Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Di masa yang lampau system kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit atau
hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan diberi
pengobatan. Dalam keadaan yang memerlukan si sakit di rawat di rumah sakit. sesudah
sembuh dipulangkan, lalu kambuh dengan penyakit yang sama sehingga yang bersangkutan
dirawat kembali di rumah sakit. demikian siklus ini berlangsung terus, kemudian disadari
bahwa untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan sesuatu rangkaina usaha yang
lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan rumah sakit hanyalah salah satu bagian kecil
dari rangkaian usaha tersebut.

Efektifitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang
ada serta sikap dan keterampilan para pelaksananya, juga sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selain itu tergantung juga pada
kerjasama yang positif antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Kelau
pasien dan kelurganya memiliki pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan dan
pencegahan penyakitnya, serta keluarga pasien mampu dan mau berpartisipasi secara positif,
maka hal ini akan membantu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat pada umumnya.
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian pasien,
keluarga dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan pencegahannya. Selain itu PKRS
juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga dan pengunjung rumah sakit
untuk berperan secara positif dalam berusaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Oleh
karena itu PKRS merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pelayanan kesehatan
rumah sakit.

Isu Strategis

Promosi Kesehatan di Rumah Sakit telah diselenggarakan sejak tahun 1994 dengan nama
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS). Seiring dengan
pengembangannya tahun 2003, istilah PKMRS berybah menjadi Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS). Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mengembangkan PKRS seperti

1
2

penyusunan pedoman PKRS, advokasi dan sosialisasi PKRS kepada direktur Rumah Sakit
pemerintah, pelatihan PKRS, pengembangan dan distribusi media serta pengembangan model
PKRS. Berdasarkan hal tersebut beberapa isu strategis yang muncul dalam Promosi
Kesehatan di Rumah Sakit yaitu:

1. Sebagian besar Rumah Sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu kebijakan upaya
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
2. Sebagian besar Rumah Sakit belum memberikan hak pasien untuk mendapatkan informasi
tentang pencegahan dan pengobatan yang berhubungan dengan penyakitnya.

3. Sebagian besar Rumah Sakit belummewujudkan tempat kerja yang aman, bersih dan sehat.

4. Sebagian besar Rumah Sakit kurang menggalang kemitraan untuk meningkatkan upaya
pelayan yang bersifat preventif dan promotif.

Keputusna Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 574/MENKES/SK/VI/2000


tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, pemberian
promosi kesehatan yang menyeluruh kepada pasien mengenai kesehatan merupakan HAK
pasien dan kewajiban rumah sakit dan seluruh tim medis rumah sakit. informasi yang
diberikan dapat mencakup upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahatn kesehatan
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative).
Promosi kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan,
serta dilaksanakan bersama antara unit-unit rumah sakit yang terkait sesuai dengan keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1426/MENKES/.SK/XII/2006 tentang
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

Pemberian informasi medis yang menyeluruh juga dapat membantu pasien untuk
menentukan pilihan diagnostic, terapi maupun rehabilitasi yang nantinya akan mempengaruhi
prognosisnya, sehingga sejalan dengan etika kedokteran mengenai autonomi pasien. Hal ini
juga diharapkan akan membangun hubungan dokter dan rumah sakit kepada pasien,
meningktakan mutu pelayanan serta menimbulkan rasa percaya dan aman sehingga complain
pasien juga diharapkan akan lebih baik. Berdasarkan hal tersebut di atas dan dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan medis rumah sakit, maka dibentuklah tim Promosi Kesehatan
oleh Rumah Sakit (PKRS).
3

Dasar Hukum

1. Undnag-undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan:

a. Pasal 7

Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggungjawab.

b. Pasal 8

Setiap orang berhak untuk memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari
tenaga kesehatan.

c. Pasal 10

Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dan dalam upaya memperoleh
lingkungan yang sehat baik fisik, biologi maupun sosial.

d. Pasal 11

Setiap orang berkewajiban untuk berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,


mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.

e. Pasal 17

Pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan


fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.

f. Pasal 18

Pemerintah bertanggungjawab mempertahankan dan mendorong peran aktif


masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
4

g. Pasal 47

Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dnegan pendekatan promotif,


preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan.

h. Pasal 55

1. Pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan.

2. Standar mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) diatur
dengan peraturan pemerintah.

i. Pasal 62

1. Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh


pemerintah, pemerintah daera dan atau masyarakat untuk mengoptimalkan
kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi atau kegiatan
lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat.

2. Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh


pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat untuk menghindari atau
mengurangi resiko, masalah dan dampak buruk akibat penyakit.

3. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin dan menyediakan fasilitas untuk


kelangsungan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

4. Ketentuan berlanjut tentang upaya peninkatan kesehatan dan pencegahan penyakit


diatur dengan peraturan Menteri.

j. Pasal 115

1. Kawasan tanpa rokok (KTR) pada fasilitas pelayanan kesehatan

2. Pemerintah daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya

k. Pasal 168
5

1. Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan


informasi kesehatan.

2. Informasi kesehatan sebagaimana dimaksudkan ayat (1) dilakukan melalui system


informasi dan melalui lintas sektor.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai system informasi sebagaimana dimaksudkan pada


ayat (2) diatur oleh Peraturan Pemerintah.

2. Undang-Undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

a. Pasal 1

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyeduakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat.

b. Pasal 4

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara


paripurna

c. Pasal 10 ayat2

Bengunan rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruang penyuluhan kesehatan
masyarakat rumah sakit.

d. Pasal 29

Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban, butir a) memberikan informasi yang benar
tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.

e. Pasal 32

Setiap pasien mempunyai hak, butir d) memperoleh kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.
6

3. Surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/MENKES/SK II/2010 tentang Penetapan


Road Map Reformasi Kesehatan Masyarakat, dimana hal ini tidak terpisahkan dengan
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014. Salah satu prioritas Reformasi
Kesehatan yang dimaksud adalah Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (World Class
Hospital).
4. Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan lembaga Negara tahun 1992
nomor 100, tambahan lembaga nomor 3945.

5. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lenbaga Negara
tahun 1996 nomor 49, Tambahan lembaga Negara Nomor 3637)

6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 159b/MENKES/PER/II/1998


tentang Rumah Sakit.

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 574/MENKES/SK/VI/2000


tentang kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 004/MENKES/SK/I/2003


tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi bidang Kesehatan.

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1547/MENKES/SK/X/2004


tentang standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1114/MENKES/SK/VIIX/2004


tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.

11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1193/MENKES/SK/X/2004


tentang Kebijakan Kesehatan Promosi Kesehatan.

12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1426/MENKES/SK/XII/2006


tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
7

BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1. SEJARAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BUNDA

Rencana awal berdirinya RSIA “Puri Bunda” diawali oleh keinginan untuk
mendirikan sebuah usaha yang menguntungkan sekaligus membantu orang lain. Di
awal tahun 2007, terfikir untuk mendirikan sebuah Rumah Sakit. dalam tahap
perencanaan dan perhitungan yang matang kami menyusun beberapa tahapan untuk
mendirikan rumah sakit. pada tahap awal kami menentukan lokasi di wilayah kelurahan
Pandanwangi kecamatan Blimbing dengan luas lahan lebih 960m 2 yang sebelumnya
telah kami miliki. Kemudian kami menghimpun data-data yang dibutuhkan serta
berkonsultasi dengan teman, kerabat dan yang terpenting adalah orang-orang yang telah
memiliki pengalaman yaitu konsultan kesehatan. Dari planning yang telah dibuat, kami
menghadapi masalah financial. Investasi dana yang dibutuhkan dalam pendirian rumah
sakit sangat besar sehingga kami kembali melakukan konsultasi ke konsultan keuangan,
hasilnya kami harus berfikir untuk merubah rencana awal. Konsultan kesehatan
menyarankan untuk mengawalinya dengan Rumah Sakit bersalin. Pada awal tahun
2005 dimulai pembangunan fisik dan ijinnya selesai 100% dan diresmikan pada tanggal
29 September 2005.

Berikutnya di awal tahun 2007 terfikir untuk merubah RSB “Pri Bunda” menjadi
RSIA (Rumah Sakit Ibu dan Anak) “Puri Bunda”, agar lingkup pelayanan kami lebih
luas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, tidak hanya melayani ibu
bersalin tapi segala penyakit umum untuk ibu dan anak dapat kita tangani dengan cepat,
tepat dan baik. Kemudian DInas kesehatan Pripinsi Jawa Timur memberikan ijin
kepada RSB “Puri Bunda” menjadi RSIA “Puri Bunda” pada tanggal 12 Maret 2007.

RSIA “Puri Bunda” dibawah PT. Putraning Husada berkantor di Jl. Simpang SUlfat
Utara No 60 A Malang dengan inti pelayanan sopan santun penuh perhatian sepat tepat
dan terjangkau, yang diselenggarakan secara terpadu untuk mencapai apa yang menjadi
kebutuhan masyarakat.
8

Pada awalnya RSB “Puri Bunda” memiliki tenaga kerja sebanyak 36 orang ditambah
dokter yang bekerja paruh waktu yang terdiri dari dokter spesialis kebidanan dan
kandungan, spesialis anak, spesialis anasthesi, spesialis bedah dan umum.

