Anda di halaman 1dari 16

J. Tek. Ling Vol.11 No.3 Hal.

459 - 474 Jakarta, September 2010 ISSN 1441-318X

PEMANFAATAN POTENSI GAS METANA


DI PABRIK KELAPA SAWIT SEI SILAU,
PTPN3, SUMATERA UTARA

Irhan Febijanto*)

*)
Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, Deputi Teknologi Informatika,
Energi dan Mineral- BPPT

Abstract

Water waste in Palm Oil Mill (POM) is not effectively utilized yet. Before waste water
discharge from POM, the waste water is processed by an aerobic treatment in several
ponds to decrease the influence of organic matter. Methane gas generated in the
anaerobic ponds is a Green Gas House giving a contribution to global warming impact.
In Palm Oil Mill of Sei Silau located in North Sumatera, the potential generated methane
gas in two anaerobic ponds has been investigated using measurement of Chemical
Oxygen Demand (COD) of waste water in the sites. Based on the potential generated
methane gas, the reduction of GHG emission is calculated, and the feasibility of the
project as CDM project was evaluated.

Keywords : Pabrik Kelapa Sawit, gas metana, gas rumah kaca, proyek CDM (Clean
Development Mechanism),, COD (Chemical Oxygen Demand)

1. PENDAHULUAN

Industri kelapa sawit di Indonesia waktu tertentu di tiap-tiap pond. Umumnya


merupakan yang terbesar di dunia. Limbah pond terdiri dari cooling pond, anaerobik
dari proses pengolahan buah kelapa sawit pond, aerobik pond dan facultative pond.
menjadi minyak kelapa sawit menghasilkan Pada kolam anaerobik, degradasi
dua macam limbah, limbah padat dan limbah komponen organik pada air limbah diikuti
cair. Limbah padat berupa cangkang dan dengan produksi gas metana. Timbulnya gas
serabut kelapa sawit telah dimanfaatkan metana ini terjadi karena kondisi lingkungan
sebagai bahan bakar di pabrik kelapa pada kolam mendukung bakteri penghasil
sawit semenjak pabrik didirikan untuk gas metana bekerja secara optimum.
menghasilkan listrik dan uap air yang Pada studi ini, dilakukan kajian
digunakan untuk proses di pabrik. Limbah pemanfaatan gas metana yang timbul dari
cair sampai saat ini tidak dimanfaatkan untuk kolam anaerobik di PKS milik PT Perkebunan
kebutuhan lain selain untuk land aplication Nusantara (PTPN) 3. Studi ini dilaksanakan
di perkebunan. untuk menjawab krisis energi dengan
Air limbah hasil pengolahan di memanfaatkan limbah dan penanggulangan
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pada umumnya efek pemanasan global yang disebabkan
diolah melalui cara pond treatment, yang oleh Gas Rumah Kaca (GRK) seperti gas
menyediakan beberapa pond, dimana metana.
limbah mengalami degradasi dalam kurun

Pemanfaatan Potensi Gas,... J.Tek. Ling. 11 (3): 459-474 459


1.1. PT Perkebunan Nusantara 3 tahun 1996 ketiga perseroan tersebut
digabung dan diberi nama PT Perkebunan
PT Perkebunan Nusantara 3 merupakan Nusantara III (Persero) dengan kantor pusat
salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara di Medan, Sumatera Utara.
(BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam PTPN 3 ini memiliki 10 pabrik kelapa
bidang usaha perkebunan, pengolahan dan sawit (PKS) yang berlokasi memanjang ke
pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan arah selatan dari Medan ke arah propinsi
usaha Perseroan mencakup usaha budidaya Riau, seperti ditunjukkan di gambar 1.
dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan Nama ke 10 PKS tersebut ditunjukkan di
karet. Produk utama Perseroan adalah tabel di bawah, dimana dari 10 tersebut
Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) 6 PKS berkapasitas 60 ton/jam, sisanya
dan produk hilir karet berkapasitas 30 ton/jam.
 Tabel 1 Pabrik Kelapa Sawit PTPN 3
No Nama PKS Lokasi t /jam
Sei Rampah, Deli
1 Rambutan 30
Serdang
Kota Pinang,
2 Aek Torop 60
Labuhan Batu
Aek Bilah Hilir, Labuhan
3 60
Nabara Batu
Kota Pinang,
4 Sisumut 30
Labuhan Batu
Kota Pinang,
5 Aek Raso 30
Labuhan Batu
Kota Pinang,
6 Sei Daun 60
Labuhan Batu
Kota Pinang,
7 Torganda 60
Labuhan Batu
8 Sei Silau Buntu Pane, Asahan 60
9 Sei Meranti Labuhan Batu 60
10 Sei Bruhur Labuhan Batu 30
Gambar 1 Lokasi PKS
1.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

PTPN 3 berasal dari perkebunan milik Gambar 1 menunjukkan lokasi


Belanda yang pada 1958 diambil alih oleh keseluruhan pabrik kelapa sawit dan
Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun perkebunan milik PTPN 3. Area lokasi
1974 bentuk perusahaan berubah status terletak bagian Timur propinsi Sumatera
menjadi PT Perkebunan (Persero). Pada Utara, memanjang dari bagian utara kota
tahun 1994, untuk meningkatkan efisiensi Medan, memanjang ke arah Selatan sampai
dan efektifitas dilakukan penggabungan perbatasan propinsi Sumatera Utara dan
antara 3 (tiga) BUMN Perkebunan yang Riau. (kota Medan) sebelah timur propinsi
terdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PT Sumatera Utara ke arah selatan sampai
Perkebunan IV (Persero), PT Perkebunan propinsi Riau.
V (Persero) disatukan pengelolaannya Dari 10 PKS milik PTPN 3, dalam studi
ke dalam manajemen PT Perkebunan ini dipilih PKS berkapasitas 60 t/jam dengan
Nusantara III (Persero).   Selanjutnya pada operasional konstan. Diantara PKS tersebut

