Anda di halaman 1dari 5

Monkeypox

Oleh: Ihtiyathul Waro’,19 juni 2019

Referensi :Widyawinata,Rena. (2019), Cacar Monyet monkeypox singapura, (online),


(https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/cacar-monyet-monkeypox-singapura/), Diakses
18 juni 2019,14.00).

Apa sih yang disebut cacar monyet itu?


Apakah cacar yang bisa membuat kita menyerupai monyet atau
cacar yang berasal dari monyet?
Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dalam artikel ini.

Sejauh yang kita tahu dimasyarakat ada banyak macam cacar dan mitos
yang beredar mengatakan bahwa cacar ini pasti menyerang seseorang 1 kali
dalam seumur hidup padahal cacar bisa menyerang seseorang lebih dari satu kali
jika seseorang tersebut dalam kondisi imunitas rendah dan terpapar virus
penyebab cacar tersebut. Umumnya yang kita tahu hanyalah cacar air atau dalam
bahasa medis disebut dengan varisella atau bahkan banyak sebutan lain yang
dibuat masyarakat karena perbedaan bentuk,pola,dan bekas seperti cacar
batu,cacar timah,dll. Akan tetapi baru-baru ini dunia digemparkan oleh cacar
jenis baru atau yang sering kita sebut dengan cacar monyet/monkeypox yang
menyebabkan keresahan di berbagai negara karena penyebarannya yang cukup
signifikan dalam beberapa tahun terakhir ini.

Apa sih monkeypox itu?

Cacar monyet alias monkeypox adalah penyakit menular yang disebabkan


oleh infeksi virus langka.

Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention, virus cacar
monyet ini berasal dari genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae. Virus
yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus meliputi virus variola penyebab cacar,
virus vaccinia (yang digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi.
Sebagaimana dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan RI,
virus monkeypox ditularkan lewat hewan yang terinfeksi virus ini. Umumnya
dibawa oleh binatang liar seperti tupai. Namun, disebut cacar monyet karena
para peneliti pertama kali melihat virus ini pada sekelompok monyet yang tengah
diteliti.

Penyakit ini lebih sering ditemukan di daerah Afrika Tengah dan Selatan.
Pertama kali ditemukan pada tahun 1958 ketika wabah cacar marak menyerang
kumpulan kera yang sengaja dipelihara di institusi kesehatan tertentu untuk
penelitian. Sementara kasus pertama yang terjadi pada manusia terjadi pada
tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.

Sejak saat itu, sejauh ini ada empat kasus infeksi monkeypox yang
tercatat pada manusia di luar Afrika. Misalnya, 47 kasus di Amerika Serikat
pada tahun 2003, 3 kasus di Inggris pada tahun yang sama, 1 kasus di Israel
pada tahun 2018, dan Singapura (1 kasus) pada 2019.

sehingga sejak ditemukannya cacar ini yang telah menyerang manusia maka
diadakan peneletian yang lebih lanjut tentang cacar langka ini.

Bagaimana penularan cacar ini?

Untuk lebih waspada dalam mencegah penyebaran virus ini maka kita harus
mengetahui cara penularan dan pennyebaran penyakit ini.

Penyakit ini menular melalui melalui kontak langsung dengan darah, cairan
tubuh, luka pada kulit atau mukosa (liur) binatang yang terinfeksi,tidak hanya itu
gigitan hewan yang terinfeksi juga dapat menularkan virus tersebut, atau kontak
tidak langsung lewat permukaan benda atau tempat yang telah terkontaminasi
oleh virus tersebut misalnya tempat duduk atau rumput yang telah terkena
cairan tubuh berupa darah,air liur,kencing,feses atau keringat dari hewan
tersebut. Penularan dari manusia ke manusia juga dapat terjadi dengan kontak
langsung dengan si penderita, terkena mukosanya,hubungan seks,lewat
udara/pernafasan,droplet seperti terkena percikan ludah penderita ketika batuk
atau bersin,atau menggunakan handuk atau tisu yang sama dengan
sipenderita,walaupun hanya menyentuh bekas tisu atau sapu tangan dari
sipenderita karena dapat menempel pada tangan sehingga virus terbawa ketika
makan ataupun lewat hirupan nafas.

Akan tetapi Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, menyatakan bahwa penularan virus
ini dari manusia ke manusia sangat jarang terjadi. Dibutuhkan inang yang
terinfeksi untuk virus ini menular ke manusia.

“Sejauh yang kami tahu, hewan ini (spesies monyet yang jadi inang virus-red)
tidak ada di Indonesia. Adanya di Afrika. (Di Indonesia, red) Belum ditemukan
inang atau tempat infeksi monkeypox,” ujar dr. Anung Sugihantono seperti
dilansir dari situs Tirto.id. Biasanya juga diperlukan kontak tatap muka yang
cukup dekat dan lama sampai virus bisa masuk dan menginfeksi manusia lainnya.