Dalam perkembangan ke masa depan RSIA “Puri Budna” tetap mengupayakan


pelayanan kesehatan yang professional namun tidak terlepas sebagai rumah sakit ibu
dan anak swasta yang merupakan Institusi Pelayanan Sosial Masyarakat yang non profit
dengan tetap teguh berpegang pada visi dan misi RSIA “Puri Bunda”, untuk
menjangkau masyarakat yang tidak mampu yang didasari oelh cinta kasih untuk
menolong sesame manusia tanpa diskriminasi. Demikian juga dalam penambahan
fasilitas dan peningkatan mutu sumber daya manusia dengan dana swadaya rumah sakit
tetap mengacu pada vidi dan misi rumah sakit.

RSIA “Puri Bunda” yang terletak pada jalur alternative kea rah malang utara dan
terletak di wilayah kotamadya Malang dan memiliki aksesbilitas yang tinggi terhadpa
wilayah pelayanan kesehatan, karena wilayah kami jauh dari keramaian dan
mengutamakan kenyamanan, ketenangan dan kepuasan pasien. Pihak manajemen
rumah sakit punya komitmen dan kebijakan dengan prioritas utama yaitu memiliki
tariff yang rasional dan terjangkau namun tetap memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat.

Pada tahun 2014, RSIA puri bunda menyelesaikan pembangunan bangunan rumah
sakit. pengenmabangan bangunan ini menambah kapasitas tempat tidur menjadi 70
tempat tidur. Tujuan dari perluasan bangunan adalah untuk memberikan lebih banyak
tempat bagi pasien dan demi kenyamanan pasien. Saat ini RSIA puri bunda memiliki 14
dokter spesialis yang terdiri dari Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dokter
Psesialis Anak, Dokter Spesialis Bedah, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter
Sepsialis Konsultan Gigi Anak dan Dokter Spesialis Patologi Klinik. Selain itu RSIA
Puri Bunda juga memiliki 6 dokter umum, 34 tenaga bidan, 26 tenaga perawat, 11
tenaga kesehatan lainnya dan 80 tenaga non medis yang siap melayani pasien dengan
sepenuh hati dan senantiasa mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pasien.

Dengan harga yang terjangkau dan ditunjang dengan telah dilakukannya kerja sama
RSIA Puri Bunda dengan beberapa perusahaan asuransi seperti Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, asuransi IM Care, Asuransi Sinar Mas dan Asuransi
9

Jaya Proteksi, diharapkan pasien-pasien RSIA Puri Bunda mendapatkan pelayanan


medis yang maksimal dengan hasil sesuai harapan.

2.2. FUNGSI DAN TUGAS POKOK RSIA PURI BUNDA

Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda Mempunyai fungsi “memberikan pelayanan
kesehatan terbaik bagi ibu dan ana’ dengan motto “aman dan nyaman kami utamakan”.

Dalam mengemban fungsi tersebut di atas, RSIA Puri bunda mempunyai tugas pokok
berupa :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi


2. Senantiasa meningkatkan kempetensi sumber daya manusia RSIA Puri bunda agar
selalu memberikan pelayanan secara professional, etis dan bermanfaat yang mana
akan memberikan rasa aman nyaman bagi pasien.

3. Menyediakan wahana bagi pendidikan tenaga kesehatan, dan turut serta


menyumbangkan upaya mencerdaskan bangsa.
10

BAB III

VISI, MISI, FALSAFAH DAN TUJUAN

3.1 VISI RSIA PURI BUNDA

Menjadi rumah sakit ibu dan anak pilihan utama masyarakat kota Malang dan
sekitarnya.

3.2 MISI RSIA PURI BUNDA

1. Menyelenggarakan pelayanan yang sopan santun dan penuh perhatian.

2. Menyelenggarakan pelayanan yang cepat, tepat serta terjangkau.

3. Mewujudkan karyawan yang penuh loyalitas, kejujuran dan tanggung jawab.

4. Mengutamakan keselamatan, kesembuhan, dan kepuasan pasien.

3.3 FALSAFAH RSIA PURI BUNDA

Memberikan pelayanan professional berlandaskan kasih sayang, loyalitas dan


mengutamakan kesembuhan dan kepuasan pasien.

3.4 TUJUAN (GOAL) RSIA PURI BUNDA

1. Tercapainya pelayanan yang bermutu tinggi yang berorientasi pada kepuasan


pelanggan.

2. Pelayanan kesehatan RSIA Puri Bunda terus meningkat dan berkembang.

3. Tercapainya peningkatan produktivitas pelayanan dan berkembang.

4. Terbentuknya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi. Memiliki


integritas, komitmen yang kuat terhadap organisasi melalui upaya pendidikan
dan pelatihan, serta upaya peningkatan kesejahteraan yang adil dan manusiawi.

