Anda di halaman 1dari 32

KEMOTERAPI

A. PENDAHULUAN

Segolongan obat-obatan dapat menghambat kanker bahkan ada yang dapat


membunuh sel kanker. Obat itu disebut “sitostatika” atau obat anti kanker.
Penggunaan obat anti-kanker dimulai tahun 1946-an dengan ditemukannya secara
kebetulan Nitrogen mustard yang dapat dipakai mengobati leukemia. Umumnya obat
anti-kanker itu sangat toksis, sehingga penggunaannya harus dengan sangat hati-hati
dan atas indikasi yang tepat. Sejak waktu itu makin banyak ditemukan obat yang
dapat dipakai untuk mengobati kanker, dan pada waktu ini lebih dari 40 jenis obat
anti-kanker yang dipakai secara aktif di seluruh dunia.(1)

Kemoterapi atau obat anti kanker (cancer drug therapy) adalah kelompok obat-
obatan yang digunakan untuk pengobatan penyakit kanker. Di masyarakat sering
disebut dengan istilah kemo. Penggunaan obat kemoterapi harus dibatasi pada pasien
yang telah dibuktikan jenis keganasanya, misalnya dengan biopsi atau yang paling
ideal dari hasil pemeriksaan histopatologi jaringan operasi. Keputusan pemberian
kemoterapi juga tergantung pada pengetahuan tentang penyebaran penyakit pada
pasien serta kecepatan metastasenya. Dalam 20 tahun terakhir, perkembangan
bermakna kemoterapi terjadi, meliputi obat sitotoksik baru, perbaikan regimen
kombinasi kemoterapi, dan pengenalan metoda baru untuk mengurangi dan
mengobati efek toksik obat kemoterapi. (1)

Masalah lain yang harus dipahami adalah mekanisme kerja masing masing
obat kemoterapi, farmakodinamika, protokol pemberian termasuk kombinasi
kemoterapi dengan modalitas terapi yang lain, misalnya operasi dan radioterapi. (1)

B. KLASIFIKASI OBAT ANTI KANKER BERDASARKAN CARA


KERJANYA

1
Alkilating agent(2,3)

Alkylating agent adalah agen non-spesifik, yaitu obat-obatan yang dapat


membunuh sel pada semua siklus sel.Alkilating agen merusak fungsi sel dengan
membentuk ikatan kovalen dengan amino, karboksil, sulfhidril, dan fosfat yang
secara biologis merupakan molekul yang penting. Mekanisme kerjanya dengan
berikatan secara cross-linking dengan rantai ganda DNA atau dengan merusak DNA
secara langsung. Rusaknya DNA mencegah sel untuk membelah, dan jika cukup
parah, dapat menyebabkan apoptosis. Agen alkylating terdiri dari tiga golongan
utama: alkilator klasik, nitrourea, dan agen lainnya yang berikatan dengan DNA. (2,3)

Agen alkylating yang lain, termasuk:


nitrogen mustard: seperti mechlorethamine (mustargen), cyclophosphamide
(Cytoxan, Neosar), ifosfamide (ifex), dan chlorambucil (leukeran), adalah
agen local yang kuat, seperti mereka dapat menyebabkan masalah mulai dari
nekrosis jaringan local, fibrosis pulmonal, sampai sistitis hemoragik.Metabolit
dari komponen ini sangat reaktif dalam cairan, yang alkylating aktif, ethylene
immonium ion, yang berikatan dengan DNA. Sistem hemapoetik terutama
sangat rentan terhadap komponen ini. (2)

nitrosoureas: nitrosoureas dihilangkan dengan kemampuannya yang tinggi
untuk larut dalam lemak dan ketidakstabilannya secara kimia. Agen ini secara
cepat dan spontan mengalami dekomposisi menjadi dua media yang sangat
reaktif: chloroetil diazohydroxide dan isocyanate. Sifat lipofilik yang alami
menyebabkan nitrosourea dapat secara bebas menyebrang membrane, secara
itu, dapat melakukan penetrasi pada sawar darah otak, menyebabkan
konsentrasinya menjadi efektif dalam LCS. Karena itu, agen ini biasa
digunakan untuk berbagai jenis tumor otak. Agen ini termasuk streptozocin,
carmustine (BCNU), dan lomustine. (2)

2

Platinum agents : Cisplatin adalah kompleks besi inorganic berat yang
memiliki aktifitas tipikal dari sifat non-spesifik alkylating agen. Komponen
ini menghasilkan ikatan intrastrand dan interstrand dari DNA dan
menyebabkan terhambatnya sintesis DNA, RNA, dan protein. Carboplatin
memiliki molekul platinum diamin yang sama aktifnya dengan cisplatin, tapi
ia terikat pada kelompok carboxylate organic yang menyebabkan
meningkatnya kemampuan larut dalam air dan proses hidrolisis yang lebih
lambat pada kompleks alkylating platinum, sehingga merubah profil
toksisistas. Oxaliplatin (eloxatin) dihasilkan dari komponen platinum lainnya
oleh cincin diaminocyclohexan yang berikatan dengan molekul platinum,
sehingga berpengaruh pada mekanisme resistan dari obat tersebut. (2)