460 Febijanto I, 2010


PKS Sei Silau memiliki jumlah pengolahan 40-50%, dan air dari claybat/hydroclone
TBS terbesar diantara PKS lain berkapasitas sekitar 9-11% 1).
60t/jam. Limbah cair yang dihasilkan dari pabrik
pengolahan minyak kelapa sawit (PKS)
1.3 Kondisi Kolam Limbah di PKS dapat memberikan dampak negatif bagi
pada umumnya lingkungan karena memiliki kandungan BOD
(Biochemical Oxygen Demand) dan COD
Gambar 2 menunjukkan kondisi umum (Chemical Oxygen Demand) yang sangat
kolam limbah di PKS Sei Silau. Nampak di tinggi.  Tanpa proses degradasi limbah
gambar sebelah kanan adalah kondisi kolam cair ini berpotensi mencemari lingkungan
pada pagi hari, dimana minyak kotor (miko) dan menimbulkan bau. Untuk itu sebelum
pada kolam anaerobik menggumpal, di dialirkan ke lingkungan sekitar, kadar
sebelah kanan adalah kondisi limbah pada BOD dan COD limbah cair tersebut harus
siang hari. diturunkan sesuai dengan baku mutu.
Kolam limbah ini mempunyai luas rata
rata 50m2 lebih dan kedalaman lebih dari
2 m. Pendangkalan kolam terjadi dengan
cepat, karena padatan dialirkan ke kolam
bersamaan dengan air limbah. Pembersihan
lumpur/sekam tidak secara periodik dilakukan
oleh PKS, hal ini mempercepat pendangkalan
kolam. Pada saat dilakukan pembersihan
karena kendala biaya, biasanya sekam
hanya ditumpuk begitu saja di pinggir Gambar 2 Minyak yang mengental (seb. kiri)
kolam. dan kondisi kolam limbah pada
Secara kasat mata, dari permukaan umumnya (seb kanan)
kolam pengolahan limbah nampak gelembung-
gelembung yang timbul diakibatkan adanya Air limbah digunakan untuk Land
gas metana. Gas metana ini bisa terbakar Aplication maka sesuai dengan aturan
jika terkumpul dalam jumlah yang banyak KEPMENLH/28/2003 2) , tidak lebih dari
di atas permukaan. 5.000 mg/ltr. Dengan nilai BOD ini, limbah
Pada PKS Sei Silau, air limbah dipakai cair dianggap masih mempunyai nutrisi
untuk pupuk di kebun dengan mengalirkan yang cukup sebagai pupuk cair. Air
melalui pipa air limbah ke kebun sejauh 3 limbah yang dibuang ke sungai, sesuai
km. Konsentrasi BOD dijaga agar tidak lebih KEPMENLH/28/2003, nilai BOD harus
rendah dari 5000 mg/l. Sebagian air dari dibawah 150 mg/ltr2).
kolam terakhir dikembalikan lagi ke kolam Penurunan suhu air limbah dilakukan
anaerobik 1 dan 2 secara bersamaan melalui dengan menggunakan cooling pond/cooling
pipa pararel. Air disirkulasikan dengan 2 unit tower, setelah itu air limbah dialirkan ke
pompa berkapasitas 30 m3/jam. kolam anaerobik.
Sirkulasi air dari kolam aerobik ke
1.4 Limbah Cair kolam anaerobik dilakukan dengan tujuan
menurunkan suhu kolam, agar sesuai
Limbah cair dari pabrik kelapa sawit untuk suhu lingkungan bakteri pembusuk,
disebut juga POME, Palm Oil Mill Effluent. dan untuk menambah kuantitas bakteri dari
Limbah air ini berasal dari air kondensasi kolam anaerobik. Umumnya untuk sirkulasi
proses sterilisasi sekitar 15-20%, air air limbah digunakan 2 unit pompa dengan
proses klarifikasi & sentrifugasi sekitar kapasitas 30-40 m3/jam.

Pemanfaatan Potensi Gas,... J.Tek. Ling. 11 (3): 459-474 461


Pada PKS Sei Silau, air limbah setelah omelianskii. Metabolisme anaerobik selulosa
melalui outlet PKS, dialirkan ke deoiling tank, melibatkan reaksi komplek dan prosesnya
lalu ke cooling pond. Pada cooling pond ini, lebih sulit daripada reaksi anaerobik bahan-
dilakukan pengambilan minyak dengan drum bahan organik lain seperti karbohidrat,
penjilat. Minyak yang diambil dikembalikan protein dan lemak3).
lagi ke pabrik untuk diolah menjadi CPO Fase yang penting dalam pembentukan
(Crude Palm Oil). Setelah itu air limbah gas metana adalah fase metanogenesis, pada
dialirkan ke kedua kolam anaerobik secara fase ini bakteria acetoclastic methanogenic
pararel, dan setelah melalui kolam aerobik, mengkonversi senyawa alkohol, asetat,
air limbah digunakan untuk Land Aplication, hidrogen (H 2) dan karbodioksida (CO 2)
dengan mengalirkan dengan pipa sejauh 3 menjadi mentana (CH4)4).
km ke perkebunan. Sirkulasi air dari kolam Pada umumnya biogas terdiri atas gas
aerobik ke anaerobik menggunakan 2 unit metana (CH4) 50% sampai 70%, gas karbon
pompa dengan kapasitas 30 m3/jam. Luasan dioksida (CO2) 30% sampai 40%. Hidrogen
area kolam adalah panjang : 67,5m, lebar : (H2) 5% sampai 10 % dan gas-gas lainnya
40,0m dan kedalaman: 5,0 m. dalam jumlah yang sedikit 5,6).
Biogas memiliki berat kurang lebih 20%
1.5 Proses Pembentukan Biogas lebih ringan dibandingkan udara dan bersuhu
pembakaran antara 650 sampai 750 oC.
Biogas adalah campuran gas yang Biogas tidak berbatu dan berwarna, dan
dihasilkan dari proses degradasi zat-zat apabila dibakar akan menghasilkan nyala api
organik yang terkandung di dalam air limbah biru cerah seperti gas LPG. Nilai kalor gas
hasil proses ektraksi tandan kosong menjadi metana adalah 20 MJ/m3 dengan efisiensi
minyak kelapa sawit. pembakaran 60% pada konvensional
Proses degradasi yang terjadi dalam kompor biogas5).
kondisi anaerobik ini, dapat dibagi menjadi
beberapa fase, yaitu hidrolisis, asetogenesis, 1.6 Bakteri Metanogenik
dan metanogenesis. Pada tahap hidrolisis
terjadi dekomposisi bahan biomassa Bakteri Metanogenik atau metanogen
kompleks menjadi glukosa sederhana adalah bakteri yang terdapat pada bahan
memakai enzim yang dihasilkan oleh bahan organik dan menghasilkan metan
mikroorganisme sebagai katalis. Hasil dan gas gas lainnya dalam proses
penting tahap pertama ini adalah bahwa keseluruhan hidupnya pada keadaan
biomassa menjadi dapat larut ke dalam air anaerobik. Organisme hidup ini mempunyai
dan mempunyai bentuk kimia lebih sederhan kecenderungan untuk menyukai kondisi
yang lebih sesuai untuk tahap berikutnya. tertentu dan peka pada iklim mikro dalam
Di langkah kedua terjadi dehidrogenasi pencerna. Terdapat banyak spesises dari
(pengambilan atom hidrogen dari bahan hemanogen dan variasi sifat-sifatnya. Variasi
biomassa) yaitu perubahan glukosa jadi sifat-sifat biokimia ini menyebabkan produksi
asam asetat, karboksilasi (pengambilan biogas juga bervariasi7).
grup karboksil) asam amino, memecah Bakteri metanogenik dibandingkan
asam lemak ranti panjang jadi asam ranti dengan bakteri-bakteri pembentuk asam
pendek dan menghasilkan asam asetat lainnya berkembang lambat dan sensitif
sebagai produk akhir. Tahap ketiga adalah terhadap perubahan mendadak pada kondisi
pembentukan biogas dari asam asetat lewat kondisi fisik dan kimiawi. Sebagai contoh,
fermentasi oleh bakter metanogenik. Salah penurunan 2oC secara mendadak pada slurry
satu bakteri metanogenik yang banyak mungkin secara signifikan berpengaruh pada
didapat di lumpur adalah methanobachillus pertumbuhannya dan laju produksi gas8).

