Anda di halaman 1dari 20

Subsektor Televisi & Radio

Industri Kreatif
Dosen: Syahid, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 7
Kelas: S2C

Andre Azhar P 2014 46500514


Dwi Melianingsih 201846500303
Desy Ramadhanty 201846500326
Aisyah Aminni 201846500360
Meyla Rosyia 201846500396
Reza Wildanta 201846579043

Desain Komunikasi Visual


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Indraprasta PGRI
Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada Nabi Muhammad Saw.

Kami Kelompok 7 disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah yang kami susun tentang Subsektor Televisi & Radio sebagai
tugas mata kuliah Industri Kreatif. Dalam makalah ini kami mencoba untuk
menjelaskan tentang apa itu televisi dan radio hingga ke lapangan kerja di bidang
pertelevisian dan penyiaran, serta ingin memberikan gambaran bagaimana usaha
kreatif di bidang Televisi dan Radio melalui hasil wawancara dengan seorang pelaku
usaha kreatif.

Kami Kelompok 7mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Syahid,


M.Pd selaku dosen Industri kreatif, dan semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini. Dan kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-
karya kami selanjutnya.

Jakarta, 1 Juli 2019

Kelompok 7
Daftar Isi

HALAMAN/COVER JUDUL
………………………………….......................................………………i
KATA PENGANTAR
…………………………………….......................................................………… ii
DAFTAR ISI
……………………………………........................................................………………
……. iii
BAB I
PENDAHULUAN ………………..........................................................……………
………..1
 A. Latar Belakang
……………………………..................................................……….…….. 2
 B. Rumusan Masalah
……………………........................................………………............. 2
 C. Batasan Masalah
.......................................................................................................
 C. Tujuan Penulisan
……………………………………….................................................... 3
 D. Manfaat Penulisan
…………………………………....................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN ……………………………………....................................................
....… 4
 A. Pengertian Industri
Kreatif ………………………………....................................….... 4
 B. Pengertian Subsektor Industri Kreatif
(sesuai subsektor yang dibahas)
........................................................................ 6
 C. Data pelaku industri kreatif (sesuai subsektor yang dibahas) ..............12
 G. Contoh Studi Kasus Pelaku Industri Kreatif (disesuaikan subsektor yang
dibahas)
BAB III
PENUTUP ……………………..……………......................................................… 26
 A. Kesimpulan …………………………................................................….. 30
 B. Saran ………………………………….................................................… 31
DAFTAR
PUSTAKA …………………………………………..........................................…. 32
Abstrak
BAB I
Pendahuluan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Radio & Televisi

Penemuan gelombang radio oleh James Maxwell dan Heinrich Hertz


merupakan a
wal perkembangan dunia penyiaran di dunia. Pada awal abad 19, hasil temuan
Maxwell dan Hertz itu dikembangkan oleh Guglielmo Marconi yang bisa
mengirimkan pesan melalui gelombang radio (elektromagnetik) ke tempat yang jauh
dalam waktu seketika dengan bantuan William C. Morse yang menciptakan kode-
kode bunyi yang disebut continues wave. Setelah itu banyak para ahli yang
menemukan dan mengembangkan pemanfaatan gelombang radio seperti Volta,
Oested, Ampere, Ohm, Faraday, Bell dan Henry. Berkat jasa dan pikiran orang-orang
tersebut dunia penyiaran sekarang, khususnya radio, berkembang dengan cukup
pesat.

Pada awal tahun 1890 arconi ia menemukan metode transmisi suara tanpa
bantuan kabel. Dengan menciptakan inovasi-inovasi atas dasar peralatan yang di
ciptakan oleh Heinrich Hertz, Marconi telah berhasil meningkatan jarak pancaran
gelombang elektromagnet dan mengisinya dengan informasi. Sehingga peralatan
transmitter dan receiver ciptaan Marconi tersebut mampu mentransfer informasi dari
satu tempat ke tempat yang lain tanpa kawat. Itulah awal komunikasi radio.

