Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH JARAK ANTAR KRIB TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN

PADA MODEL SALURAN

Andi Abd. Rahim, Farouk Maricar, Silman Pongmanda


Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi
Andi Abd. Rahim
Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin Makassar, 90245
Hp : 0852 55349545
e-mail: andiabdulrahim@gmail.com
Jurnal Penelitian Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

PENGARUH JARAK ANTAR KRIB TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN PADA


MODEL SALURAN

Farouk M.1, Silman P.1, A.A. Rahim2

ABSTRAK : Sungai merupakan suatu unsur alam yang sangat berperan dalam membentuk corak kehidupan
suatu masyarakat. Dalam upaya pemanfaatan potensi sungai tersebut, manusia tidak akan lepas dari konsekuensi
untuk melakukan rekayasa terhadapnya yang diperlukan untuk lebih banyak mengambil manfaatnya. Saat ini
banyak sungai mengalami kerusakan seperti, gerusan pada tebing sungai, ambruknya tebing sungai, dan longsor.
Sehingga perlu bangunan kontrol untuk menyeimbangkan dasar sungai dan melindungi dasar serta tebing sungai
dengan memasang krib. Penelitian ini dilakukan dengan membuat prototipe dengan skala yang lebih kecil,
dimana krib ini dipasang tegak lurus terhadap saluran dengan 3 variasi jarak antar krib yaitu 20 cm, 40 cm dan
80 cm. Pengambilan data dilakukan pada 6 penampang dengan 3 titik peninjauan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengaruh pemasangan jarak krib terhadap karakteristik aliran adalah berubahnya kecepatan
aliran sehingga merubah jenis aliran pada tiap model, terjadinya penurunan kecepatan, dapat mempertahankan
tebing dari proses gerusan oleh kecepatan air. Berdasarkan pengaturan variasi jarak antar krib yakni pada model
tanpa krib maupun menggunakan krib dengan model M-1 (jarak krib 20 cm), model M-2 (jarak krib 40 cm), dan
model M-3 (jarak krib 80 cm) berdasarkan angka Froude karakteristik aliran yang terjadi yaitu aliran subkritis.
Sementara berdasarkan angka Reynolds karakteristik aliran yang terjadi adalah aliran turbulen pada titik-tik
peninjauan yang telah ditentukan baik pada model tanpa krib maupun model krib M-1, M-2 dan M-3.

Kata Kunci: sungai, model krib, jenis aliran, Froude, Reynolds

THE EFFECT OF CRIB’S DISTANCE FOR CHARACTERISTIC OF WATER FLOW IN


THE TERM OF CHANNEL FORM

Farouk M.1, Silman P.1, A. A. Rahim2

ABSTRACT : In fact, the river made an important role in creating people’s way of life. And as we know,
engineering method is necessary so we can utilize the source of the river. Nowadays, many of them have been
damage, such us eroded on river cliff and avalanche. Therefore, we need some structure to balance the riverbed
and also protect the cliff by placing crib. This research is conducted by create a prototype with more less scale,
which is placing the crib exactly perpendicular with the channel. Within 3 variations of distance between crib
which is 20 cm, 40 cm and 80 cm. Data retrieved in each 9 section the channel, with 3 observe point. The results
of this study indicate that the effect of the installation of the crib distance to the flow characteristics is the change
in flow rate so as to change the type of flow in each model, the decrease in speed, can defend the cliff from the
scouring process by the speed of water. Based on the variation of the distance between the crib settings on the
model without the crib or use the crib with the model M-1 (20 cm crib distance), M-2 model (40 cm crib
distance), and M-3 model (80 cm crib distance) Froude flow characteristics that occur is subcritical flow.
Meanwhile, based on the Reynolds number, the flow characteristics that occur are turbulent flow at a
predetermined tick point in both the crib and M-1, M-2 and M-3 models.

Keywords: river, crib’s model, flow type, Froude, Reynolds

1Dosen, Jurusan Teknik Sipil, UniversitasHasanuddin,Gowa92172, INDONESIA


2Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Gowa92172, INDONESIA
PENDAHULUAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Indonesia memiliki sangat banyak sungai dan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sistem
anak-anak sungai yang memiliki potensi untuk Hidrolika Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
menyediakan sumber air yang dapat dimanfaatkan Hasanuddin, dan penelitian dilakukan dalam kurun
untuk pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat. Saat waktu kurang lebih satu bulan.
ini Indonesia memiliki sedikitnya 5.950 sungai utama
dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5 ribu sungai Jenis Penelitian dan Parameter yang Diteliti