Antimetabolit(2,3)

Antimetabolit adalah analog structural yang secara alami menyebabkan


metabolit terlibat dalam sintesis DNA dan RNA. Antimetabolit mengeluarkan
aktifitas sitotoksiknya dengan berkompetisi dengan metabolit normal untuk mengatur
enzim atau mengganti metaboit yang normalnya bekerja pada DNA dan RNA. Karena
mekanisme kerja ini, antimetabolite lebih aktif ketika sel berada pada fase S dan
memiliki efek yang sedikit pada cel fase G0. Akibatnya, obat ini lebih efektif
melawan tumor yang memiliki fraksi pertumbuhan yang tinggi. (2)

Antimetabolit memiliki kurva respon dosis yang nonlinier, sehingga setelah


beberapa dosis tertentu, tidak ada lagi sel yang dibunuh walaupun dosisnya
ditingkatkan (tidak berlaku pada fluorouracil). Antimetabolit dapat dibagi menjadi
analog folate, analog purin, analog adenosine, analog pyrimidin, dan ureas pengganti.
(2,3)

Produk alami(2,3)

3
Berbagai jenis komposisi yang memiliki aktifitas antitumor telah diambil dari
substansi alami, seperti tanaman, fungi, dan bakteri. Komponen terpilih tersebut ada
yang semisintetik dan ada yang sintetik berdasarkan struktur kimianya yang aktif, dan
komponen itu juga memiliki efek sitotoksik. (2,3)

- Antitumor antibiotic

Bleomycin biasanya mempengaruhi DNA pada waktu guanine-sitosin dan


guanine-tiamin, menyebabkan oksidasi spontan dan pembentukan radikal
oksigen bebas yang menyebabkan putusnya rantai DNA. (2)

- Anthracyclines
Antibiotic Anthracycline adalah produk yang berasal dari fungi Streptomyces
percetus var caesius. Mereka biasanya sama secara kimia, dengan struktru
anthracyclin dasar mengandung glycoside berikatan dengan amino gula,
daunosamine. Anthracycin memiliki beberapa mekanisme kerja. Yang paling
diperhatikan adalah penggabungan antara pasangan dasar DNA dan inhibisi
DNA-topoisomerase I dan II. Pembentukan radikal bebas oksigen berasal dari
penurunan doxorubicin intermediet yang diduga memiliki khasiat
cardiotoksik. (2)

- Epipodophyllotoxins
Etoposide adalah semisintetik epipodophyllotoxin yang diekstraksi dari akar
Podophyllum peltatum (mandrake). Ia menghambat aktifitas topoisomerase II
dengan mengadakan kompleks DNA-topoisomerase II. Proses ini
menghasilkan ketidakmampuan untuk mensintesis DNA dan siklus sel terhenti
pada fase G1. (2)

- Vinca alkaloids
Vinca alkaloids adalah zat yang berasal dari tanaman vinca rosea.Ketika
memasuki sel, vinca alkaloid akan berikatan dengan tubulin. Ikatan ini terjadi
pada fase S di tempat yang berbeda yang berhubungan dengan paclitaxel dan

4
colchinine. Maka polimerisasi dari mikrotubulus dihambat, menyebabkan
rusaknya ikatan mitotic pada fase M. (2)

- Taxanes
Paclitaxel dan docetaxel (taxotere) adalah derivate semisintetik yang
diekstraksi dari jarum tanaman yew. Tidak seperti vinca alkaloid, taxane
mempromosi mikrotubular, sehingga menghambat siklus sel pada mitosis.
Docetaxel lebih potent daripada paclitaxel dalam menyebabkan kumpulam
mikrotubular dan juga mencetuskan apoptosis. (2)

- Camptothecin analogs
Yang termasuk golongan ini yaitu irinotecan dan topotecan (hycamtin).
Semisintetik ini merupakan analog dari campthotecin alkaloid, berasal dari
pohon asal Cina Camptotheca acuminate, yang menghambat topoisomerase I
dan mengganggu pemanjangan fase replikasi DNA. (2)

Berikut adalah tabel golongan obat kemoterapi beserta dosis, kegunaan, dan
toksisitasnya:

