Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat an rahmat-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan Ilmu Ukur Tanah II dengan baik dan
bejalan sesuai rencana.

Tugas laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II dan
kami berharap agar laporan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Karena
laporan makalah ini disusun dan diselesaikan berdasarkan kemampuan kami. Kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laopran makalah ini.
Demikianlah makalah ini dibuat, semoga laporan ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan kita semua.

Merauke, Januari 2018

HERMANSYAH
2016 – 22 – 201 - 071
CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 0

DAFTAR ISI.................................................................................................................. 1

BAB 1 ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A.LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1

B. TUJUAN PRAKTIKUM………………………………………………………..2

C.BATASANMASALAH ......................................................................................... 2

D.RUANGLINGKUP PRAKTIKUM ....................................................................... 2

E.PELAKSANAAN PRAKTIKUM .......................................................................... 3

BAB II............................................................................................................................ 4

TEORI DASAR ............................................................................................................. 4

A PENGERTIAN ILMU UKURTANAH ................................................................. 4

B.ALAT UKUR THEODOLIT ................................................................................. 8

C.PENGUKURAN POLIGON ................................................................................ 10

A.Pengertian Poligon .......................................................................................... 10


B.Macam–MacamPoligon .................................................................................. 12

C.Rumus Umum Perhitungan Poligon ............................................................... 13

1. Syarat Geometris Hitungan Kordinat ...........................................................16


2.ToleransiPengukuran ...................................................................................... 15
3.Koreksi Sudut Dalam dan Sudut Luar ............................................................ 18
D.KESALAHANDALAMPENGAMATAN........................................................... 18

C. Kesalahan random/tak terduga ....................................................................... 20


BAB III ........................................................................................................................ 19

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II PENGGUNAAN ALAT THEODOLITE 19

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 1


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

A.PERLENGKAPAN .............................................................................................. 19

B.LANGKAH KERJA ............................................................................................. 19

C.GAMBAR – GAMBAR PERLENGKAPAN PRAKTIKUM ............................. 19

D. FUNGSI DARI BAGIAN ALAT THEODOLIT................................................ 21

E.CONTOH PERHITUNGAN ................................................................................ 22

BAB IV ........................................................................................................................ 25

PENUTUP.................................................................................................................... 25

A.KESIMPULAN .................................................................................................... 25

B.SARAN ................................................................................................................ 25

LAMPIRAN

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 2


BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Geodesi adalah ilmu yang berhubungan dengan permukaan bumi. Jadi pekerjaan yang
berkaitan dengan penentuan posisi dan tinggi ( X, Y, Z) dari bentuk permukaan bumi ditransfer ke
bentuk bidang datar 2D atau 3D.

Bola bumi pada hakikatnya medekati bentuk ellipsoida putar, sehingga untuk pengukuran
pada permukaan bumi haruslah dipergunakan metode pengukuran pada bidang ellipsoida. Jadi
pengukuran diatas permukaan bimi dan proses perhitungannya pun akan leih sukar dibandingkan
dengan pengukuran yang dilakukan pada bidang datar. Pengukuran yang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan bentuk lengkung bumi disebut dengan geodesi, sedangkan pengukuran yang
dilaksanakan tanpa mempertimbangkan bentuk lengkung bumi disebut ikur tanah.

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara – cara pengukuran
dibawah permukaan bumi dan di bawah permukaan bumi untuk menentukan posisi relatif atau
absolute titik – titik pada permukaan tanah, diatasnya atau dibawahnya , dalam memenuhi
kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

Tujuan dari praktikumi ini dalah :

1. Mahasiswa dapat mempraktikkan centering pada alat Theodolit


2. Mahasiswa dapat mempereaktikkan metode yang diginakan untuk pertemuan beda
tinggi antar dua titik sesuai dengan keadaan di lapangan.
3. Mahasiswa dapat mepraktikkan pembacaan sudut dan benang silang pada diafragma
pada rambu ukur dengan alat waterpass.
4. Mahasiswa dapat mempraktikkan penguikuran beda tinggi pada alat ukur Theodolit
5. Mahasiswa dapat mempraktikkan pengikuran jarak langsung dan tidak langsung
6. Mahasiswa dapat memraktikkan cara penulisan data lapangan ke formulir data ukur
Theodolit
7. Mahasiswa dapat mempraktikkan cara pembuatan sketsa lapangan ke atas kertas.