3.5 FILOSOFI RSIA PURI BUNDA


11

1. Melayani setiap pasien dan pengantarnya yang berkunjung ke RSIA Puri Bunda
dengan senyum ramah tanpa memandang status, kaya atau miskin, cantik atau
buruk rupa.

2. Berdoa kepada Tuhan agar yang sehat tetap sehat dan pasien yang sakit cepat
sembuh, serta ibu yang melahirkan selamat dan sehat baik ibu atau anknya.

3. Memeriksa dan mengobati pasien yang sakit secara teliti dan tepat guna agar
cepat sembuh dan dengan biaya se-ekonomis mungkin.

4. Memberikan penyuluhan kesehatan secara periodic kepada warga masyarakat


melalui seminar agar mereka hidup sehat terhindar dari berbagai penyakitnya.

5. Menghibur setiap pasien dan keluarganya ketika mereka sedang sakit atau
marah-marah.

6. Memberi pengharapan dan dukungan spiritual,serta membangkitkan rasa


percaya diri kepada setiap pasien dan keluarganya ketika mereka sedang
ketakutan dan cemas.

7. Member pelayanan kesehatan gratis kepada pasien yang terkena musibah


kecelakaan dan benar-benar materi, miskin keluarga dan miskin teman serta
tidak memiliki polis asuransi kesehatan yang menanggungnya.

8. Mendorong yang mampu untuk mendharma secara gotong-royong untuk


menolong yang sakit serta miskin agar menjadi sehat dan sejahtera.

9. Selalu member maaf kepada setiap orang yang menyinggung perasaan kita
sebagaimana kitapun suatu saat mungkin menyinggung perasaan orang lain dan
membutuhkan maaf dari mereka.

10. Mengembangkan terus kemampuan kita di segala bidang, kita mampu


merealisasikan kepercayaan masyarakat kepada kiata untuk mengahasilkan
pelayanan medis terbaik dan handal dengan biaya efisien dan harga yang wajar.

11. Menghasilkan laba sebagai pengharapan yang kita terima atas kontribusi kita
kepada maasyarakat dan memperlakukan laba bersih usaha sebagai sarana
(bukan sebagai tujuan akhir) untuk menumbuh kembangkan terus Ruamh Sakit
12

Ibu dan Anak Puri Bunda agar kita mampu mewujudkan terus Visi dan Misi
Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
13

BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

4.1 STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda dipimpin oleh seorang Direktur Rumah
Sakit. Direktur Rumah Sakit dibantu dengan Komite Medik, Satuan Pengawal Internal,
Komite Keperawatan dan beberapa panitia. Direktur Rumah Sakit membawahi Manajer
Pelayanan Medis dan Keperawatan, Manajer Penunjang Medis dan Manajer
Administrasi Umum dan Keuangan.
14

STRUKTUR ORGANISASI RSIA PURI BUNDA


15

BAB V

PEDOMAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

(PKRS)

5.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatab diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajt kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselengggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk rentan, antara lain : ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia),
dan keluarga miskin.

5.2 Pengertian PKRS

Promosi kesehatan di Ruamh Sakit adalah upaya Rumah Sakit untuk


meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok -kelompok masyarakat
agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya,
klien dan kelompok – kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan
kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
dan bersama mereka, sesuai sosial budayamereka, serta didukung kebijakan
piblik yang berwawasan kesehatan.

5.3 Visi

Oleh karena itu Kementerian Kesehatan menetapkan visi yaitu “Masyarakat


Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”

5.4 Visi PKRS RSIA Puri Bunda


16

Memberikan pelayanan edukasi informasi medis yang professional dan


menyeluruh mengenai kondisi kesehatan pasien untuk meningkatkan kualitas
mutu pelayanan serta menjunjung tinggi autonom pasien

5.5 Misi

Dalam mencapai visi tersebut Kementerian Kesehatan juga menetapkan 4 misi


yaitu :

1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan


masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.

3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.

4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

5.6 Misi PKRS Puri Bunda

1) Menyelenggarakan pelayanan edukasi informasi medis yang menyeluruh dan


berorientasi pada ilmu kedokteran berbasis bukti kepada pasien dan keluarga.

2) Meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan medis dengan cara memberikan


informasi terpadu yang dibutuhkan pasien dan keluarga mengenai kondisi
kesehatannya dan memfasilitasi pemilihan rencana promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitative.

3) Memfasilitasi pengendalian mutu dan biaya kesehatan melalui transparansi


informasi sehingga pasien dan keluarganya mendapatkan rasa aman dan
percaya.

Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang termasuk dalam subsistem


Upaya Kesehatan. Rumah sakit tidak boleh dipandang sebagai suatu entitas yang
terpisah dan berdiri sendiri dalam sektor kesehatan. Peran rumah sakit adalah
mendukung pelayanan kesehatan dasar melalui penyediaan fasilitas rujukan dan
mekanisme bantuan. Menurut WHO, “Rumah sakit harus terintegrasi dalam
system kesehatan dimana ia berada. Fungsinya adalah sebagai pusat sumber daya
17

bagi peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan”.


Reformasi perumahsakitan di Indonesia sangat diperlukan mengingat masih
banyaknya rumah sakit yang hanya menekankan pelayanannya kepada aspek
kuratif dan rehabilitatif saja. Padahal keadaan ini menyebabkan rumah sakit
menjadi sarana kesehatan yang elit dan terlepas dari system kesehatan dimana ia
berada.

Penerapan paradigma diatas akan berpengaruh terhadap pendekatan yang


harus dilaksanakan dalam promosi kesehatan. Untuk itu pengembangan promosi
kesehatan di rumah sakit perlu dilakukan sesegera mungkin. Untuk mempercepat
upaya PKRS menjadi bagian dari upaya pelayanan kesehatan rumah sakit maka
PKRS dirasa penting menjadi salah satu standar PKRS yang dapat dijadikan
acuan dalam penyusunan instrumen rumah sakit di Indonesia.

5.7 Falsafah

Memberikan pelayanan edukasi kesehatan selektif, menyeluruh dan terpercaya


secara professional, efektif dan efisien yang dibutuhkan pasien dan keluarga
mengenai kondisi kesehatan.

5.8 Nilai

a. Selektif

Informasi medis yang diberikan adalah unik bagi setiap individu dan
berdasarkan hanya terkait dengan kondisi kesehatannya dan apa yang
dibutuhkan oleh pasien tersebut.

b. Menyeluruh

Meliputi setiap aspek yang dibutuhkan pasien maupun keluarganya seperti


rencana promotif, diagnose kerja, rencana diagnostik, rencana terapi,
prognosis, rencana rehabilitative dan rencana preventif.

c. Terpercaya
18

Informasi medis yang diberikan berdasarkan ilmu kedokteran berbasis bukti


dan komprehensif.

d. Professional

Dalam memberikan pelayanan edukasi informasi medis dilakukan secara


profesional

e. Efektif dan efisien

Memberikan pelayanan pasien dan keluarga serta bekerjasama dengan mitra


kerja secara efektif dan efisien.

5.9 Tujuan

Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih


dan Sehat melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien RS serta
pemeliharaan RS dan termanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang
disediakan rumah sakit. Meningkatkan kualitas pelayanan medis dengan
memberikan informasi medis yang selektif, terpercaya dan menyeluruh kepada
setiap pasien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan cara
menyediakan informasi yang dibutuhkan pasien maupun keluarganya seperti
rencana promotif, diagnosis kerja, rencana diagnostic, rencana terapi, prognosis,
rencana rehabilitative dan rencana preventif.

5.10 Sasaran PKRS

Sasaran Promosi Kesehatan di Rumah bSakit adalah masyarakat di rumah


sakit, yang terdiri dari :

 Petugas
 Pasien

 Keluarga pasien

 Pengunjung

 Masyarakat yang tinggal/ berada di sekitar rumah sakit


19

5.11 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Pada dasarnya banyak tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di


RS. Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Di dalam gedung

Di dalam gedung RS, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang


diselenggarakan rumah sakit. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa di
dalam gedung, terdapat peluang- peluang sebagai berikut :

 Di ruang pendaftaran/ administrasi, yaitu ruang dimana pasien


harus melapor/ mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan rumah
sakit.
 PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di
poliklinik- poliklinik seperti poliklinik kebidanan dan kandungan,
poliklinik anak dan lain-lain.

 PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien, yaitu di ruang-


ruang gawat darurat, rawat insentif dan rawat inap.

 PKRS dalam pelayanan penunjang medic bagi pasien yaitu


pelayanan obat/ apotik, pelayanan laboratorium.

 PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu seperti di


pelayanan KB, konseling gizi, bimbingan senam, konseling
kesehatan remaja, dan lain-lain.

 PKRS di ruang pembayaran rawat inap, yaitu ruang dimana pasien


rawat inap harus menyelesaikan pembayaran rawat inap,
sebelummeninggalkan RS.