5
Golongan Alkilating agent(2)

6
Dikutip dari kepustakaan 2

7
Dikutip dari kepustakaan 2

8
Dikutip dari kepustakaan 2

9
Golongan Antimetabolit

Dikutip dari kepustakaan 2

10
Dikutip dari kepustakaan 2

11
Golongan produk alami

Dikutip dari kepustakaan 2

12
Dikutip dari kepustakaan 2

13
Dikutip dari kepustakaan 2

14
C. KINETIKA SEL NORMAL DAN KEGANASAN

Pola perkembangan dari sel neoplastic pada individu dapat secara signifikan
mempengaruhi biologis dari tumor manusia dan responnya terhadap berbagai terapi
pada keganasan. Sel tumor dapat dibagi berdasarkan tiga populasi umum(4):

1. Sel yang tidak membelah dan telah berdiferensiasi terminal


2. Sel yang terus membelah
3. Sel yang tidak membelah yang diam tapi dapat mempengaruhi siklus sel

Kinetika pembelahan sel ini baik dijelaskan dengan konsep siklus sel.

Siklus sel terdiri dari empat fase yang berbeda dimana sel menyiapkan dirinya
untuk bermitosis. Fase G1 terdiri dari sel yang telah mengalami pembelahan kompil
dan telah siap untuk berproliferasi. Setelah beberapa waktu, sel-sel ini mulai
mensintesis DNA, ditandai dengan dimulainya fase S. Setelah sintesis DNA selesai,
akhir dari fase S dilanjutkan oleh waktu istirahat premitotix yang disebut fase G 2. .
Akhirnya, kondensasi kromosom terjadi dan sel membelah selama fase mitotic M. Sel
diploid yang beristirahat tidak aktif membelah dan dimasukkan ke dalam fase G 0.
Waktu transisi antara siklus sel ini secara ketat diatur oleh protein yang spesisfik.
Tetapi, siklus sel ini dapat menjadi berubah pada beberapa tipe tumor. (4)

15
 G0 fase (istirahat tahap): Sel belum memulai untuk membagi. Sel
menghabiskan sebagian besar hidup mereka di fase ini. Tergantung pada jenis
sel, G0 bisa berlangsung selama beberapa jam untuk beberapa tahun. Ketika
sel mendapat sinyal untuk mereproduksi, bergerak ke fase G1.
 G1 fase: Selama fase ini, sel mulai membuat protein lebih banyak dan
bertambah besar, sehingga sel-sel baru akan dari ukuran normal. Fase ini
berlangsung sekitar 18 sampai 30 jam.

 Fase S: Pada fase S, kromosom yang berisi kode genetik (DNA) yang dapat
disalin sehingga kedua sel baru yang terbentuk akan memiliki untaian DNA
yang cocok. S fase berlangsung sekitar 18 hingga 20 jam.

 Fase G2: Pada fase G2, sel memeriksa DNA dan akan siap untuk mulai
membelah menjadi 2 sel. Fase ini berlangsung 2-10 jam.

 Fase M (mitosis): Pada tahap ini, yang berlangsung hanya 30 sampai 60


menit, sel sebenarnya terbagi menjadi 2 sel-sel baru.

Sel tumor ialah sel tubuh kita sendiri yang mengalami transformasi sehingga
bentuk, sifat dan kinetiknya berubah, sehingga tumbuhnya menjadi autonomy, liar,
tidak terkendali, dan terlepas dari koordinasi pertumbuhan normal. Akibatnya timbul
tumor yang terpisah dari jaringan tubuh normal. Transformasi sel itu terjadi karena
mutasi gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel, yaitu proto-onkogen dan
atau suppressor gen (anti onkogen).(1)

Tumor yang kecil membelah lebih cepat daripada tumor yang besar karena seiring
dengan perkembangannya, mekanisme feedback dari agen inhibisi juga semakin
banyak sehingga pertumbuhan tumor menjadi lebih lambat. Pemahaman ini
menimbulkan konsep konsentrasi dosis pada kemoterapi. Ide dibalik konsep ini
adalah ketika tumor kecil, sel-sel tersebut memiliki persentase untuk membelah yang

16
tinggi, membuatnya menjadi lebih rentan terhadap agen kemoterapi yang bekerja
pada proses pembelahan sel.(4)

D. OBAT SITOTOKSIK DAN SIKLUS SEL

Agen kemoterapi yang tradisional yaitu obat-obatan sitostatika, baik itu yang
bekerja secara spesifik maupun non-spesifik. Obat-obatan yang bekerja secara
spesifik hanya mempengaruhi siklus sel pada fase-fase tertentu. Sebagian besar obat
menunjukkan variasi toksisitas letal pada sepanjang siklus sel. (4)