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen


di laboratorium, dimana kondisi tersebut dibuat dan
utama panjang totalnya mencapai 94.537 km dengan diatur oleh sipeneliti dengan menggunakan skala
luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 model. Parameter yang diteliti adalah kecepatan aliran
km². Selain mempunyai fungsi hidrologis, sungai juga (v), dan tinggi permukaan air (h).
memiliki peran penting dalam menjaga
keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, Sumber Data Penelitian
transportasi, dan lainnya.
Pada penelitian ini kami hanya menggunakan satu
Sungai merupakan suatu unsur alam yang sangat
sumber data, yakni data primer. Data primer adalah
berperan dalam membentuk corak kehidupan suatu yaitu, data yang diperoleh langsung dari pengamatan
masyarakat. Ketersediaan air dan potensi-potensi yang di laboratorium.
terkandung di dalamnya menarik manusia untuk
memanfaatkannya. Dalam upaya pemanfaatan potensi Perancangan Model
sungai tersebut manusia tidak akan lepas dari
konsekuensi untuk melakukan rekayasa terhadapnya Rancangan simulasi untuk model dapat dilihat
yang diperlukan untuk lebih banyak dapat mengambil pada gambar 1. Kecepatan aliran diukur pada tiap-tiap
penampang, di depan dan di belakang model sejumlah
manfaatnya.
6 penampang dengan 3 titik peninjauan.
Saat ini sebagian daerah aliran sungai di Indonesia Penamaan model adalah M-1 (Model 1 dengan
mengalami kerusakan sebagai akibat dari aliran yang jarak antar krib 20 cm), M-2 (Model 2 dengan jarak
terjadi pada sungai yang biasanya disertai pula dengan antar krib 40 cm), dan M-3 (Model 3 dengan jarak
proses penggerusan/erosi dan endapan/deposisi. antar krib 80 cm).
Namun dalam keadaan yang parah hal ini dapat
menyebabkan longsoran (sliding) dengan massa yang
besar pada tebing sungai dan dapat menyebabkan
kerusakan pada infrastruktur yang ada. Perubahan
dasar dan tebing sungai dapat menyebabkan
ketidakseimbangan angkutan sedimen sehingga perlu
ditempatkan beberapa bangunan kontrol untuk
menyeimbangkan kondisi sungai. Salah satu bangunan
kontrol untuk menyeimbangkan dan melindungi dasar
serta tebing sungai adalah dengan pemasangan krib.
Krib adalah bangunan yang berfungsi untuk
mengadakan perbaikan sungai dengan menggunakan
tenaga pengaliran dari sungai itu sendiri. Krib
berfungsi mengatur arah aliran, memperlambat aliran Gambar 1.Rancangan simulasi model
pada belokan sungai, serta melindungi tebing sungai
dari pukulan air. Perlindungan dengan menggunakan Adapun model krib dan gambar model yang
bangunan krib, selain dapat dipasang pada belokan digunakan akan ditunjukkan pada gambar di bawah:
sungai juga dapat dipasang sebelum belokan
sungai.Dengan pemasangan krib pada sungai maka
akan terjadi suatu perubahan pola aliran, begitu pula
dengan jarak pemasangan antar krib tentu akan
berpengaruh pada karakteristik aliran suatu sungai.

METODOLOGI PENELITIAN
Simulasi Model

1. Rangkaian simulasi yang akan dilakukan dalam


penelitian ini diklasifikasikan kedalam dua
kelompok parameter, yaitu parameter simulasi dan
parameter amatan. Parameter simulasi terdiri dari
variasi kecepatan (v), dan jarak pemasangan antar
krib (cm)yang merupakan variabel tetapan.
Sedangkan parameter amatan adalah adanya
25 25 25 25

0.5 1.0 0.5 1.0 0.5 1.0 0.5 1.0 0.5 1.0 perubahan pola aliran yang terjadi yang dapat
46.5 diketahui dari pengukuran kecapatan aliran dan
Tumpukan Geobag isi kerikil
Papan tebal 3 cm lebar 30 cm
Pasir/tanah
Besi dia 6 mm
menuangkan tinta pada aliran.
Muka Air
2. Langkah awal adalah melakukan kalibrasi terlebih
9

dahulu pada peralatan percobaan.


