Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
PS adalah infeksi pada kulit yang terjadi dibawah stratum korneum sampai
dermis atau pada folikel rambut.5,6,7 Pada anak-anak PS pada kulit dan aneksa
yang sering dijumpai antara lain impetigo, folikulitis, furunkulosis dan karbunkel.
Pada PS ini jika diagnosis ditegakkan sejak awal dan diberikan terapi adekuat,
infeksi hampir selalu dapat disembuhkan, namun jika diagnosis terlambat dan atau
2.2 Etiologi
negatif. Beberapa galur kuman yang dianggap penting pada penyakit ini, antara
lain Stafilokokus aureus yang digolongkan ke dalam 3 grup faga utama, yaitu
grup I, II, dan III. Kuman ini merupakan penyebab tersering PS. Genus
5
Universitas Sumatera Utara
6
2.3 Patogenesis
kuman pada sel pejamu yang akan berikatan dengan adesin, yaitu antigen pada
dinding sel kuman. Komponen utama adesin pada streptokokus dan stafilokokus
pada kulit bayi prematur (imaturitas kulit bayi) merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya infeksi pada kulit. Selain itu keadaan seperti berat badan lahir rendah,
maserasi, ekskoriasi dan ketidak utuhan sawar epidermal juga merupakan faktor
risiko terjadinya infeksi pada kulit. Apabila terjadi infeksi pada kulit umpamanya
pada penyakit pioderma biasanya tempat masuknya bakteri akan muncul gejala
maupun streptokokus terdiri pioderma primer yang terdiri atas beberapa bentuk
klinis, yaitu impetigo, ektima, folikulitis, furunkel dan karbunkel, serta pioderma
2.4.1 Impetigo
dari seluruh kasus infeksi kuman kulit pada anak. Impetigo merupakan infeksi
IB sering terjadi pada bayi baru lahir, meskipun dapat terjadi juga pada semua
impetigo adalah 2.8 % terjadi pada anak-anak usia di bawah 4 tahun dan 1,6%
pada anak - anak usia 5 sampai 15 tahun.2 Impetigo nonbulosa atau impetigo
Impetigo nonbulosa terjadi pada anak - anak dari segala usia dan juga pada
techoic acid pada Stafilokokus aureus dan Streptokokus grup A. Dalam rangkaian
tipikal, Stafilokokus aureus menyebar dari hidung ke kulit normal (kira - kira 11
hari kemudian) dan kemudian berkembang kedalam lesi kulit. Lesi umumnya
muncul pada kulit wajah (terutama sekitar lubang hidung) atau pada ekstremitas
setelah trauma. Karier Stafilokokus aureus nasal bisa muncul dengan tipe
impetigo sangat terlokalisasi yang terbatas pada lubang hidung anterior dan
daerah bibir didekatnya dimana pruritus atau perih di daerah tersebut merupakan
Lesi awal pada impetigo nonbulosa adalah vesikel atau pustul bersifat
sementara yang dengan cepat berkembang menjadi plak berkrusta berwarna madu
yang bisa berukuran hingga berdiameter lebih besar dari 2 cm. Jika dilepaskan
tampak erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke daerah perifer dan sembuh
bisa ada hingga pada 90% pasien dengan infeksi berkepanjangan yang tidak
diobati. Bila tidak diobati, lesi bisa membesar secara perlahan-lahan dan dapat
melibatkan tempat - tempat yang baru dalam beberapa minggu. Pada sebagian
pasien, lesi dapat berkembang secara spontan. Pada yang lainnya, lesi bisa
bulosa dapat didiagnosis banding dengan beberapa penyakit antara lain dermatitis
Pada IB terdapat 3 tipe erupsi kulit yang bisa dihasilkan oleh Stafilokokus
aureus grup faga II terutama strain 77 dan 55, yaitu (1) impetigo bulosa,
(2) penyakit eksfoliasi SSSS, dan (3) erupsi skarlatiniformis non streptokokal
aureus secara bersamaan yang dikultur dari hidung atau tenggorokan, dan 79 %
kultur menumbuhkan strain yang sama dari kedua tempat. IB lebih umum terjadi
pada bayi baru lahir dan pada bayi yang lebih besar, dan dicirikan oleh
perkembangan yang cepat vesikel menjadi bula yang lunak. Pada puluhan tahun
silam, IB yang ekstensif ( istilah kuno: pemfigus neonatorum atau penyakit Ritter)
berubah menjadi kuning pekat dan terlihat keruh. Bula ini sifatnya superfisial, dan
dalam satu atau dua hari, bula akan ruptur yang kadang-kadang membentuk krusta
tipis berwarna coklat muda hingga kuning keemasan. Masa inkubasi atau waktu
terkena penyakit ini sampai tampak gejalanya memakan waktu 1 sampai 3 hari.
Hal ini tergantung pada kondisi tubuh pasien. Insiden impetigo ini terjadi hampir
di seluruh dunia dan pada umumnya menyebar melalui kontak langsung. Tempat
predileksi IB ini bisa di ketiak, dada dan punggung, sering bersama - sama dengan
miliaria. Kelainan kulit dapat berupa eritema, bula, dan bula hipopion. Kadang-
Stafilokokus aureus, termasuk kedalam grup phaga II bisa dikultur dari isi bula
dijumpai sel akantolitik didalam lepuh, spongiosis, edema papila dermis, dan
bayi dan pada orang dewasa yang sedang dalam keadaan imunodefisiensi ataupun
A B C D
Gambar 2.1. (A), (B) dan (C) impetigo bulosa, (D) impetigo non
2.4.2 Folikulitis
pada muara rambut. Lesi berupa pustul kecil seperti kubah pada lubang muara
rambut, sehingga pada pustulnya sering disertai rambut di tengahnya dan kulit di
rambut tidak mudah dicabut. Penyakit ini cepat meluas ke folikel lain disertai rasa
gatal dan kadang - kadang agak sakit. Tempat-tempat yang sering dikenai adalah
daerah ekstremitas terutama ekstensor, bokong, muka terutama perioral dan kulit
kepala.2,5,17,20
superfisialis, hanya saja teraba infiltrat di subkutan dan letaknya lebih dalam.