Sejarah radio adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan radio


yang menggunakan gelombang radio. Awalnya sinyal pada siaran radio
ditransmisikan melalui gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi
amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal
seperti ini disebut analog.
Radio Am

Radio AM (modulasi amplitudo) bekerja dengan prinsip memodulasikan


gelombang radio dan gelombang audio. Kedua gelombangg ini sama-sama memiliki
amplitudo yang konstan. Namun proses modulasi ini kemudian mengubah amplitudo
gelombang penghantar (radio) sesuai dengan amplitudo gelombang audio. Saat ini
radio AM tidak terlalu banyak digunakan untuk siaran radio komersial karena kualitas
suara yang buruk.

Radio Fm

Radio FM (modulasi frekuensi) bekerja dengan prinsip yang serupa dengan


radio AM, yaitu dengan memodulasi gelombang radio (penghantar) dengan
gelombang audio. Hanya saja, pada radio
FM proses modulasi ini menyebabkan perubahan pada frekuensi.
Seanjutnya John Logie Baird orang yang pertama kali menemukan televisi. Setelah
gelombang demontrasi radio temuan Gugleilmo Marconi dapat digunakan untuk
membawa sinyal audio, Baird yakin bahwa proses yang sama dapat mengirimkan
sinyal visual dan ia mulai bekerja dan melakukannya pada sebuah desain. Sebuah
perangkat yang disebut nipkow disk, disk scanning diciptakan pada tahun 1884 oleh
ilmuan Paul Nipkow jerman Baird mengambil ide Nipkow satu langkah lebih jauh,
mengembangkan sistem dengan mana sinyal dapat dikirim melalui elektromagnetik
buakn kabel. Pada tahun 1923 ia mulai berusaha mengotak atik mesin untuk
mentransmisi gambar, sekaligus suara tak lama kemudian ia berhasil mengirimkan
citra kasar melewati transmiter tanpa kabe ke pesawat penerima yang berjarak
beberapa meter. Segera setelah itu penemuan Baird menjadi cikal bakal televisi saat
ini

2.2 Perkembangan Radio


Dalam ilmu komunikasi, radio lebih banyak dipahami dan dikaji sebagai
media komunikasi massa (Media massa), berisi pesan yang bersifat terbuka dan
menyentuh khalayak luas (massa). Radio juga bisa disebut dengan media public.
Siaran radio hanya dapat ditangkap oleh telinga, karenanya radio bisa juga disebut
sebagai media dengar atau media auditif (auditive media).
Selain itu radio juga dapat diartikan sebagai siaran atau pengiriman suara atau
bunyi melalui udara. Dalam bahasa inggris radio di kenal dengan Broadcasting
(Broad = Luas) dipahami sebagai penyiaran. Oleh sebab itu segala sesuatu dapat
disiarkan melalui radio, seperti berita, music, puisi, pidato, drama, dan penerangan
yang hanya dapat didengar oleh khalayak, serta dapat menimbulkan efek atau
pengaruh terhadap individu atau masyarakat

2.3 Macam – Macam Radio


 Radio Komunitas

Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola,


diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana
penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas.

Radio komunitas juga sering disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan,
atau radio alternatif. Intinya, radio komunitas adalah "dari, oleh, untuk dan tentang
komunitas".

 Radio Swasta

Radio swasta adalah stasiun siaran radio yang diarahkan kepada segmen pasar
yang disasar

2.4 Perbedaan Radio Komunitas dengan Radio Swasta

Ada sejumlah perbedaan antara radio komunitas dengan radio swasta, yaitu
tata cara pengelolaan dan tujuan pendiriannya. Pengelolaan radio komunitas
memperhatikan aspek keterlibatan warga atau komunitas. Tujuan kegiatan penyiaran
di radio komunitas melayani kebutuhan informasi warganya sehingga keterlibatan
mereka dalam merumuskan program sangat penting.