Banyak agen kemoterapi hanya bekerja pada sel yang aktif membelah dan oleh
karenanya ia tidak bekerja pada fase sel G0. Kemoterapi yang spesifik bekerja pada
siklus sel tertentu. Contohnya, antimetabolite seperti 5-FU, gemcitabine, dan
metothrexate, lebih aktif pada fase S. Vinca alkaloids, epipodhyllotoxins, dan taxanes
bekerja pada fase M. Vinca alkaloids seperti vincristine, vinblastine, dan vinorelbine,
mengikat protein mikrotubula pada bentuk domerik dan mempromosi depolymerisasi,
menyebabkan terhentinya mitotic. Taxanes seperti paclitaxel dan docetaxel, mengikat
mikrotubula dan menghasilkan tubulin polimerisasi, menyebabkan juga terhentinya
mitotic. (4)

Kapan toksisitas letal ini terjadi pada suatu fase siklus sel tidak selalu sinkron
dengan mekanisme kerja suatu obat. Vinkristin dan vinblastin diketahui mengganggu
pembentukan mitotic spindle, menyebabkan terhentinya sel pada fase mitosis.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa efek letal dari obat ini terjadi ketika sel
berada pada fase S, yaitu ketika pembentukan mitotic spindle dimulai. Docetaxel dan
paclitaxel yang bekerja dengan mestabilisasi tubulin mempunyai efek letal pada
siklus sel yang berbeda. Docetaxel memberikan efek toksik maksimal pada fase S,
sedangkan paclitaxel menunjukkan peningkatan toksisitas pada sel-sel yang
meninggalkan fase S melalui G2, masuk ke fase M.

17
Obat sitotoksik dapat dikategorikan menjadi 1) Obat yang efektif pada fase
tertentu dari silklus sel (phase-specific-drugs), 2)Obat yang efektif pada sel yang
berada pada siklus sel, namun tidak tergantung pada fasenya (cell cycle-specific-
drugs), dan 3)Obat yang efektif baik saat sel berada pada siklus sel ataupun istirahat
(cell cycle-non specific-drugs). (4)

Obat kategori pertama yang bekerja pada fase S contohnya adalah


antimetabolit (sitarabin, fluorourasil, gemsitabin, metotreksat, tioguanin, fludarabin)
yang mengganggu sintesis DNA atau inhibitor topoisomerase I (topotecan)
mengganggu struktur DNA. Obat yang bekerja pada fase G2 adalah antibiotik
(bleomisin), inhibitor topoisomerase II (etoposid), serta stabilisator/polimerisator
mikrotubulus (paclitaxel). Obat yang bekerja pada fase M dengan mengganggu
segregasi kromosom adalah golongan alkaloid vinka (vinblastin, vinkristin, vindesin,
vinorelbin). (4)

Obat yang efektifitasnya tidak tergantung sel berada di fase manapun adalah
sebagian besar obat alkilator (klorambusil, siklofosfamid, melfalan, busulfan,
dakarbazin, sisplatin, karboplatin) dan antibiotika (daktinomisin, daunorubisin,
doksorubisin, idarubisin). Sebenarnya obat-obatan ini tidak benar-benar nonspesifik
karena mereka tetap menunjukkan efektivitas yang lebih besar pada suatu fase
dibanding fase yang lain, namun derajatnya tidak sama dengan obat yang fase
spesifik(4).

Tabel berikut menunjukkan jenis-jenis obat dan mekanisme kerjanya terhadap siklus
sel(4)

18
19
E. TUJUAN KEMOTERAPI

Ada 2 tujuan mungkin untuk perawatan kemoterapi.


Kuratif: Jika memungkinkan, kemoterapi digunakan untuk mengobati
kanker, yang berarti bahwa tumor atau kanker menghilang dan tidak kambuh
lagi. Namun, kebanyakan dokter tidak menggunakan istilah"penyembuhan"
kecuali sebagai kemungkinan atau tujuan. Saat memberikan pengobatan yang
mempunyai peluang untuk menyembuhkan kanker yang diderita seseorang,
dokter mungkin akan menjelaskan hal tersebut sebagai sebuah pengobatan
yang bermaksud menyembuhkan. (1)

Paliatif: Jika kanker berada di tingkatan yang telah lanjut, obat kemoterapi
mungkin digunakan untuk menghilangkan gejala yang disebabkan oleh
kanker. Menghilangkan sumber metastases, menghilangkan rekurensi,
menghilangkan perdarahan, menghilangkan bau busuk(1) Karena kemoterapi
tidak diberikan secara kuratif, maka kemoterapi ini hanya diberikan pada
paseien dengan status performance yang sesuai. (4)

Obat anti kanker sendiri dapat diberikan sebagai:

- Terapi Utama
Sebagai terapi utama obat anti kanker diberikan pada kanker yang
kemosensitif (leukemia, limfoma maligna, sarcoma ewing, kanker paru, dsb)
dan kanker yang telah menyebar jauh dengan tujuan untuk paliatif. (1)

- Terapi tambahan (adjuvant)


