Anda di halaman 1dari 9

Timbul Haryono

ANALISIS METALURGI:

PERANANNYA DALAM EKPLANASI



ARKEOLOGI

Timbul Haryono

1. Pengantar dalam kerajinan berhubungan erat dengan

I
institusi sosial dan politik.
lmu arkeologi berusaha untuk menge-
Para pande logam dikatakan sebagai
tahui aspek perilaku manusia masa
full-time specialist atas dasar dua pertim-
lampau melalui jejak-jejak yang diting-
bangan. Pertama bahwa pengerjaan logam
galkan, yang berupa benda-benda, baik
memerlukan perhatian yang penuh (Childe,
yang berbentuk alat maupun bukan alat.
1942:77). Pertimbangan kedua, dalam seja-
Perilaku manusia yang telah menghasilkan
rah para pande logam bangsa Eropa pada
tinggalan-tinggalan arkeologis mencakup 3
awalnya mereka adalah itinerant yang tidak
hal, yaitu 'buat', 'pakai', dan 'buang' (Sharer
sempat atau tidak dapat memproduksi ma-
dan Ashmore, 1977) yang merupakan pro-
kanannya sendiri: "Metalworkers thus had
ses awal terbentuknya data arkeologi. Ana-
to make their living 'on the road', providing
lisis metalurgi berusaha menjawab atau
their services to many chiefs and villages"
menerangkan hal-hal yang bersangkut paut
(W ailes, 1996:5).
dengan proses buat dan proses pakai ter-
Akhirnya, isu tentang metalurgi juga ber-
hadap artefak. Di samping itu, analisis me-
pengaruh dalam hal difusi kebudayaan,
talurgi dapat pula dipakai untuk menjelas-
khususnya unsur teknologi. Di satu pihak
kan aspek-aspek kehidupan manusia dalam
adalah kelompok yang berpendapat bahwa
hal sosial, ekonomi, teknologi, dan ideologi.
hanya ada satu pusat munculnya penge-
Ada tiga jenis bahan utama yang pada
tahuan metalurgi yang kemudian menyebar
umumnya dipakai oleh manusia untuk pem-
ke beberapa tempat melalui difusi, sedang-
buatan alat yaitu: tanah, batu, dan logam.
kan pihak lain berpendapat bahwa ada be-
Ketiga jenis bahan inilah yang seringkali
berapa pusat munculnya metalurgi sebagai
masih bertahan menghadapi 'gigi waktu' se-
local development. Isu tersebut sangat me-
hingga dapat ditemukan oleh para peneliti.
warnai permasalahan kebudayaan logam di
Ketiga jenis bahan tersebut mempunyai
Asia Tenggara (Bayard, 1979; 1980).
proses teknologi yang berbeda. Jenis ba-
Dari paparan secara singkat seperti ter-
han logam memiliki proses yang lebih rumit
sebut di atas diketahui bahwa disiplin meta-
dibandingkan dengan yang lain, yang ke-
lurgi sangat bermanfaat bagi penelitian ar-
mudian melahirkan pengetahuan 'metalur-
keologi (Haryono, 1983). Oleh karena itu
gi'. Karena kerumitan itulah maka tidak
analisis metalurgis diharapkan dapat mem-
mengherankan apabila pengetahuan meta-
bantu ekplanasi dalam disiplin arkeologi.
lurgi kemudian menjadi tolok ukur bagi
Karangan singkat ini memaparkan metode
munculnya peradaban (Childe, 1950). Pe-
dan peranan analisis metalurgis bagi ke-
ngetahuan metalurgi itulah yang juga me-
pentingan ilmu arkeologi.
lahirkan craft specialization. Menurut V.G.

Childe perubahan teknologi dan spesialisasi


2. Aspek Historis dan Teknis

 Makalah dalam Seminar Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi, Lembang, 22—26 Juni 1999.
 Profesor Doktor, Master of Science, staf pengajar Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Humaniora Volume XIII, No. 1/2001 1


Analisis Metalurgi:Peranannya dalam Analisis Arkeologi

Metalurgi adalah cabang ilmu yang ber- peleburan (melting) sehingga tembaga da-

kaitan dengan metal atau logam. Namun, pat dicetak (Wheeler dkk., 1979:16-18;

batasan teknis tentang apa yang disebut Wertime, 1964:1257-1267). Sejak itulah ke-

'metal' tampaknya belum ada kesepakatan mudian dikenal teknik cetak (casting). De-

secara universal. Seorang ahli kimia atau ngan demikian, proses teknologi tembaga

ahli fisika barangkali akan mempunyai pan- alam tersebut adalah hammering, annea-

dangan yang berbeda. Bagi ahli metalurgi, ling, dan melting.

perhatian utama terhadap logam adalah Perkembangan tahap berikutnya adalah

sifat-sifat logam yang menyangkut sifat me- penemuan bijih tembaga melalui teknik pe-

kanis, elektris, dan magnetis (Brick, dkk. nambangan. Jenis bijih yang dimanfaatkan