C. BATASAN MASALAH

Pada laporan ini kami hanya membatasi topik pembahasan materi kami mengenai Pengukuran
beda tinggi, Polygon tertutup, Kontur, dan Hitungan detail.

D. RUANG LINGKUP PRAKTIKUM

Ruang lingkup praktikum meliputi beberapa metode pengukuran yaitu:

1. Pengukuran detail
2. Pengkuran Theodolit
3. Pengukuran Kontur

E. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Studi Literature
Dalam penulisan laporan ini diperlukan beberapa literature sebagai dasar acuan yang dapat
digunakan untuk kesempurnaan laporan ini. Literatur yang digunakan bersumber dari materi
yang telah diberikan oleh dosen dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan juga dari beberapa
sumber – sumber lainnya di internet.
2. Studi Laboratorium

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 2


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

Pemprosesan data hasil lapangan dilakukan secara manual di laboratorium Teknik sipil
Universitas Musamus Merauke, dibantu oleh Asisten Dosen Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah,
dan pemprosesan data selanjytnya juga dilakukan di rumah.
3. Studi Lapangan
Praktikkum dilaksanakan pada Semester III dengan pembuatan laporan hasil dari praktik
yang berlokasi di lapangan Universitas Musamus di area panggung Hasanab Sai Universitas
Musamus Merauk

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 3


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

BAB II

TEORI DASAR
A. PENGERTIAN ILMU UKUR TANAH

Imu ukur tanah sering disebut juga plan surveying yaitu ilmu yang mempelajari cara
menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun manusia ( mencakup seni dan
tekhnologi ) diatas permukaan tanah yang dianggap datar.

Bentuk bumi merupakan pusat perhatian dan kajian bidang ilmu ukur tanah. Bumi pada
dasarnya berbrntuk sangat tidak beraturan hal ini terbukti dengan adanya pegunungan dan
jurang. Ilmu ukur tanah dan plan surveying dibatasi pada cakupan wilayah yang ralatof sempit
yaitu sekitar antara 0,5 derajat X 5,5 derajat atau 55 km X 55 km. Ilmu ukur tanah dibagi dua
pengukuran yaitu:

1. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal ( KDV )


a. Metode sipat datar
Metode sipat datar optis adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau
pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan tinggi
diatas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal. Perbedaan tinggi antara
titiktitik akan dapat ditentukan dengan garis sumbu pada pesawat yang ditunjukan pada
rambu yang vertikal.
Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik yang
diukur.
b. Metode Trigonometris
Metode trigonometris prinsipnya adalah mengukur jarak langsung (jarak miring), tinggi
alat, tinggi benang tengah rambu dan sudut vertikal (zenith atau inklinasi) yang
kemudian direduksi menjadi informasi beda tinggi menggunakan alat theodolite.
Pada pengukuran tinggi dengan cara trigonometris ini, beda tinggi didapatkan secara
tidak langsung, karena yang diukur di sini adalah sudut miringnya atau sudut zenith.
Bila jarak mendatar atau jarak miring diketahaui atau diukur, maka dengan memakai
hubungan-hubungan geometris dihitunglah beda tinggi yang hendak ditentukan itu.

