Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat an rahmat-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan Ilmu Ukur Tanah II dengan baik dan
bejalan sesuai rencana.
Tugas laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II dan
kami berharap agar laporan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Karena
laporan makalah ini disusun dan diselesaikan berdasarkan kemampuan kami. Kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laopran makalah ini.
Demikianlah makalah ini dibuat, semoga laporan ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan kita semua.
HERMANSYAH
2016 – 22 – 201 - 071
CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 0
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 1
BAB 1 ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
B. TUJUAN PRAKTIKUM………………………………………………………..2
C.BATASANMASALAH ......................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................ 4
A.PERLENGKAPAN .............................................................................................. 19
BAB IV ........................................................................................................................ 25
PENUTUP.................................................................................................................... 25
A.KESIMPULAN .................................................................................................... 25
B.SARAN ................................................................................................................ 25
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Geodesi adalah ilmu yang berhubungan dengan permukaan bumi. Jadi pekerjaan yang
berkaitan dengan penentuan posisi dan tinggi ( X, Y, Z) dari bentuk permukaan bumi ditransfer ke
bentuk bidang datar 2D atau 3D.
Bola bumi pada hakikatnya medekati bentuk ellipsoida putar, sehingga untuk pengukuran
pada permukaan bumi haruslah dipergunakan metode pengukuran pada bidang ellipsoida. Jadi
pengukuran diatas permukaan bimi dan proses perhitungannya pun akan leih sukar dibandingkan
dengan pengukuran yang dilakukan pada bidang datar. Pengukuran yang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan bentuk lengkung bumi disebut dengan geodesi, sedangkan pengukuran yang
dilaksanakan tanpa mempertimbangkan bentuk lengkung bumi disebut ikur tanah.
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara – cara pengukuran
dibawah permukaan bumi dan di bawah permukaan bumi untuk menentukan posisi relatif atau
absolute titik – titik pada permukaan tanah, diatasnya atau dibawahnya , dalam memenuhi
kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
CIVIL
ENGINEERING [LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH II – CIVIL ENGINERING]
C. BATASAN MASALAH
Pada laporan ini kami hanya membatasi topik pembahasan materi kami mengenai Pengukuran
beda tinggi, Polygon tertutup, Kontur, dan Hitungan detail.
1. Pengukuran detail
2. Pengkuran Theodolit
3. Pengukuran Kontur
E. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Studi Literature
Dalam penulisan laporan ini diperlukan beberapa literature sebagai dasar acuan yang dapat
digunakan untuk kesempurnaan laporan ini. Literatur yang digunakan bersumber dari materi
yang telah diberikan oleh dosen dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan juga dari beberapa
sumber – sumber lainnya di internet.
2. Studi Laboratorium
Pemprosesan data hasil lapangan dilakukan secara manual di laboratorium Teknik sipil
Universitas Musamus Merauke, dibantu oleh Asisten Dosen Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah,
dan pemprosesan data selanjytnya juga dilakukan di rumah.
3. Studi Lapangan
Praktikkum dilaksanakan pada Semester III dengan pembuatan laporan hasil dari praktik
yang berlokasi di lapangan Universitas Musamus di area panggung Hasanab Sai Universitas
Musamus Merauk
BAB II
TEORI DASAR
A. PENGERTIAN ILMU UKUR TANAH
Imu ukur tanah sering disebut juga plan surveying yaitu ilmu yang mempelajari cara
menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun manusia ( mencakup seni dan
tekhnologi ) diatas permukaan tanah yang dianggap datar.
Bentuk bumi merupakan pusat perhatian dan kajian bidang ilmu ukur tanah. Bumi pada
dasarnya berbrntuk sangat tidak beraturan hal ini terbukti dengan adanya pegunungan dan
jurang. Ilmu ukur tanah dan plan surveying dibatasi pada cakupan wilayah yang ralatof sempit
yaitu sekitar antara 0,5 derajat X 5,5 derajat atau 55 km X 55 km. Ilmu ukur tanah dibagi dua
pengukuran yaitu:
c. Metode Barometris
Metode barometris prinsipnya adalah mengukur beda tekanan atmosfer suatu ketinggian
menggunakan alat barometer yang kemudian direduksi menjadi beda tinggi. Pengukuran
dengan barometer relatif mudah dilakukan, tetapi membutuhkan ketelitian pembacaan
yang lebih dibandingkan dua metode lainnya, yaitu metode alat sipat datar dan metode
trigonometris.