Hal berbeda terjadi di dunia radio swasta. Lembaga ini berdiri untuk meraih
pendengar sebanyak-banyaknya sehingga aspek rating sangat diperhitungkan sebagai
ukuran gengsi radio. Hidup dan matinya radio swasta terletak pada pemasukan iklan
sehingga seluruh kreativitas diukur dari segmen pasar yang disasar. Singkat kata,
radio komunitas mengutamakan kepentingan dan kebutuhan warga di wilayah tempat
radio tersebut sementara radio swasta diarahkan kepada segmen pasar.

Radio komunitas menyajikan tema-tema yang dibutuhkan warga setempat,


acapkali bahasa yang digunakan oleh penyiar mengikuti dialek lokal dan kebiasaan
berbicara setempat. Hal berbeda banyak radio radio swasta cenderung mengikuti gaya
bicara orang kota (Jakarta) supaya terlihat modern dan gaul.

2.5 Karakteristik Jurnalistik di Media Radio

Perbedaan mendasar antara radio dan media cetak adalah dalam hal cara
penyampaian pesannya. Media cetak lebih menitikberatkan pada penyampaian pesan
melalui cetakan (Visual), sedangkan radio melalui pendengaran (Audio).

1. Sifat Radio Siaran

Sifat radio siaran adalah auditif, untuk didengar. Karena hanya untuk didengar, maka
isi siaran yang sampai ke telinga pendengar hanya sepintas lalu saja.

2. Sifat Pendengar Radio

Pendengar adalah sasaran komunikasi massa media radio. Komunikasi dapat


dikatakan efektif, apabila pendengar terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya,
mengerti, tergerak hatinya dan melakukan kegiatan apa yang diinginkan si pembicara.
2.6 Ciri Bahasa Penyiaran Radio

1, Tidak Mengenal “Kebenaran Reserve”

Berita dalam radio itu harus mengandung kebenaran yang tepat dan akurat. Hal ini
mutlak karena sekali berita itu disiarkan, tidak mungkin diralat. Pendengar mungkin
hanya mendengar ralatnya saja, tanpa pernah mendengar apa yang diralat. Atau
kebalikannya, sehingga berita salah yang diralat dianggap suatu kebenaran.

3 Obyektif

Suatu berita yang obyektif tentunya tidak memihak, tidak cacat, dan tidak diwarnai
maksud-maksud tertentu. Sehingga hendaknya berita dalam diberikan sebagaimana
adanya, tanpa maksud, dan tujuan tertentu.

4 Bersusila

Radio ditujukan kepada semua pendengar dengan tidak memandang status sosialnya.
Hal ini tentu akan membawa imajinasi yang berbeda pada setiap pendengarnya. Oleh
sebab itu, hendaknya kesopanan dalam penuturan perlu dijaga.

 Menurut Onong Uchajana Effendy ciri bahasa radio adalah:


 Menggunakan kata-kata yang sederhana.
 Menggunakan kata-kata yang lazim dipakai masyarakat.
 Menggunakan kata-kata yang sopan.
 Menggunakan susunan kalimat yang rapih.
 Menggunakan susunan kalimat yang logis.
 Bahasanya jelas.
 KISS = Keep It Short & Simple

Media elektronik auditif atau radio siaran, lebih banyak dipengaruhi dimensi verbal,
teknologikal, dan fisikal. Verbal, berhubungan dengan kemampuan menyusun kata,
kalimat, dan paragraf secara efektif dan komunikatif. Teknologikal, berkaitan dengan
teknologi yang memungkinka daya pancar radio dapat ditangkap dengan jelas dan
jernih oleh pesawat radio penerima. Fisikal, erat kaitannya dengan tingkat kesehatan
fisik dan kemampuan pendengaran khalayak dalam menyerap dan mencerna setiap
pesan kata atau kalimat yang disampaikan.

2.7 Karakter Radio.

1. Bersifat Auditif

Dari radio, orang hanya bisa mendengar. Khalayak radio Cuma dapat “suara”. Tidak
ada kata-kata tekstual yang bisa diulang-ulang pembacaannya. Sifat auditif ini
memberi batasan tertentu pada pelaporan radio. Pemberitaan radio mesti langsung,
dan tepat, dipahami pendengar. Orang tidak boleh kalang kabut mencerna apa yang
diucapkan penyiar radio. Apalagi sampai salah menyebut fakta, seperti nama, tempat
dan lain-lain.