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 4


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

c. Metode Barometris
Metode barometris prinsipnya adalah mengukur beda tekanan atmosfer suatu ketinggian
menggunakan alat barometer yang kemudian direduksi menjadi beda tinggi. Pengukuran
dengan barometer relatif mudah dilakukan, tetapi membutuhkan ketelitian pembacaan
yang lebih dibandingkan dua metode lainnya, yaitu metode alat sipat datar dan metode
trigonometris.
Hasil dari pengukuran barometer ini bergantung pada ketinggian permukaan tanah juga
bergantung pada temperatur udara, kelembapan, dan kondisi-kondisi cuaca lainnya
2. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)
 Titik Tunggal
a. Pengikatan ke muka
Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah titik di
lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat
berdiri target (rambu ukur/benang, unting–unting) yang akan diketahui koordinatnya
dari titik tersebut. Garis antara kedua titik yang diketahui koordinatnya dinamakan garis
absis. Sudut dalam yang dibentuk absis terhadap target di titik B dinamakan sudut beta.
Sudut beta dan alfa diperoleh dari lapanganPada metode ini, pengukuran yang dilakukan
hanya pengukuran sudut. Bentuk yang digunakan metode ini adalah bentuk segitiga.
Akibat dari sudut yang diukur adalah sudut yang dihadapkan titik yang dicari, maka
salah satu sisi segitiga tersebut harus diketahui untuk menentukan bentuk dan besar
segitiganya.Pada pengikatan ke muka dapat dilakukan apabila kondisi lapangan
memungkinkan untuk berpindah posisi pengukuran yaitu pada daerah-daerah yang
mudah seperti pada dataran rendah yang mempunyai permukaan datar, sehingga
keadaan lapangan tersebut dapat memungkinkan dilakukan pengikatan ke muk
b. Pengikatan ke belakang
Pengikatan ke belakang, dilakukan pada saat kondisi lapangan tidak memungkinkan
menggunakan pengukuran pengikatan ke muka, dikarenakan alat theodolite tidak mudah
untuk berpindah-pindah posisi, dan kondisi lapangan yang terdapat rintangan.
Pengikatan ke belakang adalah sebuah metode orientasi yang dipakai jika planset
menempati kedudukan yang belum di tentukan lokasinya oleh peta. Pengikatan ke
belakang dapat diartikan sebagai pengukuran ke rambu yang ditegakkan di stasion (titik
dimana theodolite diletakkan) yang diketahui ketinggiannya. Secara umum rambunya
disebut rambu belakang.

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 5


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

Pengikatan kebelakang dibagi dua metode;


a. Metode Collins
Cara pengikatan ke belakang metode Collins merupakan salah satu model perhitungan
yang berfungsi untuk menentukan suatu titik koordinat, yang dapat dicari dari titik-titik
koordinat lain yang sudah diketahui, dengan cara pengikatan ke belakang.
b. Metode Cassini
Cara pengikatan ke belakang metode Cassini merupakan salah satu model perhitungan
yang berfungsi untuk mengetahui suatu titik koordinat, yang dapat dicari dari titik-titik
koordinat lain yang sudah diketahui.Pengikatan ke belakang metode Collins ataupun
metode Cassini seperti telah dibahas sebelumnya bertujuan untuk mengukur atau
menentukan koordinat titik jika kondisi alam tidak memungkinkan dalam pengukuran
biasa atau dengan pengukuran pengikatan ke muka. Sehingga alat theodolite hanya
ditempatkan pada satu titik, yaitu tepat diatas titik yang akan dicari koordinatnya,
kemudian diarahkan pada patok-patok yang telah diketahui koordinatnya.
Biasanya cara ini dilakukan ketika akan mengukur suatu titik yang terpisah jurang atau
sungai dengan bantuan titik-titik lain yang telah diketahui koordinantnya.
 Titik Banyak
Dibagi menjadi lima metode, yaitu;
A. Metode poligon
Metode ini digunakan apabila titik – titik yang akan dicari kordinatnya terletak
memanjang sehingga terbentuk segi banyak ( Poligon ).

B. Metode Triangulasi
Digunakan apabila daerah pengukuran mempunyai ukuran panjang dan lebar
yang sama, maka dibutlah jaring segitiga.

C. Metode Trilaterasi
Merupakan serangkaian segitiga yang seluruh jarak – jaraknya diukur
dilapangan. Metode ini digunakana apabila daerah yang diukur salah satu ukurannya
lebih besar daripada ukuran lainnya, maka dibuat rangkaian segitiga.

D. Metode Kuadrilateral

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 6


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

Ialah sebuah bentuk segiempat panjang tak beraturan dan diagonal, yang seluruh
sudut dan jaraknya diukur.

B. ALAT UKUR THEODOLIT

1. Pengertian Theodolit
Theodolit merupakan alat ukur digital yang berfungsi untuk membantu pengukuran
kontur tanah pada wilayah tertentu. Alat ini mempunyai beberapa kelebihan, diantaramnya
dapat digunakan untuk memetakan suatu wilayah dengan cepat. Produk dari pengukuran
wilayah menggunakan theodolite ini salah satunya adalah peta situasi dan peta kontur
tanah.
Theodolite ini juga bisa digunakan untuk pengukuran bendungan, sunagi, tebing jalan,
setting out bangunan. Setting out bangunan adalah kegiatan menentukan patok – patok
pondasi di lapangan. Istilah lain adalah memindahkan data pada gambar kelapanagan. Pada
proyek gedung alat ini biasanya digunakan pada saat menetukan as – as pondasi kolom,
marking elevasi lantai atau patok, cek vertial kolom, dan sebagainnya. Inilah beberapa
kegunaan dari alat theodolit di lapangan.
Theodolit mempunyai fungsi yang berbeda dangan waterpass, diantaranya mampu
mengukur sudut horizontal dan vertikal sehingga dapat mencakup pekerjaan yang bisa
dilakukan oeh instrument ini lebih banyak dibandingkan waterpass.