Hasil dari pengukuran barometer ini bergantung pada ketinggian permukaan tanah juga
bergantung pada temperatur udara, kelembapan, dan kondisi-kondisi cuaca lainnya
2. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)
Titik Tunggal
a. Pengikatan ke muka
Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah titik di
lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat
berdiri target (rambu ukur/benang, unting–unting) yang akan diketahui koordinatnya
dari titik tersebut. Garis antara kedua titik yang diketahui koordinatnya dinamakan garis
absis. Sudut dalam yang dibentuk absis terhadap target di titik B dinamakan sudut beta.
Sudut beta dan alfa diperoleh dari lapanganPada metode ini, pengukuran yang dilakukan
hanya pengukuran sudut. Bentuk yang digunakan metode ini adalah bentuk segitiga.
Akibat dari sudut yang diukur adalah sudut yang dihadapkan titik yang dicari, maka
salah satu sisi segitiga tersebut harus diketahui untuk menentukan bentuk dan besar
segitiganya.Pada pengikatan ke muka dapat dilakukan apabila kondisi lapangan
memungkinkan untuk berpindah posisi pengukuran yaitu pada daerah-daerah yang
mudah seperti pada dataran rendah yang mempunyai permukaan datar, sehingga
keadaan lapangan tersebut dapat memungkinkan dilakukan pengikatan ke muk
b. Pengikatan ke belakang
Pengikatan ke belakang, dilakukan pada saat kondisi lapangan tidak memungkinkan
menggunakan pengukuran pengikatan ke muka, dikarenakan alat theodolite tidak mudah
untuk berpindah-pindah posisi, dan kondisi lapangan yang terdapat rintangan.
Pengikatan ke belakang adalah sebuah metode orientasi yang dipakai jika planset
menempati kedudukan yang belum di tentukan lokasinya oleh peta. Pengikatan ke
belakang dapat diartikan sebagai pengukuran ke rambu yang ditegakkan di stasion (titik
dimana theodolite diletakkan) yang diketahui ketinggiannya. Secara umum rambunya
disebut rambu belakang.
B. Metode Triangulasi
Digunakan apabila daerah pengukuran mempunyai ukuran panjang dan lebar
yang sama, maka dibutlah jaring segitiga.
C. Metode Trilaterasi
Merupakan serangkaian segitiga yang seluruh jarak – jaraknya diukur
dilapangan. Metode ini digunakana apabila daerah yang diukur salah satu ukurannya
lebih besar daripada ukuran lainnya, maka dibuat rangkaian segitiga.
D. Metode Kuadrilateral
Ialah sebuah bentuk segiempat panjang tak beraturan dan diagonal, yang seluruh
sudut dan jaraknya diukur.
1. Pengertian Theodolit
Theodolit merupakan alat ukur digital yang berfungsi untuk membantu pengukuran
kontur tanah pada wilayah tertentu. Alat ini mempunyai beberapa kelebihan, diantaramnya
dapat digunakan untuk memetakan suatu wilayah dengan cepat. Produk dari pengukuran
wilayah menggunakan theodolite ini salah satunya adalah peta situasi dan peta kontur
tanah.
Theodolite ini juga bisa digunakan untuk pengukuran bendungan, sunagi, tebing jalan,
setting out bangunan. Setting out bangunan adalah kegiatan menentukan patok – patok
pondasi di lapangan. Istilah lain adalah memindahkan data pada gambar kelapanagan. Pada
proyek gedung alat ini biasanya digunakan pada saat menetukan as – as pondasi kolom,
marking elevasi lantai atau patok, cek vertial kolom, dan sebagainnya. Inilah beberapa
kegunaan dari alat theodolit di lapangan.
Theodolit mempunyai fungsi yang berbeda dangan waterpass, diantaranya mampu
mengukur sudut horizontal dan vertikal sehingga dapat mencakup pekerjaan yang bisa
dilakukan oeh instrument ini lebih banyak dibandingkan waterpass.
Bidika halus
Bidikan kasar
Nivo tabung
Nivo kotak
Gambar Bagian – Bagian Theodolite
Syarat pertama harus dipenuhi setip kali berdiri alat (bersifat dinamis), sedangkan untuk
syarat kedua sampai dengan syarat ke lima bersifat statis dan pada alat – alat baru apat
dihilangkan dengan merata- rata bacaan biasa dan luar biasa.
