Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PENGARUH PROFIT SHARING RATIO DAN UKURAN BANK

TERHADAP NON PERFOMING FINANCE (PEMBIAYAAN BERMASALAH)


PT BANK MUAMALAT INDONESIA

Ditujukan Sebagai Tugas Akhir


Mata Kuliah Perbankan Syariah

Dosen : Veni Soraya Dewi,S.E.M.Si

Disusun oleh:
Rosyida Rahma Wardhani
16.0102.0058

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
A. Pendahuluan

Perbankan Syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan


berdasarkan syariah atau hukum Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh
larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau
yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan
haram.
Bank syari’ah tidak mengenal sistem bunga, antara bank dengan nasabah, dalam
pengelolaan dananya yang disebut dengan Profit Sharing (bagi hasil). Dengan sistem
bagi hasil ini memungkinkan nasabah untuk mengawasi langsung kinerja bank syariah
melalui monitoring atas jumlah bagi hasil yang diperoleh.
Salah satu risiko terbesar yang dihadapi oleh perbankan syariah yang terkait
dengan pembiayaan bermasalah yang terjadi karena kegagalan dalam proses pendanaan
di Bank Syariah. Bank Syariah harus memiliki kemampuan untuk mengelola risiko pada
penyaluran pembiayaan sehingga mencegah penciptaan non-performing financing (NPF).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengembalian Pembiayaan Laba Rugi
Sharing (PLS), Ukuran Bank dan Inflasi untuk Non Performing Financing (NPF)
B. Gambaran Objek

Bank Muamalat Indonesia merupakan bank syariah pertama di Indonesia yang


berdiri pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us Tsani 1412H. Mulai beroperasi pada 1 Mei
1992 atau 27 Syawal 1412 H dan menjadi pelopor bisnis keuangan syariah lainnya.
Pembukaan kantor cabang internasional pertama di Kuala Lumpur, Malaysia tahun 2009.
Memulai proses transformasi Bank Muamalat Indonesia tahun 2014. Pada bulan Juli 2017,
Bank Muamalat Indonesia menerbitkan Medium Term Notes Syariah (MTNS) dengan total
nilai Rp200 miliar, yang terdiri dari Rp100 miliar MTNS subordinasi dengan tenor 5 tahun
dan Rp100 miliar MTNS dengan tenor 3 tahun.
Sepanjang tahun 2017, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (“Bank Muamalat
Indonesia” atau “Bank”) telah berhasil mencatatkan performa yang positif dan
berkelanjutan. Bank Muamalat Indonesia adalah bank syariah pertama dan satusatunya
yang memiliki cabang penuh di luar negeri. Sebagai pelopor industri perbankan syariah di
Indonesia, Bank Muamalat Indonesia senantiasa meningkatkan performa bisnisnya melalui
layanan prima di seluruh jaringan usaha serta mengembangkan produk dan jasa yang
mampu mengakomodir kebutuhan nasabah baik perorangan maupun korporasi.
C. Tinjauan Pustaka
1. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan Bermasalah adalah pembiayaan yang menurut kualitasnya
didasarkan atas resiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah
pembiayaan dalam memenuhi kewajiban untuk membayar bagi hasil,serta melunasi
pembiayaannya.pembiayaan bermasalah juga diartikan perbandingan antara
pembiayaan yang bermasalah (pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet)
dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah, yang dinyatakan dalam
persentase. Demikian penilaian kualitas pembiayaan dapat digolongkan menjadi:
a. Kurang lancar: Terdapat tunggakan pembiayaan angsuran pokok dan atau margin
yang telah melewati 90hari sampai 180 hari,penyampaian laporan keuangan tidak
secara teratur danmeragukan, dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap
danpengikatan agunan kuat.
b. Diragukan: Terdapat tunggakan pembiayaan angsuran pokok dan atau margin yang
telah melewati 180 hari sampai dengan 270 hari
c. Macet: tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati
270 hari, dan dokumentasiperjanjian piutang dan pengikatan agunan tidak ada.

2. Profit Sharing rasio


Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan.Dalam kamus
ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul
ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total
(total cost). Perbandingan pembiayaan mudharabah dan musyarakah dengan
keseluruhan pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah, yang dinyatakan
dalam persentase.
Istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil
bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering
dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai
pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang
telah dilakukan.
PSR = mudharabah + musyarakah
Total pembiayaan
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran sebuah institusi di sektor keuangan dapat dinilai melalui aset-asetnya,
deposito atau modal ekuitas.Jumlah aset / aktiva yang umum digunakan dalam
perbankan. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh kantor advokasi di Elisa
Tjondro (2007) yang melakukan penelitian tentang "Rank dan Ukuran Deskripsi untuk
1996 Study", yang ukuran bank yang mencerminkan ukuran aset lembaga keuangan.
Bank dengan aset besar akan memiliki kesempatan untuk menempatkan dana di sektor
kredit. Perusahaanyang terus tumbuh tentu saja merupakan angin segar bagi investor
karena mereka berharap dana yang diinvestasikan dalam perusahaan mampu
menciptakan manfaat yang menarik.