Hal lain yang juga dapat meningkatkan risiko Anda tertular penyakit ini
adalah mengonsumsi daging hewan liar yang terinfeksi virus secara mentah atau
setengah matang.

Inilah yang terjadi pada wanita asal Nigeria yang teridentifikasi terkena
cacar monyet di Singapura. Wanita tersebut diketahui sempat menyantap daging
liar di negara asalnya sebelum bertolak ke Singapura.

Jika telah terdampak virus tersebut akan mengalami gejala-


gejala sebagai berikut:
Biasanya, orang yang terkena infeksi virus monkeypox akan mulai
menunjukkan gejala pertamanya setelah 6-16 hari terinfeksi. Masa ini dikenal
dengan masa inkubasi. Meski begitu, masa inkubasi juga bisa terjadi antara 5-21
hari.

Dikutip dari laman organisasi kesehatan dunia (WHO) kemunculan


gejala monkeypox terbagi dalam dua periode infeksi, yaitu:

Periode invasi

Periode invasi terjadi dalam 0-5 hari setelah terinfeksi virusnya pertama kali.

Saat seseorang berada dalam masa invasi, dirinya akan menunjukkan beberapa
gejala cacar monyet, seperti:

 Demam
 Sakit kepala hebat
 Limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening)
 Sakit punggung
 Nyeri otot
 Lemas parah (asthenia)
Pembengkakan kelenjar getah bening itulah yang menjadi ciri pembeda
antara cacar monyet dengan cacar biasa. Infeksi cacar biasa tidak menyebabkan
pembengkakan kelenjar getah bening.

Periode erupsi kulit

Periode ini terjadi pada 1-3 hari setelah demam muncul. Gejalanya jika
Anda berada dalam fase ini adalah munculnya ruam kulit. Ruam pertama kali
muncul di wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Wajah dan telapak
tangan serta kaki adalah area yang paling terdampak ruam ini. Ruam yang
terbentuk biasanya diawali dengan ruam yang datar hingga vesikel, yaitu seperti
bentol dengan cairan di dalamnya. Ruam ini kemudian akan membentuk kerak.
Perkembangan ruam ini akan terjadi dalam waktu kurang lebih 10 hari.
Dibutuhkan waktu sekitar tiga minggu hingga bekas cacar hilang total.

Umumnya penyakit ini dapat sembuh sendiri dalam kurun waktu 14-21 hari
akan tetapi jika tidak kunjung sembuh atau ingin mencegah risiko yang lebih
parah atau penyebaran lebih lanjut jika terpapar hewan yang terkena virus
tersebut maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter atau rumah
sakit sehingga penyebaran vurus ini dapat dicegah dan meminimalisir risiko lebih
lanjut.

Berikut beberapa pencegahan yang dapat dilakukan:


Yaitu dengan Pemberian vaksin cacar sejak dini karena cara ini 85%
terbukti efektif untuk mencegah penyakit ini.

Meski begitu, di Indonesia belum tersedia vaksin khusus untuk mencegah


cacar monyet. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Nila F. Moeloek, sebagaimana dikutip dari portal berita
Tempo.

“Vaksinasi saya kira belum ada, karena biasanya vaksin berasal dari virus
penyakit tersebut,” ujarnya di Kompleks DPR pada Selasa (14/5). Sementara
belum ada kasus seperti ini yang terjadi di Indonesia sehingga sulit untuk
melakukan vaksinasi untuk penyakit ini kecuali mendatangkan vaksin dari negara
yang memiliki vaksin tersebut.

Sementara itu,ada cara lain untuk mencegah penularan penyakit ini yaitu
dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan dengan
sabun setelah berinteraksi dengan hewan yang dapat membantu Anda terhindar
dari risiko infeksi penyakit ini.

Beberapa hal lain yang juga dapat Anda lakukan untuk mencegah cacar monyet,
antara lain:

 Menghindari kontak langsung dengan tikus, primata, atau hewan liar lainnya yang
mungkin terpapar virus (termasuk kontak dengan hewan yang mati di daerah
terinfeksi)
 Menghindari kontak dengan benda apa pun, seperti tempat tidur, yang pernah
disinggahi oleh hewan yang sakit
 Tidak makan daging hewan liar yang tidak dimasak dengan baik
 Menjauhkan diri sebisa mungkin dari pasien yang terinfeksi untuk sementara
sampai penderita benar-benar pulih dan bersih dari virus tersebut.
 Bagi petugas medis, gunakanlah masker dan sarung tangan saat menangani orang
yang sakit atau APD lengkap sesuai dengan keadaan pasien.

Anda mungkin juga menyukai