Contohnya “sikosis barbae” yang berlokasi di bibir atas dan dagu. Jika tidak
diobati, lesi bisa menjadi lebih dalam letaknya dan kronis.5,14,18 Faktor pemicu
folikulitis ini meliputi lingkungan yang lembab, higiene yang buruk, maserasi,
drainase dari luka dan abses. Folikulitis bisa menjadi kronis dimana
folikel - folikel rambut banyak dan letaknya dalam pada kulit. Pada Pewarnaan
Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih daripada
satu disebut furunkulosis. Furunkel relatif jarang ditemukan pada awal kanak-
lingkungan padat dengan higiene yang buruk. Furunkel dimulai dengan nodul
kecil berwarna kemerahan, keras dan sakit, kemudian dalam beberapa hari akan
Furunkel muncul sebagai papul dan papulonodul perifolikuler akut dan terasa
nyeri, paling sering ditemukan di leher, wajah, bokong, ketiak dan pada lipat paha.
Rasa nyeri bervariasi, makin akut dan besar makin terasa nyeri, rasa nyeri lebih
hebat apabila terjadi pada hidung atau pada liang telinga luar.5,9,19 Lesi dapat
tunggal atau multipel dan cenderung berkelompok, kadang - kadang dapat disertai
demam dan gejala konstitusi ringan. Selanjutnya sering terjadi ruptur pada mata
bisul dan mengeluarkan pus, setelah itu tanda peradangan akan berkurang dalam
meninggalkan bercak berwarna violet dan akhirnya dapat menjadi jaringan parut
lain higiene yang buruk, hiperhidrosis, obesitas, diabetes, seboroik, anemia, gizi
hidradenitis supurativa.2,23
Karbunkel adalah kumpulan dari dua atau lebih furunkel, merupakan nodul
yang kemerahan, nyeri tekan, pada awalnya keras, lebih dalam dan lebih nyeri
Sering tampak jaringan parut permanen pada penyembuhan. Dapat dijumpai lebih
dari satu mata, tempat bermuaranya abses. Lokasi yang sering terkena ialah di
tengkuk, pundak, bokong dan paha. Tidak jarang disertai keluhan demam dan
malaise.1,5,9,24 Karbunkel umumnya terjadi pada kelompok umur yang lebih tua
daripada furunkel.2,25,26
2.4.4 Ektima
infeksi oleh infeksi streptokokus. Ektima biasanya terjadi pada impetigo yang
ekstremitas bawah.1,5,6 Ulkus mempunyai gambaran ‘punch out” saat krusta kotor
kuning keabuan dan bahan purulen dibersihkan. Tepi ulkus berindurasi, meninggi,
dan keunguan dengan dasar jaringan granulasi yang meluas sampai ke dermis.
Ektima yang tidak diobati dapat meluas dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan mencapai diameter 2 - 3 cm atau lebih, lesi menyembuh secara lambat dan
dermatosis yang sudah ada sebelumnya. Ektima ganggrenosum adalah ulkus yang
anak, atau pasien lansia yang diabaikan, atau pada penderita diabetes melitus.
patogenesisnya.2,21,25,28
aureus 66%, dan peneliti lain menemukan infeksi campuran oleh keduanya.
Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan karena diagnosis dapat ditegakkan dengan
mendapatkan pilihan obat pada kasus yang tidak responsif terhadap terapi
konvensional. Bahan pemeriksaan diambil dari apusan (swab) lesi atau eksudat.
Pada pewarnaan Gram akan dijumpai kokus Gram - positif, tersususn berbentuk
Pemeriksaan ini berguna sebagai pedoman klinisi untuk memilih antibiotika yang
2.6 Pengobatan
Pemilihan terapi antibiotika oral atau topikal bergantung pada pengalaman dokter,
cara yang lebih disukai pasien, dan pola resistensi kuman. Perawatan kulit
Secara umum untuk lesi yang terbatas tanpa komplikasi diberikan terapi
topikal. Pada anak umumnya pemberian obat topikal lebih nyaman dibandingkan
bersamaan dengan sistemik untuk mencegah resistensi dan sensitisasi. Pada kasus
tertentu dan untuk dapat membunuh kuman dapat diberikan antibiotika sistemik
Pengobatan untuk impetigo non bulosa jika krusta sedikit, dilepaskan dan
salap antibiotika atau cairan antiseptik. Jika banyak dapat diberikan juga
pertama dapat diberikan mupirosin dan asam fusidat. Pengobatan sistemik sebagai
topikal saja. Jika banyak dapat digabung dengan antibiotika sistemik. Jika
sedikit, krusta dapat diangkat lalu diolesi dengan salap antibiotika dan jika banyak
Kulit yang
normal
• Gigitan serangga
• Penggunaan
• Trauma kulit
kortikosteroid
• Ulserasi
jangka panjang
• Infeksi jamur dan virus
• Imaturitas kulit bayi • Abrasi kulit minor
disertai garukan