462 Febijanto I, 2010


Pembentukan gas ini dapat terjadi diantara c. SNI 06-6989.15-2004 - refluks terbuka
suhu 4-60oC, dan dalam suhu konstan. Pada secara titrimetri
suhu optimum bakteri akan menghasilkan d. SNI 06-6989.2-2004- refluks terbuka
enzim lebih banyak. secara spektrofotometri
Bakteri penghasil metana/bakteri
metanogenik ini juga sensitih terhadap Pengukuran COD dari kolam limbah
perubahan pH. Perubahan Aktivitas PKS Sei Silau dilaksanakan di laboratorium
metanogenik ini berubah menjadi aktif pada Suconfindo yang menggunakan cara SNI
pH antara 7 - 89), sedangkan pH optimum 06-6989.2-2004 - refluks terbuka secara
untuk jenis bakteri ini adalah 6,4-7,4 10). spektrofotometri
Proses anaerobik pada pengolahan air
limbah kelapa sawit untuk menghasilkan gas 1.8 Pemanfaatan Sebagai
metana, terdiri daru dua tahap, yaitu tahap Sumberdaya Energi
pembentukan asam dan tahal pembentukan
metana. Dimana pengaturan pH sangat Pemanfaatan gas metana sebagai
penting pada proses awal. pH pada kondisi energi pada dasarnya belum banyak
awal 7, akan memberikan peningkatan laju diimplementasikan. Selain kendala investasi
produksi biogas lebih baik dibandingkan juga kendala teknologi menjadi kendala yang
dengan konsis pH yang lain11). umum.
Gas metana yang berasal dari kolam
1.7 Pengambilan Sample Air Limbah dan dapat diinjeksikan kedalam biogas engine
Analisa COD atau ke dalam boiler sebagai bahan bakar
pengganti dari fiber maupun cangkang.
Pengambilan sample air limbah untuk Pemanfaatan gas metana dari kolam limbah
analisa COD (Chemical Oxygen Demand) di PKS belum banyak dilakukan di Indonesia,
dilakukan di inlet dan outlet kolam anaerobik. tetapi sudah banyak diimplementasikan di
Analisa COD dilakukan untuk memprediksi Malaysia, sebagai proyek CDM 14).
jumlah gas metana yang dihasilkan dari hasil
pemrosesan dekomposisi zat organik pada 1.9 Pengurangan Emisi
kolam anaerobik. Gas Rumah Kaca
Korelasi linier dari penurunan COD
dengan peningkatan gas metana yang Pemanfaatan gas metana di kolam
dihasilkan di kolam anaerobik telah limbah baik itu sebagai energi atau pun
ditunjukkan dengan jelas oleh penelitian dibakar saja, dapat dimasukkan sebagai
sebelumnya (12). usaha untuk mengurangi efek GRK.
Metoda standar penentuan kebutuhan Pengurangan emisi terjadi ketika
oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen gas metana dibakar, dan diubah menjadi
Demand (COD) yang digunakan saat ini karbondioksida, CO2. Gas CO2 termasuk
adalah metoda yang menggunakan oksidator GRK, akan tetapi mempunyai daya rusak
luas, Kaliom bikormat, CaCr2, asam sufat 1/21 lebih kecil dari CH4. Sehingga konversi
pekat dan perak sulfa sebagai katalis. CH 4 ke CO 2 merupakan pengurangan
Sedangkan metodologi pegukurannya dampak emisi.
terdiri dari seperti di bawah ini 13), yaitu : Teknologi penangkapan gas metana
dari kolam limbah PKS, untuk dimanfaatkan
a. SNI 6989.2:2009 - refluks tertutup sebagai energi maupun dibakar saja,
secara spektrofotometri secara teoritis bukan merupakan hal baru.
b. SNI 6989.73:2009 - refluks tertutup Hanya karena membutuhkan biaya yang
secara titimetri besar, teknologi tersebut tidak banyak

Pemanfaatan Potensi Gas,... J.Tek. Ling. 11 (3): 459-474 463


diimplementasikan, karena membutuhkan pelaksanaan di negaranya sendiri.
biaya yang besar, dan dapat menjadi beban Program CDM sendiri mempunyai
bagi perusahaan. prosedur yang sudah ditentukan oleh
Dengan adanya mekanisme CDM UNFCCC (United Frameworks for Convention
yang memberikan insentif terhadap proyek- Climate Change). Prosedur tersebut harus
proyek yang mengurangi emisi Gas Rumah dilakukan agar suatu proyek dapat diakui
Kaca (GRK), aplikasi teknologi ini mulai secara resmi oleh UNFCCC, selaku badan
dikembangkan. yang memberikan sertifikat terhadap sebuah
proyek CDM. Prosedur tersebut ditunjukkan
1.10 Mekanisme Clean Development dalam gambar 4.
Mechanism (CDM) Tiap langkah yang dilakukan dalam
proses administrasi CDM, dapat memakan
Mekanisme Clean Development waktu lebih dari satu tahun. Intinya perlu
Mechanism (CDM) adalah suatu mekanisme dilakukan klarifikasi terhadap pelaksanaan
yang merupakan komitmen dunia international proyek CDM apakah pengurangan CO2 terjadi
untuk mengurangi Green House Gas (GHG), dengan pasti, dan klarifikasi methodologi
seperti gas CO2, N2O, CH4, dsb. GHG ini perhitungan bisa dipertanggungjawabkan.
merupakan penyebab dari pemanasan Pemanfaatan mekanisme CDM, dapat
global. mengurangi resiko ketidaklayakan secara
Melalui mekanisme CDM, negara maju ekonomis suatu proyek yang memakai energi
(yang tergabung dalam ANNEX I) bersama terbarukan. Pemasukan dari penjualan kredit
negara-negara berkembang untuk bekerja karbon dapat menjadi pemasukan tambahan
sama mengurangi emisi gas rumah kaca. selain pemasukan dari penjualan listrik. Rata
Keuntungan program CDM bagi negara rata hasil dari penjualan kredit karbon ini
berkembang antara lain adalah : dapat menambah nilai IRR sebanyak 1-2%
dan dapat meningkatkan gross keuntungan
a. Adanya aliran investasi asing, yang sebesar 10-20%
dapat membantu kelancaran finansial
Project Participant
proyek. Project Design 1
(PP)
l Provision of Draft Project Design Document

b. Keikutsertaan investor asing dalam


Designated Operating Check of Draft Project Design Document
proyek dapat memperkecil resiko bagi Pre-validation l

Entity (DOE)

pengembang lokal. l Application for Approval by the Countries Concerned

c. Ad a n ya ke mu n g ki n a n tra n sfe r Project Design 2 PP l

l
Submission of Approval in Written form to DOE
Completion of Project Design Document (PDD)
teknologi, yang dapat membantu
Check of Validation Requirement including PDD
perkembangan teknologi lokal. Validation DOE
l

l Invitation of Public Comments

d. Jika pendanaan melalui pinjaman bank l Issuance of Validation Report

asing, biasanya akan mendapatkan Registration Executife Board (EB)


l Review of Validation Report
bunga yang rendah dari biasa. l Registration of CDM Project Activity

