1 s2.0 S2352013214000404 Main
1 s2.0 S2352013214000404 Main
1.2 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam
dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di
indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Terdapat reaksi
silang antara serotipe dengue dengan flavivirus lain seperti yellow fever,
japanese encehphalitis dan west nille virus. Dalam laboratorium virus dengue
dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus, kelinci,anjing, kelelawar,
dan primate. Survei epidemiologi pada hewan ternak di dapatkan antibodi
terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi dan babi. Penelitian pada
artropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus
aedes (stegomyia) dan toxorhynchites (Suhendro,2007:1709).
1.4 Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia,seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran –
pembesaran kelenjar – kelenjar getah bening, hati dan limfa. Ruam pada DHF
disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit.
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian
plasma / ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak
ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat
radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh
darah mungkin disebabkan mediator farmakologis yang bekerja singkat.
Sebab lain kematian pada DHF adalah pedarahan hebat, yang biasanya timbul
setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF
umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit
dan kelainan sistem koagulasi.
Telah terbukti bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga pada pasien
DHF tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DHF, peran DIC tidak
menonjol dibandingkan dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit
memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka renjatan akan
memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol.(Hendarwanto : 420).
3. Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular pada
hari ke – 5 dengan gangguan maturasi sedangkan pada hari ke – 10
biasanya sudah kembali normal untuk semua sistem.
4. Serologi
Uji serulogi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok
besar, yaitu:
a. Uji serulogi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada
masa akut dan masa konvalesen. Pada uji ini yang dicari adalah
kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali. Termasuk
dalam uji ini pengikatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan
uji dengue blot.
b. Uji serulogi memakai serum tunggal. Pada uji ini yang dicari ada
tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue. Termasuk dalam
golongan ini adalah uji dengue blot yang mengukur antibodi
antidengue tanpa memandang kelas antibodinya ; uji IgM antidengue
yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas IgM.
1.6 Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya:
1. Perdarahan luas
2. Shock atau renjatan
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran
1.7 Penatalaksanaan
Setiap pasien tersangka DHF sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan
pasien penyakit lain, sebaiknya pada kamar yang bebas nyamuk
(berkelambu). Penatalaksanaan pada DHF ialah :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 – 2 liter
dalam 24 jam ( susu, air gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan
garam saja.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat
diberikan kompres es di kepala,ketiak, dan inguinal. Antipiretik sebaiknya
dari golongan asiminofen, eukinin atau dipiron. Hindari pemakaian
asetosal karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan apabila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
Pasien DHF perlu diobservasi telititerhadap penemuan dini tanda
renjatan, yaitu :
a. Keadaan umum memburuk
b. Hati semakin membesar
c. Masa perdarahan memanjang karena trombositopenia
d. Hematokrit meninggi pada pemeriksan berkala
Dalam hal ini ditemukan tanda – tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan
terpasang pada pasien. Observasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap
keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan ; serta Hb dan Ht
setiap 4 – 6 jam pada hari – hari pertama pengamatan, selanjutnya setiap 24
jam.
1.8 Pathway
2. Rencana asuhan klien dengan DHF (Dengue Haemorraghic Fever)
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
1. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan dan
status ekonomi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan
penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas,
batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu
badan meningkat mendorong penderita untuk mencari
pengonbatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh
penderita yang mungkin sehubungan dengan DHF (Demam
berdarah).
4. Riwayat penyakit keluarga
Mencari anggota keluarga yang pernah terkena DHF (Demam
berdarah).
5. Riwayat penyakit psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Kekurangan volume cairan
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
volume cairan tubuh terpenuhi
Kriteria Hasil : kebutuhan cairan pasien terpenuhi
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
1. Kaji keadaan umum klien 9pucat, lemah, taki kardi), serta tanda –
tanda vital.
R: Menetapkan data dasar, untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya.
2. Observasi adanya tanda – tanda syok
R: Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok
yang dialami klien.
3. Anjurkan klien untuk banyak minum.
R: Asupan cairan sangat diperluakan untuk menambah volume
cairan tubuh.
4. Kaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik (riwayat muntah,
diare, kehausan, turgor jelek).
R: Untuk mengetahui penyebab defisit volume cairan.
5. Kaji masukan dan haluaran cairan
R: Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
6. Kolaborasi : Pemberian cairan intra vena sesuai indikasi.
R: Pemberian cairan intra vena sangat penting bagi klien yang
mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang
buruk untuk rehidrasi
3. Daftar Pustaka
Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
http://www.tersemangat.com/2014/09/laporan-pendahuluan-dengan-dengue-
haemoragic.html?m=1
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-anak-
dengan-dhf.html?m=1
Banjarmasin, Maret 2017
(……………………………..) (……………………………..)