2. Bagian – Bagian Theodolit


Bagian Bagian penting pada Theodolit;
1) Teropong yang dilengkapi garis bidik
2) Lingkaran skala vertikal
3) Sumbu mendatar
4) Indeks pembaca lingkaran vertical
5) Penyangga sumbu mendatar
6) ndeks pembaca lingkaran sala mendatar
7) Sumbu tegak
8) Lingkaran skala mendatar
9) Nivo kotak
10) Nivo tabung
11) Tribach
HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 7
CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

12) Skrup kaki tribra

Bidika halus

Bidikan kasar

Pengunci dan penggerak


halus vertikal
Hand Grip

Nivo tabung

Pemutar halus bidang


datar Display Bacaan sudut,
benang, waktu.
Pemutar kasar bidang
datar Sekrup pendatar

Nivo kotak
Gambar Bagian – Bagian Theodolite

Gambar Macam – Macam Bidikan Benang (Diafragma)

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 8


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

3. Macam – Macam Theodolit


 Macam – Macam theodolit berdasarkan Konstruksinya, dikenal deua macam, yaitu:
1. Theodolit Reiterasi ( Theodolit Sumbu Tunggal ) Dalam Theodolit ini, lingkaran skala
mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa diatur.
Theodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah Theodolit type To ( wild ) dan type
DKM-2A ( Kern ).
2. Theodolit Repetisi Konstruksinya kebalikan dengan theodolit reiterasi, yaitu bahwa
lingkaan mendatarnya dapat diatur dan dapat mengelilingi sumbu tegak ( sumbu I ).
Akibatnya dari konstruksi ini, maka bacaan benang lingkaran skala mendatar 0, dapat
ditentukan ke arah bidikan / target yang dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke dalam
jenis ini adlah theodolit type TM-6 dan TL 60-DP (Sokkisha), TL 6- DE ( Topcon ), Th-
51 (zeiss).

 Macam – Macam Theodolit menurut sistem pembacaannya;


1. Theodolit sistem bacaan dengan Indeks Garis
2. Theodolit sistem bacaan dengan Nonious
3. Theodolit sistem bacaan dengan Micrometer
4. Theodolit sistem bacaan dengan Koinsidensi
5. Theodolit sistem bacaan dengan Digital

 Macam – Macam Theodolite menurut skala Ketelitian :


1. Theodolite presisi (type T3/wild)
2. Theodolite satu second (type T2/wild)
3. Theodolite sepuluh second (type TM-10/sokkisha)
4. Theodolite satu menit (type To/wild)
5. Theodolite sepuluh menit (type DK-1/Kern)
4. Syarat Pengoperasian Alat Theodolite
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolit sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sebagai berikut;
1) Sumbu ke I harus tegak lurus dengan sumbu II / vertical ( dengan menyetel nivo tabung
dan nivo kotak)

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 9


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

2) Sumbu II harus tegak lurus dengan sumbu I


3) Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II ( sumbu II harus datar)
4) Tidak adanya salah indeks pada lingkaran ke satu ( kesalahan indeks vertical sama
dengan nol)
5) Apabila ada nivo teropong, garis bidik harus sejajar dengan garis nivo teropong
6) Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan garis indeks skala tegak
7) Garis Jurusannivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II ) Garis bidik tegak
lurus sumbu kedua/mendatar).

Syarat pertama harus dipenuhi setip kali berdiri alat (bersifat dinamis), sedangkan untuk
syarat kedua sampai dengan syarat ke lima bersifat statis dan pada alat – alat baru apat
dihilangkan dengan merata- rata bacaan biasa dan luar biasa.