3. Setelah model siap, proses running dimulai dengan
3

menyalakan pompa sirkulasi terlebih dahulu


Gambar 2. Model krib permeabel dan impermeabel sampai aliran permukaan pada saluran menjadi
stabil. Besarnya debit yang dialirkan secara
perlahan dan diatur sesuai prosedur yang
9.0
diinginkan.
3.0
4. Setelah mencapai kecepatan aliran dengan
menggunakan current meter dan tabung pitot pada
tiap penampang kemudian mencatatkan hasilnya
pada table data yang telah disiapkan.
5. Selanjutnya mengukur variasi tinggi muka air
25 25 25 25

tertinggi dan terendah pada aliran.


Gambar 3. Denah model flume 6. Prosedur 2-4 diulangi kembali untuk variasi jarak
krib yang berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecepatan Aliran

Pembacaan kecepatan aliran dilakukan dengan


0.5 1.0

46.5 metode menggunakan current meter. Pengukuran


Tumpukan Geobag isi kerikil
Papan tebal 3 cm lebar 30 cm
dengan menggunakan current meter dilakukan
Pasir/tanah
Besi dia 6 mm dengan meletakkan pembaca current meter pada
aliran air. Selanjutnya akan dibaca pada bacaan
Muka Air

9 current meter untuk mengetahui data kecepatan aliran.


5

3
Data Kecepatan Aliran
9 12 9

30
Data kecepatan aliran tanpa pemasangan model
krib dirata-ratakan menjadi 0.38 m/s, karena jenis
Gambar 4. Potongan melintang model flume alirannya steady flow. Untuk data kecepatan aliran
dengan pemasangan model krib M-1 bervariasi antara
0.10 m/s - 0.47 m/s. Untuk Data kecepatan aliran
dengan pemasangan model krib M-2 bevariasi antara
25 25 25 25

0.5 1.0 0.5 1.0 0.5 1.0 0.5 1.0 0.5 1.0 0.10 m/s - 0.55 m/s, sedangkan untuk data kecepatan
Tumpukan Geobag isi kerikil
46.5
aliran dengan pemasangan model krib M-3 bervariasi
antara 0.11 m/s – 0.57m/s.
Papan tebal 3 cm lebar 30 cm
Pasir/tanah
Besi dia 6 mm
Muka Air

3
Data Tinggi Variasi Muka Air

Gambar 5. Potongan memanjang flume Data tinggi variasi muka air tanpa pemasangan
model krib dirata-ratakan menjadi 0.017 m, karena
jenis alirannya steady flow. Untuk model krib M-1
9.0
bervariasi antara 0.028 m – 0.0605 m, model krib M-2
3.0

25 25 25 25
bervariasi antara 0.0265 m – 0.06 m dan model krib penggunaaan model krib membawa pengaruh terhadap
M-3 bervariasi antara 0.015 m – 0.059 m. nilai Re yang terjadi, yakni ketika penggunaan model
krib nilai Re mengalami kenaikan dibandingkan
Tipe Pola Aliran Yang Terjadi Pada Saluran
dengan percobaan tanpa menggunakan model krib,
Tipe pola aliran juga akan dibedakan sesuai dengan kecuali pada titik peninjauan 2 (15 cm) model krib M-
tipe percobaan yang dilakukan. Tipe aliran yang akan 1 dan M-2, nilai Re pada titik ini lebih rendah
digunakan ditinjau berdasarkan bilangan Froude dan dibanding ketika tanpa model krib.
angka Reynolds yang diperoleh dari hasil analisis
seperti pada Gambar di bawah ini.

Gambar 6. Grafik hubungan antara Fr dan x pada Gambar 8. Grafik hubungan antara Fr dan x pada
penampang A penampang B