1977:1). Tugas ahli metalurgi terutama ada- pada masa-masa awal meliputi jenis bijih

lah menemukan bagaimana cara memodifi- oksida (oxide-ores/carbonate ores), yaitu:

kasi dan mengubah sifat-sifat metalik me- cuprite (merah, Cu2O), malachite (hijau,

lalui kontrol komposisi dan unsur logam. Cu2(OH) 2CO3), azurite (biru, Cu3(OH)2

Perlu disebutkan bahwa atas dasar sifat- (CO3)2), dan chrysocolla (CuSiO32H2O)

sifat metalik tersebut ada dua jenis logam (Hodges, 1976:65). Keletakan jenis bijih

yang disebut dengan istilah unalloyed metal tembaga tersebut yang tidak terlalu dalam

(logam bukan paduan) dan alloyed metal (yaitu pada lapisan atau zona oksidasi) ba-

(logam paduan). Logam paduan adalah rangkali yang menyebabkan mudah ditam-

kombinasi antara dua jenis logam atau lebih bang oleh para penambang primitif (Pigott,

yang disatukan (dicampur) secara perma- 1981; Rosenfeld, 1965:134) dan mudah di-

nen dengan cara melebur bersama-sama kenali karena kenampakannya yang cemer-

(Knauth, 1974:12). Morton C. Smith (1956: lang biru, hijau, serta merah.

2) menyatakan bahwa, "It is customary to Fase historis penting dalam sejarah me-

reserve the term 'alloy' for metallic talurgi adalah fase ke-3, yaitu fase poli-

materials to which a foreign element or metalik. Fase tersebut adalah fase pemadu-

elements have been intentionally added for an tembaga dengan logam lain yang meng-

the direct purpose of altering their hasilkan perunggu. Perubahan dari un-

mechanical, physical, or chemical alloyed metal menjadi alloyed metal tentu

properties”. Jelaslah bahwa untuk dapat saja menyebabkan terjadinya perubahan

dinyatakan sebagai alloy harus ada faktor sifat-sifat tertentu. Logam paduan perunggu

kesengajaan (intensional) karena tujuan dapat terdiri atas dua komponen (binary

tertentu. alloy) dan dapat terdiri atas tiga komponen

Sebelum manusia mengenal alloy, jenis (ternary alloy) sebagai komponen utama,

logam yang paling awal digunakan untuk misalnya tembaga + timah (Cu+Sn) atau

bahan artefak adalah jenis tembaga alam tembaga + timah + timbal (Cu+Sn+Pb).

(native copper). Dalam metalurgi tahap se- Sejauh ini sejarah teknik penemuan pe-

lama pemanfaatan tembaga alam sebagai runggu masih menjadi perdebatan. Dalam

satu-satunya bahan metalik disebut sebagai hal perunggu-timah (tin bronze) para ahli

tahap monometalik. Jenis tembaga ini di- metalurgi menduga bahwa perunggu dibuat

dapatkan manusia bukan melalui penam- (Coghlan, 1975:35-36):

bangan bijih tembaga. Teknik pengerjaan-


a. dengan cara melebur (melting) tembaga
nya sangat sederhana yaitu hanya penem-
dan timah secara bersama-sama,
paan (hammering) untuk mendapatkan ben-

tuk yang diinginkan (Smith, 1981:78). Keti- b. dengan cara menambahkan mineral

ka itu belum dikenal teknik annealing, yaitu cassiterite (SnO) pada tembaga cair,

suatu proses pemanasan atau pembakaran


c. dengan cara melebur (melting) bijih lo-
objek agar menjadi lebih lunak sehingga
gam yang secara alami mengandung
mudah ditempa. Hal tersebut disebabkan
unsur Cu dan Sn, dan
oleh sifat tembaga alam yang lunak. Tekno-
d. dengan melebur (melting) bijih tembaga
logi tersebut merupakan an extension of
bersama dengan cassiterite.
lithic technologies (Wheeler dkk., 1979:17).

Namun, melalui pengalamannya yang pan- Perlu disebutkan bahwa ada sejenis bi-
jang akhirnya manusia menemukan teknik jih logam yang secara alami mengandung

2 Humaniora Volume XIII, No. 1/2001


Timbul Haryono

unsur tembaga dan timah, yaitu yang di- bandingkan dengan tembaga. Namun, pe-

sebut stannite. Namun, jika melebur jenis nambahan unsur tersebut hanya sampai

bijih tersebut tidak akan dihasilkan pe- pada batas persentase tertentu. Secara

runggu 'klasik'. Lagi pula belum ditemukan umum logam paduan perunggu lebih keras

bukti-bukti arkeologis bahwa jenis bijih ter- dibandingkan dengan tembaga. Tingkat ke-

sebut pernah dimanfaatkan pada masa kerasannya makin naik sejalan dengan

lampau. Meskipun pada dasarnya logam makin banyaknya unsur timah, tetapi logam

paduan perunggu adalah campuran antara menjadi lebih getas. Makin rendah kan-

tembaga dan timah, kadang-kadang dite- dungan unsur Sn, logam makin lunak. Ting-

mukan unsur lain dalam komposisinya, kat kekerasan dapat diakibatkan pula oleh

yaitu timbal (Pb). Penambahan timbal dapat proses pengerjaan. Penempaan dapat me-

meningkatkan fluiditas logam cair sehingga nyebabkan logam menjadi lebih keras.