C. PENGUKURAN POLIGON

A. Pengertian Poligon

Metode poligon digunakan untuk penetuan posisi horizontal titik banyak dimana
titik yang satu dan yang lainnya dihubungkan dengan jarak dan sudut sehingga membentuk
suatu rangkaian sudut titil-ttik ( poligon). Pada penetuan posisi horizontal dengan posisi
ini, posisi titik yang belum diketahui kordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui
kordonatnya dengan mengukur semua jatak dan sudut dalam poligon.

Poligon digunakan apabila titik – titik yang akan dicari kordinatnya terletak
memanjang sehingga terbentuk segi banyak ( poligon ). Pengukuran dan pemetaan poligon
merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan
untuk memperoleh kordinat planimetris ( X, Y) titik – titik pengukuran. Pengukuran
poligon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik diantara beberapa titik
yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas,pengukuran cara poligon merupakan
pilihan yang sering digunkan, karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diri
denga keadaan daerah/ lapangan. Penetuan kordinat titik dengan cara poligon ini
membutuhkan;

 Kordinat Awal. Bila diinginkan sistem kordinat terhadap suatu sistem tertentu, haruslah
dipilih kordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik yang akan dipatokkan. Bila

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 10


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

dipakai sistem korninat tertentu dan titik tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik – titik
lainnya.
 Kordinat Akhhir. Kordinat ttik ini dibutuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan
kotdinat dan tentunya harus dipilih titiyngan mempunyai sistem kordinat yang sama
dengan kordina awal
 Azimuth Awal. Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah
orientasi dari sistem kordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat ditempuh
dengan dua cara yaitu sebagai berikut:

1. Hasil hitungan dari kordinat titik – titik yuang telah diketahui dan akan dipakai sebagai
titik acuansistem kordinatnya.

2. Hasil pengamatan astronomis ( matahari ). Pada salah satu titik poligon sehingga
didapatkan azimuth ke salah satu poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut
mendatar.
 Data ukuran sudut dan jarak. Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak anatar dua
titik kontrol perlu diukur di lapangan.

Gambar Pengukuran Poligon

Data ukuran tersebut, harus bebas dari istematis yang terdapat ( ada alat ukur)
sedangkan salah sistematis dari orang atau pengamat dan alam di usahakan sekecil
mungkin bahkan kalau bisa ditiadakan.

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 11


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

B. Macam – Macam Poligon

 Menurut Bentuknya
Berdasarkan bentuknya pilogon dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Poligon Terbuka. Yaitu poligon yang titik awal dan akhirnya merupakan titik yang
berlainan (tidak bertemu satu samalain)
2. Poligon Tertutup atau Kringing. Yaitu poligon yang titik awal da akhirnya bertemu pada
satu titik yang sama. Pada poligon tertutup, koreksi sudut dan kordinatnya tetap dapat
dilakukan walaupun tanpa titik ikat.
3. Poligon Bercabang. Adalah suatu poligon yang mempunyai satu atau lebih titik simpul,
yaitu titik dimana cabang itu terjadi.
4. Poligon Kombinasi. Bentuk pologon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari
bentuk – bentuk poligon yang ada.
 Menurut Titik Ikatnya
1. Poligon terikat sempurna
Suatu poligon yang terikat sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup maupun terbuka,
suatu titik dikatan sempurna sebagai titik ikat apabila diketahui kordinat jurusannya
minimum 2 buah titik ikat dan tingkannya berada diatas titik yang alkan dihasilkan.
 Pologon tertutup terikat sempurna : Poligon tertutup yang terikat oleh titik azimuth dan
kordinat.
 Poligon terbuka terikat sempurna : Pologon terbuka yang asing – masing ujungnya
terikat oleh titik azimuth dan kordinat.

2. Poligon tak terikat sempurna


Suatu poligon yang tidak terikat sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup aaupun
poligon terbuka, dikatakan titik ikat tidak sempurna apabila titikikat tersebut diketahui
kordinatnya atau hanya jurusannya.

3. Poligon tidak terikat / Bebas


 Poligon tertutup tanpa ikatan sama sekali ( poligon lepas)
 Poligon terbuka tanpa ikatan sama sekali ( poligon lepas ), pengukuran seperti ini akan
terjadi pada daerah – daerah yang tidak ada titik tetapnya dan sulit melakukan pengukuran

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 12


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

baik dengan cara astronomis maupun dengan satelite. Poligon semacam ini dihitung
dengan orientasi lokal artinya kordinat dan azimyth awalnya dimisalkan sembarang.