Hal ini dikarenakan oleh ketidakmampuan radio untuk mengulang kembali apa yang
sudah diberitakan. Sekali berita itu mengudara maka serentak, seketika, dan langsung
pula menjadi isu atau opini masyarakat. Pada sisi ini pula, reportase radio
memerlukan kapasitas suara yang jelas, jernih, tidak bias.

2. Selintas

Pemberitaan radio punya daya jangkau yang seketika, langsung membekas di benak
khalayak. Dalam kejapan waktu, orang langsung menyimpulkan apa yang terjadi.
Berbagai fakta dan peristiwa yang dilaporkan langsung memberi gambaran apa yang
terjadi. Akibatnya fatal bila terjadi kesalahan. Orang agak kesulitan merubah apa
yang barusan di dengarnya. Pada sisi inilah, pemberitaan atau informasi radio
dikemas dengan gaya keringkasan yang amat pendek, tegas dan menghindari bias.
3. Imajinatif

Faktor imaji ini dibangun dari “suara-suara” yang disampaikan penyiar. Ketika
penyiar menyampaikan sebuah kendaraan telah “nyemplung” ke dalam parit dan
menunggu “derekan” mobil mengangkut ke pinggir jalan, maka bayangan pendengar
dipenuhi oleh banyak gambaran kejadian yang terjadinya. Hal ini menyebabkan
adanya daya pukau lain dari radio. Orang akan lebih terpaku saat mendengar berita
radio.

4. Daya dengar khalayak

Khalayak radio memiliki kendala psikologi sosial dalam menangkap pesan. Para
pendengar mudah jenuh, bosan, dan mencari gelombag radio lain. Jurnalis radio harus
menghindari redundansi dengan meningkatkan lebih banyak informasi yang berguna
bagi khalayaknya. Pesan harus membuat khalayak terfokus pada elemen-elemen
kunci dan materi yang tengah disiarkan dan juga menyertakan konsep-konsep
kompleks, nama-nama tidak familiar, istilah-istilah yang harus dikenali khalayak
seperti yang dikehendaki. Terutama dalam siaran langsung ”live”, bahasa “tutur”
jurnalistik radio, walaupun tanpa teks, tanpa persiapan, muatan informasi harus
dijaga.

Dari sisi persepsi pendengar, jurnalis kerap memperhitungkan siaran kata-kata


informatifnya. Perlunya memperhitungkan tahap ambang batas atau “krisis” perhatian
pendengar. Maka, percakapan yang dibangun lewat pembacaan teks kerap dihindari.

5. Bahasa Berita Radio

Dunia radio adalah dunia siaran. Dunia siaran berbeda dengan dunia media cetak
(Koran, majalah). Dunia radio di antaranya mengenali bahasa siaran sebagai bahasa
percakapan, bukan bahasa teks yang dibaca, tapi bahasa audio yang didengar telinga.
Maka, dibutuhkan keterampilan mengolah bahasa. Bagaimana mengolah bahasa
untuk siaran bagi pendengar radio, bagaimana mengisahkan peristiwa dengan cara
menarik, mengabarkan informasi, dan mengesankan kepada khalayak seolah berada
di tengah peristiwa. Beberapa karakteristik broadcast style yaitu:

· Khalayak hanya mendapatkan satu kesempatan untuk memahami. Siaran berita


radio harus merupakan berita yang mudah dicerna dalam satu kali dengar. Harus bisa
ditangkap secara sambil-lalu.

· Struktur pengisahannya berbeda. Penulisan naskah siaran tidak menggunakan


gaya piramida terbalik. Di bagian akhir (bawah) dari sebuah berita siaran, penyiar
justru menyajikan sesuatu yang paling penting ditangkap khalayak. Isinya berupa
summary statement, inti ringkasan peristiwa.