Implementation of the Project and Monitoring


Monitoring PP
l

Dari keuntungan-keuntungan yang l Provision of Monitoring Report

ada, keuntungan mendapatkan finansial l Inspection of Monitoring Process & Result


atau adanya investasi asing merupakan Verification DOE l Provision of Verification Report
l Making Verification Report Publicly Available

hal yang menarik dari program CDM bagi


pengembang lokal. Certification DOE
l

l
Provision of Certification Report
Making Certification Report Publicly Available
Bagi negara maju, program CDM
merupakan cara pengurangan emisi Issuance of CER EB l Decision of CER Issuance
Issuance of CER by CDM Registry Administrator
gas rumah kaca yang dapat dilakukan
l

dengan biaya murah dibandingkan dengan Gambar 3 Proses adminstrasi CDM

464 Febijanto I, 2010


2. METODOLOGI anaerobik 1 dan 2.

2.1. Pemilihan Lokasi

Kapasitas produksi PKS Sei Silau relatif


tinggi dan stabil dibandingkan PKS lain milik
PTPN3, sehingga menjadi pilihan obyek
studi. PKS ini terletak di Kabupaten Asahan,
Sumatera Utara, berlokasi di koordinat, 2°
54' 7,50" Lintang Selatan dan 99° 30' 30,30"
Bujur Timur.

2.2. Rasio Air Limbah

Rasio air limbah untuk tiap ton


Tandan Buah Segar (TBS) yang diproses
berkisar antara 0,55 – 0,65 m3/ton(15). Dari
perbandingan PKS di Malaysia (5 PKS), di
Indonesia (3 PKS) dan di Thailand (1 PKS),
didapatkan rata-rata perbandingan antara
volume limbah cair terhadap 1 ton TBS,
yaitu 54,8%16).
Berdasarkan pertimbangan konservatif, Gambar 4 Pengambilan Sample Air
perbandingan air limbah per satu ton TBS Limbah untuk Pengukuran
pada studi ini diambil 54,8%. COD.

2.3 Pengukuran Kualitas Air 2.4. Potensi Produksi Gas Metana

Pengukuran kualitas air digunakan


parameter COD. Dari selisih nilai COD
air limbah yang sudah diproses dan telah
diproses dapat dihitung jumlah gas metana
yang dihasilkan dari air limbah. Pengukuran
COD ini diakukan di laboratorium Sucofindo,
Medan. Pengambilan sample air untuk
pengukuran COD dilakukan 10 hari berturut-
turut.
Sample diambil di tiap inlet dan outlet
kolam anaerobik. Sample dimasukkan ke
dalam botol plastik (gambar 4) kemudian
dimasukkan ke dalam cooler box untuk
dibawa ke laboratorium. Gambar 5 Lay out kolam limbah PKS Sei
Gambar 5 menunjukkan sistem aliran Silau
air di PKS Sei Silau, dimana dari cooling pond
air dialirkan secara pararel, dan dari kolam Potensi produksi gas metana atau
akhir air disirkulasikan ke kolam anaerobik Baseline emission dari proyek penangkapan
1 dan 2. Pengambilan COD dilaksanakan gas metana pada sistem pengolahan limbah
di inlet dan outlet masing-masing kolam air dapat ditunjukkan dengan persamaan

Pemanfaatan Potensi Gas,... J.Tek. Ling. 11 (3): 459-474 465


pada AMS-III.H (Approved Methodology) menjaga kualitas air yang dikeluarkan ke
(version 13):”Methane recovery in waste areal perkebunan, sehingga dalam proyek
treatment” 17) : ini BEs,treatment,y=0.
Dalam proyek ini, limbah air yang keluar
1) Perhitungan Gas Metana dari kolam an aerobic diolah dengan baik di
kolam aerobic, maka BEww,discharge,y = 0. Dan
Perhitungan potensi gas metana karena lumpur digunakan sebagai pupuk/soil
ditentukan melalui metodologi UNFCCC. application maka BEs,final,y = 0. Dengan kondisi
Nilai parameter untuk COD, didapat dari hasil proyek seperti itu, maka persamaan baseline
rata-rata nilai COD dari pengukuran selama dalam kegiatan proyek ini menjadi,
10 hari berturut turut.
BEy = BEww,treatment,y
BEy (t-CO2-e/yr) = {BEpower,y + BEww,treatment,y +
= Σ Q w w , i , y x C O D r e m o v e d , i , y x
BEs,treatment,y + BEww,discharge,y + BEs,final,y}………. M C F w w, t r e a t m e n t , B L , i x B o , w w x U F B L x
(1) GWPCH4…………………………….(2)

dimana, dimana,
BEy : emisi baseline pada tahun y
(t-CO2)
BEpower,y : emisi baseline dari listrik atau Qww,i,y : Jumlah limbah air (t/m3)
kebutuhan bahan bakar pada
tahun y (t-CO2)
BEww,treatment,y : emisi baseline dari CODremoved,i,y : Nilai COD yang
pengolahan limbah cair terambil/terolah.
(t-CO2)
BEs,treatment,y : emisi baseline dari Koreksi factor gas
pengolahan sludge/lumpur MCFww,treatment,BL,i : metana untuk baseline
pengolahan limbah air,
(t-CO2) 0.8 (kolam an aerobik
BEww,discharge,y : emisi baseline dari dalam)
pembusukan karbon organik
dari hasil pengolahan limbah Bo,ww : Kapasitas produksi gas
metana pada limbah air,
cair yang dibuang ke sungai/
0.21 kg (CH4/kgCOD)
laut(t-CO2)
BEs,final,y : emisi baseline dari Faktor koreksi model
pembusukan an organik UFBL : untuk perhitungan
ketidakpastidak mode,
lumpur (t-CO2)
0.94
Potensi emisi gas
Pada proyek ini, listrik yang dipakai metntana pada sistem
untuk menjalankan proses pengolahan GWPCH4 : pengolahan limbah air
limbah cair menggunakan bahan bakar yang dilengkapi sostem
biomasa (serabut dan cangkang) yang penangkap gas bio, 21
diambil dari limbah pembuatan CPO di pabrik,
sehingga energi listrik yang dihasilkan tidak 2) Emisi Proyek
menghasilkan emisi, maka BEpower,y = 0.
Pengolahan sludge/lumpur pada proyek Emisi proyek yang dihasilkan dari
ini tidak mengalami perubahan dengan kegiatan proyek ini dihitung berdasarkan
adanya proyek ini, dimana lumpur diambil metodologi pada AMS-III.H 17) , dengan
dari kolam an aerobik secara berkala untuk persamaan sebagai berikut :

