Industri Kreatif
Dosen: Syahid, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 7
Kelas: S2C
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada Nabi Muhammad Saw.
Kami Kelompok 7 disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah yang kami susun tentang Subsektor Televisi & Radio sebagai
tugas mata kuliah Industri Kreatif. Dalam makalah ini kami mencoba untuk
menjelaskan tentang apa itu televisi dan radio hingga ke lapangan kerja di bidang
pertelevisian dan penyiaran, serta ingin memberikan gambaran bagaimana usaha
kreatif di bidang Televisi dan Radio melalui hasil wawancara dengan seorang pelaku
usaha kreatif.
Kelompok 7
Daftar Isi
HALAMAN/COVER JUDUL
………………………………….......................................………………i
KATA PENGANTAR
…………………………………….......................................................………… ii
DAFTAR ISI
……………………………………........................................................………………
……. iii
BAB I
PENDAHULUAN ………………..........................................................……………
………..1
A. Latar Belakang
……………………………..................................................……….…….. 2
B. Rumusan Masalah
……………………........................................………………............. 2
C. Batasan Masalah
.......................................................................................................
C. Tujuan Penulisan
……………………………………….................................................... 3
D. Manfaat Penulisan
…………………………………....................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN ……………………………………....................................................
....… 4
A. Pengertian Industri
Kreatif ………………………………....................................….... 4
B. Pengertian Subsektor Industri Kreatif
(sesuai subsektor yang dibahas)
........................................................................ 6
C. Data pelaku industri kreatif (sesuai subsektor yang dibahas) ..............12
G. Contoh Studi Kasus Pelaku Industri Kreatif (disesuaikan subsektor yang
dibahas)
BAB III
PENUTUP ……………………..……………......................................................… 26
A. Kesimpulan …………………………................................................….. 30
B. Saran ………………………………….................................................… 31
DAFTAR
PUSTAKA …………………………………………..........................................…. 32
Abstrak
BAB I
Pendahuluan
BAB II
PEMBAHASAN
Pada awal tahun 1890 arconi ia menemukan metode transmisi suara tanpa
bantuan kabel. Dengan menciptakan inovasi-inovasi atas dasar peralatan yang di
ciptakan oleh Heinrich Hertz, Marconi telah berhasil meningkatan jarak pancaran
gelombang elektromagnet dan mengisinya dengan informasi. Sehingga peralatan
transmitter dan receiver ciptaan Marconi tersebut mampu mentransfer informasi dari
satu tempat ke tempat yang lain tanpa kawat. Itulah awal komunikasi radio.
Radio Fm
Radio komunitas juga sering disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan,
atau radio alternatif. Intinya, radio komunitas adalah "dari, oleh, untuk dan tentang
komunitas".
Radio Swasta
Radio swasta adalah stasiun siaran radio yang diarahkan kepada segmen pasar
yang disasar
Ada sejumlah perbedaan antara radio komunitas dengan radio swasta, yaitu
tata cara pengelolaan dan tujuan pendiriannya. Pengelolaan radio komunitas
memperhatikan aspek keterlibatan warga atau komunitas. Tujuan kegiatan penyiaran
di radio komunitas melayani kebutuhan informasi warganya sehingga keterlibatan
mereka dalam merumuskan program sangat penting.
Hal berbeda terjadi di dunia radio swasta. Lembaga ini berdiri untuk meraih
pendengar sebanyak-banyaknya sehingga aspek rating sangat diperhitungkan sebagai
ukuran gengsi radio. Hidup dan matinya radio swasta terletak pada pemasukan iklan
sehingga seluruh kreativitas diukur dari segmen pasar yang disasar. Singkat kata,
radio komunitas mengutamakan kepentingan dan kebutuhan warga di wilayah tempat
radio tersebut sementara radio swasta diarahkan kepada segmen pasar.
Perbedaan mendasar antara radio dan media cetak adalah dalam hal cara
penyampaian pesannya. Media cetak lebih menitikberatkan pada penyampaian pesan
melalui cetakan (Visual), sedangkan radio melalui pendengaran (Audio).
Sifat radio siaran adalah auditif, untuk didengar. Karena hanya untuk didengar, maka
isi siaran yang sampai ke telinga pendengar hanya sepintas lalu saja.