UP = Total Asset

D. Hipotesis
H1: Profit Sharing Ratio mempengaruhi Pembiayaan Non Performing di Bank Muamalat
Indonesia
H2: Ukuran Bank mempengaruhi Pembiayaan Non Performing di Bank Muamalat
Indonesia

Profit Saharing Ratio


Pembiayaan Bermasalah
(Non Performing Financing)

Ukuran Perusahaan
E. Analisis Dan Interpretasi Hasil Deskriptif
1. Data Riset :
Data sekunder yang bersumber dari Annual report PT Bank Muamalat Indonesia
2. Analisis Variabel
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis dan
verifikatif deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.penelitian yang dilakukan untuk
menentukan dan dapat menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu
situasi. metodologi analisis deskriptif atau metodologi yang digunakan untuk
menjelaskan masing-masing variabel penelitian, yaitu variabel independen yang terdiri
dari pengembalian profit and loss sharing (X1),dan ukuran bank (X2), dan variabel
dependen pembiayaan non performing (Y).
3. Sampel dan Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT Bank Muamalat
Indonesia.Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT Bank
Muamalat Indonesia tahun 2017.
4. Pengaruh Profit Sharing Ratio dan Ukuran Bank Terhadap Non Performing
Financing
Pada Bank Muamalat Indonesia sistem pembiayaannya yaitu Mudharabah yang
merupakan pembiayaan kerjasama antara Bank sebagai pemilik dana (shahibul maal)
dengan nasabah sebagai pelaksana usaha (mudharib) selama jangka waktu tertentu.
Pembagian hasil keuntungan dari proyek atau usaha tersebut ditentukan sesuai dengan
nisbah (pre-determined ratio) yang telah disepakati bersama. Pada tanggal laporan
posisi keuangan, pembiayaan mudharabah dinyatakan sebesar saldo pembiayaan
dikurangi dengan saldo cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk berdasarkan
hasil penilaian oleh manajemen terhadap kualitas pembiayaan yang ada. Musyarakah
adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal untuk
menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan
dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal. Pada tanggal laporan
posisi keuangan, pembiayaan musyarakah dinyatakan sebesar saldo pembiayaan
dikurangi dengan saldo cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk berdasarkan
hasil penilaian oleh manajemen terhadap kualitas pembiayaan yang ada.
a. Analisis Profit Sharing
Berdasarkan laporan Bank Muamalat Indonesia ditemukan adanya
pembiayaan bermasalah ,dimana pembiayaan bermasalah tersebut terdiri dari
pembiayaan kurang lancar, pembiayaan yang diragukan ,serta pembiayaan macet.
Dari perhitungan yang yang diperoleh diketahui bahwa jumlah total pembiayaan
tahun 2017 sebesar Rp. 19.740.830.774 dan untuk jumlah total pembiyaan
bermasalah sebesar Rp. 1.058.967.761 dengan rasio 5,36 %. Dilihat dari data
tersebut diketahui rasio NPF dalam pembiayaan murabahah perusahaan
menggunakan pembiayaan yang tinggi maka akan berpengaruh terhadap non
performing juga akan tinggi. Sehingga menyebabkan kerugian,dimana kerugian
tersebut nantinya akan dibagi rata kepada perusahaan sesuai dengan ketentuan
yang sudah disepakati bersama. Maka dari itu pengaruhnya non performing
sangat besar terhadap non performing financing.
Karena non performing sangat berpengaruh terutama terhadap non
performing finance maka dari itu dari bank Muamalat Indonesia melakukan
evaluasi agar untuk tahun-tahun kedepannya menjadi lebih baik sehingga tidak
akan adanya pembiayaan yang bermasalah lagi. Jika tahun berikutnya NPF lebih
dari tahun 2018 maka pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia akan menjadi
lebih rendah.
b. Analisis Profit Sharing Ratio berpengaruh terhadap Non Performing
Financing
Pembiayaan merupakan kegiatan utama bank syariah karena sumber
pendapatan utama bank syariah berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya
pembiayaan dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu
bank membawa konsekuensi semakin besarnya resiko yang harus ditanggung
oleh bank yang bersangkutan, salah satunya resiko pembiayaan bermasalah atau
lebih dikenal dengan Non Performing Finance .
Pada Bank Muamalat Indonesia pembiayaan yang terjadi yaitu pembiayaan
musyarakah dan pembiayaan Mudharabah. Berdasarkan perhitungan yang telah di
lakukan Profit Sharing Ratio yang dihasilkan oleh Bank Muamalat Indonesia
tahun 2016 sebesar 97,19% dengan NPF 3,61% dan tahun 2017 sebesar 96,23%
dengan NPF 5,36%. Terdapat penurunan perhitungan PSR dari tahun 2016 ke
2017. Berdasarkan hasil perbandingan tahun 2017 dan 2016 menyatakan bahwa
profit sharing ratio mempengaruhi pembiayaan bermasalah (Non Performing
Finance). Apabila profit sharingnya rendah maka pembiayaan bermasalah (Non
Performing Finance) akan meningkat seperti pada tahun 2017 dan sebaliknya
apabila profit sharing tinggi maka pembiayaan bermasalah akan menurun.
H1:“Profit Sharing Ratio mempengaruhi Pembiayaan Non Performing di Bank
Muamalat Indonesia” di Terima.
c. Analisis pengaruh ukuran Perusahaan terhadap Non Performing Financing
Ukuran bank diukur berdasarkan nilai total asset yang dimiliki oleh bank.
Berdasar laporan keuangan PT Bank Muamalah Indonesia total aset pada tahun
2017 yang dimiliki bank tersebut sebesar Rp 61.696.919.644,- dan pada tahun
2016 Rp 55.786.397.505,-.
Berdasarkan perbandingan ukuran perusahaan atau ukuran bank tahun
2016 dan 2017 menyatakan bahwa total aset mengalami peningkatan. Setiap
peningkatan ukuran bank akan mampu mengurangi rasio Non Performing
Financing. Jika total aset yang dimiliki semakin besar maka prospek kerja
perusahaan dalam mengelola bisnis semakin baik, sehingga jika muncul risiko-
riskio tinggi mereka bisa mengelola dengan baik. Total aset yang besar suatu
perusahaan akan mempermudahkan perusahaan untuk menyalurkan dana
pembiayaan.
Menurut jurnal dari Erik Nugraha dan Audita Setiawan tahun 2017 yang
berjudul Non Performing Financing Factor In Syaria Commercial Banking In
Indonesia menyatakan bahwa semakin besar ukuran bank syariah akan
mengurangi rasio Non Performing Finance. Bank-bank besar (aset besar)
memiliki kemampuan manajerial yang baik dibandingkan dengan bank-bank
kecil. Semakin besar ukuran bank, semakin besar kemampuan bank untuk
menyalurkan kredit (pembiayaan). Bank besar memiliki kapasitas pendanaan
yang lebih besar sehingga bank akan cenderung lebih baik mengelola
risiko.Semakin besar pembiayaan yang disalurkan oleh bank, itu menunjukkan
bahwa aset yang dimiliki oleh bank bahkan lebih besar.
H2: “Ukuran Bank mempengaruhi Pembiayaan Non Performing di Bank
Muamalat Indonesia” di terima.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, dapat diambil kesimpulan bahwa:


