Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Dari segi semantik filsafat berasal dari
bahasa Yunani, philosopia yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan Shopia = pengetahuan, hikmah
(wisdom). Jadi philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran.
Terdapat 3 dasar ilmu, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar ontologi ilmu mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Objek empiris dapat berupa objek material
seperti ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri.
Cara kerja filsafat itu bertolak dari akal (berpikir), sedangkan agama bertolak pada wahyu (pengalaman).
Filsafat membahas sesuatu untuk melihat kebenaran yang diukur (logis atau tidak), sedangkan agama
selalu mengukur kebenaran dari segi logisnya.
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowlede. Dalam
Encyclopedia of Philosophiy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar
(kwonledge is justified true belief). Kebijaksanaan bukan soal teori, tetapi praksis. Maka untuk menjadi
bijaksana tidak harus menjadi alhi pengetahuan, tapi ada atau tidaknya visi intergratif yang
mempersatukan pelagai aspek pengalaman dan pengetahuan menjadi bermakna.
Istilah filsafat dapat ditinjau dalam dua segi, semantik dan praktis. Secara semantik filsafat berasal dari
bahasa Arab yaitu falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani philosophia yang berarti philos = cinta, suka,
dan Sophia = pengetahuan, hikmah. Jadi philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta
kepada kebenaran
Imam Raghib al-Ashfahani mengatakan bahwa ilmu adalah mengetahui sesuatu dengan hakekatnya. Ia
terbagi menjadi dua, pertama mengetahui inti sesuatu itu, kedua menghukum adanya sesuatu pada
sesuatu yang ada atau menafikan sesuatu yang tidak ada, maksudnya mengetahui hubungan sesuatu
dengan sesuatu. Dalam sudut pandang Imam Raghib bahwa ilmu dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
Ilmu Rasional dan Ilmu Dokrinal. Ilmu Rasional adalah ilmu yang didapat dengan akal dan penelitian,
sedangkan Ilmu Dokrinal merupakan ilmu yang didapat dengan memberikan wahyu dan Nabi.
Filsafat oleh para filsuf disebut sebagai induk ilmu. Sebab, dari filsafat lah, ilmu-ilmu modern dan
kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya yaitu
teknologi. Di sisi lain, perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja membuat ilmu semakin jauh dari
induknya, tetapi juga mendorong munculnya arogansi dan bahkan kompertementalisasi yang tidak sehat
antara satu bidang ilmu dengan ilmu yang lain.
Berbicara di seputar manfaat filsafat, paling tidak, dapat disistematisasikan pada beberapa poin berikut :
· SISTEMATIKA FILSAFAT
A. Epistimologi
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu pengetahuan dan logos berarti perkataan, pikiran, atau
ilmu. Kata epistem dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai yang artinya menundukkan,
menempatkan, atau meletakkan. Epistime artinya pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk
menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya.
B. Ontologi
Ontologi membahas realitas sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi membahas realitas atau sesuatu
entitas dengan apa adanya. Pembahasan tentang ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta.
Untuk mendapatkan kebenaran ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui
kebenarannya. Menurut Suriasumantri ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui.
C. Aksiologi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. Aksiologi
merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Aksiologi berasal dari kata Yunani yaitu sesuai atau wajar, sedangkan logos berarti ilmu.
· EMPIRISME
Empirisme berasal dari bahasa Yunani emperisko, artinya pengalaman. Menurut aliran empirisme
manusia memperoleh pengetahuan dari pengalaman. Apabila dikembalikan dalam arti bahasa Yunani
pengalamn ini didapatkan dari pengalaman indrawi, yang bersifat parsial.
Kelemahan EMPIRISME:
1. Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, apakah ia benar-benar kecil? Ternyata tidak.
Keterbatasan inderalah yang menggambarkan seperti itu, dari sini akan terbentuk pengetahuan yang
salah.
2. Indera menipu, pada orang yang sakitmalaria, gula rasanya pahit, udara akan terasa dingin. Ini akan
menimbulkan pengetahuan empiris yang slah juga.
3. Objek yang menipu, contohnay fatamorgana dan ilusi. Jadi objek itu sebenarnya tidak sebagaimana
ia ditangkap oleh indera, ia membohongi indera.
4. Berasal dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini, indera (mata) tidak mampu melihat seekor
kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga tidak dapat memperlihatkan badannya secara
keseluruhan
· KRITISISME
a. Menganggap bahawa obyek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakekat
sesuatu.
Immanuel Kant (1724-1804 M) berusaha menyelesaikan pertikaian antara pandangan rasionalisme dan
empirisme yang bertolak belakang dengan filsafatnya Kritisisme. Menurutnya dalam pengenalan
inderawi selalu sudah ada 2 bentuk apriori, yaitu ruang dan waktu. Keduanya berakar pada struktur
subyek sendiri. Kita hanya mengenal gejala-gejala yang merupakan sintesa anatara hal-hal yang dating
dari luar (aposteriori) dengan bentuk ruang dan waktu (apriori). Melalui filsafatanya, Kant bermaksud
memugar sifat obyektivitas dunia ilmu penegetahuan.
Rasionalisme mementingkan unsure apriori dalam pengenalan, berarti unsure-unsur terlepas dari
segala pengalaman. Sedangkan emprisme menekankan unsure-unsur aposteriori, berarti unsure-unsur
yang berasal dari pengalaman.
Kritik ini sebagai konsekuensi dari “kritik atas rasio murni dan kritik atas rasio praktis” adalah munculnya
dua lapangan tersendiri yaitu lapangan keperluan mutlak di bidang alam dan lapangan kebebasan di
bidang tingkah laku manusia.
1. Pengetahuan rasional dibentuk oleh idea yang tidak dapat dilihat maupun diraba.
2. Banyak diantara manusia yang berpikiran jauh, merasa bahwa mereka menemukan kesukaran yang
besar dalam menerapkan konsep rasional kepada masalah kehidupan yang praktis.
3. Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pegetahuan manusia selama
ini.
a. Pengalaman tidak berhubungan langsung dengan kenyataan obyektif yang sangat ditinggikan oleh
kaum empiris. Kritikus kaum empiris menunjukkan bahwa fakta tidak mempunyai apapun yang bersifat
pasti.
Terdapat suatu anggapan yang luas bahwa ilmu pada dasarnya adalah metode induktif-empiris dalam
memperoleh pengetahuan.