Berita dalam radio itu harus mengandung kebenaran yang tepat dan akurat. Hal ini
mutlak karena sekali berita itu disiarkan, tidak mungkin diralat. Pendengar mungkin
hanya mendengar ralatnya saja, tanpa pernah mendengar apa yang diralat. Atau
kebalikannya, sehingga berita salah yang diralat dianggap suatu kebenaran.
3 Obyektif
Suatu berita yang obyektif tentunya tidak memihak, tidak cacat, dan tidak diwarnai
maksud-maksud tertentu. Sehingga hendaknya berita dalam diberikan sebagaimana
adanya, tanpa maksud, dan tujuan tertentu.
4 Bersusila
Radio ditujukan kepada semua pendengar dengan tidak memandang status sosialnya.
Hal ini tentu akan membawa imajinasi yang berbeda pada setiap pendengarnya. Oleh
sebab itu, hendaknya kesopanan dalam penuturan perlu dijaga.
Media elektronik auditif atau radio siaran, lebih banyak dipengaruhi dimensi verbal,
teknologikal, dan fisikal. Verbal, berhubungan dengan kemampuan menyusun kata,
kalimat, dan paragraf secara efektif dan komunikatif. Teknologikal, berkaitan dengan
teknologi yang memungkinka daya pancar radio dapat ditangkap dengan jelas dan
jernih oleh pesawat radio penerima. Fisikal, erat kaitannya dengan tingkat kesehatan
fisik dan kemampuan pendengaran khalayak dalam menyerap dan mencerna setiap
pesan kata atau kalimat yang disampaikan.
1. Bersifat Auditif
Dari radio, orang hanya bisa mendengar. Khalayak radio Cuma dapat “suara”. Tidak
ada kata-kata tekstual yang bisa diulang-ulang pembacaannya. Sifat auditif ini
memberi batasan tertentu pada pelaporan radio. Pemberitaan radio mesti langsung,
dan tepat, dipahami pendengar. Orang tidak boleh kalang kabut mencerna apa yang
diucapkan penyiar radio. Apalagi sampai salah menyebut fakta, seperti nama, tempat
dan lain-lain.
Hal ini dikarenakan oleh ketidakmampuan radio untuk mengulang kembali apa yang
sudah diberitakan. Sekali berita itu mengudara maka serentak, seketika, dan langsung
pula menjadi isu atau opini masyarakat. Pada sisi ini pula, reportase radio
memerlukan kapasitas suara yang jelas, jernih, tidak bias.
2. Selintas
Pemberitaan radio punya daya jangkau yang seketika, langsung membekas di benak
khalayak. Dalam kejapan waktu, orang langsung menyimpulkan apa yang terjadi.
Berbagai fakta dan peristiwa yang dilaporkan langsung memberi gambaran apa yang
terjadi. Akibatnya fatal bila terjadi kesalahan. Orang agak kesulitan merubah apa
yang barusan di dengarnya. Pada sisi inilah, pemberitaan atau informasi radio
dikemas dengan gaya keringkasan yang amat pendek, tegas dan menghindari bias.
3. Imajinatif
Faktor imaji ini dibangun dari “suara-suara” yang disampaikan penyiar. Ketika
penyiar menyampaikan sebuah kendaraan telah “nyemplung” ke dalam parit dan
menunggu “derekan” mobil mengangkut ke pinggir jalan, maka bayangan pendengar
dipenuhi oleh banyak gambaran kejadian yang terjadinya. Hal ini menyebabkan
adanya daya pukau lain dari radio. Orang akan lebih terpaku saat mendengar berita
radio.
Khalayak radio memiliki kendala psikologi sosial dalam menangkap pesan. Para
pendengar mudah jenuh, bosan, dan mencari gelombag radio lain. Jurnalis radio harus
menghindari redundansi dengan meningkatkan lebih banyak informasi yang berguna
bagi khalayaknya. Pesan harus membuat khalayak terfokus pada elemen-elemen
kunci dan materi yang tengah disiarkan dan juga menyertakan konsep-konsep
kompleks, nama-nama tidak familiar, istilah-istilah yang harus dikenali khalayak
seperti yang dikehendaki. Terutama dalam siaran langsung ”live”, bahasa “tutur”
jurnalistik radio, walaupun tanpa teks, tanpa persiapan, muatan informasi harus
dijaga.