466 Febijanto I, 2010


PE y = PE power,y +PE ww,treatment,y +PE s,treatment,y + PEpower,y terdiri dari emisi proyek yang
PEww,discharge,y +PEs,final,y+PEfugitive,y+PEbiomass,y+PEfla berasal dari kebutuhan listrik dan konsumsi
ring,y
…….(3) bahan bakar fosil, seperti ditunjukkan dalam
AMS.III.H versi 13. Untuk emisi GRK dari
dimana, konsumsi listrik ditentukan dalam AMS.I.D
versi 15, dan emisi GRK dari konsumsi
emisi proyek pada tahun bahan bakar fosil ditentukan dengan emisi
PEy :
y (t-CO2) factor dari bahan bakar fosil.
emisi proyek dari listrik Pada proyek ini akan dikonsusmi listrik
atau kebutuhan bahan dan konsumsi bahan bakar fosil. Emisi
PEpower,y :
bakar pada tahun y GRK dari kedua konsumsi tersebut dihitung
(t-CO2) seperti di bawah ini.
emisi gas metana dari
sistem pengolahan PEpower,y = PEelectricity,PJ,y + PEfossilfuel,PJ,y…….(4)
limbah air yang
PEww,treatment,y : diakibatkan kegiatan dimana:
proyek dan tidak
dipasang penangkap Emisi CO2 dari konsumsi
gas, pada tahun y (t-CO2) PEelectricity,PJ,y listrik dari aktivitas proyek
emisi gas metana dari pada tahun y (tCO2e/thn)
sistem pengolahan Emisi CO2 dari konsumsi
lumpur yang diakibatkan PEfossilfuel,PJ,y bahan bakar dari aktivitas
PEs,treatment,y : kegiatan proyek proyek tahun y (tCO2e/thn)
dan tidak dipasang
penangkap gas, pada
<PEelectricity,PJ,y>
tahun y (t-CO2)
P E e l e c t r i c i t y, P J , y = E C PJ,y *
emisi proyek dari
EFelectricity,CO2…………(5)
pembusukan karbon
PEww,discharge,y : organik dari hasil
dimana:
pengolahan limbah cair
pada tahun y(t-CO2) Jumlah konsumsi listrik
emisi proyek dari ECPJ,y pada aktivitas proyek tahun
pembusukan an aerobik y (kWh/thn)
PEs,final,y :
dari hasil akhir lumpur Emisi factor CO2 pada
EFelectricity,CO2
pada tahun y (t-CO2) proyek (tCO2e/kWh)
emisi proyek dari biogas
yang terlepas dari sistem
PEfugitive,y : Pada proyek ini tidak terkoneksi dengan
penangkapan pada
jaringan listrik PLN dan listrik yang dihasilkan
tahun y(t-CO2)
berasal dari pembangkit bahan bakar
emisi gas metana dari
penyimpanan biomasa
biomasa dan mesin diesel. saat pembangkit
PEbiomass,y : biomasa tidak beroperasi. Kedua jens
pada kondisi an-aerobik
(t-CO2) pembangkit tersebut milik PKS.
emisi gas metana dari Emisi Faktor CO2 berdasarkan AMS.
ketidaksempurnaan III.H versi 13 dan AMS.I.D versi adalah
PEflaring,y :
pembakaran pada tahun sebagai berikut :
y (t-CO2)
E F e l e c t r i c i t y, C O 2 =
…………………………………………………..

Pemanfaatan Potensi Gas,... J.Tek. Ling. 11 (3): 459-474 467


E Gbiomass, y × E Felectricity, CO2, biomass + E Gfossil, y × E Felectricity, CO2, fossil 1 Total jumlah listrik yang dibutuhkan
x
E Gbiomass, y + E Gfossil, y 1.000 dalam pada proyek ini, ECPJ,y adalah 68MWh/
(6) thn, dengan rincian sebagai berikut :

Dimana: a. Pompa penyalur


1,5 kW/unit x 2 unit/kolam x 2 kolam
= 6,0 kW
Emisi Faktor CO2 di lokasi b. Pompa pengaduk
EFelectricity,CO2
proyek (tCO2e/kWh) 0,4 kW/unit x 2 unit/kolam x 2 kolam
Jumlah listrik yang = 1,6 kW
dibangitkan oleh
EGbiomass,y c. Cerobong untuk flaring system
pembangkit biomasa
pada tahun y (kWh/thn) 0.2kW x 1 unit/site = 0.2kW
Emisi Faktor CO2 dari
pembangkit biomasa To t a l k o n s u m s i l i s t r i k a d a l a h
EFelectricity,CO2,biomass pada tahun y (kgCO2e/ (6.0+1.6+0.2) kW x 24 hours x 365 days =
kWh). Menurut AMS III. H 68,328kWh/thn. Emisi CO2 dari konsumsi
ver 13 nilainya adalah 0. listrik pada proyek PEelectricity,PJ,y adalah sangat
Jumlah listrik yang kecil, yaitu ;
dibangkitkan oleh
EGfossil,y pembangkit bahan bakar PEelectricity,PJ,y = ECPJ,y x EFelectricity,CO2
fosil pada tahun y (kWh/
thn)
= 68,328x0.002 = 0.13 (tCO2e/thn)
Emisi Faktor CO2 dari
pembangkit biomasa
pada tahun y (kgCO2e/ Karena jumlah emisi CO2 pada konsumsi
EFelectricity,CO2,fossil kWh). Berdasarkan AMS listrik di proyek ini sangat kecil dibanding total
I.D ver 15, nilainya adalah emisi CO2 yang dikeluarkan oleh proyek,
0,8 jika kapasitas > 200 maka dapat diabaikan (PEpower,y=0).
kW. PEfossilfuel,PJ,y, adalaIah emisi GRK yang
berasal dari pembakaran ELPIJI untuk
Pada proyek ini EFCO2 sangat kecil mendukkung pembakaran gas pada system
karena listrik yang dikonsumsi sebagain besar flaring. Perhitungannya ditunjukkan pada
dibangkitkan oleh pembangkit bahan bakar persamaan di bawah ini.
biomasa. Jumlah listrik pada tahun 2008
adalah sebagai berikut, 4.278.013 kWh/thn
EF LPG, combust
dibangkitkan oleh pembangkit bahan bakar PE fossilfuel,PJ,y = FC LPG,y x x
E1.000.000
biomasa dan 10.550 kWh/thn oleh pembangkit HVLPG...........................................................................................
LPG, combust
.(7)
bahan bakar fosil (diesel). Sehingga EF dapat 1.000.000
dihitung sebagai berikut : dimana

4,278,013*0+10,550*0.8 Emisi CO2 emission dari


EFelectricity,CO2 =
(4,278,013+10,550)*1,000 PEfossilfuel,PJ,y konsumsi bahan bakar fosil
pada tahun y (tCO2e/thn)
8,440 Konsumsi ELPIJI pada tahun
= FCLPG,y
4,288,563*1,000 y (tLPG/thn)
Emisi factor CO2 dari
EFLPG,combust pembakaran gas ELPIJI
= 0.000002(tCO2/MWh) (kgCO2/TJ)
HVLPG Nilai kalor gas ELPIJI