Promosi kesehatan oleh TIM PKRS dalam pelayanan-pelayanan diatas


ditangani oleh unit TIM PKRS.

b. Di luar gedung
20

Kawasan luar gedung RS yang dimanfaatkan secara maksimal untuk


PKRS, yaitu :

 PKRS di tempat parker, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di


lapangan/ gedung parker sejak dari bangunan gardu parkir sampai
ke sudut-sudut lapangan/ gedung parkir.
 PKRS di taman RS, yaitu baik taman-taman yang ada di depan,
samping/ sekitar maupun di dalam/ halaman dalam RS.

 PKRS di kantin/ warung-warung/ kios-kios yang ada di kawasan


RS.

 PKRS di tempat ibadah yang tersedia di sekitar RS.

 PKRS di pagar pembatas kawasan RS.

 PKRS di dinding luar RS.

Tim PKRS berada di bawah naungan pelayanan medis RSIA Puri Bunda
dan berkoordinasi dengan DPJP, dokter ruangan dan seluruh jajaran unit
pelayanan Rumah Sakit dalam menyampaikan informasi medis kepada
pasien. Pemberian promosi kesehatan dapat dilakukan di setiap instalasi
rumah sakit dan oleh personil medis yang berkompetensi di bidang
tersebut terutama rawat inap, rawat jalan, penunjang medis, fisioterapi,
farmasi dan lain-lain. Informasi diluar kategori 10 penyakit terbanyak
disampaikan secara lisan oleh sub unit TIM PKRS baik di seluruh instalasi
rumah sakit maupun si suatu ruangan PKRS khusus.

5.12 Denah Ruangan

Ruang penyuluhan PKRS dapat digunakan oleh setiap unit PKRS dan terletak di
sebelah administrasi rawat jalan/ rawat inap dan customer service unit. Ruang
PKRS dibentuk sedemikian rupa sehingga menciptakan suasana tenang dan
kondusif dalam menyampaikan informasi dan promosi kesehatan bagi pasien dan
klien.
21

5.13 Tatalaksana

Promosi kesehatan rumah sakit adalah suatu tim rumah sakit yang terdiri dari tim
medis dan non-medis yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan
informasi medis serta mengedukasi pasien rumah sakit mengenai kondisi yang
berhubungan dengan penyakit pasien di area rumah sakit yaitu rawat inap (saat
dirawat dan sebelum pasien pulang), rawat jalan, IGD, dan penunjang medis. Tim
tersebut merupakan titik akhir pelayanan tim medi RSIA Puri Bunda. Pelayanan
tim PKRS terdiri dari pelayanan promosi kesehatan dan informasi yang
berhubungan dengan pasien.

5.14 Tujuan

Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu penjelasan lebih
dalam tentang penyakitnya secara holistik.

Tujuan Khusus

 Rawat Inap : memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu
penjelasan lebih dalam mengenai penyakitnya pada saat awal perawatan,
selama perawatan dan ketika akan pulang.
 Rawat Jalan :
22

 Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien mengenai


kondisi penyakitnya dan memberikan saran medis serta
pemeriksaan diagnostik (laboratorium atau radiologi) yang
menunjang ketepatan diagnosis pada pasien tersebut.

 Merujuk pasien kepada dokter spesialis yang berkompeten


menangani penyakit pasien tersebut.

 Membuat resume medis pasien.

5.15 Rawat Inap

1. Apabila pasien baru masuk ke dalam kategori 10 penyakit terbanyak di


ruang rawat inap RSIA Puri Bunda, perawat mengidentifikasi kebutuhan
informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien yang membutuhkan
informasi lebih dari satu subunit PKRS yaitu unit pelayanan, farmasi, rekam
medis, dan gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan
edukasi yang diberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun di rawat
jalan, sesuai dengan kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik.
Maka perawat memberikan edukasi sesuai SOP pemberian edukasi
kolaboratif.

2. Apabila pasien baru tidak masuk ke dalam kategori 10 penyakit terbanyak


maka edukasi diserahkan kepada DPJP atau dokter ruangan atau subunit
PKRS yang terkait.

3. Apabila pasien dan/ keluarga yang sedang dirawat di ruang rawat inap
membutuhkan informasi yang lebih dalam mengenai perjalanan penyakit,
evaluasi, rencana terapi dan lain-lain, maka perawat dapat meminta bantuan
DPJP/ dokter ruangan atau subunit tim PKRS yang terkait.

4. Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemberian


informasi akan diberikan sesuai dengan poin 1-3 diatas (apabila masih
membutuhkan).
23

5. Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungan dengan Clinical


Pathway adalah dokter ruangan/ DPJP dan informasi pulang pasien dapat
diberikan oleh perawat.