 Pada Bank Muamalat Indonesia profit sharing ratio mempengaruhi pembiayaan
bermasalah (Non Performing Finance). Apabila profit sharingnya rendah maka
pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance) akan meningkat dan sebaliknya
apabila profit sharing tinggi maka pembiayaan bermasalah akan menurun.
 Pada Bank Muamalat Indonesia, ukuran Bank Syariah (perusahaan) mempengaruhi
Pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance). Pada Bank Muamalat Indonesia pada
tahun 2017 didapatkan hasil total aset yang besar, dimana akan mempermudahkan
perusahaan untuk mengatasi pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance). Karena
meningkatnya ukuran bank, pelanggan akan melihat bahwa bank memiliki kemampuan
yang baik untuk beroperasi. Selain itu, manajemen memiliki kesempatan untuk
memperluas pembiayaan ke sektor produktif yang dapat menghasilkan keuntungan yang
menarik.
Daftar Pustaka

Anisa, Lintang Nurul dan Rizal Yaya. 2015. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi
Hasil Dan Non Performing Financing Terhadap Volume Dan Porsi Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Universitas
Muhammadiyah malang, Vol. 4, 2015, Hal: 79-104
Indonesia, Muamalat PT. 2017. Laporan Keuangan Dan Tahunan. www.idx.co.id. Diakses
pada hari Senin, 14 Januari 2018 jam 07.00 WIB
Nugraha, Eric dan Audita Setiawan. 2018. Non Performing Financing Factor in Syaria
Commercial Banking in Indonesia. International Journal of Commerce and Finance,
Vol. 4, Issue 1, 2018, page: 27-39
Prasasti, Defki dan Prasetiono. 2014. Analisis Pengaruh Pengaruh Financing To Deposit
Ratio, Non Performing Financing, Spread Bagi Hasil Dan Tingkat Bagi Hasil
Terhadap Pembiayaan Bagi Hasil (Studi Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia
Periode Tahun (2008-2013). Diponegoro Journal Of Management, ISSN, Vo.4 No. 4,
2014, Hal: 1-12
Solihatun. 2014. Analisis Non Performing Financing (NPF) Bank Umum Syariah Di
Indonesia Tahun 2007 – 2012. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.12, Hal 57-68

Anda mungkin juga menyukai