C. PENGUKURAN POLIGON
A. Pengertian Poligon
Metode poligon digunakan untuk penetuan posisi horizontal titik banyak dimana
titik yang satu dan yang lainnya dihubungkan dengan jarak dan sudut sehingga membentuk
suatu rangkaian sudut titil-ttik ( poligon). Pada penetuan posisi horizontal dengan posisi
ini, posisi titik yang belum diketahui kordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui
kordonatnya dengan mengukur semua jatak dan sudut dalam poligon.
Poligon digunakan apabila titik – titik yang akan dicari kordinatnya terletak
memanjang sehingga terbentuk segi banyak ( poligon ). Pengukuran dan pemetaan poligon
merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan
untuk memperoleh kordinat planimetris ( X, Y) titik – titik pengukuran. Pengukuran
poligon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik diantara beberapa titik
yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas,pengukuran cara poligon merupakan
pilihan yang sering digunkan, karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diri
denga keadaan daerah/ lapangan. Penetuan kordinat titik dengan cara poligon ini
membutuhkan;
Kordinat Awal. Bila diinginkan sistem kordinat terhadap suatu sistem tertentu, haruslah
dipilih kordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik yang akan dipatokkan. Bila
dipakai sistem korninat tertentu dan titik tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik – titik
lainnya.
Kordinat Akhhir. Kordinat ttik ini dibutuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan
kotdinat dan tentunya harus dipilih titiyngan mempunyai sistem kordinat yang sama
dengan kordina awal
Azimuth Awal. Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah
orientasi dari sistem kordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat ditempuh
dengan dua cara yaitu sebagai berikut:
1. Hasil hitungan dari kordinat titik – titik yuang telah diketahui dan akan dipakai sebagai
titik acuansistem kordinatnya.
2. Hasil pengamatan astronomis ( matahari ). Pada salah satu titik poligon sehingga
didapatkan azimuth ke salah satu poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut
mendatar.
Data ukuran sudut dan jarak. Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak anatar dua
titik kontrol perlu diukur di lapangan.
Data ukuran tersebut, harus bebas dari istematis yang terdapat ( ada alat ukur)
sedangkan salah sistematis dari orang atau pengamat dan alam di usahakan sekecil
mungkin bahkan kalau bisa ditiadakan.
Menurut Bentuknya
Berdasarkan bentuknya pilogon dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Poligon Terbuka. Yaitu poligon yang titik awal dan akhirnya merupakan titik yang
berlainan (tidak bertemu satu samalain)
2. Poligon Tertutup atau Kringing. Yaitu poligon yang titik awal da akhirnya bertemu pada
satu titik yang sama. Pada poligon tertutup, koreksi sudut dan kordinatnya tetap dapat
dilakukan walaupun tanpa titik ikat.
3. Poligon Bercabang. Adalah suatu poligon yang mempunyai satu atau lebih titik simpul,
yaitu titik dimana cabang itu terjadi.
4. Poligon Kombinasi. Bentuk pologon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari
bentuk – bentuk poligon yang ada.
Menurut Titik Ikatnya
1. Poligon terikat sempurna
Suatu poligon yang terikat sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup maupun terbuka,
suatu titik dikatan sempurna sebagai titik ikat apabila diketahui kordinat jurusannya
minimum 2 buah titik ikat dan tingkannya berada diatas titik yang alkan dihasilkan.
Pologon tertutup terikat sempurna : Poligon tertutup yang terikat oleh titik azimuth dan
kordinat.
Poligon terbuka terikat sempurna : Pologon terbuka yang asing – masing ujungnya
terikat oleh titik azimuth dan kordinat.
baik dengan cara astronomis maupun dengan satelite. Poligon semacam ini dihitung
dengan orientasi lokal artinya kordinat dan azimyth awalnya dimisalkan sembarang.
1. Syarat Sudut
Apabila dipakai poligon tertutup dimana titik awal dan akhir sama maka rumuas akan
berubah :
Untuk poligon tertutup yang diukur sudut dalamnya maka:
a) Syarat sudut : 0 = ∑β – ( n – 2 ) 180° + fβ
b) Syarat Absis : 0 = ∑∆X + f x
c) Syarat Ordinat : 0 = ∑∆Y + fy
2. Toleransi Pengukuran
𝑛
∑ 𝛽 = ( 𝑛 − 2 ). 180° ± 𝑓𝛽
1
b. Kesalahan sistematik
Pada umumnya kesalahan ini disebabkan oleh alat – alat ukur itu sendiri. Kesalahan
ini dapat juga terjadi karena cara - cara pengukuran yang tidak benar. Jadi kesalahan ini
jelas dan akibat kesalahan ini dapat dihilangkan antara lain dengancara :
Pada pengukuran jarak langsung kesalahan sistematik antara lain dapat terjadi
karena:
Kesalahan ini terjadi karena hal – hal yang tak terduga sebelumnya, seperti adanya
getaran udara, kondisi tanah tempat berdiri alat ukur yang tidak stabil, pengaruh kecepatan
angin atau kondisi atmosfir atau kondisi psikis pengamat.