6. Setiap pasien yang di edukasi WAJIB dicatat nama, no rekam medis, DPJP,
diagnose dan kode pamflet pemberian edukasi (bila tersedia) atau ringkasan
poin-poin edukasi secara tertulis apabila tidak terdapat dalam pamphlet yang
tersedia.

7. Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai dengan SPO


pemberian edukasi dan SPO pemberian edukasi kolaboratif.

8. Pemberian edukasi harus dilakukan selambat-lambatnya 1 x 24 jam dari


waktu DPJP mendiagnosis pasien.

9. Apabila ada pertanyaan pasien yang tidak dapat dijawab saat itu juga oleh
DPJP, PPJP, dokter ruangan atau subunit tim PKRS terkait, maka jawaban
standar yang akan diberikan adalah sebagai berikut “Saya belum ada
jawaban mengenai pertanyaan tersebut namun akan saya konfirmasikan
kepada dokter spesialis yang merawat anda dan akan saya sampaikan
jawaban pertanyaan anda secepatnya. Mohon memberikan nomor telepon
yang dapat dihubungi”.

10. Di setiap unit terkait disediakan 1 folder berisi lembar edukasi dari unit yang
bersangkutan, dijag agar tetap tersedia (50 lembar per materi/ bulan).

JALUR PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

5.16 Rawat jalan

1. Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk ke dalam kategori
10 penyakit terbanyak, maka di ruang rawat jalan RSIA Puri bunda,
perawat mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang
dibutuhkan oleh pasien sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian
edukasi kepada pasien yang membutuhkan informasi lebih dari satu
subunit PKRS yaitu customer service, medical informasi, farmasi,
keperawatan, PPI dan gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan
24

informasi dan edukasi yang diberikan kepada pasien baik di rawat inap
maupun di rawat jalan sesuai dengan kondisi penyakitnya dan diberikan
secara holistic. Maka perawat memberikan edukasi sesuai SPO pemberian
edukasi kolaboratif.

2. Apabila pasien datang pada saat jam kerja (Senin-Jumat, pukul 08.00-
17.00) makapasien dapat dijelaskan verbal dan diberikan leaflet edukasi
sesuai dengan penyakitnya oleh subunit terkait.

3. Apabila pasien datang diluar jam kerja seperti tertera diatas, maka pasien
akan mendapatkan informasi tertulis (leaflet) dan verbal oleh perawat unit
terkait.

4. Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait


penyakitnya oleh subunit tertentu, maka pasien diharuskan membuat
perjanjian pada hari kerja berikutnya. Apabila pasien tidak masuk ke dalam
10 penyakit terbanyak maka informasi akan diberikan oleh DPJP terkait/
dokter jaga atau dokter medical information (pada jam kerja).

5. Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosis


ataukonsultasi awal kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi
akan diberikan oleh dokter medical information sesuai dengan SPO
pemberian edukasi.
25

BAB VI

PANDUAN PENGORGANISASIAN TIM PKRS

STRUKTUR ORGANISASI TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

Direktur RSIA Puri Bunda

Ketua Tim PKRS

Sekretaris

Bagian Umum Bidang Penyuluhan Individu Bidang Penyuluhan Kelompok

A. Ketua PKRS

1. Nama jabatan : Ketua

2. Pengertian : seorang professional yang diberi tugas dan wewenang untuk


dapat memimpin dalam menjalankan pelaksanaan kegiatan PKRS RSIA Puri
Bunda.

3. Tanggung jawab : secara administratif dan fungsional bertanggung jawab


seluruhnya terhadap pelaksanaan kegiatan PKRS di RSIA Puri Bunda.

4. Tugas pokok : mengkoordinasikan semua pelaksanaan kegiatan PKRS di


RSIA Puri Bunda.
26

5. Uraian Tugas :

a. Menyusun dan merencanakan pelaksanaan program kerja kegiatan PKRS.

b. Memimpin, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan operasional


kegiatan PKRS secara efektif, efisien dan bermutu.

c. Bertanggung jawab terhadap koordinasi dengan bagian unit kerja terkait.

d. Memberikan pembinaan terhadap anggota PKRS.

e. Membuat daftar inspeksi ke semua unit terkait.

f. Memimpin pertemuan rutin setiap bulan dengan anggota PKRS untuk


membahas dan menginformasikan hal-hal penting yang berkaitan dengan
PKRS.

g. Menghadiri pertemuan manajeman, bila dibutuhkan.

h. Menjalin kerjasama antar unit terkait.

i. Meningkatkan pengetahuan anggota, membuat dan memperbaiki cara kerja


dan pedoman kerja yang aman dan efektif.