Terapi tambahan pada kanker local atau lokoregional umumnya diberikan
pasca operasi dan atau pasca radioterapi untuk kanker yang kemoresponsif.
Oemberian adjuvant kemoterapi didasarkan pada kenyataan penderita kanker
yang terlihat bebas kanker, setelah beberapa bulan atau tahun, timbul residif
atau metastase yang menunjukkan waktu operasi atau radioterapi masih ada
sel kanker mikroskopis yang masih tinggal dalam lapangan operasi atau telah

20
ada metastase jauh yang subklinik. Terapi adjuvant mengurangi frekuensi
residif atau metastase. Belakangan ada yang memberikan kemoterapi pra-
operasi atau pra-radioterapi yang disebut Neoadjuvant kemoterapi. Sebagai
terapi tambahan kemoterapi diberikan pada kanker local atau lokoregional
seperti kanker mamae, serviks, kolon, lambung, paru, dsb. (1)
Neoadjuvan kemoterapi adalah kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan
operasi reseksi dengan maksud untuk mengurangi ukuran tumor dan meningkatkan
kemungkinan tumor untuk mengalami downstaging. Kadang terapi neoadjuvan
dapat menjadikan tumor yang tadinya unresectable menjadi resectable sehingga
memungkinkan untuk dilakukan operasi pengangkatan yang minimal. (4)
Seringkali neoadjuvan kemoterapi diberikan berdampingan dengan
radioterapi, dengan maksud yang sama yaitu untuk downsizing dan downstaging.
Keuntungan lain dari neoadjuvan kemoradiasi adalah bahwa ia lebih ditoleransi
jika dilakukan sebelum operasi daripada setelah operasi. (4)
Kemoterapi adjuvant yaitu kemoterapi yang diberikan setelah operasi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi sel kanker tumbuh lagi dengan cara mengatasi
terjadinya mikrometastasis yang mungkin tertinggal pada saat operasi. Kemoterapi
adjuvant juga diberikan untuk mencegah rekurens local/regional. Pada banyak
penelitian yang membandingkan radioterapi dengan kemoterapi, penambahan
kemoterapi pada radioterapi dapat meningkatkan kendali terhadap pertumbuhan
kanker pada daerah tertentu daripada jika hanya diterapi dengan radioterapi saja. (4)

F. SYARAT PEMBERIAN KEMOTERAPI

Prinsip untuk memilih agen kemoterapi dalam kombinasi kemoterapi(2) :

1. Obat-obatan yang aktif sebagai single agent harus digunakan dalam


kombinasi, lebih diutamakan obat yang menyebabkan remisi komplit.

21
2. Obat-obatan dengan mekanisme kerja yang berbeda dan dengan efek
sitotoksik synergis pada tumor sebaiknya dikombinasikan.
3. Obat-obatan dengan toksisitas dosis yang berbeda-beda harus
dikombinasikan sehingga dosis terapi yang penuh dapat dioptimalkan.
4. Obat-obatan harus digunakan pada dosis optimal dan sesuai jadwal.
5. Obat-obatan harus diberikan pada interval yang konstan, dan waktu
periode bebas obat harus sependek mungkin untuk memungkinkan
penyembuhan pada jaringan yang paling sensitive.
6. Obat-obatan dengan pola resistensi yang berbeda harus diminimalisir
untuk menghindari resistensi.

Atau dengan kata lain syarat penentuan kemoterapi yaitu (1) obat harus aktif
pada pemberian tunggal atau kombinasi; (2) mempunyai cara kerja yang berbeda
pada fase yang berbeda; (3) tidak mempunyai efek samping atau toksisitas yang
sama, dan (4) dosis yang dipakai sedapat mungkin dengan dosis terapeutik.

Pemilihan Obat Anti-Kanker

- Tepat Indikasi
Indikasi pemberian obat anti-kanker adalah pada kanker sistemik, yaitu
kanker yang telah menyebar atau yang diduga teah menyebar tapi masih
subklinik atau mikroskopik dan kanker limphopoitik dan hemopoitik.
- Tepat Jenis
Untuk terapi utama obat yang diberikan adalah obat yang sensitive terhadap
kanker itu (kemosensitif), sedang untuk terapi tambahan dapat diberikan obat
yang kemoresponsif baik sebagai monofarma (tunggal) maupun poli atau
multifarma.
- Tepat dosis
Obat anti-kanker sangat toksis dan harus diberikan mendekati dosis toksis,
karena itu dosisnya diberikan dengan tepat. Umumnya diberikan per kilogram
berat badan atau per m2 luas badan.
- Tepat waktu
Ada obat anti-kanker yang diberikan tiap hari, dalam siklus 1 minggu, 2
minggu, 3 minggu, dsb.

22
- Tepat cara
Cara pemberian bermacam-macam ada iv,ia, dsb.
- Waspada Efek samping obat
Karena sangat toksis maka untuk mendapat hasil yang maksimal dengan
toksisistas minimal perlu waspada efek samping obat.

G. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI KEMOTERAPI


Tidak semua kanker memerlukan obat sitostatika. Pemberian sitostatika harus dengan
hati-hati dan atas indikasi (1):
a. Indikasi Kemoterapi
Menurut Brule, cs (WHO,1973), ada 7 indikasi pemberian kemoterapi, yaitu:
1) Untuk menyembuhkan kanker
Hanya beberapa jenis kanker yang dapat disembuhkan oleh kemoterapi,
seperti: akut limfoblastik leukemia, Burkitt limfoma, Wilm tumor pada
anak-anak, Choriokarsinoma(1).
2) Memperpanjang hidup dan remisi
Kanker yang sensitif terhadap kemoterapi dan walaupun penyakit
progresif, seperti: akut myeloblastik leukemia, Limfoma maligna
stadium III atau IV, Myeloma, Metastase melanoma maligna atau kanker
mamma, kolon, ovarium, testis(1).
3) Memperpanjang interval bebas kanker
Walaupun kanker keliatan masih lokal setelah operasi atau radioterapi,
seperti: limfoma stadiun II, melanoma maligna, kanker mamma, kolon,
ovarium. Pengobatan perlu cukup lamadan dosis tinggi dengan interval
yang panjang untuk memberikan kesempatn jaringan normal pulih
diantara pengobatan(1).
4) Menghentikan progresi kanker
Progresi penyakit ditunjukkan secara subjektif seperti anoreksia,
penurunan berat badan, nyeri tulang, dsb atau terdapat kelainan objektif
seperti penurunan fungsi-fungsi organ dapat diberikan sitostatika,
asalkan kemungkinan berhasilnya 25% atau lebih(1).
5) Paliasi simptom
Pada kanker yang terdapat pada tempat-tempat yang tidak cocok untuk
radiasi, dapat diberikan sitostatika walaupun obat itu tidak memberi
respons yang baik sebagai terapi sistemik. (1)

23
6) Mengecilkan volume kanker
Mengecilkan tumor pra-bedah atau pra-radioterapi seperti pemberian
bleomycin untuk kanker mulut, saluran napas bagian atas atau
pemberian alkylator dengan kombinasinya pada limfoma stadium II. (1)
7) Menghilangkan gejala pada neoplasma
Pada metastase kanker yang memberikan sindroma para neoplasma,
misalnya pemberian kortikosteroid pada anemia hemolitik, fibrinolisis,
dermatomyositis, neuropathi perifer, dsb. (1)
b. Kontra Indikasi Kemoterapi(1)
1) Kontra Indikasi Absolut
a) Penyakit stadium terminal
b) Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan
c) Septicemia
d) Koma
2) Kontra Indikasi Relatif
a) Usia lanjut
Terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya
rendah.
b) Status penampilan yang sangat jelek
c) Ada gangguan fungsi organ vital yang berat
Seperti: Hati, ginjal, jantung, sumsum tulang, dsb.
d) Dementia
e) Penderita tidak dapat mengunjungi klinik secara teratur
f) Tidak ada kooperasi dari penderita
g) Tumor resisten terhadap obat
h) Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai
i) Dsb.

H. CARA DAN PENENTUAN DOSIS KEMOTERAPI

1. Dosis

Bergantung pada obat yang akan diberikan, terdapat tiga jalur berbeda untuk
menentukan dosis kemoterapi. Kebanyakan obat kemoterapi diukur dalam milligram
(mg).

24
Dosis keseluruhan terkadang berdasarkan pada berat badan orangnya dalam kilogram
(1 kilogram setara dengan 2,2 pon). Misalnya, jika dosis standar sebuah obat adalah
10 miligram per kilogram (10 mg/kg), seseorang dengan berat 50 kilogram (110 pon)
akan menerima 50 mg (50 kg x 10 mg/kg).

Beberapa dosis kemoterapi berdasarkan area permukaan tubuh (BSA), yang dihitung
oleh dokter menggunakan tinggi dan berat badan dan dinyatakan dalam meter persegi
(m2).

Dosis untuk anak-anak dan orang dewasa berbeda, bahkan jika dihitung
menggunakan BSA. Hal ini dikarenakan tubuh anak-anak memproses obat dengan
cara yang berbeda. Mereka mungkin mempunyai level sensitivitas terhadap obat yang
berbeda. Karena alasan yang sama, dosis beberapa obat mungkin juga diatur untuk
orang yang:

 Usia lanjut
 Mempunyai status gizi yang buruk
 Gemuk
 Telah mengkonsumsi atau sedang mengkonsumsi obat-obatan yang lain
 Telah menerima atau sedang menerima terapi radiasi
 Mempunyai blood cell count yang rendah
 Mempunyai penyakit hati dan ginjal