dapat menghasilkan hasil cetakan yang ku- Namun, penempaan yang terus-menerus

alitasnya baik. Logam cair yang tingkat menyebabkan logam menjadi mudah patah.

fluiditasnya tinggi akan dapat memasuki Oleh karena itu, agar penempaan dapat di-

celah-celah cetakan yang rumit sebelum lakukan lagi logam harus dibakar (anneal-

proses solidifikasi berhenti. Biasanya cam- ing). Selain itu, unsur timah juga dapat me-

puran ini digunakan dalam pembuatan pa- nurunkan titik leleh (melting point). Tem-

tung. Timbal adalah logam yang lunak. baga (Cu) mempunyai titik leleh 1083° C,

Oleh karena itu, jarang digunakan sebagai timah (Sn) mempunyai titik leleh 232° C.

artefak teknomik. Sebagai logam paduan, Pada umumnya perunggu yang dicetak me-

timbal dapat dicampur dengan timah se- miliki unsur Sn berkisar 10% dan titik leleh-

hingga diperoleh apa yang disebut dengan nya turun sampai sekitar 900° C dan begitu

istilah pewter (Hodges, 1976:95). Keun- seterusnya. Pada komposisi sampai 30%

tungan paduan ini adalah bahwa logam Sn, disebut dengan istilah speculum, warna

akan lebih kuat dan tahan korosi diban- logam menjadi agak putih.

dingkan dengan bahan lain untuk bahan Selain artefak logam dari bahan seperti

pembuatan benda-benda wadah. Arsenik tersebut di atas, logam emas (Au) juga ba-

(As) seringkali juga ditambahkan pada lo- nyak dimanfaatkan untuk artefak dan untuk

gam perunggu. Dalam proporsi yang kecil, dekorasi. Logam emas adalah jenis logam

sampai 3%, menyebabkan logam menjadi yang lunak sehingga mudah dikerjakan. Ia

lebih keras dan jika unsur As lebih besar dapat ditempa sampai menjadi bentuk lem-

lagi menyebabkan logam menjadi getas. pengan yang sangat tipis tanpa harus di-

Logam paduan lainnya setelah penemu- panaskan. Untuk artefak perhiasan biasa-

an perunggu adalah brass (kuningan), yaitu nya dicampur dengan logam lain untuk

campuran antara tembaga dan seng (Zn). membentuk logam paduan. Logam lain un-

Makin banyak unsur Zn (sampai 30%) tuk membentuk alloy tersebut adalah tem-

menghasilkan warna makin kuning serta baga, perak (Ag), atau kedua-duanya.

meningkatkan kekerasan dan plastisitasnya Campuran dengan tembaga menyebabkan

(ductility). Penambahan 5% Zn, disebut de- warna emas menjadi kemerahan, sedang-

ngan istilah gilding metal, menyebabkan kan campuran perak menjadikan warna

warna menjadi keemasan. Oleh karena itu, emas keputih-putihan.

banyak dimanfaatkan untuk pembuatan Besarnya proporsi emas dalam suatu

perhiasan yang murah dan untuk proses campuran biasanya dinyatakan dalam ben-

pelapisan (gilding) tembaga atau perunggu. tuk 'karat' yaitu satuan 24 bagian. Hal ini

Penambahan 10% Zn, disebut commercial berarti bahwa jika dikatakan emas 24 karat

bronze, menyebabkan warna logam men- adalah emas yang tidak dicampurkan de-

jadi seperti perunggu dan lebih murah ngan logam lain; emas 18 karat berarti 18

dibandingkan dengan perunggu (Brick dkk., bagian berupa logam emas dan 6 bagian

1977:179). Unsur seng diperoleh dari bijih jenis logam lain. Namun untuk tujuan ana-