Gambar 7. Grafik hubungan antara Re dan x pada


penampang A Gambar 9. Grafik hubungan antara Re dan x pada
penampang B
Berdasarkan gambar 6 dapat diketahui bahwa tipe
aliran yang terjadi pada penampang A sebelum dan
Berdasarkan gambar 8 dapat diketahui bahwa tipe
setelah pemasangan krib baik model M-1, M-2,
aliran yang terjadi pada penampang B sebelum dan
maupun M-3 adalah subkritis (Fr<1). Dapat diketahui
setelah pemasangan krib baik model M-1, M-2,
pula bahwa penggunaan model krib membawa
maupun M-3 adalah subkritis (Fr<1). Dapat diketahui
pengaruh terhadap nilai Fr, meskipun secara
pula bahwa penggunaan model krib membawa
keseluruhan aliran pada penampang C adalah subkritis,
pengaruh terhadap nilai Fr, meskipun secara
terjadi penurunan nilai Fr yaitu nilai Fr menjadi lebih
keseluruhan aliran pada penampang C adalah subkritis,
kecil ketika menggunakan model krib dibandingkan
terjadi penurunan nilai Fr yaitu nilai Fr menjadi lebih
dengan nilai Fr ketika tanpa menggunakan model krib.
kecil ketika menggunakan model krib dibandingkan
Sedangkan pada gambar 7 dapat diketahui bahwa tipe
dengan nilai Fr ketika tanpa menggunakan model krib.
aliran yang terjadi baik sebelum pemasangan model
Sedangkan pada gambar 9 dapat diketahui bahwa tipe
krib maupun model krib M-1, M-2, maupun M-3
aliran yang terjadi baik sebelum pemasangan model
adalah turbulen (Re>4000), dan diketahui pula bahwa
krib maupun model krib M-1, M-2, maupun M-3 3 adalah turbulen (Re>4000), dan diketahui pula
adalah turbulen (Re>4000), dan diketahui pula bahwa bahwa penggunaaan model krib membawa pengaruh
penggunaaan model krib membawa pengaruh terhadap terhadap nilai Re yang terjadi, yakni ketika
nilai Re yang terjadi, yakni ketika penggunaan model penggunaan model krib nilai Re mengalami kenaikan
krib nilai Re mengalami kenaikan dibandingkan dibandingkan dengan percobaan tanpa menggunakan
dengan percobaan tanpa menggunakan model krib. model krib.

Gambar 10. Grafik hubungan antara Fr dan x pada Gambar 12. Grafik hubungan antara Fr dan x pada
penampang C penampang D

Gambar 11. Grafik hubungan antara Re dan x pada Gambar 13. Grafik hubungan antara Re dan x pada
penampang C penampang D

Berdasarkan gambar 10 dapat diketahui bahwa tipe Berdasarkan gambar 12 dapat diketahui bahwa tipe
aliran yang terjadi pada penampang C sebelum dan aliran yang terjadi pada penampang D sebelum dan
setelah pemasangan krib baik model M-1, M-2, setelah pemasangan krib baik model M-1, M-2,
maupun M-3 adalah subkritis (Fr<1). Dapat diketahui maupun M-3 adalah subkritis (Fr<1). Dapat diketahui
pula bahwa penggunaan model krib membawa pula bahwa penggunaan model krib membawa
pengaruh terhadap nilai Fr, meskipun secara pengaruh terhadap nilai Fr, meskipun secara
keseluruhan aliran pada penampang C adalah subkritis, keseluruhan aliran pada penampang C adalah subkritis,
terjadi penurunan nilai Fr yaitu nilai Fr menjadi lebih terjadi penurunan nilai Fr yaitu nilai Fr menjadi lebih
kecil ketika menggunakan model krib dibandingkan kecil ketika menggunakan model krib dibandingkan
dengan nilai Fr ketika tanpa menggunakan model krib. dengan nilai Fr ketika tanpa menggunakan model krib.
Sedangkan pada gambar 11 dapat diketahui bahwa Sedangkan pada gambar 13 dapat diketahui bahwa
tipe aliran yang terjadi baik sebelum pemasangan tipe aliran yang terjadi baik sebelum pemasangan
model krib maupun model krib M-1, M-2, maupun M- model krib maupun model krib M-1, M-2, maupun M-
3 adalah turbulen (Re>4000), dan diketahui pula tipe aliran yang terjadi baik sebelum pemasangan
bahwa penggunaaan model krib membawa pengaruh model krib maupun model krib M-1, M-2, maupun M-
terhadap nilai Re yang terjadi, yakni ketika 3 adalah turbulen (Re>4000), dan diketahui pula
penggunaan model krib nilai Re mengalami kenaikan bahwa penggunaaan model krib membawa pengaruh
dibandingkan dengan percobaan tanpa menggunakan terhadap nilai Re yang terjadi, yakni ketika
model krib, kecuali pada titik peninjauan 1 (4 cm) penggunaan model krib nilai Re mengalami kenaikan
model krib M-3, nilai Re pada titik ini lebih rendah dibandingkan dengan percobaan tanpa menggunakan
dibanding ketika tanpa model krib. model krib.