C. Rumus Umum Perhitungan Poligon

Untuk mendapatkan kordinat titik 1, 2, 3 dan 4 maka dilakukan pengukuran sudut (


β1,β2,β3,β4) dan jarak ( dB1, d12, d23, d34, d4c)

Rumus Kordinat secara Umum :

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 13


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

1.Syarat Geometris Hitungan Kordinat

1. Syarat Sudut

Apabila dipakai poligon tertutup dimana titik awal dan akhir sama maka rumuas akan
berubah :
Untuk poligon tertutup yang diukur sudut dalamnya maka:
a) Syarat sudut : 0 = ∑β – ( n – 2 ) 180° + fβ
b) Syarat Absis : 0 = ∑∆X + f x
c) Syarat Ordinat : 0 = ∑∆Y + fy

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 14


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

Untuk Poligon tertutup yang diukur sudut luarnya maka :


a) Syarat Sudut : 0 = ∑β – ( n – 2 ) 180° + fβ
b) Syarat Absis : 0 = ∑∆X + fx
c) Syarat Ordinat : 0 = ∑∆Y + fy

2. Toleransi Pengukuran

3. Koreksi Sudut Dalam dan Sudut Luar

 Syarat Sudut Luar


∑𝑛1 𝛽 = ( n + 2) . 180°± fβ

 Syarat Absis dan Ordinat


𝑛
∑ 𝑑 . sin 𝛼 = 0 ± 𝑓𝑥
1
𝑛
∑ 𝑑 . cos 𝛼 = 0 ± 𝑓𝑥
1

 Syarat Sudut Dalam

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 15


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

𝑛
∑ 𝛽 = ( 𝑛 − 2 ). 180° ± 𝑓𝛽
1

 Syarat Absis dan Ordinat


𝑛
∑ 𝑑 . sin 𝛼 = 0 ± 𝑓𝑥
1
𝑛
∑ 𝑑 . cos 𝛼 = 0 ± 𝑓𝑥
1

D. KESALAHAN DALAM PENGAMATAN

Pengukuran adalah pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan


menggunakan peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan yang tentu.
Pengukuran tidak lepas dari kesalahan – kesalahan pengamatan. Kesalahan dalam
pengamatan dapat digolongkan menjadi tiga jenis :

a. Kesalahan kasar (mistake/blunders)


Kesalahan ini terjadi karena kurang hati – hati, kurang pengamatan, atau kurang
perhatian. Dalam pengukuran, jenis kesalahan ini tidak boleh terjadi, sehingga dianjurkan
untuk mengadakan self checking dari pengamatan yang dilakukan. Apabila diketahui ada
kesalahan kasar maka dianjurkan untuk mengulang seluruh atau sebagian pengukuran
tersebut.

a) Contoh kesalahan ini :


Salah baca :
1) 6 dibaca 9
2) 3 dibaca 8
3) 7 dibaca 9 dsb
b). mencatat data ukuran, misalnya dalam pengukuran jarak ada empat rentangan, satu
kali rentangan tak tertulis
c). Salah dengar dari si pencatat, misalnya pengamat bilang tiga pencatat mendengar
lima

b. Kesalahan sistematik

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 16


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

Pada umumnya kesalahan ini disebabkan oleh alat – alat ukur itu sendiri. Kesalahan
ini dapat juga terjadi karena cara - cara pengukuran yang tidak benar. Jadi kesalahan ini
jelas dan akibat kesalahan ini dapat dihilangkan antara lain dengancara :

1) Sebelum digunakan untuk pengukuran, alat dikalibrasi terlebih dahulu


2) Dengan cara pengukuran tertentu, misalnya pengamatan biasa dan luar biasa dan
hasilnya dirata – ratakan
3) Dengan memberikan koreksi pada data ukuran yang didapat
4) Koreksi pada pengolahan data

Pada pengukuran jarak langsung kesalahan sistematik antara lain dapat terjadi
karena:

1) Kesalahan panjang pita ukur yang tidak standar


2) Pelurusan yang tidak baik/kurang sempurna
3) Pita ukur yang tidak mendatar
4) Kemiringan medan lapangan / slope
5) Kelenturan pita ukur
6) Variasi temperatur udara

C. Kesalahan random/tak terduga

Kesalahan ini terjadi karena hal – hal yang tak terduga sebelumnya, seperti adanya
getaran udara, kondisi tanah tempat berdiri alat ukur yang tidak stabil, pengaruh kecepatan
angin atau kondisi atmosfir atau kondisi psikis pengamat.