· Penulis naskah menggunakan nada percakapan. Yang ditulis di dalam naskah


siaran, ialah untuk menceritakan kepada seseorang yang belum tahu persis
kejadiannya dibanding penyiar. Naskah itu harus bisa mengimpresi pendengar, bukan
membuat pendengar minder karena nada sok tahu penyiar. Jadi, harus bisa
mengesankan pendengar tanpa terlihat ingin berkesan.

Supaya terhindar dari kesalahan atau guna mencapai target yang diharapkan,
Maeseneer memberikan beberapa prinsip sebagai pedoman:

 Bahasa Percakapan (it’s spoken)


 Bahasa Langsung (it’s immediate)
 Bahasa antar orang ke orang (it’s person to person)
 Bahasa yang hanya bisa “didengar satu kali” (it’s heard only once).

Penyajian bahasa radio adalah keterampilan untuk memadukan kata-kata dengan


imaji (citra) agar pendengar dapat segera dan tepat membayangkan apa-apa yang
dibicarakan penyiar. Akurasi bahasa yang ringkas, efisien, teratur adalah hal penting
yang ada dalam bahasa “teks” penyiar. Karenanya bahasa radio disusun agar tidak
hambar, tidak usang, namun tetap memperhatikan bahasa yang dikenali
masyarakatnya.

2.8 Format Penyiaran

Berbagai radio memiliki format penyiaran yang berbeda satu sama lainnya. Namun,
umumnya sebagai berikut:

a. Siaran informasi. Format ini dipakai oleh stasiun radio yang memakai
informasi sebagai materi utama siarannya. Informasinya selalu diaktualisasikan,
berdasarkan perkembangan peristiwa yang baru terjadi.

b. Siaran musik-informasi. Format ini menekankan musik sebagai targetnya.


Format siaran radio ini mengisi kebutuhan masyarakat akan hiburan lewat radio.

c. Siaran informasi-musik. Siaran informasinya menyisipkan musik sebagai


selingan, namun informasi sebagai target siarannya.

d. Siaran musik. Format siaran radio ini mencirikan stasiun radio yang
menekankan musik sebagai piranti utamanya.

1.9 Proses Siaran

Ruang lingkup kajian jurnalisme radio, menurut Lozhnikova, meliputi beberapa hal,
yang terdiri dari: materi siaran, tema, masalah, metode kerja jurnalis, bentuk-bentuk
dialog dengan pendengar, serta penerimaan dan cara mempengaruhi pendengar.

Proses kerja jurnalis terbagi menjadi dua tahap, sebelum dan selama siaran. Ada
perbedaan antara persiapan awal siaran dengan pelaksanaan siaran. Persiapan siaran
adalah metode kerja yang telah lama berlaku di kalangan jurnalis radio, tapi
pelaksanaan siaran adalah jenis baru jurnalisme radio modern. Proses ini tergantung
pada teknologi. Pada dasarnya, proses siaran radio adalah sebagai berikut:
4.1 Perekaman suara
4.2 Montase perekamannya
4.3 Bacaan yang bersifat dokumentatif
4.4 Pengukuran terhadap kualitas auditif
4.5 Speech intercourse (penggabungan berbagai suara)
4.6 Pengontrolan.

2.9 Fungsi Radio

· Informasi: yang muncul dalam programa siaran-siaran informasi,


laporan radio, ulasan radio, wawancara radio, dan peliputan radio, serta
korespondensi radio (information radio-correspondence).
· Analitis: yang menyajikan analisis-analisis melalui wawancara-radio,
peliputan radio, korespondensi radio, ulasan-radio, surat-menyurat,
ulasan terhadap surat-surat, percakapan radio (radio-conversation),
komentar radio, diskusi radio, pembicaraan radio, investigasi jurnalistik
radio.
· Dokumentari-artistik: ialah komposisi-radio, sketsa-radio, esai-radio,
dan radio-feuilleton.