Gambar 16. Grafik hubungan antara Fr dan x pada


Gambar 14. Grafik hubungan antara Fr dan x pada penampang F
penampang E

Gambar 15. Grafik hubungan antara Re dan x pada Gambar 17. Grafik hubungan antara Re dan x pada
penampang E penampang F

Berdasarkan gambar 14 dapat diketahui bahwa tipe Berdasarkan gambar 16 dapat diketahui bahwa tipe
aliran yang terjadi pada penampang E sebelum dan aliran yang terjadi pada penampang E sebelum dan
setelah pemasangan krib baik model M-1, M-2, setelah pemasangan krib baik model M-1, M-2,
maupun M-3 adalah subkritis (Fr<1). Dapat diketahui maupun M-3 adalah subkritis (Fr<1). Dapat diketahui
pula bahwa penggunaan model krib membawa pula bahwa penggunaan model krib membawa
pengaruh terhadap nilai Fr, meskipun secara pengaruh terhadap nilai Fr, secara keseluruhan aliran
keseluruhan aliran pada penampang C adalah subkritis, terjadi penurunan nilai Fr yaitu nilai Fr menjadi lebih
terjadi penurunan nilai Fr yaitu nilai Fr menjadi lebih kecil ketika menggunakan model krib dibandingkan
kecil ketika menggunakan model krib dibandingkan dengan nilai Fr ketika tanpa menggunakan model krib.
dengan nilai Fr ketika tanpa menggunakan model krib. Kecuali pada titik peninjauan 2 (15 cm) dan 3 (26 cm)
Sedangkan pada gambar 15 dapat diketahui bahwa model krib M-3, nilai Fr pada titik ini lebih tinggi
dibanding ketika tanpa menggunakan model krib. membandingkannya dengan skala model yang
Sedangkan pada gambar 17 dapat diketahui bahwa sesuai.
tipe aliran yang terjadi baik sebelum pemasangan
model krib maupun model krib M-1, M-2, maupun M- DAFTAR PUSTAKA
3 adalah turbulen (Re>4000), dan diketahui pula
bahwa penggunaaan model krib membawa pengaruh Alfarobi Yahya Yushar, M. 2010. Pengendalian
terhadap nilai Re yang terjadi, yakni ketika Sedimentasi di Saluran Irigasi dengan
penggunaan model krib nilai Re mengalami kenaikan Membangkitkan Arus Turbulensi. Universitas
dibandingkan dengan percobaan tanpa menggunakan Sebelas Maret: Surakarta.
model krib, kecuali pada titik peninjauan 1 (4 cm) dan Triatmodjo, Prof Dr Ir Bambang,CES,DEA. Revisi
3 (26 cm) model krib M-3, nilai Re pada titik ini lebih 2008. Hidraulika II. Beta Offset: Yogyakarta.
rendah dibanding ketika tanpa model krib. Kodoatie Robert,J. Edisi Revisi 2009. Hidrolika
Terapan. Andi Offset: Yogyakarta.
KESIMPULAN Anggrahini, Ir,M,Sc. Hidrolika. Blambangan Offset:
ITS.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Cops Asisten. Edisi Kesembilan 2010. Penuntun
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pengaturan Praktikum Hidrolika. Jurusan Sipil Fakultas
variasi jarak antar krib yakni pada model tanpa krib Teknik Universitas Hasanuddin.
maupun menggunakan krib dengan model M-1 (jarak Pallu, Prof Dr Ir H Muh Saleh, M,Eng. 2007. Metode
krib 20 cm), model M-2 (jarak krib 40 cm), dan model Penelitian dan Penulisan Ilmiah. Teknik
M-3 (jarak krib 80 cm) berdasarkan angka Froude Sipil Universitas Hasanuddin.
karakteristik aliran yang terjadi yaitu aliran subkritis. Sujatmoko, Bambang. 2002. Kalibrasi Model
Sementara berdasarkan angka Reynolds karakteristik Matematis 2D Horizontal FESWMS Dalam
aliran yang terjadi adalah aliran turbulen pada titik-tik Kasus Perubahan Pola aliran Akibat Adanya
peninjauan yang telah ditentukan baik pada model Krib di Belokan. Universitas Riau.
tanpa krib maupun model krib M-1, M-2 dan M-3. Chow,Ven Te. 1989. Hidrolika Saluran Terbuka
(Open Channel Hydrolics). Terjemahan.
SARAN Erlangga: Jakarta.
Zaidun, Eka Risma. 2008. Gerusan yang Terjadi di
1. Selanjutnya lebih dikaji variasi kecepatan (V), Sekitar Abutment Bersayap pada Jembatan
debit (Q), dan jumlah model. (Kajian Laboratorium). Universitas Institut
2. Menjadikan studi ini sebagai studi kasus dengan Teknologi Bandung
menerapkannya pada salah satu sungai dan

Anda mungkin juga menyukai