calamine (ZnCo3). lisis metalurgi cara seperti tersebut kurang

Sebagaimana telah disebutkan bahwa menguntungkan. Sebagaimana dicontoh-

penemuan logam paduan menghasilkan je- kan di atas dengan emas 18 karat tersebut

nis logam yang kualitasnya lebih baik di- hanya diketahui bahwa 6 bagian adalah

Humaniora Volume XIII, No. 1/2001 3


Analisis Metalurgi:Peranannya dalam Analisis Arkeologi

jenis logam lain yang mungkin lebih dari 3.3 Teknik Cetak

satu unsur. Oleh karena itu, jika campuran-


Pembuatan dengan teknik ini meng-
nya adalah tembaga dan perak, sulit dike-
gunakan sejenis cetakan yang dapat di-
tahui berapa bagian tembaga dan berapa
bedakan berdasarkan tipenya menjadi: tipe
bagian perak dari total 6 bagian tersebut.
cetakan terbuka atau cetakan tunggal
Untuk itu, disarankan bahwa analisis arte-
(open mould), tipe cetakan ganda (multi
fak emas adalah analisis komposisi persen-
mould atau piece mould), tipe cetakan
tase unsur.
setangkup (bivalve mould). Tipe cetakan

terbuka adalah tipe cetakan yang dapat


3. Teknik Pengerjaan dikatakan tertua. Benda yang dihasilkan

dengan cetakan tersebut biasanya pada


3.1 Teknik Tempa
salah satu sisinya datar. Cetakan
Pada prinsipnya teknik pengerjaan ar-
setangkup terdiri atas dua bagian, masing-
tefak perunggu adalah teknik tempa dan
masing merupakan separoh bagian benda
teknik cetak. Dalam hal teknik tempa pe-
yang ingin dihasilkan, kemudian
ngerjaan logam tembaga dan paduannya
ditangkupkan untuk membentuk benda
adalah tempa dingin - cold working. Pe-
utuh. Adapun cetakan multi mould adalah
ngertiannya adalah penempaan dilakukan
cetakan yang terdiri dari bagian-bagian ce-
dalam keadaan dingin tanpa dibarengi de-
takan yang lebih dari dua bagian.
ngan proses pembakaran seperti halnya
Untuk pembuatan benda yang bentuk-
besi. Namun, perlu diketahui bahwa pe-
nya lebih rumit dan kompleks biasanya di-
nempaan yang terus-menerus logam men-
gunakan metode cetak lost wax atau cire
jadi keras dan mudah retak karena struktur
perdue. Proses pencetakan dengan metode
kristal logam mengalami distorsi dan sam-
tersebut terdiri atas tiga tahap yang disebut
pai titik tertentu tidak dapat ditempa lagi.
tahap positif, negatif, dan positif. Tahap
Sebelum mencapai titik kritis tersebut lo-
positif yang pertama adalah membuat se-
gam harus dipanaskan perlahan-lahan (pro-
buah model benda yang ingin dihasilkan
ses annealing) sampai menjadi agak keme-
dari bahan tanah liat. Model tersebut kemu-
rahan kemudian dibiarkan dingin. Dalam
dian dibalut dengan lilin sampai pada ke-
keadaan demikian, struktur kristal yang ba-
tebalan tertentu. Lilin yang di dalamnya ber-
ru akan terbentuk lagi sehingga penempaan
isi model tersebut kemudian dibungkus
dapat dilakukan lagi sampai memperoleh
dengan tanah liat untuk selanjutnya di-
bentuk yang diinginkan. Pada penempaan
bakar. Pada waktu pembakaran, lilin akan
yang terakhir tidak diikuti dengan proses
mencair dan mengalir keluar melalui lubang
annealing agar tingkat kekerasannya tidak
yang telah disediakan saat pembalutan.
menurun.
Hasilnya adalah bahwa tanah pembalut lilin

tadi menjadi cetakan yang negatif. Selan-


3.2 Raising dan Sinking jutnya, logam cair dituang ke dalam cetakan

tersebut sehingga menghasilkan benda


Untuk pembuatan benda-benda wadah,
yang diinginkan.
penempaan yang dilakukan ada 2 macam
Apabila diperlukan penyambungan an-
yang disebut dengan istilah raising dan
tarbagian artefak dapat digunakan teknik
sinking, blocking atau hollowing (Hodges,
running-on, burning-on, atau casting-on.
1976:73-76). Teknik tersebut biasa diterap-
Selain itu juga dapat digunakan teknik
kan untuk pembuatan benda-benda wadah
welding, soldering, dan riveting. Untuk
atau benda yang berbentuk cekung. Teknik
teknik casting-on pada ujung bagian yang
raising adalah penempaan dari sisi luar
akan disambung atau digabungkan terlebih
artefak pada sebuah landasan yang ber-
dahulu dibalut dengan tanah liat yang di
bentuk cembung (dome-headed anvil). Se-
dalamnya diisi dengan lilin (seperti pada
baliknya, teknik sinking adalah penempaan
teknik cire perdue). Setelah dipanaskan,
yang dilakukan dari sisi dalam. Selain itu,
rongga yang ditinggalkan oleh lilin kemu-
ada teknik yang disebut dengan istilah
dian diisi dengan logam cair sebagai bahan
spinning yang pada prinsipnya sama de-
penyambung. Untuk teknik welding, kedua
ngan teknik raising yang bersifat mekanik.
ujung bagian yang akan disambung dibakar

4 Humaniora Volume XIII, No. 1/2001


Timbul Haryono

sampai mendekati titik leleh (melting point) menghasilkan titik leleh (melting point) 878°

kemudian ditempa sehingga keduanya da- C, 185° C di bawah titik leleh emas murni.

pat menjadi satu. Soldering adalah pe-

nyambungan dengan menggunakan soldir.