6. Wewenang :

a. Memberikan penilaian kinerja anggota PKRS

b. Membuat dan menetapkan program kerja PKRS

7. Hasil Kerja :

a. Daftar tugas untuk anggota PKRS

b. Usulan perencanaan ketenagaan dan fasilitas yang dibutuhkan pada PKRS

c. Program kerja PKRS

d. Bahan materi edukasi

B. Secretariat
27

1. Tanggung jawab : secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepad


ketua PKRS.

2. Tugas pokok : ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan program


PKRS

3. Uraian tugas :

a. Mengatur rapat dan jadwal rapat PKRS

b. Menyiapkan ruang rapat dan perlengkapannya yang diperlukan, termasuk


konsumsi, khususnya bila rapat berlangsung saat waktu makan siang atau sore.

c. Membuat dan menandatangani surat keluar serta melakukan pekerjaan


administrasi termasuk pengarsipannya.

d. Menyusun kesimpulan siding dan notulen rapat.

e. Memberikan pertimbangan atau saran pada perencanaan, pengembangan


program dan fasilitas kegiatan PKRS.

4. Uraian wewenang : meminta informasi dan arahan dari krtua PKRS

5. Hasil kerja : dokumentasi administrasi pelaksanaan kegiatan PKRS

C. Bagian Umum

1. Tanggung jawab : secara administrasi dan fungsional bertanggung jawab kepada


ketua PKRS

2. Tugas pokok : ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan program PKRS

3. Uraian tugas :

a. Mengelola peralatan penyuluhan dan menginventarisasi barang milik PKRS

b. Mempersiapkan sarana perlengkapan kegiatan pelayanan penyuluhan baik


penyuluhan individu maupun kelompok.

c. Merekam dan mendokumentasikan kegiatan penyuluhan baik yang disiarkan


melalui TV, radio maupun kegiatan lain yang dipandang perlu.
28

d. Menyampaikan informasi pelayanan rumah sakit/ berita penyuluhan/ materi


penyuluhan melalui internet/ website ke pelanggan termasuk upload foto yang
diperlukan.

e. Menyimpan hasil dokumentasi.

4. Uraian wewenang : meminta informasi dan arahan kepada ketua PKRS

5. Hasil kerja : dokumentasi kegiatan PKRS

D. Bagian Penyuluhan (Pendidik Individu)

1. Tanggung jawab : secara administrasi dan fungsional bertanggung jawab kepada


Ketua dan Wakil Ketua PKRS dalam pelaksanaan penyuluhan/ pendidikan
individu pada program kerja PKRS

2. Tugas pokok : membantu pelaksanaan semua kegiatan penyuluhan/ pendidikan


individu pada program kerja PKRS.

3. Uraian tugas :

a. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di unit kerja


masing-masing

b. Melaporkan kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di unit kerja masing-


masing

c. Melakukan survey pelaksanaan program kerja di unit kerja masing-masing

d. Mengadakan koordinasi dengan SMF/ instalasi/ unit terkait.

4. Uraian wewenang : berdiri secara mandiri dan aktif untuk memberikan saran dan
masukan mengenai penyuluhan/ pendidikan individu pada program kerja PKRS.

5. Hasil kerja:

a. Identifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan per unit kerja

b. Pelaksanaan program kerja PKRS di msing-masing unit

c. Penerapan pedoman PKRS kebutuhan penyuluhan kesehatan


29

d. Penerapan SPO PKRS kebutuhan penyuluhan kesehatan

e. Laporan evaluasi kerja

E. Bagian Penyuluhan (Pendidik Kelompok)

1. Tanggung jawab : secara administrasi dan fungsional bertanggung jawab kepada


Ketua dan Wakil Ketua PKRS dalam pelaksanaan penyuluhan/ pendidikan
individu pada program kerja PKRS

2. Tugas pokok : membantu pelaksanaan semua kegiatan penyuluhan/ pendidikan


individu pada program kerja PKRS

3. Uraian tugas :

a. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di unit kerja


maing-masing

b. Melaporkan kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di unit kerja masing-


masing

c. Melakukan survey pelaksanaan program kerja di unit kerja masing-masing

d. Mengadakan koordinasi dengan SMF/ instalasi/ unit terkait

4. Uraian wewenang : berdiri secara mandiri dan aktif untuk memberikan saran dan
masukan mengenai penyuluhan/ pendidikan individu pada program kerja PKRS.

5. Hasil kerja :

a. Identifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan per unit kerja

b. Pelaksanaan program kerja PKRS di masing-masing unit

c. Penerapan pedoman PKRS kebutuhan penyuluhan kesehatan

d. Penerapan SPO PKRS kebutuhan penyuluhan kesehatan

e. Laporan evaluasi kerja.


30

BAB VII

POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL TIM PKRS

Anda mungkin juga menyukai