468 Febijanto I, 2010


Proses pengolahan limbah cair secara Potensi gas metana yang dihasilkan
an aerobik pada aktivitas proyek ini adalah dari limbah cair dari kolam an aerobik
sama dengan kondisi sebelum proyek dinyatakan dalam persamaan di bawah ini,
(baseline), sehingga kualitas air yang diolah/
nilai COD (Chemical Oxygen Demand) limbah MEP ww,treatment,y = Q ww,y x B o,ww x UF PJ
air setelah melewati kolam an aerobik pada x ΣCOD removed,PJ,k,y x MCF ww,treatment,PJ,k ………
saat sebelum proyek dan sebelum proyek .............................….(12)
adalah sama, maka dalam perhitungan ini
dapat dianggap PEww,discharge,y=0. dimana,
Lumpur/sludge dari kolam an aerobik Qww,y : Jumlah limbah air (t/m3)
diambil secara periodik untuk menjaga
Kapasitas produksi gas
kulitas proses pengolahan air dan mencegah Bo,ww : metana pada limbah air,
pendangkalan kolam. Lumpur diambil dari 0.21 kg (CH4/kgCOD)
kolam, dikeringkan dengan sinar matahari Faktor koreksi model
dan kemudian dibuang ke lahan perkebunan untuk perhitungan
UFPJ :
terdekat sebagai pupuk, sehingga PEs,final,y=0. ketidakpastidak model,
Dengan tidak adanya pengolahan lumpur 1.06
maka pada emisi pada kegiatan tersebut CODremoved,PJ,k,y
Jumlah COD yang terambil/
tidak ada, dan tidak ada nilai PEs,treatment,y. terolah.
Karena tidak ada biomasa yang disimpan 0.8 (kolam anaerobic
MCFww,treatment,PJ,k
dibawah kondisi an-aerobik, maka tidak ada dalam)
nilai PEbiomass,y.
Dengan kondisi aktivitas proyek seperti PEflaring,y = ΣTMRG,h x (1-0.9) x GWPCH4
di atas maka persamaan (4) menjadi, /1000………………………………...(13)

PE y = PE ww,treatment,y + PE fugitive,y + PE flaring,y dimana jumlah massa gas metana yang


.……………………………………………(8) mengalir pada aliran gas bio pada fasilitas
pembakaran/flaring dianggap sama dengan
PEfugitive,y = PEfugitive,ww,y + PEfugitive,s,y………(9) jumlah massa gas metana yang dihasilkan
kolam an aerobik setelah dikurangi jumlah
karena pada proyek ini tidak ada sistem gas metana yang terlepas pada dari sistem
pengolahan sludge, maka, nilai PEfugitive,s,y penangkapan gas,
tidak ada, sehingga,
ΣTMRG,h x GWPCH4/1000 ≒ (MEPww,treatment,y
PEfugitive,y = PEfugitive,ww,y……………………(10) x GWPCH4) - PEfugitive,ww,y………...………………………….
(14)
PEfugitive,ww,y = (1-CFEww) x MEPww,treatment,y x GWPCH4
.(11) Jumlah massa gas metana
……………………………………………………………………
ΣTMRG,h : pada aliran gas bio buang
(kg/h)
dimana,
Efisiensi pengkapan dari
fasilitas penangkapan gas Sehingga persamaan (13) dapat
CFEww : dirubah menjadi persamaan di bawah ini,
pada sitem pengolahan limbah,
0.9
Potensi emisi gas metntana PEflaring,y=(MEPww,treatment,yxGWPCH4) Efugiti
pada sistem pengolahan
GWPCH4 : ve,ww,y……………………………………………………………………………………
limbah air yang dilengkapi (15)
……..
sistem penangkap gas bio, 21

Pemanfaatan Potensi Gas,... J.Tek. Ling. 11 (3): 459-474 469


3) Kebocoran/Leakage Tabel 2 Parameter Keekonomian
INVESTASI BIAYA
Pada proyek ini, instalasi sistem
flaring system+ methane gas
penangkapan dan pembakaran gas metana 836.000 USD
capture+ CDM procedure
merupakan sistem/peralatan yang baru
O&M BIAYA
sehingga, kebocoran/leakage dianggap nol,
LE=0. Flaring system 59.000 USD
Verifikasi (proyek CDM) 30.000 USD
4) Pengurangan Emisi
(Emission Reduction) dengan rasio air limbah per ton TBS adalah
54,8%16), maka jumlah air limbah pada tahun
Pengurangan emisi dari skenario itu adalah 145.927 ton. Air sirkulasi dihitung
proyek ini adalah sebagai berikut dari kapasitas pompa dalam setahun adalah
356.882 ton. Sehingga total debit air limbah
ERy,ex ante= BEy,ex ante + BEy, electricity – (PEy,ex ante + yang masuk ke dalam kolam adalah 502.809
LEy,ex ante).…………………………………(16) ton.

persamaan (16) dapat dirubah 3.2 Hasil Pengukuran COD


menjadi,
Hasil pengukuran COD dan pH
ER y,ex ante
= BE ww,treatment,y + BE y, electricity
– selama 10 hari berturut-turut, dengan lokasi
(PEww,treatment,y + PEfugitive,y + PEflaring,y).………...(17) pengukuran pada tanda bulat di kedua inlet
pada kolam an-aerobik 1 dan 2 (gambar 8),
2.5 Keekonomian Proyek ditunjukkan pada tabel 3 dan 4. Air limbah
pada PKS Sei Silau ini dialirkan ke kolam
Diasumikan untuk proyek CDM anaerobik secara pararel.
diskenariokan bekerjasama dengan pihak Dari hasil pengukuran COD seperti
pembeli, dimana biaya pengurusan administrasi yang ditunjukkan dalam tabel 1 dan 2, COD
ditanggung oleh pihak pembeli. Pemilik yang menuju ke kolam anaerobik 1 lebih
dari lahan dan limbah cair , PKS Sei Silau tinggi dibandingkan yang menuju ke kolam
tidak mengeluarkan biaya untuk investasi, anaerobik 2.
berkewajiban hanya menyediakan limbah dan Dari nilai rata-rata data COD selama
lahan untuk proyek ini saja. Harga CER (Credit 10 hari, di kedua inlet kolam anerobik 1 dan
Emission Reduction) diasumsikan 12.13EURO/ 2 diambil rata-ratanya dengan hitungan
t-CO2 (18) atau 27,52 USD/t-CO2 . sebagai berikut. .
Nilai investasi untuk flaring gas system
= 27.576,1 + 13,590,4 8,566,9 + 2,771,5
berikut covering sheet untuk dua kolam +
anaerobic seluas masing masing 67.5 x 2 2
40 m2, dan biaya operasional meliputi = 20.583.3 – 5.669,2 = 14.914,1 mg/ltr
maintenance alat, gaji pegawai dan biaya
= 0,01491 ton/m3
verifikasi tiap tahun diasumsikan di table 2.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Rentang reduksi COD di kolam


anaerobik 1 dan 2, selama 10 hari berturut-
3.1 Pengukuran Air Limbah turut berkisar antara 46,1%-85,3%, dan
rata-rata reduksi COD pada kolam 1 dan 2,
Pada PKS Sei Silau, total jumlah TBS masing-masing adalah 68,9% dan 79,6%.
olah pada tahun 2008 adalah 270.235 ton, Total reduksi rata-rata untuk kedua