4. Metode Analisis
Bahan soldir yang digunakan adalah padu-
Uraian di muka bertujuan untuk mem-
an 55% Cu + 45% Zn (disebut sebagai
berikan gambaran proses pembuatan arte-
soldir keras) atau 67% Pb + 33% Sn (soldir
fak logam. Berdasarkan pada uraian ten-
lunak) (Hodges, 1976:76).
tang proses teknik pembuatan tersebut di-

peroleh pokok-pokok permasalahan tentang


3.4 Teknik Dekorasi
bahan, komposisi bahan, dan teknik pem-

Pembuatan dekorasi untuk artefak tem- buatan. Analisis metalurgi pada prinsipnya

baga dan perunggu dapat dilakukan de- bertujuan untuk menjawab pertanyaan ten-

ngan beberapa teknik: repoussé, chasing, tang ketiga hal tersebut. Pemilihan metode

engraving, overlying, flushing. Teknik re- analisis artefak logam sepatutnya disesuai-

possé adalah pembuatan dekorasi dengan kan dengan permasalahan yang akan di-

penempaan dari sisi belakang sehingga jawab dan urgensi permasalahan tersebut

menimbulkan hiasan berbentuk relief. Pe- dalam konteksnya dengan arkeologi. Meski-

nempaan dilakukan secara hati-hati dan pun analisis metalurgi itu pada dasarnya

perlahan-lahan. Teknik tersebut juga dapat menjawab permasalahan yang sifatnya

dilakukan dengan penempaan bagian teknis, hasil analisis tersebut akan sangat

permukaan yang disebut chasing. Kedua membantu untuk ekplanasi arkeologis mi-

macam teknik tersebut tidak meninggalkan salnya aspek sosial, ekonomi, dan ideologi.

goresan seperti halnya pada teknik en-

graving. Teknik overlying dilakukan dengan


4.1 Pokok-pokok metode analisis
menempelkan logam lain pada artefak lo-
metalurgi
gam yang akan dihias kemudian dipukul-
Pada dasarnya metode analisis artefak
pukul sampai menempel. Adapun teknik
logam terdiri atas analisis fisik dan
flushing atau flashing adalah melapisi per-
analisis kimiawi. Analisis fisik meliputi
mukaan artefak dengan lempengan logam
analisis warna, kekerasan, radiografi,
dengan menggunakan soldir. Selain itu, ada
dan metalografi. Analisis kimiawi
teknik lain yang disebut gilding, yaitu mela-
meliputi: analisis kuantitatif dan X-ray
piskan lempengan logam dengan meng-
Diffraction.
gunakan zat adesive. Adapun untuk teknik

amalgam-gilding pertama-tama dibuat pa-

duan antara emas dan air raksa untuk 4.1.1 Warna

membentuk sebuah amalgam kemudian di-


Analisis warna sebenarnya kurang men-
lapiskan pada permukaan objek. Tahap se-
jamin akurasi penentuan jenis bahan ter-
lanjutnya adalah memanaskan objek ter-
utama jika artefaknya telah mengalami ko-
sebut untuk menghilangkan unsur mercury.
rosi. Jenis logam yang berbeda kadang-
Untuk pembuatan artefak emas, selain
kadang mempunyai kemiripan dalam hal
dengan teknik tempa, juga dapat dilakukan
warna. Paduan Cu-Ag yang terkorosi (ba-
dengan pembuatan menjadi bentuk kawat
gian Cu-nya) akan tampak berwarna hijau
terlebih dahulu. Teknik tersebut dinamakan
seperti kenampakan perunggu. Artefak
filigree, yang kemudian disatukan dengan
yang dibuat dari perak mungkin kenam-
soldir. Biasanya teknik ini digunakan untuk
pakan warnanya akan mirip dengan logam
pembuatan perhiasan. Apabila logam emas
speculum. Brass dengan perunggu timah
dibentuk menjadi butiran-butiran kecil, tek-
yang mengandung Pb yang tinggi juga me-
nik tersebut dinamakan granulation. Pe-
miliki kemiripan warna (Hodges, 1976:207).
nyambungan dilakukan dengan mengguna-

kan soldir yang berupa logam paduan emas


4.1.2 Specific Gravity (Berat Jenis)
+ tembaga dalam komposisi persentase

82% Au dan 18% Cu dan soldir tersebut Berat Jenis masing-masing logam ber-

dinamakan soldir emas. Komposisi tersebut beda. Oleh karena itu, analisis tersebut da-

pat menjawab pertanyaan apakah logam

Humaniora Volume XIII, No. 1/2001 5


Analisis Metalurgi:Peranannya dalam Analisis Arkeologi

yang dimaksud murni atau paduan. Namun, yang disebut BHN (Brinell Hardness Num-

untuk informasi komposisi unsur juga ku- ber).