2.10 Perkembangan Televisi

Gambar dan kata-kata merupakan hal penting dalam pertelevisian. Televisi


merupakan media massa paling hebat dibanding semua pendahulunya. Televisi tidak
mengenal batas. Televisi adalah fenomena yang muncul dari fenomena gelombang
kemajuan abad ke-20, di dalam penyempurnaan teknologi. Televisi melipatgandakan
efek media dalam menjalankan tugas, memberikan informasi, pendidikan, hiburan
dan bimbingan.
2.11 Macam-Macam Televisi

 Televisi generasi pertama adalah televisi hitam-putih. Di sini sinar pantul


setelah melewati sistem lensa akan terbentuk gambar proyeksi hitam putih.
Dalam perkembangan selanjutnya, sinar pantul setelah melewati sistem lensa,
disalurkan sebuah prisma sehingga terbentuklah tiga warna dasar, yakni
merah, hijau, biru. Inilah yang akan menghasilkan gambar proyeksi berwarna
di layar televisi.
 Televisi geberasi kedua adalah televisi warna. Selanjutnya televisi generasi
ketiga adalah High Definition TV (HDTV). Televisi generasi ketiga inilah
yang menjamin kesempurnaan tontonan. Dengan berbagai kelebihan yang
dimiliki sistem HDTV maka televisi di masa depan akan mampu memberikan
kepuasan lebih kepada masyarakat.

2.12 Program Siaran

Program siaran di Indonesia pada umumnya di produksi oleh stasiun televisi yang
bersangkutan. Di Amerika sebuah stasiun televisi tidak memproduksi sendiri semua
program siarannya. Mereka hanya membeli atau memesan dari production company
yakni kalau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan production house. Cara seperti
ini akan lebih menguntungkan kedua belah pihak. Di Indonesia kecenderungan
televisi swasta sudah mulai mengarah kepada sistem di Amerika. Ini dimulai dari
garapan-garapan sinetron, kuis dan beberapa acara hiburan lainnya. Berbeda dengan
TVRI, stasiun televisi milik pemerintah tersebut memang memiliki latar belakang
sejarah yang spesifik. TVRI harus memproduksi acaranya sendiri sekaligus
menayangkannya.

2.13 Karakteristik Jurnalistik di media Televisi

a. Penampilan Anchor (Penyaji Berita). Anchor , yang memiliki integritas dan


smart , mampu menghipnotis penonton untuk memelototi tayangan berita.
Penampilan anchor, yang santai, bersahabat dan komunikatif mampu membuat
penonton antusias untuk mengikuti tayangan berita.

b. Narasumber. Jika mendengar narasumber langsung menuturkan kesaksiannya


tentang suatu kejadian maka khalayak mendapatkan keouasan tersendiri.

c. Bahasa Jurnalistik Televisi:

· Bahasa Formal dan Bahasa Informal.

· Ragam Bahasa Penyiaran.

2.14 Jenis-Jenis Berita Televisi

 Karya Artistik yang tergolong ke dalam karya artistik adalah: film, sinetron,
pagelaran music, tari, pantomin, lawak, sirkus, teater, acara keagamaan,
variety show, kuis, ilmu pengetahuan dan teknologi, penerangan umum, iklan.
 Karya Jurnalistik
· Berita aktual yang bersifat timeconcern
· Berita nonaktual yang bersifat timeless
· Penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya.
2.15 Studi Kasus Pelaku Industri Kratif
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Daftar Pustaka

https://itha911.wordpress.com/jurnalistik/jurnalistik-media-elektronik-audiovisual-
jurnalistik-televisi/

Rizal. 2014. Jurnalistik media masa.


http://fahmygen.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-jurnalistik-media-cetak.html

http://amarullohhadiyono.blogspot.co.id/2013/05/televisi.html

https://cmufida.wordpress.com/materi-kuliah/sistem-komunkasi-di-indonesia/sistem-
penyiaran-di-indonesia/ diakses tanggal 17 April 2017.

http://dara-maghfirah92.blogspot.co.id/2013/05/sistem-penyiaran-radio.html

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17747/5/Chapter%20I.pdf

http://paknepedro.blogspot.co.id/2011/11/standar-penyiaran-televisi.html

Anda mungkin juga menyukai