470 Febijanto I, 2010


kolam anaerobik tersebut adalah 72,5%. terjadinya waktu tinggal air limbah menjadi
Reduksi ini masih relatif rendah dibandingkan lebih pendek, sehingga mengurangi waktu
hasil pengukuran yang dilakukan Hayashi, dekomposisi zat organik.
dimana kolam anaerobik dapat mengurangi Nilai COD di saluran input kolam
COD sebesar 97.8%16). anaerobik, nilainya relatif rendah
dibandingkan dengan beberapa referensi
Tabel 3 Data COD dan pH dari kolam 1 yang ada. Pengukuran COD untuk proyek
CDM di PKS Perlabian, Sumatera Utara
hari COD inlet pH inlet COD outlet pH outlet menunjukkan angka 0.076950 ton/m3 19), dan
1 30,078.7 5.20 7,963.2 6.67 0,055410 ton/m3 dan 0,07256 ton/m3pada
2 28,788.5 5.31 8,265.6 7.29 proyek CDM yang lain di PKS Ulu Kanchong,
3 30,401.3 5.78 7,096.3 6.63
Malaysia20), dan Sabah15).
Dari suatu penelitian terkait nilai COD
4 29,111.0 5.58 7,660.8 7.27
dari 30 PKS di Indonesia dan 40 PKS di
5 29,917.4 5.69 8,426.9 7.50 Malaysia, ditunjukkan bahwa rata rata
6 23,887.7 5.22 10,420.8 7.96 COD di Indonesia berkisar dari 15.300-
7 25,971.8 5.33 8,697.4 7.90 65.100 mg/l, dengan rata rata 34.720 mg/l,
8 26,282.9 4.89 7,659.4 7.14 sebagai perbandingan di Malaysia berkisar
9 20,139.8 5.23 10,847.5 7.17
antara 15.500-106.360 mg/l, dengan rata-
rata 53.630 mg/l. Target pengukuran COD
10 31,181.8 5.21 8,631.4 7.18
ini hanya dikhususkan pada PKS yang
menggunakan Centrigue Waste, dimana
Tabel 4 Data COD dan pH dari kolam 2 kondisi ini sama dengan kondisi PKS Sei
hari COD inlet pH inlet COD outlet pH outlet Silau yang tidak memiliki sistem pemisahan
1 19,595.5 5.66 2,882.9 7.07 antara limbah padat dan cair.1). Dari data
2 13,950.7 5.61 2,741.8 7.20 tersebut di atas, nilai COD di PKS Indonesia,
3 10,765.4 5.78 2,943.4 7.81
rata -rata lebih rendah 35,2% dibandingkan
Malaysia
4 17,982.7 5.91 2,802.2 7.71
Dari hasil pengukuran di studi ini, nilai
5 14,878.1 5.93 2,741.8 7.83
COD rata rata dari kedua anaerobik pond
6 7,855.7 6.72 2,785.6 7.27 adalah 20.582 mg/l, dengan rasio reduksi
7 8,497.0 6.87 2,885.8 7.44 COD rata-rata adalah 72,5%.
8 18,973.4 6.22 2,954.9 7.05 Rendahnya nilai COD pada pengukuran
9 7,309.4 6.14 2,546.6 6.94
di studi ini, didukung dengan nilai pH
pada inlet kolam anaerobik yang berada
10 16,096.3 6.32 2,430.0 6.96
di bawah pH=7. pH pada inlet di kolam
anaerobik 1 dan 2 rata-rata adalah 5,34
Rendahnya rasio reduksi COD dari inlet dan 6,12. Dimana dalam kondisi pH ini
dan outlet kolam anaerobik, kemungkinan proses bakteria metnogenik tidak optimum.
terjadi dikarenakan kolam anaerobik di Bakteri metanogenik akan menghasilkan
PKS Sei Silau relatif dangkal. Secara disain gas metana secara aktif pada pH antara 7
kedalaman kolam adalah 5 m, tetapi pada dan 821,9,11), sedangkan pH optimum berkisar
kenyataannya menumpuknya sludge di pada 6,4-7,410).
kolam tidak secara periodik dikeluarkan Outlet dari kedua kolam anaerobik
dari kolam, maka kedalaman menjadi lebih untuk kolam 1 dan 2 adalah 7,27 dan
dangkal. Berdarkan laporan staf lapangan 7,33. Kondisi pH pada outlet menyatakan
PKS Sei Silau, kedalaman kolam tidak lebih bahwa proses pembentukan gas metana
dari 2 m. Pendangkalan ini menyebabkan terjadi. Tetapi dengan kondisi inlet pH yang

Pemanfaatan Potensi Gas,... J.Tek. Ling. 11 (3): 459-474 471


tidak berada dalam pH optimum bakteri t-CO2/tahun.
metanogensis untuk menghasilkan gas Dan ketika proyek ini berjalan proyek
metana, maka proses yang terjadi di kolam akan menghasilkan emisi yang merupakan
anaerobik disimpulkan tidak dapat terjadi penjumlahan dari,
secara optimum.
Rendahnya nilai COD ini dapat terjadi PEy = PEww,treatment,y + PEfugitive,y + PEflaring,y
karena adanya volume air yang masuk ke atau 26.15+2.804+2.524=5.354 t-CO 2 /
dalam air limbah secara berlebihan. Dari tahun.
pengamatan di lapangan, air cucian minyak
di sekitar Screw Press dan Clarifier Oil Dengan begitu proyek ini dapat
Tank, dibuang ke dalam parit yang bersatu mereduksi emisi CO2 sebesar 16.779 t-CO2/
dengan air limbah. Pencucian di sekitar thn (=22.133 - 5.354).
kedua alat tersebut diperlukan karena
adanya kebocoran minyak. Kebocoran 3.5 Proyek CDM
minyak ini perlu dibersihkan untuk menjaga
keamanan dan kebersihan lingkungan Sebagai proyek CDM, emisi GRK
kerja pabrik. Kondisi kebocoran ini tidak yang didapat dapat disertifikatkan, dan
terjadi di PKS di Malaysia, sehingga kondisi jika sertifikasi proyek dapat disetujui oleh
ini merupakan jawaban dari penyebab UNFCCC. Proyek baru bisa mendapatkan
rendahnya COD di PKS di Indonesia pendapatan dari CER setelah dilakukan
dibandingkan di Malaysia. verifikasi oleh pihak ke tiga 6 bulan atau 12
bulan proyek berjalan.
3.3 Pemanfaatan Gas Metana
3.6 Analisa Keekonomian
Dari hasil data 3.1 dan 3.2, potensi
sumber gas metana dihitung dengan Pendapatan dari proyek ini, hanya
menggunakan persamaan di 2.4. Jumlah berasal dari penjualan CER (Credit Emission
gas metana yang dihasilkan dari dua kolam reduction), tanpa adanya pendapatan
anaerobik tiap tahun adalah 1.054 t-CH4/ dari CER maka proyek ini tidak layak
tahun atau 22.133 t-CO2/tahun. secara keekonomian, karena tidak adanya
pendapatan.
3.4 Pengurangan Emisi GRK Penjualan CER bergantung kepada
besarnya emisi GRK yang dikurangi selama
Jika proyek ini dimasukkan ke dalam proyek berjalan dalam setahun, selama 7
proyek CDM, dengan skenario flaring, atau tahun. Proyek ini dapat mengurangi emisi
pembakaran gas metana saja. Maka proyek GRK sebanyak 22.133 t-CO2/tahun.
ini mempunyai arti sebagai proyek yang Dengan asumsi harga CER adalah
berkontribusi terhadap pengurangan GRK, 12.13EURO/t-CO2, maka pendapatan yang
dengan cara penangkapan dan pembakaran didapat dari CER per tahun adalah USD
gas metana. Aktifitas dari proyek ini kemudian 461.758. Dengan memperhitungkan nilai
jika disertifikatkan kepada badan PBB yang investasi dan biaya operasional seperti
mengurusi pengurangan GRK, sebagai ditunjukkan di tabel 4, maka nilai IRR dari
sebuah proyek CDM. Maka proyek ini proyek ini adalah 28.83%. Bunga pinjaman
akan mendapatkan pendapatan dari hasil rata rata bank menurut Bank Indonesia pada
penjualan sertifikat tersebut. awal tahun 2010 adalah sekitar 20% (22) maka
Ketika proyek belum dilaksanakan proyek ini dapat dinilai sangat layak.
kolam anaerobik 1 dan 2 mengeluarkan
emisi, BEy = BEww,treatment,y , sebesar 22.133