rang akurat karena, sebagai contoh, alloy Sebagaimana telah diuraikan di muka

Cu 90%-Sn 6%-Pb 4% berat jenisnya bahwa skala kekerasan artefak logam da-

hampir sama dengan tembaga murni. Be- pat menggambarkan komposisi unsur dan

rikut adalah tabel Specific Gravity beberapa teknik pengerjaannya. Artefak logam yang

jenis logam tertentu (Hodges, 1976:208): semata-mata dicetak mempunyai kekeras-

an lebih rendah jika artefak tersebut dalam

Antimoni - 6.62 Timbal - 11.34 pembuatannya ditempa. Komposisi Cu:Sn

yang berbeda pada artefak perunggu me-


Arsenik - 5.72 Nekel - 8.80 nunjukkan pula perbedaan skala kekeras-

annya. Sebagai contoh dapat dikutip tabel


Tembaga - 8.93 Perak - 10.50
berikut (Barnard dan Sato Tamotsu,

1975:72).
Emas - 19.30 Timah - 7.28

Artefak Cu Sn Pb BHN
Besi - 7.86 Zeng - 7.10

Kapak perunggu 84 15 - 100

4.1.3 Skala Kekerasan Mata tombak 80 17 - 97

Analisis skala kekerasan cukup berman-


Kapak perunggu 82 10 7 60-70
faat untuk menjelaskan teknik pengerjaan

artefak, terutama jika komposisi unsurnya


Mata tombak 98 1 1 31
telah diketahui. Kekerasan logam diukur

dengan menggunakan metode bermacam-


Perunggu dengan komposisi Cu:Sn =
macam seperti metode Vicker yang meng-
90:10 jika hanya dicetak mempunyai skala
hasilkan skala Vicker's Pyramid Number
kekerasan sekitar 88 BHN. Namun, jika lo-
(VPN) dan Brinell. Salah satu yang lazim
gam tersebut ditempa, skala kekerasannya
digunakan adalah metode Brinell. Pada me-
meningkat menjadi 228 BHN. Untuk se-
tode ini sebuah bola baja ditekankan pada
kedar memperoleh gambaran, skala keke-
objek yang diukur dengan beban tertentu.
rasan Brinell dan perbandingannya dengan
Diameter jejak beban tersebut kemudian
skala kekerasan Mohs dapat dilihat pada
diukur dan dengan menggunakan tabel
tabel berikut (Hodges, 1976:179):
kemudian dikonversikan ke dalam skala

Skala Mohs Skala Brinell Skala Moh Skala Brinell

8.0 627 6.0 302

7.5 555 5.5 248

7.0 444 5.0 182

6.5 375 4.5 149

4.1.4 Analisis Radiografi tidaknya sambungan pada logam yang

sama.
Analisis radiografi termasuk salah satu

metode analisis metalurgi yang bersifat

nondestruktif. Prinsip metode ini adalah me- 4.1.5 Analisis Metalografi

motret objek dengan menggunakan sinar-X


Metode ini termasuk metode destruktif
(Brick dkk., 1977:459-460). Hasil foto radio-
karena harus mengambil (memotong) sam-
graf dapat mengungkap keberadaan jenis-
pel artefak yang akan diteliti. Tujuan ana-
jenis logam yang berbeda dalam satu arte-
lisis metalografi ialah untuk mengetahui ke-
fak dan juga dapat menunjukkan ada dan
adaan struktur mikro sebagai akibat dari

6 Humaniora Volume XIII, No. 1/2001


Timbul Haryono

proses pengerjaan. Proses analisisnya ada- ris sejajar (twin line) begitu seterusnya. De-

lah cutting, mounting, grinding, polishing, ngan demikian, tampak jelas perbedaan

etching, baru kemudian diperiksa melalui mikro-struktur kristal antara logam cetak

mikroskop. Analisis ini memerlukan kesa- dan logam tempa (Haryono, 1985). Berhu-

baran dan ketelitian. Cutting adalah pemo- bung dengan sifat analisis yang destruktif

tongan sampel dengan gergaji halus dan itu maka sebaiknya analisis metalografi di-

besarnya sampel disesuaikan dengan kea- lakukan pada kondisi yang sangat penting.