2. Jadwal (siklus)

Kemoterapi umumnya diberikan dalam interval yang teratur yang disebut siklus.
Sebuah siklus kemoterapi mungkin melibatkan pemberian satu dosis yang diikuti oleh
beberapa hari atau minggu tanpa pengobatan. Hal ini memberikan waktu pemulihan
sel normal tubuh untuk pulih dari efek samping obat. Kemungkinan yang lain, dosis
obat diberikan secara berurutan selama beberapa hari, atau setiap hari yang lain untuk
beberapa hari, yang diikuti oleh sebuah periode untuk beristirahat. Beberapa obat
bekerja dengan bagus ketika diberikan secara berkelanjutan dalam beberapa hari. (1)

25
Obat yang berbeda bekerja dengan baik pada jadwal yang berbeda. Jika lebih dari
satu obat digunakan, rencana pengobatan akan menetapkan seberapa sering dan
seberapa tepat saat setiap obat seharusnya diberikan. Jumlah siklus yang anda terima
mungkin ditentukan sebelum memulai pengobatan (berdasarkan jenis dan tingkatan
kanker) atau mungkin fleksibel, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh pengobatan terhadap kanker dan kesehatan secara keseluruhan. (1)

3. Perubahan dalam dosis dan jadwal

Dalam kebanyakan kasus, dosis yang paling efektif dan jadwal obat untuk mengobati
kanker tertentu telah ditemukan dengan menguji mereka dalam uji klinis. Hal ini
penting, jika mungkin, untuk mendapatkan program penuh kemoterapi dan untuk
menjaga siklus jadwal. Ini akan memberi Anda kesempatan terbaik untuk
mendapatkan manfaat maksimal dari pengobatan(1).

Cara pemberian kemoterapi

Obat yang digunakan pada regimen kemoterapi dapat diberikan dalam berbagai cara
(1)
:

 oral (PO) - melalui mulut (biasanya sebagai pil)


 topikal - dioleskan pada kulit sebagai krim atau lotion

 intravena (IV) - infus melalui pembuluh darah. Pemberian intravena untuk


terapi sistemik, dimana obat setelah melalui jantung dan hati baru sampai ke
tumor primer. Dalam pemberian intravena usahakan jangan ada ekstravasasi
otot.

 intramuskular (IM) - disuntikkan ke dalam otot

 subkutan (SQ) - disuntikkan di bawah kulit

26
 intra-arteri - disuntikkan ke arteri. Pemberian intra arteri adalah terapi regional
maelalui arteri yang memasok darah ke daerah tumor dengan cara Infusi Intra
Arteri menggunakan catheter dan pompa arteri. Pemberian intra arteri
dapat:Menaikkan dosis obat langsung ke dalam tumor, menaikkan efek obat
yang kurang stabil karena secara cepat dan langsung masuk ke dalam tumor,
mengurangi toksisitas.

 intratekal - dimasukkan ke dalam sistem saraf pusat melalui cairan


serebrospinal

 intrapleural - dimasukkan ke dalam rongga pleura

 intraperitoneal - dimasukkan ke dalam rongga peritonium

 intravesika - dimasukkan ke kandung kemih

 intralesi / intratumoral - diinjeksikan langsung ke tumor. Cara ini tidak


dianjurkan karena dapat melepaskan sel kanker dari tumor induknya dan ada
cara lain yang lebih efektif, yaitu operasi (eksisi, debulking, elektrokoagulasi),
atau radioterapi.

I. CARA MENILAI HASIL KEMOTERAPI

Hasil atau respon kemoterapi dapat berupa:

a. Subjektif(1)

Mengukur hasil subjektif/hasil terapi kanker sukar tetapi sebagai pegangan dapat
dipakai parameter:

1) Berat badan

2) Status penampilan

27
WHO (1979) Karnofsky
0 90-100 Baik, dapat bekerja
normal,tanpa halangan
1 70-80 Cukup,tidak dapat
bekerja berat,ringan bisa
2 50-60 Lemah,tidak dapat
bekerja,tapi dapat jalan
dan merawat diri sendiri
50% dari waktu sadar
3 30-40 Jelek,tidak dapat
jalan,dapat bangun &
rawat diri sendiri, perlu
tiduran > 50% waktu
sadar
4 10-20 Jelek sekali,tidak dapat
bangun & rawat diri,
Hanya tiduran saja

b. Objektif

Pada berbagai penelitian, kriteria respon yang formal telah dikembangkan dan telah
diterima secara luas. National Cancer Institute (NCI) baru-baru ini mengusulkan
standar respon yang terbaru disebut Response Evaluation Criteria in Solid Tumor
(RECIST). Sebaliknya.World Health Organization (WHO)memiliki standar yang
berbeda untuk menilai keberhasilan kemoterapi. (2)