Dunia radio adalah dunia siaran. Dunia siaran berbeda dengan dunia media cetak
(Koran, majalah). Dunia radio di antaranya mengenali bahasa siaran sebagai bahasa
percakapan, bukan bahasa teks yang dibaca, tapi bahasa audio yang didengar telinga.
Maka, dibutuhkan keterampilan mengolah bahasa. Bagaimana mengolah bahasa
untuk siaran bagi pendengar radio, bagaimana mengisahkan peristiwa dengan cara
menarik, mengabarkan informasi, dan mengesankan kepada khalayak seolah berada
di tengah peristiwa. Beberapa karakteristik broadcast style yaitu:
Supaya terhindar dari kesalahan atau guna mencapai target yang diharapkan,
Maeseneer memberikan beberapa prinsip sebagai pedoman:
Berbagai radio memiliki format penyiaran yang berbeda satu sama lainnya. Namun,
umumnya sebagai berikut:
a. Siaran informasi. Format ini dipakai oleh stasiun radio yang memakai
informasi sebagai materi utama siarannya. Informasinya selalu diaktualisasikan,
berdasarkan perkembangan peristiwa yang baru terjadi.
d. Siaran musik. Format siaran radio ini mencirikan stasiun radio yang
menekankan musik sebagai piranti utamanya.
Ruang lingkup kajian jurnalisme radio, menurut Lozhnikova, meliputi beberapa hal,
yang terdiri dari: materi siaran, tema, masalah, metode kerja jurnalis, bentuk-bentuk
dialog dengan pendengar, serta penerimaan dan cara mempengaruhi pendengar.
Proses kerja jurnalis terbagi menjadi dua tahap, sebelum dan selama siaran. Ada
perbedaan antara persiapan awal siaran dengan pelaksanaan siaran. Persiapan siaran
adalah metode kerja yang telah lama berlaku di kalangan jurnalis radio, tapi
pelaksanaan siaran adalah jenis baru jurnalisme radio modern. Proses ini tergantung
pada teknologi. Pada dasarnya, proses siaran radio adalah sebagai berikut:
4.1 Perekaman suara
4.2 Montase perekamannya
4.3 Bacaan yang bersifat dokumentatif
4.4 Pengukuran terhadap kualitas auditif
4.5 Speech intercourse (penggabungan berbagai suara)
4.6 Pengontrolan.
Program siaran di Indonesia pada umumnya di produksi oleh stasiun televisi yang
bersangkutan. Di Amerika sebuah stasiun televisi tidak memproduksi sendiri semua
program siarannya. Mereka hanya membeli atau memesan dari production company
yakni kalau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan production house. Cara seperti
ini akan lebih menguntungkan kedua belah pihak. Di Indonesia kecenderungan
televisi swasta sudah mulai mengarah kepada sistem di Amerika. Ini dimulai dari
garapan-garapan sinetron, kuis dan beberapa acara hiburan lainnya. Berbeda dengan
TVRI, stasiun televisi milik pemerintah tersebut memang memiliki latar belakang
sejarah yang spesifik. TVRI harus memproduksi acaranya sendiri sekaligus
menayangkannya.
Karya Artistik yang tergolong ke dalam karya artistik adalah: film, sinetron,
pagelaran music, tari, pantomin, lawak, sirkus, teater, acara keagamaan,
variety show, kuis, ilmu pengetahuan dan teknologi, penerangan umum, iklan.
Karya Jurnalistik
· Berita aktual yang bersifat timeconcern
· Berita nonaktual yang bersifat timeless
· Penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya.
2.15 Studi Kasus Pelaku Industri Kratif
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
https://itha911.wordpress.com/jurnalistik/jurnalistik-media-elektronik-audiovisual-
jurnalistik-televisi/
http://amarullohhadiyono.blogspot.co.id/2013/05/televisi.html
https://cmufida.wordpress.com/materi-kuliah/sistem-komunkasi-di-indonesia/sistem-
penyiaran-di-indonesia/ diakses tanggal 17 April 2017.
http://dara-maghfirah92.blogspot.co.id/2013/05/sistem-penyiaran-radio.html
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17747/5/Chapter%20I.pdf
http://paknepedro.blogspot.co.id/2011/11/standar-penyiaran-televisi.html