daan objek. Demikian pula penentuan ba-

gian mana yang harus dipotong harus di-


4.1.6 Analisis Difraksi Sinar-X (X-ray
pertimbangkan dengan seksama agar tidak
Diffraction)
lebih merusak kenampakan objek. Selan-
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
jutnya, potongan sampel tersebut ditempat-
mikro-struktur logam sebagaimana
kan pada bahan yang disebut thermoset
halnya analisis metalografi. Oleh
plastic (seperti phenolic) agar dapat mudah
karena itu, hasilnya dapat menjelaskan
dipegang untuk proses berikutnya (mount-
metode dan teknik pengerjaan artefak
ing). Grinding dilakukan agar permukaan
yang dianalisis. Perunggu cetak
sampel menjadi rata dengan menggunakan
dengan perunggu tempa akan meng-
abrasive grits secara berturut-turut dari
hasilkan pola difraksi yang berbeda.
kasar sampai yang halus. Selama proses
Metode tersebut sangat bermanfaat
grinding dilakukan, sampel dapat menjadi
jika objek yang dianalisis belum rusak
panas. Oleh karena itu, harus diberi air. Po-
(korosi). Namun, perlu dicatat bahwa
lishing dikerjakan dengan menggunakan
pola difraksi yang terekam hanyalah
kain abrasive yang sangat halus di atas
bagian permukaan objek (artefak),
sebuah roda putar agar diperoleh permu-
sementara bagian dalam tidak
kaan yang benar-benar rata dan halus tidak
diketahui.
ada goresan. Tahap selanjutnya adalah

etching yaitu membasahi permukaan sam-

pel dengan bahan kimiawi tertentu agar 4.1.7 Analisis Elemental-Kuantitatif

struktur mikro logam menjadi lebih jelas di-


Analisis kuantitatif bertujuan untuk me-
lihat dengan mikroskop dengan magnifikasi
ngetahui unsur-unsur logam paduan dan
rendah atau magnifikasi tinggi.
komposisinya. Oleh karena itu, dapat dise-
Struktur mikro logam dapat menunjuk-
but juga dengan istilah analisis elemental
kan apakah artefak yang dianalisis diker-
(Haryono, 1984). Metode analisis yang di-
jakan dengan teknik tempa, teknik cetak,
gunakan biasanya disebut spectrometry.
ada dan tidaknya proses annealing. Meta-
Hasil yang dicapai dari analisis tersebut
lografi pada dasarnya terletak pada suatu
adalah macam-macam unsur logam yang
fakta bahwa logam sebenarnya adalah
terdapat pada suatu artefak dan berapa
unsur yang bersifat kristalin. Atom yang
persentase masing-masing unsur tersebut.
membentuk logam tersusun secara teratur
Permasalahan yang dihadapi dalam hal ini
membentuk space lattice. Jika sebuah lo-
adalah tidak semua unsur yang ada dapat
gam meleleh, susunan yang teratur akan
dinyatakan sebagai alloy, dalam pengertian
berubah menjadi acak. Jika logam tersebut
bahwa keberadaan unsur tersebut secara
dingin, kristal-kristal kecil akan terbentuk
sengaja. Unsur-unsur logam dalam persen-
menjadi pola dendrite. Proses pendinginan
tase yang sangat kecil mungkin hanya me-
yang berlangsung terus akan menyebabkan
rupakan impurity yang berasal dari jenis
dendrite tersebut berkembang sampai pada
bijih logamnya.
suatu saat satu sama lain saling berhu-
Perbandingan komposisi unsur akan sa-
bungan. Masing-masing dendrite tersebut
ngat bermanfaat untuk menjelaskan bahan
menjadi bentuk kristal yang disebut dngan
suatu artefak, alasan teknis pencampuran.
istilah grain. Apabila logam tersebut ditem-
Mungkin dalam hal jumlah artefak yang
pa pola dendritik akan rusak dan terbentuk
dianalisis cukup banyak maka perbanding-
garis-garis slip (slip lines). Jika penempaan
an komposisi unsurnya dapat menjelaskan
kemudian diikuti dengan proses annealing,
apakah terjadi teknik daur-ulang dalam
pola strukturnya berubah menjadi garis-ga-
pembuatannya.

Humaniora Volume XIII, No. 1/2001 7


Analisis Metalurgi:Peranannya dalam Analisis Arkeologi

Analisis metalurgi sebagaimana telah di- ture. Asian and Pacific Archaeology

paparkan secara singkat tersebut sangat Series 9. Honolulu: Social Science

bermanfaat bagi disiplin arkeologi. Oleh ka- Institute, University of Hawaii, hal.

rena itu, apabila dalam suatu ekskavasi di- 191-214.

temukan artefak logam, sebaiknya analisis

metalurgi segera dilakukan. Peneliti dapat Barnard, Noel dan Sato Tamotsu. 1975.

menyatakan bahwa artefak logam yang di- Metallurgical Remains of Ancient

temukan dibuat dari bahan besi, tembaga, China. Tokyo: Nichiosa.

perunggu, dan sebagainya harus didukung

oleh bukti-bukti hasil analisis metalurgi. Pe- Brick, Robert M., Alan W . Pense, Robert B.