Kesalahan ini dapat terlihat apabila suatu besaran diukur berulang – ulang dan hasilnya
tidak selalu sama antara satu ukuran dengan ukuran yang lain dan dalam jumlah yang besar
didistribusikan dari nilai – nilai tersebut akan mengikuti kurva normal dari Gauss.

Untuk menghilangkan pengaruh jenis kesalahan ini, dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain :

1) Pengaruh kesalahan ini, dibuat sekecil mungkin dengan penyempurnaan alat ukur yang
digunakan (menggunakan alat persisi tinggi)

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 17


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

2) Dengan aturan tetentu dalam proses pengambilan data, misalnya pengambilan data pagi
jam 10.30 s/d 14.00. Sore jam 9 s/d 12, jarak alat ukur kerambu maksimum 20 meter dan
alat ukur dipayungi
3) Dengan metode pengolahan data yang tertentu (grafis, bouwditch, peralatan kuadratan
terkecil, dll)
4) Yang terakhir, hasil pengamatan dibetulkan atau diberi koreksi dengan metode ilmu
hitung.

Berdasarkan uraian diatas, kemungkinan adanya bermacam –macam jenis kesalahan


dapat dihindari apabila setiap surveyor :

1) Tahu sedikit banyak tentang teori pengukuran


2) Paham dengan jenis – jenis alat ukur dan cara koreksinya
3) Menguasai metode – metode ilmu hitung perataan
4) Bekerja dengan loyalitas yang tinggi dan rasa tanggung jawab.

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 18


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

BAB III

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II PENGGUNAAN ALAT


THEODOLITE

A. PERLENGKAPAN

a. Mengambil peralatan praktik dari Laboratorium,pastikan peralatan lengkap yang terdiri


dari:
b. Tripod / statif
c. Rambu ukur
d. Patok
e. Meteran Roll
f. Kertas
g. Pensil / pena
h. Papan pencatat / papan alas
i. Kalkulator
j. Pakaian Katelpak

B. LANGKAH KERJA

a. Passang patok pada lokasi yang telah ditentukan


b. Pasang statif diatas Patok ( P0 )
c. Pasang alat Theodolit diats dudukan tripod / statif kemudian hubungkan dengan sekrup
pengancing lalu kencangkan
d. Tempatkan alat lurus vertikal diatas titik patk P0 dengan melihat pada centering optis
e. Setel alat diatas titik dengan cara memastikan gelembung nivo berada di tengah
f. Stelah alat dalam keadaan datar dan tepat pada pelurus vertikal, kemudan pasangkan
kompas
g. Longgarkan pengunci sudut kemudian kunci alat dengan setelan sudut horizontal pada
posisi nol deajat
h. Putar alat ke arah utara dengan memperhatikan jarum jam kompas tepat ditengah

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 19


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

i. Kunci pengunci sudut kemudian longgarkan pengunci horizontal


j. Arahkan alat pada titik dalam ( titik A,B )
k. Pasang rambu ukur pada titik tersebut
l. Baca sudut horozontal dan vertikal melalui microscop pembaca sudut
m. Baca bacaan benang ( BA, BT, BB ) kemudian catat
n. Arahkan alat pada titik P1
o. Baca sudut dan bacaan benang, kemudian catat
p. Arahkan alat ke titik luar ( titik 1 )
q. Pindahkan alat ke titik seanjutnya ( P1 )
r. Temak balik ke arah titik P0, lalu nolkan alat
s. Kemudian tembak titik dalam ( A, B ) titik P2, dan Titik luar (1)
t. Selanjutnya, lakukan langkah – langkah diatas sampai titik terakhir
u. Jika suda selesai, simpan alat dengan melanjutkan pengolahan data lapangan

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 20


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

C.GAMBAR-GAMBARPERLENGKAPAAN PRAKTIKUM

Perlengkapan Theodolit Rambu ukur

Palu Meteran

Patok Statif

C. FUNGSI DARI BAGIAN ALAT THEODOLIT

1. Merupakan piranti untuk mendirikan alat di lapangan yang terdiri dari kepala statif /
tripod yang dapat disetel ketinggiannya
2. Plat segitiga tripod untuk menyatukan alat dengan tripod