472 Febijanto I, 2010


4. KESIMPULAN (UASFF) Bioreactor, thesis for degree
of Doctor of Philosophy, 2003.
Dari hasil survei ditemukan, bahwa
potensi gas metana pada kolam limbah 5. Abdullah, K., Abul Kohar Irwanto,
berkaitan erat dengan selisih COD (Chemical Nirwan Siregar, Endah Agustina,
Oxygen Demand) yang berkurang di inlet Armansyah H. Tambunan, M. Yasin,
dan outlet kolam anaerobik. Edy Hartulistyono, Y. Aris Purwanto,
Nilai COD pada PKS Sei Silau relatif 1991. Energi dan Listrik Pertanian,
rendah dibandingkan dengan nilai COD dari JICA-DGHE/IPB Project/ADAET, JTA-
PKS di negara lain. Rendahnya nilai COD 9a (132).
ini dikarenakan adanya pencampuran air
buangan yang berasal dari proses pencucian 6. Yadava, L.S. and P.R. Hesse, 1981.
dan proses lain di dalam pabrik ke dalam The development and Use of Biogas
saluran pembuangan air limbah., yang Technology in Rural Area of Asia (A
mengakibatkan pencairan air limbah. Status Repoert 1981). Improving Soil
Sebagai proyek CDM, proyek Fertility through Organic Recycling, FAO/
pemanfaatan gas metana dari dua kolam UNDP Regional Project RAS/75/004,
anaerobik di PKS Sei Silau merupakan Project Field Document No. 10.
proyek yang layak secara keekonomian.
7. Teguh Wikan W, N. Ana dan R. Elita,
UCAPAN TERIMA KASIH Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian
Untuk Energi Biogas”,2007
Ucapan terima kasih ditujukan kepada
Manager Pabrik PKS Sei Silau, PTPN 3, 8. Gunnerson, C.G. and D.C. Stuckey,
Bapak Herbert yang telah membeirkan 1986, Anaerobic Digestion: ”Principles
kesempatan untuk melakukan analisa and Practices for Biogas System. The
dan observasi serta pengumpulan data di Worl Bank Washington, D.C., U.S.A.
lapanngan.
9. Sosnowski, P., A, Wieczorek , & S.
DAFTAR PUSTAKA Ledakowicz, “Anaerbobic co-digestion
os sewage sludge and organic fraction
1. http://www.palmoilmill-community.com. of municipal solid wastes, Adv, Environ
limbah/25-effluent/56-pen.... Res, 2003. 7(3), pp. 609-616.

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan 10. Renita Manurung, Proses Anaerobik


Hidup, No. 28 tahun 2003, tentang sebagai Alternatif untuk Mengolah
P e d o m a n Te k n i s P e n g k a j i a n Limbah Sawit,e-USU Repository,
Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Univeristas Sumatera Utara, 2004.
Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di
Perkebunan Kelapa Sawit. 11. Mahajoeno, Edwi, Lay, Bibiana Widiati,
Sutjahjo, Suryo Hadi, dan Siswanto.
3. R a c h m a w a n B u d i a r t o , P o t e n s i 2008. Potensi Limbah Cair Pabrik
Energi Limbah Pabrik Kelapa Sawit, Minyak Kelapa Sawit untuk Produksi
BSS_325_1_1-6, 2007. Biogas. Jurnal Bioversitas Volume 9
No. 1.
4. Ali Akbar, Z.L, Biological Treatment of
Palm Oil Mill Effluent (POME) using an 12. D.P Cassidy, P.J. Hirl and E. Belia,
Up-Flow Anaerobic Sludge Fixed Film

Pemanfaatan Potensi Gas,... J.Tek. Ling. 11 (3): 459-474 473


Methane production from ethanol 19. Project Design Document of Methane
anaerobics SBRs, Water Science & Recovery in Wastewater Treatment,
Technoloogy-WST, 58-4, 2008, pp. Project AIN07-W-05, Sumatera Utara,
789-793. Indonesia, Ver. 1, 14 November 2007.

13. http://websisni.bsn.go.id/index.php?/ 20. Project Design Document of Methane


sni_main/sni/cari_simple Recovery in Wastewater Treatment,
Biogas Recovery at Ulu Kanchong
14. h t t p : / / c d m . u n f c c c . i n t / P r o j e c t s / Palm Oil Mill, 15 January 2009.
projsearch.html.2006
21. I.A.Zakaria, H.A. Tajaradin, I.Abustan
15. Project Design Document of Solids dan N. Ismail, Relationship between
Separation of POME and co-composting Methane Production and Chimica,
project, Sabah,2007 Oxygen Demand (COD) in Anaerobic
Digestion of Food Waste, International
16. K., Hayashi, Environmental Impact Conference on Construction and
of Palm Oil Industry in Indonesia, Building Technology (ICCBT)-D-(03),
Proceeding of International Symposium pp.28-36
on Eco Topia Science 2007, ISETS07
(2007) 22. Jakarta Post, http://www.thejakartapost.
com/news/2010/03/05/central-bank-
17. “Approved small-scales methodologies”, keeps-key-rate-low-push-bank-lending.
http://cdm.unfccc.int/methodologies/ html, 19 Maret 2010
approved.html,2010

18. Cristian Retamal, Understanding CER


price volatility, Carbon Management
Consulting Group, Latin Carbon Forum,
Panama, June 25 2009

474 Febijanto I, 2010

Anda mungkin juga menyukai