktur humerus pada asuhan keperawatan Tn. M di ruang Flamboyan RSUD
Sukoharjo. Progam Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada Surakarta

Long, B. C. 2016.Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan BTPK Padjajaran.

NishimoriM, Moerman N, Fukuhara S, VanDam FS, Muller MJ, Hanaoka K, et al.


Translation and validation of the Amsterdam preoperative anxiety and information
scale (APAIS) for use in Japan. Quality of Life Research 2002; 11(4): 361-364.

Musbikin, I. (2008). Misteri Sholat Berjamaah Bagi Kesehatan Fisik Dan Psikis.Yogyakarta:
Mitra pustaka.
Novita (2012). Pengaruh terapi musik terhadap nyeri post operasi open reduction andinternal
fixation (ORIF) di RSUD dr. H.Abdul Moeloek Propinsi Lampung. Fakultas Ilmu
Perawatan Program Pascasarjana Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan
Keperawatan MedikalBedah
Pratiwi, L. Hasneli, Y. & Ernawaty. (2015). Pengaruh teknik relaksasi benson danmurottal
al-qur‟an terhadap tekanandarah pada penderita hipertensi primer.Jurnal
Online Mahasiswa Program StudiIlmu Keperawatan. 2(2):1217. Diaksesminggu, 6
Januari 2018 pukul 17.00
wib.Padahttps://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/8286.
Potter, P. A., & Perry, A. g. (2008). Fundamental of nursing : concepts, process, and practice
(4 ed. Vol. 2).Jakarta: EGC.
Rekam Medis RS Muhammadiayah Palembang. (2018). Data Rekam Medis pasien dengan
prosedur bedah mayor Palembang SumateraSelatan. (Unublished Data).
Smeltzer,S.C., &Bare, B.G.(2012). Keperawatan Medikal-Bedah (8 ed. Vol.3). Jakarta: EGC.
Notoadmodjo, S.(2010). Etika & Hukum Kesehatan. Jakarta: Rineka Cifta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Saputry (2017) Pengaruh Pemberian Murottal Al-Qur’an dan Musik Klasik Terhadap
Tekanan Darah pada Pasien Pra Operasi. Fakultas Sains Dan Teknologi Uin
Alauddin Makassar. (Unpublished Thesis Paper).
Stuart, WG, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, EGC: Jakarta.
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 14
Volume 9, Desember 2018, Nomor 1 Sukron

Sari, A. P. (2014). Hubungan PemberianInfomasi Terhadap Tingkat Kecemasan pada


Pasien Pra Bedah Mayor Ortopedi di RSUDZA Banda Aceh. FK Unsyiah.Darussalam
Banda Aceh. (UnpublishedThesis Paper).
Sari (2016). Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien
Preoperasi di RSUD dr. Pirngadi Medan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. (Unpublished ThesisPaper)
Widyastuti, C. Anggorowati. &. Apriana, R. (2012). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Persalinan Kala I Dengan Kecemasan Persalinan Kala I Pada Ibu Bersalin Di Rsia
Bahagia Semarang. Prosiding Hasil-Hasil Seminar Nasional .
Wulandari, Herna K. Et All. 2017. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Kemampuan
Bahasa Pada Anak Penderita Autisme di Sekolah Kebutuhan Khusus. Denpasar.

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 15

Anda mungkin juga menyukai