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 21


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

3. Setelan pendatar digunakan untuk mengatur sumbu agar vertical dengan memperhatikan
gelembung nivo kotak
4. Nivo kotak dipakai sebagai pengatur atau pembaca kedataran alat
5. Pengunci sudut Horizontal dan penggerak halus dipakai untuk memastikan sumbu tegak
dan gerakan halus dilakukan dengan cara memutar sekrup penggerak halus horizontal
6. Setelan sudut horizontal berfungsi untuk mengatur putaan sudut horizontal
7. Pengunci dan penggerak halus horizontal berfungsi untuk mengunci putaran sudut dan
menggerakkannya secara halus untuk tepat pada bidikan dengan sekrup penggeak halus.
8. Centering optis berfungsi membidik atau mengamati titik diatas patok
9. Berfungsi untuk mengunci pergerakan bebas vertikal dan penggerak halus untuk
mempertepat sudut vertikal
10. Reflektor sinar untuk membiaskan cahaya matahari sebagai penerangan pada teropong
pembaca
11. Lensa okuler untuk membidik dan mengamati benda agar terlihat dekat dan jelas
12. Mikroskop pembaca sudut berfungsi untuk membaca sudut horizontal dan vertikal
13. Setelan micrometer untuk menyetel bacaan halus sudut vertikal / horizontal
14. Bidikan kasar untuk membidik secara langsung pada objek
15. Pengangan untuk membawa / menenteng alat theodolit
16. Kompas untuk mengarahkan alat ke arah utara.

D. CONTOH PERHITUNGAN

Dari Hasil Pengukuran diketahui

1. Sudut Horizontal = 170° 20’ 55”


2. Sudut Azimuth = 284° 21’ 19”
3. Sudut Vertikal = 90° 20’ 40”

Tinggi Alat = 1370

Jarak Rantai = 8

Jarak Optis Miring = 8

Jarak Optis Datar = 7,9986173

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 22


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

Bacaan Benang

BA = 1045

BT = 998

BB =950

a. Menentukan Kordinat
Kordinat titik P0 ( 44,44 )
Kordinat titik P2 ( 28.5747,51.5795 )
Penyelesaian;
XP = XP0 + dP1 -P2. Sinα
= 44 + 8 . Sin 284° 21’ 19”
= 28,5747
YP1 = YP0 + dP1 – P2 . Cosα
= 44 + 8 . Cos 284° 21’ 19”
= 51,5795

b. Menentukan Tingkat Ketelitian


= BA + BB – 2 . BT = 0
= ( 1900 + 1820 ) – 2 X 1860 = 0

c. Menentukan Jarak Optis


= ( BA – BB ) / 10
= ( 1900 – 1820 ) / 10
=8

d. Koreksi Sudut
Sudut Dalam
= ( n – 2 ) . 180
= ( 10 – 2 ) . 180
= 1440

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 23


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

Sudut Luar
= ( n + 2 ) . 180
= ( 10 + 2 ) . 180
= 2160

Hasil pengukuran selanjutnya dikerjakan dalam bentuk tabel.

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 24


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pengukuran
theodolit dan pengukuran detil untuk mencari data jarak, beda tinggi, dan sudut. Setelah
melakukan pengukuran poligon tertutup ternyata titik awal dan titik akhir harus bertemu,
koreksi sudut dan koreksi kordinat tetap dapat dilakukan walaupun sedikit rumit.

B. SARAN

a. Untuk pengukuran poligon, perlu pula diperhatikan


b. acuan arah utara sebagai patokan dan pembacaan sudut azimuth
c. Jika kita hendak ingin melakukan praktik perlu juga diperhatikan kondisi cuaca,
sebab jika cuaca terlalu cerah dan panas atau saat hujan. Hal jika praktikum tetap
dilaksanakan, kemungkinan akan terjadi kerusakan pada alat theodolit.
d. Pada saat pengukuran dilakukan, sebaiknya kita fokus pada pekerjaan. Jika bermain
– main dapat terjadi kesalahan baca.

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 25


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 26


CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]

HERMANSYAH ( 2016 – 22 – 201 - 071) Hal 27

Anda mungkin juga menyukai