nafsiran atas dasar pengamatan mata te- Gordon. 1977. Structure and Proper-

lanjang saja tidak valid. ties of Engineering Materials. Mc

Jenis-jenis metode analisis yang dipilih Graw-Hill, Inc.

harus didasarkan pada permasalahan po-

kok yang ingin dipecahkan. Setiap artefak Childe, V. Gordon. 1942. What Happened

logam akan memerlukan analisis metalurgi in History. Harmondsworth: Penguin

yang berbeda dan tidak setiap artefak lo- Books.

gam yang ditemukan dalam penelitian ha-

rus dianalisis secara metalurgis. Harus di- ———. 1950. “The Urban Revolution” in

sadari bahwa dalam beberapa hal tertentu Town Planning Review 21 (1):3-17.

analisis metalurgis bersifat destruktif karena

harus mengambil sampel dengan cara me- Coghlan, H.H. 1975. “Notes on the Pre-

motong atau mengebor artefak. Hal inilah hoatoric Metallurgy of Copper and

yang kadang-kadang menjadi kendala da- Bronzes in the Old World”. T.K.

lam suatu penelitian arkeologi. Namun, Penniman and B.M.Blackwood (ed.).

apabila urgensi analisis telah ditentukan, Occasional Paper on Technology 4,


nd
analisis metalurgis tidak dapat dihindari. 2 ed. Oxford University Press.

Hasil analisis metalurgi bukan hanya

dapat menjawab permasalahan teknis ar- Haryono, Timbul. 1983. “Studi Arkeometa-

keologis, tetapi juga dapat membantu dan lurgi dalam Disiplin Arkeologi” dalam

mendukung menjelaskan aspek-aspek kehi- Berkala Arkeologi IV (2). Balai Arke-

dupan manusia masa lampau seperti aspek ologi Yogyakarta

sosial-ekonomi, aspek simbolik-religius, dan

aspek kehidupan lainnya (Haryono, 1994). ———. 1983. “Analisis Elemental Benda-

benda Perunggu Situs Gunungwing-

ko: Evaluasi Metalurgi” dalam Rapat

Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi

II, Jakarta: Pusat Penelitian

DAFTAR PUSTAKA Arkeologi Nasional.

———. 1983. “Metode Penelitian Artefak


Bayard, Donn T. 1979. “The Chronology of
Logam: Referensi Khusus pada Ana-
Prehistoric Metallurgy in Northeast
lisis Mikrografis” dalam Rapat Eva-
Thailand: Silãbhûmi or Samrddha-
luasi Metode Penelitian Arkeologi II.
bhûmi?” Dalam R.B.Smith dan W.
Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi
Watson (ed.) Early South East Asia.
Nasional.
Essays in Archaeology, History, and

Historical geography halm. 15-32.


———. 1994. “Aspek Teknis dan Simbolis
New York: Oxford University Press.
Artefak Perunggu Jawa Kuno Abad

VIII-X”. Disertasi Universitas Gadjah


———. 1980. “An Early Indigenous Bronze
Mada Yogyakarta.
Technology in Northeast Thailand:

Its Implications for the Prehistoriy of

East Asia”. H.H.E. Loofs Wissowa

(ed.) The Diffusion of Material Cul-

8 Humaniora Volume XIII, No. 1/2001


Timbul Haryono

Hodges, Henry. 1975. Artifacts: An Intro- Smith, Cyril Stanley. 1981. A Search for

duction to Early Materials and Tech- Structure. Cambridge, Massachus-

nology. London: John Baker. sets: The MIT Press.

Knauth, Percy. 1974. The Metalsmiths. New Smith, Morton C. 1956. Alloys Series in

York: Time-Life Books. Physical Metallurgy. New York:

Harper & Brothers.

Pigott, Vincent Charles. 1980. “The

Adoption of Iron in Western Iran in Wailes, Bernard. 1996. “V. Gordon Childe

the Early First Millenium BC: An and the Relations of Production”.

Archaeometallurgical Study”. Disser- Bernard Wailes (ed.). Craft Spe-

tation University of Pennsylvania, cialization and Social Evolution: In

Philadelphia. Memory of V. Gordon Childe. Phila-

delphia: The University of Archaeo-

Rosenfeld, Andree. 1965. The Inorganic logy and Anthropology University of

Raw Materials of Antiquity. London: Pennsylvania.

Wiedenfeld and Nicholson.

Wertime, Th. A. 1964. “Man's First Encoun-

Sharer, Robert J. dan Wendy Ashmore. ters with Metallurgy” in Science 146:

1975. Fundamentals of Archaeology. 1257-1267.

California: The Benjamin/Cumming

Publishing Company, Inc. W heeler, Tamara Stech, Robert Maddin,

James Muhly. 1979. “Ancient Me-

tallurgy: Materials and Techniques”

in Journal of Metal 31 (9):16-18.

Humaniora Volume XIII, No. 1/2001 9

Anda mungkin juga menyukai