Kesalahan ini dapat terlihat apabila suatu besaran diukur berulang – ulang dan hasilnya
tidak selalu sama antara satu ukuran dengan ukuran yang lain dan dalam jumlah yang besar
didistribusikan dari nilai – nilai tersebut akan mengikuti kurva normal dari Gauss.
Untuk menghilangkan pengaruh jenis kesalahan ini, dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain :
1) Pengaruh kesalahan ini, dibuat sekecil mungkin dengan penyempurnaan alat ukur yang
digunakan (menggunakan alat persisi tinggi)
2) Dengan aturan tetentu dalam proses pengambilan data, misalnya pengambilan data pagi
jam 10.30 s/d 14.00. Sore jam 9 s/d 12, jarak alat ukur kerambu maksimum 20 meter dan
alat ukur dipayungi
3) Dengan metode pengolahan data yang tertentu (grafis, bouwditch, peralatan kuadratan
terkecil, dll)
4) Yang terakhir, hasil pengamatan dibetulkan atau diberi koreksi dengan metode ilmu
hitung.
BAB III
A. PERLENGKAPAN
B. LANGKAH KERJA
C.GAMBAR-GAMBARPERLENGKAPAAN PRAKTIKUM
Palu Meteran
Patok Statif
1. Merupakan piranti untuk mendirikan alat di lapangan yang terdiri dari kepala statif /
tripod yang dapat disetel ketinggiannya
2. Plat segitiga tripod untuk menyatukan alat dengan tripod
3. Setelan pendatar digunakan untuk mengatur sumbu agar vertical dengan memperhatikan
gelembung nivo kotak
4. Nivo kotak dipakai sebagai pengatur atau pembaca kedataran alat
5. Pengunci sudut Horizontal dan penggerak halus dipakai untuk memastikan sumbu tegak
dan gerakan halus dilakukan dengan cara memutar sekrup penggerak halus horizontal
6. Setelan sudut horizontal berfungsi untuk mengatur putaan sudut horizontal
7. Pengunci dan penggerak halus horizontal berfungsi untuk mengunci putaran sudut dan
menggerakkannya secara halus untuk tepat pada bidikan dengan sekrup penggeak halus.
8. Centering optis berfungsi membidik atau mengamati titik diatas patok
9. Berfungsi untuk mengunci pergerakan bebas vertikal dan penggerak halus untuk
mempertepat sudut vertikal
10. Reflektor sinar untuk membiaskan cahaya matahari sebagai penerangan pada teropong
pembaca
11. Lensa okuler untuk membidik dan mengamati benda agar terlihat dekat dan jelas
12. Mikroskop pembaca sudut berfungsi untuk membaca sudut horizontal dan vertikal
13. Setelan micrometer untuk menyetel bacaan halus sudut vertikal / horizontal
14. Bidikan kasar untuk membidik secara langsung pada objek
15. Pengangan untuk membawa / menenteng alat theodolit
16. Kompas untuk mengarahkan alat ke arah utara.
D. CONTOH PERHITUNGAN
Jarak Rantai = 8
Bacaan Benang
BA = 1045
BT = 998
BB =950
a. Menentukan Kordinat
Kordinat titik P0 ( 44,44 )
Kordinat titik P2 ( 28.5747,51.5795 )
Penyelesaian;
XP = XP0 + dP1 -P2. Sinα
= 44 + 8 . Sin 284° 21’ 19”
= 28,5747
YP1 = YP0 + dP1 – P2 . Cosα
= 44 + 8 . Cos 284° 21’ 19”
= 51,5795
d. Koreksi Sudut
Sudut Dalam
= ( n – 2 ) . 180
= ( 10 – 2 ) . 180
= 1440
Sudut Luar
= ( n + 2 ) . 180
= ( 10 + 2 ) . 180
= 2160
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pengukuran
theodolit dan pengukuran detil untuk mencari data jarak, beda tinggi, dan sudut. Setelah
melakukan pengukuran poligon tertutup ternyata titik awal dan titik akhir harus bertemu,
koreksi sudut dan koreksi kordinat tetap dapat dilakukan walaupun sedikit rumit.
B. SARAN