28
Dikutip dari kepustakaan 2

J. EFEK SAMPING KEMOTERAPI

Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera


makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang
menyebabkan anemia dan risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering
kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain bevariasi tergantung jenis
obat. (6,7)

Mual dan Muntah

Gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat (kontra-obat
emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan
menghindari makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau yang
sangat panas atau sangat dingin. (6,7)

29
Sel Darah Hitung rendah

Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah, bisa terjadi karena efek
racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat). Misalnya,
penderita mungkin membuat sel darah merah yang rendah secara abnormal (anemia),
sel darah putih (neutropenia atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika
anemia parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau darbepoietin,
bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel darah merah, atau n sel darah
merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan
untuk merendahkan risiko pendarahan. (6,7)

Orang dengan neutropenia meningkatkan risiko terkena infeksi. Demam lebih


tinggi daripada 100.4 F pada penderita dengan neutropenia dianggap sebagai keadaan
darurat. Orang seperti itu harus dievaluasi untuk infeksi dan mungkin memerlukan
antibiotika dan malahan opname. Sel darah putih jarang ditransfusikan karena, waktu
ditransfusikan, mereka terus hidup hanya beberapa jam dan menghasilkan banyak
akibat sampingan. Malahan, bahan tertentu (seperti granulocyte koloni merangsang
(6,7)
faktor) bisa diberikan untuk merangsang produksi sel darah putih.

Efek Samping yang sering terjadi lainnya:

Banyak penderita mengalami radang atau malah luka selaput lendir, seperti pada
garis mulut. Luka mulut nyeri dan bisa membuat makan sulit. Berbagai larutan oral
(biasanya berisi antasida, antihistamin, dan anestetik lokal) bisa mengurangi
ketidaknyamanan. Pada kesempatan langka, orang perlu support nutrisi dengan
memasang tabung pemberi makan yang ditempatkan secara langsung ke dalam perut
atau usus kecil atau dengan urat darah. Jenis obat bisa mengurangi diare yang
disebabkan oleh terapi radiasi ke perut. (6,7)

30
Orang yang diberikan kemoterapi, khususnya senyawa alkylating, mungkin
mempunyai risiko bertambah leukemia sedang berkembang beberapa tahun sesudah
pengobatan. Beberapa obat, khususnya alkylating agen, sebab infertility di beberapa
wanita dan di kebanyakan laki-laki yang mendapat perlakuan ini. (6)

Meskipun kemoterapi diberikan untuk membunuh sel kanker, juga dapat merusak
sel-sel normal. Sel-sel normal yang paling mungkin untuk rusak adalah mereka yang
membelah dengan cepat:

 sumsum tulang / sel darah


 sel-sel akar rambut

 sel-sel yang melapisi saluran pencernaan

 sel-sel yang melapisi saluran reproduksi

Gangguan organ dapat berupa gangguan faal hati (antimetabolit), atau


gangguan pada miokard (aqdriamisin), kerusakan ginjal (metotreksat,platinum), dan
jaringan saraf seperti neuropati, tuli, dan letargi. Efek samping ini sangat berat sekali
sehingga penderita membutuhkan perawatan dan pengobatan khusus untuk mencegah
efek fatal(6).

Faal gonad, pria maupun wanita, umumnya juga terganggu sehingga libido
menurun, dan pada wanita, tidak ada ovulasi. Pertumbuhan dan perkembangan anak
juga dapat dipengaruhi oleh kemoterapi. (7)

Efek samping psikososial juga sering terjadi karena rontoknya rambut,


sedangkan gangguan funsi seksual dapat merusak kepribadiaan seseorang (7).

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukardja, I Gede.Dasar-dasar Kemoterapi Kanker. Onkologi Klinik.Ed 2.


Surabaya: Airlangga University Press. p239-257. 2000

2. Takimoto, Chris H. et al. Chapter 3 : Principles of Oncologic Pharmacotherapy.


Cancer Management : A Multidisciplinary Approach. p23-42. 2008.

3. Brunicardi, F.Charles, Andersen Dana K, et al. Oncology : Chemoteraphy. 8th


Edition Schwartz Manual of Surgery. The McGraw-Hill Companies. p206-209. 2006.

4. Chan Emily, Berlin Jordan D. Principles of Chemotherapy. Textbook of Surgical


Oncology. Informa healthcare, London. p21-27. 2007.

5. Swain, M. Sandra. Chemotherapy: Updates and New Perspectives.Cited from


www.TheOncologist.alphamedpress.org on March 22, 2012.

6. Kwok, Carol. Management of Side Effects from Chemotherapy. The Hong Kong
Anti-Cancer Society.2010.

7. Anonymous. Kemoterapi. Available


http://medicastore.com/kategori_penyakit/kanker/kemoterapi . Cited May 20th 2012.

32

Anda mungkin juga menyukai